Anda di halaman 1dari 6

Konsep Arsitektur Jawa Dan Sunda Pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

KONSEP ARSITEKTUR JAWA DAN SUNDA PADA MASJID AGUNG


SANG CIPTA RASA CIREBON

Mudhofar Muffid1, Bambang Supriyadi2 ,R.Siti Rukayah3.


1,2,3
Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro
Jl.Hayam Wuruk No.05 Pleburan – Semarang – Jawa Tengah

ABSTRAK
Salah satu alasan Cirebon dikenal sebagai kota Wali, adalah dengan melihat sejarah
Cirebon sebagai pusat pengembangan Islam ditanah Jawa Barat termasuk Banten, dan Masjid
Agung Sang Cipta Rasa sebagai pusat kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan mempunyai
peran stategis dan penting. lokasi Cirebon yang berada di perbatasan Jawa dan Sunda,
memungkinkan terjadinya akulturasi budaya dan pengaruh lokal mempengaruhi wujud
arsitektur Masjid Agung tersebut, pengaruh Sunda dikarenakan Sunan Gunung Jati adalah cucu
dari Prabu Siliwangi Raja kerajaan Pajajaran yang menguasai tanah Sunda, memberikan
pengaruh yang cukup besar, disisi lain Sunan Gunung Jati merupakan anggota Dewan Wali
Sanga yang berpusat di Jawa, juga mempunyai salah satu istrinya dari pembesar Majapahit. Dua
arsiektur tradisonal ini memberikan pengaruh yang cukup besar pada perwujudan konsep
arsitektur pada Masjid Agung sang Cipta Rasa.
Penelitian ini dengan metode penelitian Kualitatif bertujuan mengkaji dugaan pengaruh
dua arsitektur tradisional yaitu arsitektur Sunda dan arsitektur Jawa terjadi pada konsep
arsitektur yang digunakan. Sasarannya mengkaji tata letak Masjid Agung Sang Cipta Rasa
terhadap kawasan Keraton, Bentuk dan Ruang Arsitektur serta ragam hias. Dari hasil penelitian
dapat dilihat perpaduan dua konsep Arsitektur Jawa dan Sunda ada pada Konsep Arsitektur
Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Kata Kunci : Masjid, Arsitektur Jawa, Arsitektur Sunda

PENDAHULUAN. Sanga, dan Sunan Gunung juga merupakan


Cirebon dikenal sebagai kota Wali, anggota Dewan Wali Sanga juga mempunyai
dengan melihat sejarah Cirebon sebagai pusat salah satu istrinya dari pembesar Majapahit
pengembangan Islam ditanah Jawa Barat (Jawa), yang dari istrinya ini trah raja – raja
termasuk Banten. Syarief Hidayatullah atau Cirebon selanjutnya, memberikan pengaruh
yang lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunung yang cukup besar pada perwujudan konsep
Jati bergelar Susuhunan Cirebon, di bawah arsitektur pada Masjid Agung sang Cipta Rasa.
kepemimpinannya Cirebon berkembang pesat Jadi diduga kuat pengaruh dua arsitektur
sebagai Pusat Penyebaran Islam di tanah Sunda tradisional yaitu arsitektur Sunda dan arsitektur
dan Kerajaan Cirebon menjadi kerajaan yang Jawa terjadi pada konsep arsitektur yang
merdeka dan berdaulat. digunakan.
Pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa
terjadi akulturasi budaya dan pengaruh lokal PERBANDINGAN ARSITEKTUR MASJID JAWA
juga mempengaruhi konsep arsitekturnya, DAN SUNDA
lokasi Cirebon yang berada di perbatasan Jawa Arsitektur Masjid
dan Sunda, disatu sisi Sunan Gunung Jati adalah Masjid pertama yang dibangun Rosullullah
cucu dari Prabu Siliwangi Raja kerajaan adalah Masjid Quba , sangatlah sederhana
Pajajaran yang menguasai tanah Sunda, dengan lapangan terbuka intinya dan
memberikan pengaruh yang cukup besar. Disisi penempatan mimbar pada sisi dinding arah
lain islam berkembang ditanah jawa oleh Wali kiblat,serta ditengah – tengah terdapat sumber

