A Kuati,[¹]Arifuddin,[²]
Mahasiswa Teknik Arsitektur,[¹] Dosen Teknik Arisitektur,[²]
Universitas Ichsan Gorontalo
Abstrak
Masjid Raya Sumatera Barat merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat, Indonesia. Masjid ini
dirancang oleh Tim Khusus yang dibentuk oleh pemerintah Sumatra Barat. Berbeda dari kebanyakan
masjid lainnya, masjid ini memiliki bentuk yang unik yaitu dengan menggabungkan unsur-unsur dari
rumah gadang, dan unsur modern, bentuk yang unik menimbulkan persepsi yang bermacam-macam dari
masyarakatnya sendiri, baik positif maupun negatif. Dari persepsi yang bermacam-macam tersebut
penulis mencoba menelusuri apa makna yang muncul dari bentuk bangunan masjid tersebut. Pencarian
makna pada desain masjid ini dilakukan dengan menganalisis bentuk visual, tema, dan esensi di balik itu.
Penelitian ini meneliti bagian interior masjid yang menjadi ikon pada bangunan ini yang meliputi
arsitektur dan interior bangunannya, dan mencari tau arsitektur yang dipakai dalam bangunan Masjid
Raya Sumatra Barat.
Kata kunci : Arsitektur yang di terapkan dalam masjid raya Sumatra Barat, Islam, Minangkabau
Abstrak
The Great Mosque of West Sumatra is the largest mosque in West Sumatra, Indonesia. This mosque was
designed by a special team formed by the government of West Sumatra. Different from most other
mosques, this mosque has a unique shape, namely by combining elements from the rumah gadang, and
modern elements, the unique shape gives rise to various perceptions of the people themselves, both
positive and negative. From the various perceptions, the writer tries to find out what meanings arise from
the shape of the mosque building. The search for meaning in the design of this mosque is done by
analyzing the visual form, theme, and essence behind it. This study examines the interior of the mosque
which is an icon in this building which includes the architecture and interior of the building, and find out
the architecture used in the building of the Great Mosque of West Sumatra.
Keywords: Architecture applied in the Great Mosque of West Sumatra, Islam, Minangkabau
Pendahuluan Desain Bentuk masjid ini terbilang unik, berbeda dari
kebanyakan masjid di Sumatera Barat lainnya yang
Salah satu wilayah di Indonesia yang berpotensi bergaya modern lebih banyak menggunakan kubah
sebagai tujuan wisata adalah Kota Padang. Keunikan sebagai bagian atap masjid dengan bahan utama
dan kesejarahan kota muncul sebagai akibat adanya bangunan yang terbuat dari beton. Sedangkan masjid
akulturasi budaya yang berasal dari berbagai suku, dengan gaya tradisional banyak yang memakai
bangsa, dan agama. Percampuran budaya bentuk Rumah Gadang dengan menaruh gonjong
berkembang membentuk fisik kota dan kehidupan pada bagian atap masjid. Proses pengerjaannya
selama berabad-abad. Kota Padang mulai diminati menggunakan bahanbahan dan alat yang modern.
sebagai kota tujuan wisata, sedangkan aktivitas Maka masjid ini tidak tergolong ke dalam kedua ciri
religius belum dipertimbangkan dalam konsep masjid di atas. Berawal dari bentuk yang tidak biasa
pariwisata kota yang dapat meningkatkan aset kota. tersebut, masjid ini menuai beberapa anggapan dari
Apabila kekayaan wisata religi digabungkan dengan masyarakat sekitar terhadap masjid ini, mereka
konsep wisata budaya lain dan ditata dengan baik mengatakan bahwa bangunan ini tidak mencerminkan
maka bukan tidak mungkin Kota Padang akan bentuk masjid dan meragukan keberadaannya.
tumbuh sebagai kota tujuan wisata yang handal. Bahkan dari beberapa keraguan tersebut sampai
Belakangan ini masyarakat Indonesia cenderung berhembus kabar tentang adanya bentuk ornamen
lebih tertarik kepada hal-hal berbau modern seperti masjid yang diklaim sebagai bentuk motif yang biasa
halnya teknologi canggih dengan desain yang lebih dipakai orang Yahudi (Pentagram).
