http://journals.ums.ac.id/index.php/sinektika
TINJAUAN PUSTAKA ragam, baik itu dalam hal cara, rupa, bentuk dan
lainnya yang khusus mengenai tulisan dan bangunan.
Gaya Arsitektural
Arsitektur adalah ilmu yang mempelajari bentuk Tata Elemen Arsitektural Jawa
dan ruang. Ruang disini mencakup pengertian yang Pada bangunan arsitektur tradisional Jawa
kompleks, karena arsitektur pada prinsipnya terdiri memiliki beberapa macam ornamen hias pada
dari unsur ruang, keindahan, fungsional dan kekuatan bangunannya, antara lain ornamen hias flora , fauna,
(Vitruvius, 1914). Ruang dalam arsitektur adalah alam, dan ornamen hias religi. Pada ornamen masjid
untuk pemenuhan kebutuhan manusia atau lebih banyak menggunakan ragam jenis flora, alam
kelompok manusia dalam melaksanakan aktivitas dan religi ,hal tersebut tidak lepas dari pengaruh pra-
tertentu. Arsitektur dipandang sebagai ungkapan fisik Islam (jaman peralihan dari Hindu ke Islam. Flora yang
dan peninggalan budaya dalam suatu masyarakat digunakan sebagai ornamen hias pada bangunan
tertentu, yang memiliki batasan waktu dan tempat. Jawa memiliki makna suci, dan memiliki lebih banyak
Arsitektur erat kaitannya dengan budaya dan variasinya. Ragam hias ini juga merupakan simbol
keadaan lingkungan dari suatu geografis tertentu keindahan dan kebaikan dan biasanya menggunakan
yang akhirnya dapat menunjukan suatu ragam yang warna-warna seperti merah, hijau dan kuning atau
mencirikan suatu daerah tersebut. Ragam ornamen emas (Cahyandari, 2012 )
bangunan yang sering digunakan dari berbagai Berikut merupakan macam-macam ornamen
daerah di Indonesia adalah flora, selain fauna dan hias di bangunan tradisional Jawa dengan kebiasaan
alam juga ornamen geometris atau ornamen hias perletakan dan artinya:
religi. Sementara itu gaya arsitektur merupakan
Ragam hias alam menekankan peran semesta Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
dan Tuhan. Kosmologi dualisme (siang malam, laki- tentang tata ruang dapat diambil satu pengertian
laki-perempuan),orientasi, dan topografi yang di bahwa tata ruang masjid adalah wujud struktur dari
transformasikan dalam simbol yang berbentuk air, daerah masjid yang merupakan wadah manusia
awan, sinar, dan matahari. Ragam hias agama dalam melakukan kegiatan di masjid yang secara
membentuk hubungan antara hamba dengan Tuhan hierarki memiliki hubungan yang fungsional. Bahkan
melalui simbol-simbol yang bernuansa keagungan menurut Syamsiyah, et al. (2019) tata ruang masjid
dengan makna perlindungan. Letaknya menyesuaikan (ruang dalam dan ruang luar) berpengaruh terhadap
dengan fungsi bangunan. terbentuknya pola spasial yang mengarah kepada
keberlanjutan kenyamanan audial sebuah masjid.
Tabel 2. Ragam Hias Kepercayaan: Arti dan Penempatan
METODE PENELITIAN
faktor-faktor tersebut mempengaruhi pola pikir Berikut merupakan beberapa persamaan dan
masyarakakat dalam membangun suatu bentuk perbedaan ornamenasi bangunan:
arsitektur di dua objek penelitian ini. Lebih jauh latar 1. Ornamen pada tiang bangunan
belakang sejarah berdirinya dua masjid keraton ini Tiang Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta
harus dipahami terlebih dahulu, agar dapat memiliki ornamen Jawa, seperti Padma, Saton,
mengidentifikasi gaya arsitekturalnya. Praban, Mirong, Sorotan dan Tlacapan. Sedangkan
Gaya arsitektur kedua masjid memiliki kesamaan pada Masjid Agung Surakarta hanya terdapat
dalam bentuk atap, dimana atap adalah yang bagian beberapa motif saja yaitu Mirong , Sorotan dan
bangunan masjid yang paling mudah untuk dikenali Tlacapan. Terdapat hal menarik pada tiang serambi
dan mendominasi bentuk bangunan masjid sevara Masjid Agung Surakarta bagian luar, yaitu ornamen
keseluruhan (Kartono, 2005). Atap masjid terdiri atas tiang bangunan Yunani, yaitu ornamen langgam doric
atap utama bersusun tiga, yang disebelah kanan dan (Tim, 2014).