65
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.2
No. Juli - Desember 2014

air untuk tujuan bersuci ( berwudlu ), Masjid jenis bangunan Jawa,, yang terdiri dari bangunan
Quba merupakan karya spontan dari rumah tempat tinggal, rumah
ru ibadah, rumah
masyarakat muslim di Madinah, juga di sebut tempat bermusyawarah ,dan rumah tempat
sebagai Masjid Arab asli ( Rochym,1983 ) menyimpan.
Tiga model el dasar masjid yaitu, masjidil
Haram di Makkah, masjid Nabawi di m Bentuk – bentuk atap Tajug/Masjid Jawa
Madinah dan masjid Kubah
ubah Al-Sakhra
Al di Pada dasarnya, bentuk bangunan tajug
Jerusalem, Masjidil Haram aram dengan sentranya ini hampir sama dengan bentuk bangunan joglo,
Ka’bah yang sejatinya adalah ah sebuah titik bedanya bentuk bangunan tajug tidak memiliki
orientasi, Masjid
asjid Nabawi adalah sebuah rumah molo, jadi atapnya tidak brunjung tetapi lancip
dan masjid Kubah Al-Sakhra
Sakhra adalah
adal monumen atau runcing. Atap dibuat demikian diartikan
peringatan Isra Mi’rajnya Nabi, itulah sebabnya sebagai lambing keabadian Tuhan dan keesaan
di Masjidil Haram poros orientasi bisa bergerak Tuhan. Bangunan ini menggunakan
me saka guru
dari berbagai arah, meskipun secara teoritik ia sebanyak 4 buah, atapnya, 4 belah sisi.
berbentuk radial, namun dalam praktek ia di d Bangunan tajug ini memiliki variasinya
gelar mengarah ke empat sisi dinding Ka’bah. sepertinya halnya bangunan lainnya, yaitu
Poros orientasi Masjid
asjid Nabawi mengarah dari sebagai berikut :
utara ke selatan, sementara Masjid Kubah K Al-
Sakhra cenderung menjulang ke atas ( Ibnu
Khaldun dalam Fanani, 2009 )
Arsitektur suatu ilmu yang mempelajari
tentang upaya manusia dalam menciptakan
wadah/ruang untuk dan dalam rangka
kehidupannya. Jadi menurut pengertian ini,
arsitektur dapat dimaksudkan sebagai proses
maupun sebagai produk/hasil penciptaan..
Arsitektur masjid mencitrakan
ketundukan dan keteraturan yang
menyelaraskan kehidupan n sesama manusia Gambar 1.
maupun dengan Sang Khaliq.haliq. Shalat merupakan Gambar atap masjid jawa
kegiatan pertama yang diwadahinya, baik ( Ismunandar,K.R,2003 )
sendiri maupun berjamaah, ketika
melaksanakan shalat seseorang sedang KONSEP ARSITEKTUR SUNDA
berdialog pasrah kepada Sang Pencipta maupun Rumah di kampung masyarakat SundaSu
terhubung sesamanya. Tataruang arsitetur umumnya terdiri dari dua jenis. Pertama
Pertam ,
masjid mencitrakan tata hubungan itu. Mihrab, dilihat dari bentuk atap, mereka mengenal
mimbar dan ruang jamaah terkait dengan istilah seperti : suhunan-jolopong,
suhunan tago(jogo)-
keteraturan hubungan menuju kepada anjing, badak-heuay,
heuay, parahu-kumureb,
parahu jublekg-
Tuhannya, sementara orientasi ke satu titik, titi nagkub, dan julang-ngapak.
ngapak. Kedua. Dilihat dari
kiblat, adalah citra ketundukan semesta kepada pintu masuk (entrance) muncul istilah buka-
buka
Yang Satu, citra hierarki tata ruang abadi, palayu dan buka-pongpok.
pongpok.
tempat kedudukan jiwa suci ci di dalamnya. ( Pada aspek bentuk, empat kategori
Fanani, 2009 ) hubungan urang Sunda dengan lingkungannya
. dihadapkan dengan kompleks wadah dan
Konsep Arsitektur Jawa konsep tempat sehingga diperoleh kategori
Arsitektur Jawa adalah arsitektur yang jenis wadah arsitektural yang dapat
da ditemukan
lahir, tumbuh dan berkembang, di dukung dan di masing-masing
masing kampung. Kuantitas dan
di gunakan oleh masyarakat Jawa. kualitas relasi jenis wadah dengan makna
Di dalam buku arsitektur tradisional tempat arsitektural dapat ditelusuri dari
daerah istimewah h Yogyakarta yang di sunting kategori tersebut.
Sugiarto Dakung, di jelaskan tentang jenis –

