Anda di halaman 1dari 8

METAFORA BANGUNAN MASJID RAYA SUMATERA BARAT

1
Dhia Rafiqah Isnaini, 2Hasan Assegaff, 3Siti Naurah Zulfa, 4Yoga Putra Pradana

1,2Program Studi Arsitektur, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan


3Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak

Arsitektur Islam muncul sebagai wujud kebudayaan manusia sebagai tempat bernaung yang berdasarkan
Al-Quran dan Hadits. Namun dalam perkembangannya saat ini Arsitektur Islam mengalami penyempitan
makna sebagai tempat ibadah, dan penerapan seni dalam arsitektur islam hanya terbatas sebagai ornamen
semata. Sedangkan dalam dakwah islam, seni merupakan media yang berperan penting karena seni
memiliki daya tarik tersendiri yang dapat mengesankan hati bagi pendengar maupun penontonnya. Namun,
seni budaya Islam sulit berkembang dikarenakan faktor fasilitas yang kurang memadai. Karena itu, perlu
adanya metode pendekatan desain yang dapat menjembatani kesenian sebagai objek pendekatan desain
dan arsitektur, yaitu metafora. Metafora dapat memudahkan pemindahan makna ke dalam bangunan,
sehingga penerapan seni dalam arsitektur Islam yang tadinya hanya sebagai ornamen dapat pula
membentuk ruang-ruangnya. Untuk mendapatkan pemahan bentuk lebih lanjut, terdapat konsep
pembacaan tanda atau semiotika, sehingga makna yang hendak dicapai ditransformasikan ke dalam unsur
dan prinsip desain terlebih dahulu. Hasil pembacaan tanda tersebut diterapkan ke dalam desain yang dapat
menjembatani keterkaitan antara seni dengan arsitektur islam menggunakan pendekatan metafora.