sederhana dan elegan dibandingkan dengan model Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengkaji
tradisional. Hal ini berpengaruh juga terhadap bentuk bentuk pola arsitektur dan interior yang dihadirkan
bangunan yang ada di Sumatera Barat, dahulu bentuk pada masjid tersebut, serta makna dibalik bentuk
rumah dan bangunan yang ada di Sumatera barat yang yang digunakan pada masjid tersebut, maka dari
didominasi oleh bentuk-bentuk tradisional seperti itu penulis akan mengungkapnya secara mendalam
Rumah Gadang, namun seiring berjalannya waktu, pada penelitian kali ini.
bentuk-bentuk tersebut ditinggalkan dan mulai
beralih kepada bentuk-bentuk yang lebih modern Masjid
dengan bahan yang lebih kokoh. Bentuk-bentuk
tradisional yang sudah lama ditinggalkan itu mulai Masjid sebagai bangunan merupakan tempat untuk
menarik minat masyarakat Indonesia lagi, saat ini melaksanakan ibadah kaum muslimin menurut arti
banyak yang ingin memodifikasi dan yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur,
mengembangkan lagi gaya tradisional tersebut. Hal masjid merupakan konfigurasi dari segala kegiatan
ini terjadi karena barangkali sudah banyak yang kaum muslimin dalam melaksanakan kegiatan
menyadari akan pentingnya identitas dari kebudayaan agamanya. Dengan demikian maka masjid sebagai
lokal. Namun para arsitek dan desainer tidak serta bangunan merupakan ruang yang berfungsi sebagai
merta mengambil dan meletakkan kembali unsur penampungan kegiatan pelaksanaan ajaran agama
tradisonal dan meninggalkan perkembangan zaman. Islam sehingga terdapatlah kaitan erat antara seluruh
kegiatan keagamaan dengan masjid (Rochym, 1995:
Mereka melakukan penelitian dan mencoba 14). Pertumbuhan masjid itu senantiasa mengikuti
mengupayakan kedua hal tersebut dengan sifat perkembangan Islam yang memasuki perbagai
menggabungkan unsur tradisional dan unsur modern kehidupan yang beraneka ragam sifatnya di setiap
di dalam suatu bangunan. Salah satu bentuk daerah perkembangannya. Oleh karena itu, maka
penggabungan kedua unsur tersebut yang cukup masjid juga memberikan kesan yang akrab dengan
fenomenal dan baru saja dibangun adalah Masjid segi-segi kehidupan social sebagai konsekuensi dari
Raya Sumatera Barat (MRSB) yang terletak di Jl. kehidupan yang sudah berdasarkan Islam tersebut
Khatib Sulaiman di Padang, Sumatera Barat. (Rochym, 1995: 15). Sehingga dapat disimpulkan
Bangunan ini sendiri sampai saat ini belum bahwa masjid merupakan tempat untuk beribadah
sepenuhnya rampung, ada beberapa bagian bangunan dan melaksanakan kegiatan positif umat Islam
yang sudah selesai, namun sebagian lagi masih dalam lainnya, semakin berkembang Islam di suatu
proses sehingga agak menyulitkan untuk dilakukan lingkungan maka semakin banyak pengaruh yang
penelitian. Maka dari itu penelitian ini akan lebih masuk sehingga melahirkan bentukbentuk masjid
mengacu kepada hasil desain masjid tersebut. yang beragam.