66
Konsep Arsitektur Jawa Dan Sunda Pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

Gambar atap – atap tradisonal sunda (sumber


( :
salira,purnama,2007 )
Gambar Denah Masjid Agung Sang Cipta Rasa (
MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON analisis penulis 2013)

wal berdirinya daerah Cirebon dengan


Awal PEMBAHASAN
nama Lemah Wungkuk, sebagai cikal bakal
Kerajaan/Kesultanan Cirebon, sebagai pusat Tata letak,, Pagar dan Gapura Masjid Agung
penyebaran Agama Islam dan menjadikan Sang Cipta Rasa terhadap kawasan Keraton
Cirebon sebagai kota budaya, semakin Kasepuhan Cirebon.
berkembangnya agama Islam ,semakin Dalam morfologi kota kuno dijawa
banyaklah
aklah penduduk yang berdatangan
berdatan ke Kota keterkaitan letak masjid tidak terlepas dengan
Cirebon ( pedagang Arab,
rab, dan Cina ). keberadaan pusat pemerintahan
peme dalam hal ini
keraton, alun - alun sebagai ruang publik dan
pasar sebagai ruang aktifitas ekonomi , alun -
alun , masjid agung, keraton merupakan
elemen- elemen tata ruang kota.
Letak masjid agung terhadap alun alun
di cirebon, dan demak , juga surakarta dan
yogyakarta yang lebih muda adalah sama ,
Masjid agung berada di sebelah barat alun-alun.
alun
Alun- alun Cirebon ebon memiliki kekhasan
berbentuk persegi panjang berbeda dengan
alun alun yang lainnya yang cenderung
berbentuk bujur sangkar dan lebih memanjang
ke arah utara – selatan, alun alun Cirebon, juga
memiliki kekhasan sumbu imajiner utara selatan
Masjid agung sang Cipta Rasa tahun 1930 menyerong barat at laut tenggara dengan deviasi
( sumber: Keraton Kasepuhan 2012) 11 derajat dari utara selatan geografis
(Roesmanto,2012)
Pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Menurut catatan Keraton Kasepuhan, yang
mengacu pada Candra Sengkala “Waspadae

Panembahae Yuganing Ratu”, ”, yang bermakna
angka 2241 atau tahun 1422 saka atau tahun
1500 masehi, sedangkan menurut
enurut Pangeran
Wangsakerta dalam catatan sejarahnya
berjudul Pusaka Negara Kertabhumi yang
disusun pada tahun 1694, Masjid Agung
Kasepuhan dibangun pada tahun 1489 Masehi.

