Anda di halaman 1dari 10

INTERIOR MASJID RAYA SUMATRA BARAT

A Kuati,[¹]Arifuddin,[²]
Mahasiswa Teknik Arsitektur,[¹] Dosen Teknik Arisitektur,[²]
Universitas Ichsan Gorontalo

Abstrak
Masjid Raya Sumatera Barat merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat, Indonesia. Masjid ini
dirancang oleh Tim Khusus yang dibentuk oleh pemerintah Sumatra Barat. Berbeda dari kebanyakan
masjid lainnya, masjid ini memiliki bentuk yang unik yaitu dengan menggabungkan unsur-unsur dari
rumah gadang, dan unsur modern, bentuk yang unik menimbulkan persepsi yang bermacam-macam dari
masyarakatnya sendiri, baik positif maupun negatif. Dari persepsi yang bermacam-macam tersebut
penulis mencoba menelusuri apa makna yang muncul dari bentuk bangunan masjid tersebut. Pencarian
makna pada desain masjid ini dilakukan dengan menganalisis bentuk visual, tema, dan esensi di balik itu.
Penelitian ini meneliti bagian interior masjid yang menjadi ikon pada bangunan ini yang meliputi
arsitektur dan interior bangunannya, dan mencari tau arsitektur yang dipakai dalam bangunan Masjid
Raya Sumatra Barat.
Kata kunci : Arsitektur yang di terapkan dalam masjid raya Sumatra Barat, Islam, Minangkabau
Abstrak
The Great Mosque of West Sumatra is the largest mosque in West Sumatra, Indonesia. This mosque was
designed by a special team formed by the government of West Sumatra. Different from most other
mosques, this mosque has a unique shape, namely by combining elements from the rumah gadang, and
modern elements, the unique shape gives rise to various perceptions of the people themselves, both
positive and negative. From the various perceptions, the writer tries to find out what meanings arise from
the shape of the mosque building. The search for meaning in the design of this mosque is done by
analyzing the visual form, theme, and essence behind it. This study examines the interior of the mosque
which is an icon in this building which includes the architecture and interior of the building, and find out
the architecture used in the building of the Great Mosque of West Sumatra.
Keywords: Architecture applied in the Great Mosque of West Sumatra, Islam, Minangkabau
Pendahuluan Desain Bentuk masjid ini terbilang unik, berbeda dari
kebanyakan masjid di Sumatera Barat lainnya yang
Salah satu wilayah di Indonesia yang berpotensi bergaya modern lebih banyak menggunakan kubah
sebagai tujuan wisata adalah Kota Padang. Keunikan sebagai bagian atap masjid dengan bahan utama
dan kesejarahan kota muncul sebagai akibat adanya bangunan yang terbuat dari beton. Sedangkan masjid
akulturasi budaya yang berasal dari berbagai suku, dengan gaya tradisional banyak yang memakai
bangsa, dan agama. Percampuran budaya bentuk Rumah Gadang dengan menaruh gonjong
berkembang membentuk fisik kota dan kehidupan pada bagian atap masjid. Proses pengerjaannya
selama berabad-abad. Kota Padang mulai diminati menggunakan bahanbahan dan alat yang modern.
sebagai kota tujuan wisata, sedangkan aktivitas Maka masjid ini tidak tergolong ke dalam kedua ciri
religius belum dipertimbangkan dalam konsep masjid di atas. Berawal dari bentuk yang tidak biasa
pariwisata kota yang dapat meningkatkan aset kota. tersebut, masjid ini menuai beberapa anggapan dari
Apabila kekayaan wisata religi digabungkan dengan masyarakat sekitar terhadap masjid ini, mereka
konsep wisata budaya lain dan ditata dengan baik mengatakan bahwa bangunan ini tidak mencerminkan
maka bukan tidak mungkin Kota Padang akan bentuk masjid dan meragukan keberadaannya.
tumbuh sebagai kota tujuan wisata yang handal. Bahkan dari beberapa keraguan tersebut sampai
Belakangan ini masyarakat Indonesia cenderung berhembus kabar tentang adanya bentuk ornamen
lebih tertarik kepada hal-hal berbau modern seperti masjid yang diklaim sebagai bentuk motif yang biasa
halnya teknologi canggih dengan desain yang lebih dipakai orang Yahudi (Pentagram).
sederhana dan elegan dibandingkan dengan model Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengkaji
tradisional. Hal ini berpengaruh juga terhadap bentuk bentuk pola arsitektur dan interior yang dihadirkan