Kata Kunci: Metafora, Masjid, Masjid Raya Sumatera Barat, Masjid Mahligai

PENDAHULUAN adalah masjid Raya Sumatera Barat yang


merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat.
1.1 Latar Belakang Analisis yang dilakukan pada Masjid Raya
Metafora dalam arsitektur merupakan salah Sumatera Barat ini adalah analisis dari
satu cara arsitek dalam memperlihatkan makna bentukan, tipologi, eksterior, dan unsur-unsur
pada sebuah bangunan. Metafora dapat berupa pada interior masjid.
bentukan yang nyata, bentukan abstrak,
maupun kombinasi dari kedua hal tersebut. 1.3 Tujuan Penulisan
Metafora dapat digunakan pada bangunan Tujuan penulisan ini adalah menganalisis dan
apapun, termasuk bangunan masjid. Dalam memahami metafora dari Masjid Raya
Islam, seni cukup terbatas pada ornamen Sumatera Barat.
kaligrafi, oleh karena itu, penggunaan metafora
dapat dijadikan sebagai bentuk seni pada DESKRIPSI
bangunan-bangunan Islam, termasuk masjid.
Masjid Raya Sumatera Barat adalah salah satu 2.1 Metafora
masjid yang menggunakan metafora dalam Secara etimologis, terminologi metafora
bentukannya. dibentuk dari gabungan dua kata Yunani, yaitu
“meta” yang artinya diatas dan “pherein” yang
1.2 Rumusan Masalah artinya mengalihkan atau memindahkan.
Penulisan ini menganalisis tentang metafora Dengan demikian, metafora adalah pengalihan
pada bangunan masjid. Masjid yang dipilih citra, makna, atau kualitas sebuah ungkapan
kepada suatu ungkapan lain (Classe: 2000: yang lain dimana mempunyai persamaan nilai
941). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep dengan objek visualnya.
(2008:59), definisi metafora adalah
penggunaan kata ataupun kelompok kata bukan 2.2 Masjid
dengan arti yang sebenarnya melainkan sebagai Masjid merupakan sebuah bangunan tempat
lukisan yang berdasarkan persamaan atau untuk melakukan ibadah kaum muslimin.
perbandingan. Sebagai bagian dari arsitektur, masjid
merupakan konfigurasi dari segala kegiatan
Menurut Charles Jenks dalam bukunya “The kaum muslimin dalam melaksanakan kegiatan
Language of Post Moden”, pada awal tahun agamanya. Dengan demikian maka masjid
1970-an muncul ide untuk mengkaitkan sebagai bangunan merupakan ruang yang
arsitektur dengan gaya bahasa, antara lain berfungsi sebagai penampungan kegiatan
dengan cara metafora. pelaksanaan ajaran agama Islam sehingga
terdapatlah kaitan erat antara seluruh kegiataan
Pengertian metafora dalam arsitektur yaitu keagamaan dengan masjid (Rochym, 1995:14).
kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan Masjid juga memberikan kesan yang akrab
dalam bangunan dengan harapan akan dengan segi kehidupan sosial dikarenakan
menimbulkan tanggapan dari orang yang pertumbuhan masjid itu senantiasa mengikuti
menikmati atau memakai karyanya. Arsitektur sifat perkembangan Islam yang memasuki
yang berdasarkan prinsip – prinsip metafora berbagai kehiduapn yang beraneka ragam
adalah sebagai berikut, 1) Mencoba atau sifatnya di setiap daerah perkembangannya
berusaha memindahkan keterangan dari suatu (Rochym, 1995:15).
subjek ke subjek lain; 2) mencoba atau
berusaha untuk melihat suatu objek seakan – Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
akan suatu hal yang lain. bahwa masjid merupakan tempat untuk
beribadah dan berkegiatan para umat muslim,
Penerapan metafora dalam arsitektur memiliki yang bentuknya bermacam – macam
beberapa kegunaan, yaitu memungkinkan tergantung pengaruh yang masuk dari suatu
untuk melihat suatu karya arsitektural dari lingkungan.
sudut pandang yang lain, mempengaruhi untuk
timbulnya berbagai interprestasi pengamat, dan Telah dijelaskan dalam (Situmorang, 1988: 24)
dapat menghasilkan arsitektur yang lebih beberapa bagian yang menjadi ciri khas dari
ekspresif. bangunan masjid yaitu Mihrab (tempat Imam
memimpin Sholat), Mimbar, Liwan (Tempat
Kategori metafora dalam arsitektur: makmum), Menara, kubah, pintu masuk,
1) Intangible Metaphors (metafora yang tidak serambi, dan sahn (tempat berwudhu).
dapat diraba) merupakan metafora yang
berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat Islam masuk ke Minangkabau melalui dua
manusia dan nilai – nilai seperti jalur. Pertama melalui jalur Pesisir Timur (Selat
individualisme, naturalism, tradisi, dan budaya. Malaka) dan yang kedua melalui jalut Pesisir
2) Tangible Metaphors (metafora yang nyata), Barat (Samudra Hindia). Selanjutnya agama
metafora yang berangkat dari hal-hal visual Islam dari Pesisir Timur dan Pesisir Barat
seperti karakter tertentu dari sebuah benda, bertemu di daerah Minangkabau asli.
yang menghasilkan bentuk sama persis seperti
karakter tersebut. Sudarman (2010) menjelaskan sejak Islam
3) Combined Metaphors (metafora kombinasi), datang dan menjadi agama mayoritas di
merupakan gabungan dari intangible Minangkabau, Islam yang datang pada saat itu
metaphors dan tangible metaphors dengan tidak secara langsung kemudian menghapus
membandingkan suatu objek visual dengan tradisi dan kebudayaan yang telah berkembang
sebelumnya. Pembangunan dimulai dengan peletakan batu
pertama pada tanggal 21 Desember 2007 oleh
Menurut Yulianto Sumalyo (2000:478) dalam Gamawan Fauzi, Gubernur Sumatera Barat
Sudarman 2010, arsitektur masjid di pada saat itu. Namun, pembangunan terhenti
Minangkabau memiliki sifat vernavular artinya pada tahun 2009 karena terjadinya gempa bumi
memakai arsitektur tradisional seperti pada sebesar 7,6 skala richter di Padang. Akibat dari
masjid Taluak di Bukittinggi. Hal itu terlihat gempa tersebut, pembangunan Masjid Raya
dari hiasan dan atap miringnya yang sangat Sumatera Barat pun baru dilanjutkan kembali
tajam. pada tahun 2014.

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Pembangunan Masjid

Gambar 2 - Atap Masjid Raya Sumatera Barat.