Bagian-bagian Masjid rumah gadang, yaitu rumah adat Minangkabau
dengan atap mejemuk runcing mencuat di
Bangunan Masjid terdiri dari beberapa bagian yang ujungujungnya.
menjadi ciri khas dari bangunan masjid, bagian-
bagian tersebut dijelaskan dalam (Situmorang, 1988:
24) meliputi Mihrab (tempat Imam memimpin
Sholat) Mimbar, Liwan (tempat makmum), Menara, Tinjauan Pustaka
kubah, pintu masuk, serambi, dan sahn (tempat 1. Pengertian Masjid Gatot Sutanta (2010)
berwudu). menyatakan dalam bukunya yang berjudul
Dalam penelitian ini, bagian-bagian pada ruangan “Membangun Masjid dan Musholla” bahwa mesjid
tersebut akan dibagi ke dalam dua kategori yang adalah rumah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
pertama yaitu bagian eksterior yang tampak pada dibangun untuk sarana manusia yang beragama
bangunan arsitektur masjid secara keseluruhan muslim dapat mengingat, mensyukuri dan
termasuk kubah dan struktur bangunan dan yang menyembah Allah, Sang Pencipta dengan baik.
kedua yaitu bagian interior masjid meliputi liwan, Masjid juga tempat melaksanakan berbagai aktifitas
sahn dan bentuk bagian dalam masjid secara amal ibadah, seperti tempat bermusyawarah,
keseluruhan. mengadakan pernikahan, strategi perang, dan mencari
solusi pemasalahan yang terjadi ditengah umat islam.
Bagian-bagian yang akan dikaji ini memiliki peran
yang penting dan saling menunjang satu sama lain 2. Perkembangan Konsep Skandinavia Charissa
yang disusun sedemikian rupa untuk menghadirkan Publisher menyatakan dalam bukunya yang berjudul
kenyamanan kepada pengguna ruangannya. “30 Desain Interior rumah bergaya Scandinavia”
Arsitektur dan interior pada dasarnya adalah satu bahwa Konsep Scandinavia memiliki makna
kesatuan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Pile, kesederhanaan dan keanggunan. Gaya ini biasanya
(1988:389) bahwa hubungan desain interior dengan disandingkan dengan gaya rustik serta modern.
Arsitektur begitu erat dan tidak terbantahkan. Sebuah Prinsip dasar dari konsep Scandinavia yaitu
bangunan dirancang mengikuti ruang dalam yang memprioritaskan fungsional. Gaya Scandinavia
sejalan dengan bentuk tampilan eksteriornya (Rony, mempunyai karakteristik yang bersih yang
2014: 123). terinspirasi dari perpaduan warna putih dan material
bahan kayu. Gaya ini juga sangat berkaitan dengan
Islam masuk ke Minangkabau melalui dua jalur. iklim (pantai, hutan, pegunungan). Terciptanya
Menurut Aswil Rony (2002: 11) Pertama melalui suasana yang dingin, nyaman, sejuk dan interior yang
jalur Pesisir Timur (Selat Malaka) melalui Rantau terang adalah hal terpenting. Desain Scandinavia juga
Kuantan, Kampar, Siak dan Indragiri. Kedua dengan memberikan suasana elegan dan tentunya fungsional
Pesisir Barat (Samudra India) melalui Bandar-bandar yang mampu dijangkau seluruh kalangan karna
lama seperti Tiku dan Pariaman. Selanjutnya agama memiliki harga yang relatif murah.