bangunan yang ada di Sumatera Barat, dahulu bentuk pada masjid tersebut, serta makna dibalik bentuk
rumah dan bangunan yang ada di Sumatera barat yang yang digunakan pada masjid tersebut, maka dari
didominasi oleh bentuk-bentuk tradisional seperti itu penulis akan mengungkapnya secara mendalam
Rumah Gadang, namun seiring berjalannya waktu, pada penelitian kali ini.
bentuk-bentuk tersebut ditinggalkan dan mulai
beralih kepada bentuk-bentuk yang lebih modern Masjid
dengan bahan yang lebih kokoh. Bentuk-bentuk
tradisional yang sudah lama ditinggalkan itu mulai Masjid sebagai bangunan merupakan tempat untuk
menarik minat masyarakat Indonesia lagi, saat ini melaksanakan ibadah kaum muslimin menurut arti
banyak yang ingin memodifikasi dan yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur,
mengembangkan lagi gaya tradisional tersebut. Hal masjid merupakan konfigurasi dari segala kegiatan
ini terjadi karena barangkali sudah banyak yang kaum muslimin dalam melaksanakan kegiatan
menyadari akan pentingnya identitas dari kebudayaan agamanya. Dengan demikian maka masjid sebagai
lokal. Namun para arsitek dan desainer tidak serta bangunan merupakan ruang yang berfungsi sebagai
merta mengambil dan meletakkan kembali unsur penampungan kegiatan pelaksanaan ajaran agama
tradisonal dan meninggalkan perkembangan zaman. Islam sehingga terdapatlah kaitan erat antara seluruh
kegiatan keagamaan dengan masjid (Rochym, 1995:
Mereka melakukan penelitian dan mencoba 14). Pertumbuhan masjid itu senantiasa mengikuti
mengupayakan kedua hal tersebut dengan sifat perkembangan Islam yang memasuki perbagai
menggabungkan unsur tradisional dan unsur modern kehidupan yang beraneka ragam sifatnya di setiap
di dalam suatu bangunan. Salah satu bentuk daerah perkembangannya. Oleh karena itu, maka
penggabungan kedua unsur tersebut yang cukup masjid juga memberikan kesan yang akrab dengan
fenomenal dan baru saja dibangun adalah Masjid segi-segi kehidupan social sebagai konsekuensi dari
Raya Sumatera Barat (MRSB) yang terletak di Jl. kehidupan yang sudah berdasarkan Islam tersebut
Khatib Sulaiman di Padang, Sumatera Barat. (Rochym, 1995: 15). Sehingga dapat disimpulkan
Bangunan ini sendiri sampai saat ini belum bahwa masjid merupakan tempat untuk beribadah
sepenuhnya rampung, ada beberapa bagian bangunan dan melaksanakan kegiatan positif umat Islam
yang sudah selesai, namun sebagian lagi masih dalam lainnya, semakin berkembang Islam di suatu
proses sehingga agak menyulitkan untuk dilakukan lingkungan maka semakin banyak pengaruh yang
penelitian. Maka dari itu penelitian ini akan lebih masuk sehingga melahirkan bentukbentuk masjid
mengacu kepada hasil desain masjid tersebut. yang beragam.
Bagian-bagian Masjid rumah gadang, yaitu rumah adat Minangkabau
dengan atap mejemuk runcing mencuat di
Bangunan Masjid terdiri dari beberapa bagian yang ujungujungnya.
menjadi ciri khas dari bangunan masjid, bagian-
bagian tersebut dijelaskan dalam (Situmorang, 1988:
24) meliputi Mihrab (tempat Imam memimpin
Sholat) Mimbar, Liwan (tempat makmum), Menara, Tinjauan Pustaka
kubah, pintu masuk, serambi, dan sahn (tempat 1. Pengertian Masjid Gatot Sutanta (2010)
berwudu). menyatakan dalam bukunya yang berjudul
Dalam penelitian ini, bagian-bagian pada ruangan “Membangun Masjid dan Musholla” bahwa mesjid
tersebut akan dibagi ke dalam dua kategori yang adalah rumah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
pertama yaitu bagian eksterior yang tampak pada dibangun untuk sarana manusia yang beragama
bangunan arsitektur masjid secara keseluruhan muslim dapat mengingat, mensyukuri dan
termasuk kubah dan struktur bangunan dan yang menyembah Allah, Sang Pencipta dengan baik.
kedua yaitu bagian interior masjid meliputi liwan, Masjid juga tempat melaksanakan berbagai aktifitas
sahn dan bentuk bagian dalam masjid secara amal ibadah, seperti tempat bermusyawarah,
keseluruhan. mengadakan pernikahan, strategi perang, dan mencari
solusi pemasalahan yang terjadi ditengah umat islam.
Bagian-bagian yang akan dikaji ini memiliki peran