Sumber: www.tribunnews.com

Gambar 1 - Masjid Raya Sumatera Barat. Pada 31 Desember 2017, pekerjaan


Sumber: www.tribunnews.com pembangunan masjid ini baru selesai 71% dari
seluruh bangunan yang dibangun tiga lantai
Masjid Raya Sumatera Barat sering juga dan dapat menampung sekitar 20.000 jamaah.
disebut sebagai Masjid Mahligai, masjid ini
Masjid ini sendiri dibangun pada lahan seluas
merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat
40.000 meter persegi dan luas bangunan
dan termasuk salah satu masjid terbesar di
utamanya kurang dari setengah luas lahannya
Indonesia yang terletak di Jalan Khatib yaitu hanya sebesar 18.000 meter persegi
Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota sehingga sisa lahan menjadi halaman yang
Padang, Sumatera Barat. Masjid Raya sangat luas. Hingga saat ini, Masjid Raya
Sumatera Barat ini didesain oleh arsitek Rizal
Sumatera Barat masih dalam tahap konstruksi.
Muslimin, pemenang dari sayembara yang
diikuti oleh 323 arsitek dari berbagai negara. 3.2 Tipologi Langgam dan Eksterior Masjid
Pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat ini Pada dasarnya, arsitektur masjid ini mengikuti
dilakukan oleh PT. Total Bangun Persada dan arsitektur Minangkabau dimana terdapat ukiran
terbagi ke dalam tiga tahap. Tahapan pertama minang dan penggunaan atap bergonjang
merupakan pekerjaan persiapan, tahapan kedua dengan dinding atap bermotif songket tembus
yaitu pengurukan tanah, dan tahapan yang pandang yang menjadi ciri arsitekturnya.
terakhir yaitu pemasangan struktur bangunan. Bentuk gonjang sendiri diyakini berasal dari
Setelah tiga tahapan pembangunan tersebut tanduk kerbau yang merupakan ciri khas etnik
selesai, pembangunan dilanjutkan dengan Minangkabau.
pengerjaan ruang sholat dan tempat wudhu,
pemasangan keramik pada lantai, dan kaligrafi
pada fasad bangunan.
bangunan memberikan kesan “membumi” dan
terbuka, sehingga masyarakat tidak merasa
sungkan untuk memasuki kawasan masjid.
3.3 Interior Masjid

Gambar 3 - Ukiran Kaluak Paku.