kirinya terdapat atap limasan, sebagai penutup ruang
dibawahnya, yang berfungsi sebagai pawastren dan
ruang penunjang lainnya. Terakhir adalah atap di
bagian depan atap utama, yaitu atap serambi masjid
berbentuk limasan. Di bagian depan (timur) atap
limasan terdapat atap memanjang kearah timur, dan
di bawahnya merupakan pintu masuk masjid (batas
suci). Beberapa gambar terkait bentuk atap lihat
gambar 5. Gaya arsitektur lain yang tampak adalah
bentuk bangunan panggung. Bentuk panggung
merupakan peninggalan dari arsitektur Hindu, yang
sudah berkembang lebih dahulu di Jawa, sebelum Gambar 2. Ornamen tiang langgam doric di
Islam masuk. Bentuk panggung pada bangunan Masjid Gedhe Surakarta
peribadatan Hindu, yaitu candi terbagi atas tiga
bagian, bagian terendah untuk fungsi komunal,
hierarki berikutnya untuk fungsi komunal dan 2. Ornamen pada bagian langit-langit
personal, dimana ibadah yang bersifat individu dan Ruang dalam masjid Gedhe Kauman Yogyakarta
bersama ada di dalamnya, sebagai tempat bagian langit-langit bukan hanya terdiri dari blandar
mempersiapkan diri untuk ibadah yang bersifat dan usuk saja, tetapi terdapat tumpangsari, yang
individu, dan terakhir adalah hierarki tertinggi memiliki berbagai macam ornamen Jawa.
merupakan tempat berlangsungnya ibadah yang Tumpangsari bermotif banyu tetes, tlacapan, lung-
bersifat individual. lungan dan disudut pertemuan blandar terdapat
Gaya arsitektural bangunan dapat diketahui juga nanas an. Masjid Gedhe Surakarta, dengan langit-
dari aspek ornamenasinya. Terdapat persamaan dan langit atap tajug bermotif hias putri mirong dan
perbedaan ornamen yang ditemukan di Masjid Agung bentuk saton. Ornamen Jawa pada tumpangsari
Surakarta dan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. menempel juga pada langit-langit serambi masjid.
Mirong Sorotan
Seperti saton
motif Bunga
Tlacapan
Mirong
Praban Lung-lungan
Saton Nanas an
Banyu tetes
Padma Tlacapan
Padma
Gambar 1. Ornamen tiang di Masjid Kauman Yogyakarta Gambar 2. Ornamen langit-langit di Masjid Kauman
(kiri) dan Masjid Gedhe Surakarta (kanan) Yogyakarta (bawah) dan Masjid Gedhe Surakarta (atas)
3. Ornamen Pintu dan Jendela Masjid Gedhe Surakarta, tetapi pada Masjid Kauman
Pintu dan jendela dari kedua masjid memiliki Yogyakarta terdapat ornamen lambang keraton
kesamaan bentuk ornamen, yaitu berbentuk kaligrafi kasultanan Yogyakarta dan jam besar.
dan berbentuk flora seperti wajik. Sedangkan jendela
pada kedua masjid pun sama, tidak berornamen,
jendela dengan jeruji dan daun jendela kayu.
Ornament geometris
Tlacapan (deretan
segitigasama kaki
Lung-lungan Gambar 5. Mustaka di atap masjid dan pintu masuk Masjid
Gedhe Surakarta (atas) dan Masjid Kauman Yogyakarta
Ornamen bentuk wajik (bawah)