yang penting dan saling menunjang satu sama lain 2. Perkembangan Konsep Skandinavia Charissa
yang disusun sedemikian rupa untuk menghadirkan Publisher menyatakan dalam bukunya yang berjudul
kenyamanan kepada pengguna ruangannya. “30 Desain Interior rumah bergaya Scandinavia”
Arsitektur dan interior pada dasarnya adalah satu bahwa Konsep Scandinavia memiliki makna
kesatuan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Pile, kesederhanaan dan keanggunan. Gaya ini biasanya
(1988:389) bahwa hubungan desain interior dengan disandingkan dengan gaya rustik serta modern.
Arsitektur begitu erat dan tidak terbantahkan. Sebuah Prinsip dasar dari konsep Scandinavia yaitu
bangunan dirancang mengikuti ruang dalam yang memprioritaskan fungsional. Gaya Scandinavia
sejalan dengan bentuk tampilan eksteriornya (Rony, mempunyai karakteristik yang bersih yang
2014: 123). terinspirasi dari perpaduan warna putih dan material
bahan kayu. Gaya ini juga sangat berkaitan dengan
Islam masuk ke Minangkabau melalui dua jalur. iklim (pantai, hutan, pegunungan). Terciptanya
Menurut Aswil Rony (2002: 11) Pertama melalui suasana yang dingin, nyaman, sejuk dan interior yang
jalur Pesisir Timur (Selat Malaka) melalui Rantau terang adalah hal terpenting. Desain Scandinavia juga
Kuantan, Kampar, Siak dan Indragiri. Kedua dengan memberikan suasana elegan dan tentunya fungsional
Pesisir Barat (Samudra India) melalui Bandar-bandar yang mampu dijangkau seluruh kalangan karna
lama seperti Tiku dan Pariaman. Selanjutnya agama memiliki harga yang relatif murah.
Islam dari Pesisir Timur (daerah rantau) dan daerah
Pesisir Barat bertemu di daerah Minangkabau asli. Rumusan Masalah
Inilah mungkin yang dimaksud pepatah (syara’ 1. Bagaimana filosofi terbentuknya Masjid
mendaki, adat menurun) yang artinya adat turun ke Raya Sumatra Barat
daerah rantau (Pesisir) dan syara’ (hukum agama) 2. Untuk mendapatkan makna bentuk Masjid
mendaki ke darek (wilayah asal nenek moyang Raya Sumatra Barat
Minangkabau). 3. Asitektur apa yang di terapkan dalam Masjid
Menurut Yulianto Sumalyo (2000:478) dalam Raya Sumatra barat
Sudarman 2010, arsitektur masjid di Minangkabau Metode Penelitian
bersifat vernacular artinya memakai bentuk-bentuk
setempat (arsitektur tradisional) seperti masjid Taluak Dalam mencapai penulisan ini, diperlukan metode
di Bukittinggi, terlihat jelas selain pada hiasannya, yang akan digunakan dalam penelusuran. proses
juga pada atapnya miring sangat tajam. Pada puncak pengumpulan dan analisis informasi (data) secara
atapnya yang piramidal empat tingkat (dalam bahasa sistematik untuk meningkatkan pemahaman kita
Minangkabau yaitu barundak) dihias dengan miniatur tentang gejala (fenomena) yang kita amati atau
menarik perhatian kita. Jadi metode penelitian adalah Dengan menggunakan penamaan Masjid Raya
sistem pendekatan yang digunakan oleh peneliti Sumatera Barat, pada bahasa Minang menjadi Surau
dalam mengumpulkan data dan analisa. Gadang Minangkabau. Surau berarti tempat ibadah
yaitu masjid, gadang artinya besar, dan Minangkabau
sebutan untuk tanah Sumatra Barat. Peletakan batu
pertama sejak 21 Desember 2007 oleh Gamawan
Fauzi, Gubernur Sumatera Barat saat itu, lalu dapat
Hasil dan Pembahasan digunakan sejak 2014. Pembangunan masjid ini
selesai dibangun pada 2016.
-Filosofi terbentuknya Masjid Raya Sumatra Barat
Sebelumnya gempa terjadi di Sumatera Barat pada 13
Masjid Raya Sumatra Barat adalah salah satu
September 2007, hal ini membuat perancang masjid
bangunan masjid terbesar di Sumatra yang berlokasi
ini menginginkan bangunan masjid menjadi tahan
di Jalan Khatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara,
terhadap guncangan gempa sampai 10 SR. Alih-alih
Kota Padang. Pada bentuk masjid itu sendiri, bagian
jika terjadi gempa lagi, masjid ini dapat difungsikan
atasnya menyerupai rumah adat Minang. Pada bagian
sebagai tempat evakuasi sementara.
dinding luarnya juga terdapat ukiran kaligrafi. Tentu
ini menjadi salah satu hal yang menjadi daya tarik
pengunjung saat mengunjungi Kota Padang,
Sumatera Barat.