Sumber: baralek.blogspot.com

Pada bagian dinding masjid terdapat beberapa


ukiran khas Minangkabau, diantaranya ukiran
“kaluak paku” dan ukiran “itik pulang petang”.
Ukiran ukiran tersebut memiliki makna
berkaitan antara adat Minangkabau dan ayat
Gambar 5 - Interior Masjid.
ayat Al-Quran. Sumber: cintamasjid15.blogspot.com
Bagian interor masjid terdiri dari beberapa
bagian, diantaranya Mihrab (tempat imam
memimpin sholat berjamaah), Liwan (pintu),
dan Sahn (tempat berwudhu). Bagian Mihrab
menggunakan bentukan desain yang modern
dengan bentuk lingkaran bulat telur. Bentuk
tersebut mengingatkan pada bentukan hajar
aswad yang berada di Makkah. Selanjutnya,
bagian Liwan, bagian ini di desain sangat bersih
dan kokoh dengan menggunakan material
beton dan keramik. Untuk bagian Sahn,
menggunakan desain yang sangat sederhana
Gambar 4 - Masterplan Masjid Raya Sumatera Barat. dengan warna yang gelap. Tempat wudhunya
didesain terbuka sehingga dapat membawa
Selain dari sudut pandang arsitektur udara masuk.
Minangkabau, atap Masjid Raya Sumatera
Pada bagian interior masjid pun sama halnya
Barat yang memiliki empat sudut lancip ini
juga menggambarkan kejadian peletakan batu dengan bagian exterior yang menerapkan
Hajar Aswad ketika terjadi renovasi Ka’bah. langgam ornamen ornamen dari budaya
Minangkabau. Namun, pada bagian interior,
ornamen ornamen yang terdapat pada
Bentuk masterplan kawasan Masjid Raya
bangunan lebih dipertimbangkan segi
Sumatera Barat ini pun disesuaikan dengan
nuansa lokal masyarakat Minangkabau. fungsionalitasnya, sehingga ornamen ornamen
Kawasan Masjid Raya Sumatera Barat juga pada interior bangunan tidak hanya berupa
dilengkapi dengan fasilitas lembaga gambar atau kaligrafi namun juga memiliki
fungsi.
pendidikan (madrasah setingkat SD dan SLTP),
perpustakaan, tempat rekreasi keluarga
sakinah, ruang serba guna yang dapat Pada interior bangunan bagian dinding,
didominasi oleh pintu pintu dan jendela yang
menampung 3.000 orang, ruang pentunjukan
kesenian, dan sebagainya. Penataan massa memiliki lubang lubang vertikal sebagai jalur
masuk dan keluarnya udara. Pada bagian
bangunan dengan masjid sebagai sumbu dari
plafon, terdapat bentuk bagian dalam kubah, Makna dari ukiran kaluak palu sesuai dengan
meskipun tidak memperlihatkan bentukan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
kubah pada bagian luarnya, namun bentukan sallam:
kubah tetap dapat terlihat pada bagian dalam
masjid. Bagian plafon pun dipenuhi dengan ‫َ مت ُلَْنع ٍُامسُمْ كمر ُلاَو ٍُاَر كْ كُ ُل‬ ُ ، ٍ‫اَو كار كُ مْ ُلاَو ٍُ كار كُ مْ ُم مألاك‬
tulisan kaligrafi Asmaul Husna. Selain itu, pada ‫َرُر ُُْمْ مُ مٍْ ُ ِ ٍُ ٍَُُ ل أُ كُر‬ُ ُ ُ ُ ْ‫ُ ُُْمنع ٍُ ماَ ُز مر‬،‫َرُر ْ ُ م‬
، ‫ة‬ َْ‫ا‬‫ل‬ ‫ك‬ َ ُ ‫كُ مْ ُلاَو‬
bagian tengah ruangan juga menunjukkan ‫َت ُلَْنع‬ ‫م‬ ، ‫ك‬
ُ ٍ‫ٍارُ مْ ُم مألاك‬.‫ك‬ ُ
bentuk modern dan tidak terlihat bentuk
“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu
tradisional dalam masjid.
sekalian bertanggung jawab atas orang yang
dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah
Ornamen pada interior bangunan tidak hanya pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas
dibuat gambar timbul untuk menambah estetika
keluarganya, dan isteri juga pemimpin bagi
dari dinding interior, namun juga difungsikan
rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu
sebagai jalan masuknya udara atau sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian
penghawaan. akan diminta pertanggungjawabannya atas
kepemimpinannya.”
Sama halnya dengan ornamen ornamen
kaligrafi, motif kaligrafi yang terdapat pada
bagian pintu pun dibuat berongga sehingga
dapat memudahkan udara untuk masuk,
berfungsi juga sebagai ventilasi dari dalam dan
luar masjid.