67
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.2 Juli - Desember 2014

Elemen Atap / Kepala Bangunan Masjid Agung


Sang Cipta Rasa

Citra satelit Masjid Agung Sang Cipta Rasa


( sumber : gogle earth 2013) Gambar : Bentuk atap Masjid Agung Sang Cipta Rasa
th 1900 an
Bentuk Masjid Agung Sang Cipta Rasa ( sumber : KITLV diakses 2013)
Elemen kaki bangunan
Bentuk dan wujud pondasi dalam Bentuk atap masjid Jawa yang beratap
menopang bangunan, pada bangunan utama tajug dan bervariasi dengan tumpang dua atau
yang menopang konstruksi keseluruhan adalah lebih, sedangkan pada masjid Sunda berbentuk
kolom atau tiang dari kayu kayu bulat yang pelana dan limasan, bentuk atap Masjid Agung
berdiameter 30 sampai 40 centimeter, dan Sang Cipta Rasa yang berbentuk limasan tetapi
kolom tiang di topang oleh umpak dari batu bertumpang tiga, dapat diduga terjadinya
berbentuk bulat. Pada bangunan arsitektur perpaduan dua arsitektur tradisional dengan
Jawa ditemukan kolom atau tiang selalu berbentuk limasan yang dipengaruhi arsitektur
berumpak, sedangkan di arsitektur Sunda, Sunda sedangkan atap bertumpang tiga
biasanya bangunan panggung yang berada merupakan pengarruh arsitektur Jawa seperti
diatas tanah. Dengan demikian elemen kaki pada masjid Jawa kuno pada umumnya.
pada masjid agung mengambil langgam
arsitektur Jawa. Analisa Ruang Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Denah masjid awal sebagai ruang utama
Elemen Badan Bangunan Masjid Agung Sang dan ruang inti berbentuk persegi panjang
Cipta Rasa dengan ukuran 17,95 x 14,08 meter, bentuk
Bangunan utama sebagai badan denah persegi empat. Bentuk denah pada
bangunan ditopang oleh kolom semuanya masjid Jawa selalu berbentuk bujur sangkar,
berjumlah 74 kolom, dibagian dalam ruang denah masjid di Sunda diambil pada tiga
utama kolom berjumalh 30 kolom atau saka di kampung tradisional yaitu, kampung tonggoh
bagian luar serambi berjumlah 44. Jumlah Garut, kampung Palastra Majalengka dan
kolom mempunyai makna filosofi tentang kampung naga Tasikmalaya berbentuk persegi
proses awal kehidupan manusia. panjang, tidak ada yang berbentuk bujur
Kolom dan Dinding sebagai elemen sangkar, walau bentuk persegi empatnya
badan bangunan, dengan bentuk dinding, dan menghadap ke arah kiblat, pada ketiga denah
bahan yang digunakan adalah batu bata masjid hampir serupa berbentuk persegi empat,
dengan ketebalan dinding diduga merupakan dengan menghadap sumbu kiblat, memberikan
pengaruh arsitektur Jawa. Sedangkan di arah yang jelas ketika sholat menghadap ke
arsitektur Sunda untuk dinding lebih kepada arah kiblat.
pemakaian bahan – bahan alami seperti kayu, Melihat bentuk persegi denah Masjid
papan dan sebagainya yang langsung dari alam. Agung Sang Cipta Rasa yang berbeda dengan
bentuk bujur sangkar pada denah – denah
bangunan masjid wali atau masjid besar di
tanah Jawa, diduga bentuk tersebut pengarug
68
Konsep Arsitektur Jawa Dan Sunda Pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