Tidak terlihatnya bentuk kubah pada masjid ini


menjadi salah satu hal yang paling mencolok bagi
pendatang. Hal ini merupakan representasi wujud
falsafah Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah
yang berarti adat yang didasarkan, ditopang oleh
syariat agama Islam berdasarkan Alquran dan Hadis.
Oleh sebab itu, bentuk atap pada masjid ini berbentuk
seperti Rumah Gadang, khas minang.

Dengan memiliki bentuk seperti Rumah Gadang, atap


pada masjid tersebut mencerminkan empat sudut kain
yang digunakan empat suku di Mekah saat
memindahkan batu Hajar Aswad. Perancang masjid
Potret menara dari bangunan Masjid Raya Sumatera
ini, bernama Rizal Muslimin seorang arsitektur yang
Barat. (Foto : Instagram/masjidrayasumaterabarat)
pernah menjadi dosen di Sydney,Australia. Masjid
yang dibangun di tanah seluas 12 hektar ini Selain itu, masjid yang dibangun pada permukaan
menghabiskan biaya sekitar Rp 300 miliar. luas area sekitar 40.343 meter persegi ini juga
mampu menampung jamaah hingga 20.000 orang
pada total 3 lantai di dalamnya. Masjid ini juga
dilengkapi fasilitas lain seperti perkantoran Baznas
Sumbar.

Pada bagian dinding ruang utama masjid ini dipenuhi


ukiran interior khas adat Minang dan kaligrafi.
Bagian dalam masjid juga terdapat mihrab yang
bentuknya menyerupai batu Hajar Aswad dan
terdapat ukiran kaligrafi Asmaul Husna berwarna
emas dengan latar belakang dominan warna putih.
Selain itu, pada dalam gedung masjid ini tidak ada
Potret ukiran yang terdapat pada dinding luar bangunan tiang pada bagian tengah ruangan, sehingga jamaah
Masjid Raya Sumatera Barat. (Foto : tidak akan terganggu.
Instagram/masjidrayasumaterabarat)
Arsitektur yang merancang masjid ini juga
membuatkan banyak pintu di dalamnya. Oleh sebab
itu, masjid ini memiliki julukan sebagai Masjid
Seribu Pintu Angin. Arsitektur yang merancang
masjid ini juga membuatkan banyak pintu di
dalamnya. Oleh sebab itu, masjid ini memiliki
julukan sebagai Masjid Seribu Pintu Angin.

Gambar 2 Masjid Raya Sumbar.