Islam dari Pesisir Timur (daerah rantau) dan daerah
Pesisir Barat bertemu di daerah Minangkabau asli. Rumusan Masalah
Inilah mungkin yang dimaksud pepatah (syara’ 1. Bagaimana filosofi terbentuknya Masjid
mendaki, adat menurun) yang artinya adat turun ke Raya Sumatra Barat
daerah rantau (Pesisir) dan syara’ (hukum agama) 2. Untuk mendapatkan makna bentuk Masjid
mendaki ke darek (wilayah asal nenek moyang Raya Sumatra Barat
Minangkabau). 3. Asitektur apa yang di terapkan dalam Masjid
Menurut Yulianto Sumalyo (2000:478) dalam Raya Sumatra barat
Sudarman 2010, arsitektur masjid di Minangkabau Metode Penelitian
bersifat vernacular artinya memakai bentuk-bentuk
setempat (arsitektur tradisional) seperti masjid Taluak Dalam mencapai penulisan ini, diperlukan metode
di Bukittinggi, terlihat jelas selain pada hiasannya, yang akan digunakan dalam penelusuran. proses
juga pada atapnya miring sangat tajam. Pada puncak pengumpulan dan analisis informasi (data) secara
atapnya yang piramidal empat tingkat (dalam bahasa sistematik untuk meningkatkan pemahaman kita
Minangkabau yaitu barundak) dihias dengan miniatur tentang gejala (fenomena) yang kita amati atau
menarik perhatian kita. Jadi metode penelitian adalah Dengan menggunakan penamaan Masjid Raya
sistem pendekatan yang digunakan oleh peneliti Sumatera Barat, pada bahasa Minang menjadi Surau
dalam mengumpulkan data dan analisa. Gadang Minangkabau. Surau berarti tempat ibadah
yaitu masjid, gadang artinya besar, dan Minangkabau
sebutan untuk tanah Sumatra Barat. Peletakan batu
pertama sejak 21 Desember 2007 oleh Gamawan
Fauzi, Gubernur Sumatera Barat saat itu, lalu dapat
Hasil dan Pembahasan digunakan sejak 2014. Pembangunan masjid ini
selesai dibangun pada 2016.
-Filosofi terbentuknya Masjid Raya Sumatra Barat
Sebelumnya gempa terjadi di Sumatera Barat pada 13
Masjid Raya Sumatra Barat adalah salah satu
September 2007, hal ini membuat perancang masjid
bangunan masjid terbesar di Sumatra yang berlokasi
ini menginginkan bangunan masjid menjadi tahan
di Jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara,
terhadap guncangan gempa sampai 10 SR. Alih-alih
Kota Padang. Pada bentuk masjid itu sendiri, bagian
jika terjadi gempa lagi, masjid ini dapat difungsikan
atasnya menyerupai rumah adat Minang. Pada bagian
sebagai tempat evakuasi sementara.
dinding luarnya juga terdapat ukiran kaligrafi. Tentu
ini menjadi salah satu hal yang menjadi daya tarik
pengunjung saat mengunjungi Kota Padang,
Sumatera Barat.
-Bentuk Arsitektur (Eksterior Bangunan) Lihatlah kedua pola bangunan di atas, bangunan
rumah gadang melebar ke atas, begitu pula dengan
Masjid Raya Sumatera Barat ini dibangun di lahan MRSB, hal ini menunjukkan struktur bangunan yang
seluas sekitar 40.000 meter persegi dengan luas sama, bentuk gonjong pada rumah gadang juga
bangunan utama kurang dari setengah luas lahan menunjukkan pola desain yang sama meskipun tidak
tersebut, yakni sekitar 18.000 meter persegi, sehingga persis sama dengan pola gonjong rumah gadang. Hal
menyisakan halaman yang luas. Pada struktur ini menunjukkan bahwa masjid ini tersinspirasi dari
konstruksi bangunan menunjukkan pola rumah bentuk rumah gadang, kemudian memodifikasinya
gadang dengan pola segitiga ke bawah, bahan dengan bentuk yang lebih sederhana. Pola yang sama
material kayu dan ornament pada passade masjid ini disebut segitiga terbalik atau orang Minang
merupakan bentuk ukiran yang terdapat pada rumah menyebutnya dengan mambasuik bumi.
gadang, gonjong yang dihadirkan berakar dari bentuk
gonjong pada rumah gadang. Bagian atap (kubah) -Bentuk Interior Bangunan
pada masjid ini sangat ikonik, atap masjid ini terlihat
seperti gonjong rumah gadang diikuti dengan bentuk
ukiran kayu yang terdapat pada bagian dinding-
dinding atap (Passade) yang mengambil bentuk
ukiran pada rumah gadang. Jika diperhatikan lebih
lanjut, atap dari masjid ini mengikuti bentuk pola
rumah gadang yang berpola segitiga ke bawah dan
kembang ke atas, yang artinya berpegangan ke pada
bumi.
i. Bersifat plural.
j. Bersifat ekletik.