arsitektur Sunda yang cenderung berbentuk Sebagai akhir pembahasan dibuat tabel
persegi pada permukiman kampung Sunda, perbandingan arsitektur Jawa dan Sunda pada
konsep bujur sangkar yang cenderung memusat Masjid Agung Sang Cipta Rasa
pada bangunan fungsi masjid pun jarang
ditemukan pada permukiman kampung ditanah N KONSEP ARSITEKTUR KONSEP ARSITEKTUR
Sunda. O MASJID JAWA SUNDA
Tata letak Masjid terhadap
1 √
Analisa Pembagian Ruang Masjid Agung Sang Kawasan
Cipta Rasa. Pagar dan Gapura sebagai
2 √
Pembagian ruang pada masjid di elemen lansekap
Bentuk elemen arsitektur
Cirebon, dan Jawa terdapat kesamaan , pada
Kaki Bangunan √ √
masjid pejlagrahan, masjid merah panjunan dan 3
Badan Bangunan √
masjid Agung Banten serta masjid Agung Atap/Kepala Bangunan √
Demak, meliputi Ruang Utama, ruang inti Ruang Arsitektur
masjid, mihrab, ruang serambi tengah dan 4 Denah √
depan, ruang pawestren, ruang t.wudlu ,tempat Pembagian Ruang √ √
pemulihan jenazah, makam, dan sebagainya.
Ragam hias pada elemen
Analisa Ragam Hias Masjid Agung Sang Cipta Arsitektur Mihrab &
Rasa 5 √
mimbar Dinding & kolom
Pada masjid Agung Sang Cipta Rasa Atap Pagar & gapura
bentuk ragam hias bangunan yang terdapat
pada beberapa elemen seperti mihrab, ukiran Tabel Perbandingan konsep arsitektur Jawa dan
pada tiang, balok diatas pintu, struktur atap, Sunda pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa (sumber
tiang dan relief dinding masih banyak yang Analisa Penulis 2014)
dipengaruhi oleh pengaruh sebelum Islam. Hal
ini memperlihatkan terjadinya akulturasi KESIMPULAN
budaya. Pada ragam hias kolom, dinding dan Berdasarkan pembahasan pada bab
atap, mihrab dan mimbar masih dipengaruhi diatas, dapat ditarik kesimpulan – kesimpulan
unsur sebelum islam, yaitu Hindu tetapi berdasarkan latar belakang dan analisa sebagai
selanjutnya di padukan dengan nilai Islam dan berikut :
Jawa, sedangkan di tanah Sunda tidak mengenal 1. Tata letak Masjid Agung Sang Cipta Rasa
tentang ragam hias khususnya pada bangunan pada lanskap kawasan Keraton Kasepuhan,
masjid. Ragam hias pada pagar dan Gapura merupakan konsep kota lama/ kota
,dilihat dari bentuk baik pada pagar maupun keraton yang ada di Jawa.
pada gapura, dipengaruhi arsitektur Jawa, 2. Adanya Perpaduan arsitektur Jawa dan
Sunda pada arsitektur Masjid Agung Sang
Cipta Rasa, pada denah dan atap
merupakan arsitektur Sunda, sedang kan
arsitektur Jawa pada pembagian ruang,
elemen kaki bangunan, badan bangunan
dan ragam hias.

DAFTAR PUSTAKA
Salura,Purnama,2007, Menelusuri Arsitektur
Masyarakat Sunda, Cipta sastrasalura,Bandung
Daking ,Sudiyanto ,1981/1982, Arsitektur Tradisional
Gambar Mihrab dengan ragam hias daerah Istimewah yogyakarta. Depdikbub ,Jakarta
( sumber Keraton Kasepuhan 2012 ) ------------,1981/1982,Arsitektur Tradisional Daerah
Jawa Barat, Depdikbud, Jakarta

69
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.2 Juli - Desember 2014

Ismunandar,K,R, 2003, Joglo Arsitektur Rumah Fanani,Ahmad, 2009, Arsitektur masjid. Bentang
Tradisional Jawa,Effhar, Surabaya. Yogyakarta
Sudjana, T.D,2003, masjid agung sangciptarasa dan Jo santoso, 2008, Arsitektur-Kota Jawa. Kosmos,kota &
muatan Mistiknya . humaniora ,Jakarta kuasa, Centrapolis Jakarta,
ATJA , 1986, Carita purwaka caruban nagari, Abdul Baqin zein,Abdul,1999, Masjid-masjid bersejarah
Wangsakerta, Pangeran,1983 ,Pustaka Nagara Kreta di indonesia . gema insaini Jakarta
Bhumi, Yayasan Pembangunan Jawa Barat, Jakarta P.S. Sulendraningrat,1984, Babad tanah sunda, Babad
Rochym, Abdul ,1995, Masjid dalam karya arsitektur Cirebon.
nasional Indonesia. Angkasa bandung, Potensi wisata budaya kota cirebon,2006, Dinas
kebudayaan dan pariwisata kota cirebon.

70

Anda mungkin juga menyukai