-Bentuk Arsitektur (Eksterior Bangunan) Lihatlah kedua pola bangunan di atas, bangunan
rumah gadang melebar ke atas, begitu pula dengan
Masjid Raya Sumatera Barat ini dibangun di lahan MRSB, hal ini menunjukkan struktur bangunan yang
seluas sekitar 40.000 meter persegi dengan luas sama, bentuk gonjong pada rumah gadang juga
bangunan utama kurang dari setengah luas lahan menunjukkan pola desain yang sama meskipun tidak
tersebut, yakni sekitar 18.000 meter persegi, sehingga persis sama dengan pola gonjong rumah gadang. Hal
menyisakan halaman yang luas. Pada struktur ini menunjukkan bahwa masjid ini tersinspirasi dari
konstruksi bangunan menunjukkan pola rumah bentuk rumah gadang, kemudian memodifikasinya
gadang dengan pola segitiga ke bawah, bahan dengan bentuk yang lebih sederhana. Pola yang sama
material kayu dan ornament pada passade masjid ini disebut segitiga terbalik atau orang Minang
merupakan bentuk ukiran yang terdapat pada rumah menyebutnya dengan mambasuik bumi.
gadang, gonjong yang dihadirkan berakar dari bentuk
gonjong pada rumah gadang. Bagian atap (kubah) -Bentuk Interior Bangunan
pada masjid ini sangat ikonik, atap masjid ini terlihat
seperti gonjong rumah gadang diikuti dengan bentuk
ukiran kayu yang terdapat pada bagian dinding-
dinding atap (Passade) yang mengambil bentuk
ukiran pada rumah gadang. Jika diperhatikan lebih
lanjut, atap dari masjid ini mengikuti bentuk pola
rumah gadang yang berpola segitiga ke bawah dan
kembang ke atas, yang artinya berpegangan ke pada
bumi.

Gambar 3 Interior Masjid Raya

Gambar 1 Bentuk Atap Bagonjong

Gambar 4 Interior Masjid Raya

Pada bagian interior ini terdiri dari bagian Mihrab,


Liwan dan Sahn. Pada bagian Mihrab ini mengusung
bentuk desain yang lebih modern, bentuk lingkaran
bulat telur itu mengingatkan penulis kepada karya
rancangan desainer terkenal dunia yaitu Karim Mata air (spring water) merupakan penghasil air
Rashid seorang desainer yang sangat terkenal dengan bersih yang biasa masyarakat gunakan untuk
gaya futuristiknya, dia sering membuat bentuk- berbagai keperluan hidup. Air yang berasal dari mata
bentuk yang hampir serupa dengan rancangan mihrab air biasanya merupakan air yang sudah layak
masjid ini. Di lain sisi, bentuk mihrab seperti bulat konsumsi karena mengalami purifikasi secara alami
telur juga mengingatkan kepada bentuk hajar aswad (self purification). Menurut Tolman dalam bukunya
yang berada di makkah. Sedangkan bentuk Liwan “Groundwater” spring water adalah pemusatan
pada masjid di desain sangat bersih dan kelihatan keluarnya air tanah yang muncul di permukaan tanah
kokoh dengan menggunakan material beton dan sebagai arus dari aliran air tanah. Mata air yang
keramik. Pada bagian dinding ruangan didominasi dimaksud dalam konsep ini adalah mata air zamzam
oleh pintu-pintu dan jendela yang memiliki lubang- di ada di Mekah, Arab Saudi. Biasanya, umat Islam
lubang vertikal sebagai sirkulasi udara yang masuk yang melaksanakan ibadah Haji dan Umrah akan
dari luar ke dalam ruangan. Pada bagian plafonnya berkunjung ke sumur zamzam dan membawa pulang
terdapat bentuk bagian dalam kubah yang langsung air zamzam sebagai oleh-oleh. Sumur zamzam
membungkus semua ruangan, meskipun tidak terletak 11meter dari Ka'bah. Dalam bahasa Arab,
menampakkan bentuk kubah pada bagian luar, namun zamzam berarti “berkumpul lah”, sehingga air
bentuk kubah dapat terlihat pada bagian dalam tersebut “melimpah ruah”. Pengertian ini sesuai
masjid. Plafon tersebut dipenuhi dengan tulisan dengan kondisi air zamzam yang tak pernah kering
kaligrafi Asmaul Husna (nama-nama Allah) dan pada meski telah digunakan selama ribuan tahun. Air
bagian tengah liwan terdapat susunan lampu-lampu zamzam telah ada sejak zaman Nabi Ismail. Secara
yang menggantung membentuk lingkaran pada ajaib, mata air zamzam keluar saat Nabi Ismail
bagian atas plafon ruangan, hal ini menunjukkan menangis karena kehausan di padang pasir bersama
bentuk modern dan tidak terlihat bentuk tradisional ibunya, Siti Hajar. Dokumen sejarah menunjukkan,
dari dalam masjid ini. zaman itu diperkirakan tahun 1910 SM sehingga jika
disesuaikan dengan kalender Hijriah, air zamzam
Sahn atau tempat berwudu pada masjid ini di desain telah ada selama lebih dari 4.000 tahun. Air zamzam
sangat sederhana dengan warna gelap. Tempat yang tersebar ke seluruh penjuru dunia, khususnya
berwudu ini di desain terbuka sehingga membabawa pada musim haji, menunjukan bahwa konsep spring
udara yang masuk ke dalam sehingga menghasilkan water’ mata air pada masjid Raya Sumatera Barat
hawa kesekukan. Tempat berwudu ini terbilang yang dimaksud adalah sebagai tempat berkumpul,
modern dan ramah lingkungan dengan terbukti dari sumber ilmu dan syiar islam. Masjid ini berfungsi
sistim pemanfaatan air hujan yang digunakan. Dari selain tempat melaksanakan ibadah shalat, juga
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur yang dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar Ilmu
kuat pada elemen-elemen interior yaitu didominasi agama Islam dan kegiatan sosial keagamaan lainnya.
oleh bentuk-bentuk yang unik, bersih dan licin. Kemudian adanya Bentuk atap bagonjong yang
Selain itu sistim yang digunakan untuk menampung mengarah ke empat mata arah angin yang lancip
air sudah menggunakan teknologi menetralisir air disemua ujungnya mempunyai makna bahwa masjid
hujan. Hal ini menunjukkan bahwa desain yang raya Sumatera Barat selain syiar, juga menerima
digunakan pada masjid ini sudah mengarah kepada siapa saja yang ingin menggunakan masjid tersebut
sistem kecanggihan tekonologi dan ramah dari berbagai daerah dan berbagai aliran keislaman di
lingkungan, desain ini sangat populer akhir-akhir ini. Sumatera Barat. Bentuk ini juga mengandung symbol
Sedangkan pada bagian arsitektur masjid atau budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek,
eksterior masjid didominasi oleh bentuk-bentuk yakni Al-Quran, Injil, Taurat dan Zabur. Tersirat juga
tradisional seperti bentuk gonjong dan ukiran khas. makna adat nan ampek, yaitu adat nan subana adat,
Minangkabau yang terinspirasi dari motif kain adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat.
songket Minangkabau pada kubah masjid.