Struktur masjid menunjukkan bentuk


“kujujuran”, dan terinspirasi dari peletakan
hajar aswad juga adaptasi dari atap bagonjang Gambar 6 – Ukiran Itik Pulang Petang.
seperti yang telah dijelaskan di atas. Konstruksi Sumber: puakmelayu.blogspot.com
bangunan dirancang menyikapi kondisi
geografis Sumatera Barat yang beberapa kali
diguncang gempa berkekuatan besar. Terdapat juga ukiran “itik pulang petang” yang
memiliki enam makna dalam adat
Pemanfaatan pencahayaan alami dan aliran Minangkabau. Makna pertama, mengenai
udara yang baik menjadikan masjid ini menjadi keselarasan dan keserasian kehidupan antara
contoh dari bangunan yang memberdayakan masyarakat Minangkabau dengan alam di
unsur lokalitas (Minangkabau) yang tidak sekitarmya. Makna kedua, pergaulan sehari
hanya terbatas pada pemberi kesan keindahan hari antara individu dengan masyarakat. Makna
saja, namun juga memiliki fungsi yang ketiga, tatanan sistem pemerintaha. Makna
bermanfaat dan menjadi identitas dari masjid keempat, hubungan kekerabatan antara mamak
(ibu) dengan kemenakan (keponakan). Makna
ini sendiri.
kelima, keteguhan dalam menjalankan prinsip
prinsip hidup. Makna keenam, kebersamaan
ANALISIS
dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
4.1 Kaitan Langgam dengan Ayat Al-Quran
Ukiran “kaluak paku” yang terdapat pada Makna dari ukiran itik pulang petang sesuai
dinding Masjid Raya Sumatera Barat bermakna dengan firman Allah, “Dan berpeganglah kamu
bahwa yang tua wajib melindungi dan semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
membimbing yang muda, layaknya bunga janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat
pakis dimana pucuk bunga yang muda selalu Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
berada di dalam lekukan batang yang lebih tua. Jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah
mempersatukan hatimu, sehingga dengan Dari segi fasad bangunan, terlihat bahwa
karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, terdapat ukiran ukiran yang menyatu dengan
sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi atap (kubah) masjid ini. Selain ukiran ukiran
jurang neraka[3], lalu Allah menyelamatkan Nama Allah SWT., motif ukiran ukiran ini
kamu dari sana[4]. Demikianlah, Allah diadopsi dari pola songket, yang merupakan
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kain khas dari Sumatera Barat. Motif songket
kamu mendapat petunjuk”. [Ali Imran: 103] tersebut kemudian diterapkan pada ukiran
ukiran yang terdapat pada bagian atap masjid.
4.2 Metafora Bentuk Masjid dengan Adat
Minangkabau 4.3 Metafora Bentuk Masjid dengan Arsitektur
Islam
Bentuk atap Masjid Raya Sumatera Barat
sangat identik dengan bentukan rumah adat
khas Sumatera Barat. Bagian atap (kubah) pada Salah satu alasan dibangunnya masjid ini
masjid ini sangat ikonik, atap masjid ini terlihat adalah karena kegelisahan masyarakat akan
seperti gonjong rumah gadang diikuti dengan muculnya “aliran aliran” pada umat Islam di
bentuk ukiran kayu yang terdapat pada bagian Sumatera Barat yang membuat umat Islam
dinding-dinding atap yang mengambil bentuk menjadi terbagi bagi. Pada akhirnya,
bentuk ukiran pada rumah gadang. Jika pembangunan masjid ini dianggap menjadi
diperhatikan lebih lanjut, atap dari masjid ini upaya untuk menghilangkan “aliran aliran”
mengikuti bentuk pola rumah gadang yang tersebut dan menghilangkan perbedaan
berpola segitiga ke bawah dan kembang ke keyakinan keyakinan antara sesama umat
atas, yang artinya berpegangan ke pada bumi. Islam.

Atap bagonjong sendiri sangat mencirikan Dilihat dari bentukan bangunannya yang unik.
bentuk tanduk kerbau. Asal usul bentukan Bentukan atap Masjid Raya Sumater Barat ini
tanduk kerbau berasal dari cerita jaman dahulu juga berkaitan dengan salah satu peristiwa
yaitu cerita “Tambo Alam Minangkabau”, yang penting pada sejarah Islam. Peristiwa ini
menceritakan mengenai kemenangan orang terjadi saat dilakukannya renovasi Ka’bah
Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan akibat banjir yang menenggelamkan Kota
orang Jawa. Makkah. Kejadian ini menyatukan orang
orang Quraisy untuk saling bahu membahu
Pada cerita lainnya, bentukan atap bagonjong merenovasi Ka’bah.
juga dikaitkan dengan nenek moyang
Minangkabau yang sering merantau. Sehingga Ketika sudah saatnya untuk meletakkan batu
bentukan atap rumah adat Minangkabau hajar aswad, terjadi perselisihan antara
berkaitan dengan bentuk “lancang”. Lancang pemimpin pemimpin kelompok yang ada pada
merupakan istilah untuk perahu yang umat Quraisy. Sehingga Nabi Muhammmad
digunakan oleh nenek moyang dari memutuskan yang berhak meletakkan batu
Minangkabau utuk berlayar dan merantau. Hajar Aswad ialah seseorang yang datang
pertama kali keesokan harinya. Nyatanya,
Selain dari bentukan atap, bentuk bangunan keesokan harinya Nabi Muhammad-lah yang
Masjid Raya Sumatera Barat juga diambil dari pertama kali datang, karena ingin bersikap adil
bentukan rumah gadang. Dimana bangunan Nabi Muhammad kemudian membentangkan
Masjid Raya Sumatera Barat ini dibuat seperti sorbannya dan menaruh batu hajar aswad di
rumah panggung. Hal ini dikarenakan wilayah tengah tengah sorban tersebut. Sehingga,
Minangkabau yang rawan gempa, karena sorban tersebut dapat dipegang oleh masing
berada di pegunungan Bukit Barisan. masing pemimpin kaum Quraisy, dan mereka
dapat meletakkan batu hajar aswad bersama
sama. KESIMPULAN