Konsep atap masjid

-Konsep Sumber Mata Air (The Springs: Unsur


Alam)
Bulan berasal dari Matahari menjelang terbenam.
Sedangkan pada sabit tua, sinar Bulan berasal dari
Matahari yang belum terbit. Ini sebabnya tak ada
bentuk sabit telungkup. Penggunaan bulan sabit
sebagai penanda masjid di Indonesia, berlangsung
setelah kemerdekaan dan makin masif sesudah
reformasi. Hal ini seiring maraknya penggunaan
kubah sebagai atap masjid.

Gambar 5 Spring water mata air Zamzam dan


Penjuru Mata Arah(Utama)

Gambar 7 Bentuk Bulan Sabi

Gambar 6 Bentuk atap masjid Raya Sumbar

-Konsep Bulan Sabit Gambar 8 Bentuk atap masjid Raya Sumbar

Bentuk Bulan sabit telah lama dijadikan simbol dari


segala hal yang bernuansa islami. Penggunaannya -Konsep Arsitektur Yang Di Terapkan
sangat luas, mulai dari simbol di atas kubah masjid,
gerakan kepalangmerahan, lambang partai politik, ARSITEKTUR TRADISIONAL
hingga lambang sejumlah negara. Bentuk bulan sabit
sebetulnya berbeda-beda, tergantung dari posisi Arsitektur Tradisional (Traditional Architecture)
tempat terkait di muka Bumi. Di sekitar khatulistiwa, adalah arsitektur yang didapat dari dengan cara yang
posisi bulan sabit seperti huruf C telentang. Jika sama dan diberikan secara turun temurun dengan
menjauhi khatulistiwa, bentuknya makin miring sedikit / tanpa perubahan sering disebut arsitektur
mirip huruf C. Pada daerah khatulistiwa, bulan sabit kedaerahan (Bruce Allsop 1977).
muda dan tua bentuknya hampir serupa, hanya saja Said (2004) menuliskan bahwa Rumah tradisional
ditentukan oleh posisi dan waktu terlihatnya, pada merupakan suatu bangunan dengan struktur, cara
bulan sabit muda terlihat di ufuk barat setelah pembuatan, bentuk dan fungsi serta ragam hias yang
matahari terbenam, sedangkan bulan sabit tua terlihat memilki ciri khas tersendiri, diwariskan secara turun
di ufuk timur sebelum matahari terbit. Pada daerah – temurun dan dapat digunakan untuk melakukan
ini semua benda langit terbit dan terbenam tegak kegiatan kehidupan oleh penduduk sekitarnya.
lurus terhadap horizon (ufuk). Ini membuat bulan
sabit muda ataupun sabit tua samasama telentang ke Sedangkan menurut Rahmatia. (2002) rumah
atas. Arah sabit luar Bulan selalu menunjukkan arah tradisional dapat dikatakan rumah adat, suatu tingkah
datangnya sinar Matahari. Saat sabit muda, sinar laku masyarakat setempat dalam kegiatan
membangun rumah, dari turun temurun waktu
memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri yang e. Kejujuran struktur dan konstruksi.
dipertahankan sejak dulu, rumah tradsional atau
rumah adat umumnya karakterisitiknya menggunakan INTERIOR TRADISIONAL MODERN
material setempat.

Namum menurut pendapat Okki (2016) Arsitektur 1.DINDING 


Tradisional merupakan bagian kehidupan dari
masyarakat yang memiliki tinggi nilai-nilai 2.ATAP 
keluhuran, tak lepas dari cara ataupun kebiasaan yang
sudah ada terdahulu.
3.MINARET/ 
ARSITEKTUR MODERN MENARA
4.ORNAMEN 
Arsitektur Modern adalah istilah sejumlah bangunan
dengan berbagai bentuk sederhana dengan
5.PONDASI 
menghilangkan ornamen segala macam nya.
Karakteristik muncul sekitar tahun 1900 lalu pada
tahun 1940 dikenal dengan gaya dan aliran 6.BENTUK-
internasional menjadi yang dominan untuk beberapa BENTUK
BANGUNAN 
abad ke-2 ini. Harry Francis Mallgrave “Modern
DI AMBIL
Architectural Theory” dalam buku nya menjelaskan
DARI RUMAH
Arsitektur modern “too rigid” kelakuan desain TRADISIONA
melalui perubahan dari konsep arsitektur L
sebelumnya. Pada sejarahnya arsitektur modern pada 7.KALIGRAFI 
zaman Yunani dan Gotik kemudian diadaptasikan
kepada konsep penimbunan desain lama yang penuh 8.MATERIAL 
dengan ornamen dan bentuk yang dramatis menjadi
lebih monoton dan kaku. Tujuan dari Arsitektur Tabel 1.1 Perbandingan konsep Arsitektur
Modern adalah penggunaan gaya murni dengan tidak
adanya ornamen karena dianggap sebagai Jadi dari pembahasan tabel di atas hampir semuanya
pemborosan yang mencolok pada bangunan. Menurut sudah masuk di arsitektur modern sehingga dapat di
Larson (1993), mengapa penolakan akan ornamen katakan bahwa Masjid Raya Sumbar sudah termasuk
sangat keras ?, karena hal tersebut didasari oleh di tipe NEO VERNAKULAR.
prinsip industri yang meminimalisir terhadap ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR
efesiensi ekonomi dan bertujuan pada pemurnian
bentuk yang selaras dan tidak adanya ornamen - Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu konsep
ornamen. arsitektur yang berkembang pada era Post Modern.
Post modern adalah aliran arsitektur yang muncul
Prinsip Arsitektur Modern pada pertengahan tahun 1960-an, adanya post modern
Dari beberapa aliran Arsitektur Modern dari abad ke dikarenakan adanya sebuah Gerakan yang dilakukan
1900-1940an terdapat beberapa prinsip pada oleh beberapa arsitek salah satunya adalah Charles
Arsitektur Modern yang digunakan dalam penelitian Jencks untuk mengkritisi arsitektur modern. Hal
ini menggunakan prinsip dari Arsitektur Gaya tersebut dilakukan dikarenakan arsitek – aritek ingin
Internasional. Serta dapat di simpulkan beberapa memberikan sebuah konsep baru yang lebih menarik
prinsip-prinsip Arsitektur Modern: dari arsitektur modern yang mempunyai bentuk –
bentuk yang monoton(Makassar et al., 2013)
a. Penggunaan bentuk dasar geometri.
Dimana menurut (Budi A Sukada, 1988) terdapat
b. Penggunaan unsur, garis, bidang, dan volume. enam aliran yang ada di zaman arsitektur post
modern salah satunya adalah arsitektur nero-
c. Kesan simetris pada bangunan.
vernakular. dari semua aliran yang berkembang pada
d. Penggunaan sistem grid. Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri
arsitektur sebagai berikut.
a. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap visual pada bagian-bagian pada Masjid Raya Sumatra
lokal atau populer. Barat tersebut menunjukkan bahwa arsitektur
menghadirkan bentuk-bentuk tradisional rumah
b. Membangkitkan kembali kenangan historik. c. gadang, dan sudah mengalami bentuk perpaduan
Berkonteks urban. gaya modern sehingga tidak menghasilkan bentuk
d. Menerapkan kembali teknik ornamentasi. murni tradisional, sedangkan pada interior bangunan
didominasi oleh bentuk-bentuk modern. Hal ini
e.Bersifat representasional (mewakili seluruhnya). menunjukkan bahwa masjid ini menggunakan prinsip
penataan dua konsep yaitu tradisional dan modern
f. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
atau dikenal dengan tipe Neo Vernakular.
g. Dihasilkan dari partisipasi. h. Mencerminkan
aspirasi umum.

i. Bersifat plural.

j. Bersifat ekletik.

Untuk dapat disebut sebagai arsitektur post modern,


bangunan tersebut tidak harus memiliki keseluruahan
dari ciri – ciri tersebut. Cukup dengan menerapkan
dari enam sampe tujuh ciri dapat dikatakan sebagai Daftar Pustaka
arsitektur post modern. Nurhayatu Nufut Alimin : MASJID RAYA
Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post SUMATRA BARAT SEBAGAI SIMBOL
modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari PERSATUAN MUSLIM DI SUMATRA BARAT
timbulnya era post modern(Fajrine et al., 2017), Cecep Supriatna1 Sri Handayani2 : UNGKAPAN
yaitu. BENTUK DAN MAKNA FILOSOFI ATAP
a. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba MASJID RAYA SUMATERA BARAT, PADANG,
terbatas ke dunia tanpa batas, ini disebabkan oleh INDONESIA
cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru Heldiansyah Putra : PERANCANGAN MASJID
manusia. PASUJUDAN JANNATUN NAIM
b. Canggihnya teknologi menghasilkan produk- Tagar.id : FILOSOFI DAN KEISTIMEWAAN
produk yang bersifat pribadi.
BANGUNAN MASJID RAYA SUMBAR
c. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada
nilai-nilai tradisional atau daerah, sebuah Erdiansyah Gigih Prayoga1 , Anisa2 :
kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang. PENDEKATAN ARSITEKTUR TRADISIONAL PADA
BANGUNAN PENDIDIKAN BERKONSEP MODERN
Dilihat dari ketiga alasan tersebut maka dapat
“KAROL WOJTYLA” UNIVERSITAS KATOLIK ATMA
disimpilkan bahwa arsitektur post modern dan
arsitektur yang ada didalamnya adalah arsitektur JAYA
yang menerapkan sebuah konsep arsitektur
Muhammad Rizki Teguh Tri Wicaksono1 Lutfi
tradisional dengan arsitektur modern sehingga konsep
tersebut menjadi sebuah kesatuan untuk mengkritisi Prayogi1 : KAJIAN ARSITEKTUR MODERN PADA
bentuk arsitektur modern. Dalam perkembangan PRASARANA SEKOLAH KEBERBAKATAN
arsitektur, bentuk arsitektur tradisional adalah bentuk OLAHRAGA (SKO)
– bentuk yang sangat berbeda dengan bentuk
arsitektur modern yang monoton. Chaesar Dhiya Fauzan Widi1 Luthfi Prayogi2 :
PENERAPAN ARSITEKTUR NEO – VERNAKULAR
Kesimpulan
PADA BANGUNAN FASILITAS BUDAYA DAN
Penelitian dilakukan pada masjid Raya Sumatera HIBURAN
Barat (MRSB) ini menghasilkan identifikasi penanda

Anda mungkin juga menyukai