Peristiwa inilah yang menjadi dasar dari Arsitektur pada bangunan Masjid Raya
bentukan atap dari Masjid Raya Sumatera Sumatera Barat menghadirkan bentuk bentuk
Barat. Peristiwa tersebut berkaitan erat dengan tradisional rumah gadang yang sudah
peersatuan umat Islam. Masjid Raya Sumatera mengalami perpaduan dengan gaya modern
Barat ini berusaha menyatukan bermacam sehingga tidak lagi menjadi bentukan yang
macam aliran pada Islam ke dalam satu masjid. murni tradisional. Sedangkan pada bagian
Sehingga tidak terdapat masing masing masjid interior bangunan sebagian besar
untuk masing masing aliran pada umat Islam menggunakan bentukan bentukan modern yang
itu sendiri. fungsionalis. Unsur unsur ini menunjukkan
penggunaan penggabungan konsep tradisional
4.4 Pertemuan Budaya dalam Metafora dan modern, yang dikenal sebagai gaya
arsitektur Neo-Vernakular.
Masjid Raya Sumatera Barat merupakan
salah satu contoh masjid yang Tema dan konsep yang digunakan dalam
menggabungkan adat Indonesia dengan pembangunan masjid ini mengangkat filosofi
sejarah Islam. Metafora yang digunakan masyarakat Minangkabau tentang
masjid ini memiliki makna yang lebih dari “musyawarah dan mufakat”. Filosofi tersebut
satu yang merupakan sebuah keuntungan dari mendukung terciptanya konsep penggabungan
penggunaan metafora. dari beberapa gaya dalam desain bangunan
Masjid Raya Sumatera Barat. Di satu sisi,
Penggunaan metafora dalam masjid ini dapat masyarakat sudah melalui perkembangan
mempertemukan 2 hal yang berbeda yaitu zaman, namun di sisi lain masyarakat tetap
adat Minangkabau dan sejarah Islam. 2 hal menjujung dan menghargai adat adat dan ciri
berbeda ini ternyata memiliki sebuah khas kebudayaannya yang berada di sekitar
persamaan yang dapat dimunculkan dalam mereka.
bentukan dari masjid ini.
Selain itu, adanya masjid ini juga untuk
Jika diperhatikan lebih lanjut, kepandaian mewujudkan misi perdamaian di Sumatera
sang arsitek juga dapat terlihat dalam Barat. Dengan desain yang megah dan luas
permainan ukiran kaluak palu dalam masjid diharapkan dapat memancing umat Islam untuk
datang ke masjid dan kemudian menjalin
ini. Kaluak palu yang merupakan ukiran asli
silaturahmi antar sesama umat muslim. Terkait
Minangkabau memiliki makna-makna yang
juga dengan adanya hadist mengenai adanya
sejalan dengan ajaran Islam. Hal ini
bermacam macam aliran dalam Islam, namun
merupakan sebuah upaya mempertemukan hanya akan ada satu aliran yang diterima oleh
budaya Indonesia dengan budaya Islam. Allah SWT. Sehingga dapat membuka pikiran
masyarakat bahwa mengapa kita harus dipisah
Metafora adalah salah satu jalan dalam pisahkan jika dengan bersatu akan menjadi
arsitektur untuk mencapai sebuah bentukan lebih harmonis.
yang sangat menarik dengan mengambil
makna-makna dari beberapa hal yang sangat
berbeda, dan dalam hal ini, Masjid Raya
Sumatera Barat merupakan contoh yang
paling tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Classe, Oliver (Ed.). Encyclopedia of Literary
Ilyas, Yafi. 2017. Tipologi Langgam Masjid Translation into English. (Vol.2). (London:
Raya Mahligai Minang Padang Sumatera Fitzroy Dearborn Publishers, 2000).
Barat. Diakses dari:
https://www.academia.edu/16462382/Tipologi KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia
_Langgam_Masjid_Mahligai_Minang (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/metafora [diakses 20 April
Alimin, Nurhayatu Nufut. 2016. Masjid Raya 2018]
Sumatera Barat sebagai Simbol Persatuan
Muslim di Sumatera Barat. Yogyakarta: Rochym, abdul. 1995. Mesjid Dalam Karya
Invensi. Arsitektur Nasional Indonesia. Bandung:
Offset Angkasa.
Rifki, M dkk. 2014. Masjid Raya Sumbar:
Impian yang Jadi Nyata. Padang: CV. Situmorang, Oloan. 1988. Seni Rupa Islam:
Sejahtera. Pertumbuhan dan Perkembangannya.
Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai