Anda di halaman 1dari 8

KETEPATAN SEMIOTIKA DAN ORNAMENTASI PADA MASJID

Afrizal Efendi Rangkuti1, Ifwan Setunggal2

1Program Studi Arsitektur, Institut Teknologi Sumatera, email: afrizal.24117117@student.itera.ac.id

2Program Studi Arsitektur, Institut Teknologi Sumatera, email: ifwan.24117111@student.itera.ac.id

Abstrak

Masjid sebagai tempat ibadah dalam Islam mengalami perkembangan arsitektur yang tidak hanya dalam
aspek fungsi namun juga filosofi dan estetika. Bangunan yang pada awalnya hanya sekadar tempat untuk
melaksanakan salat lima waktu dicampuri gagasan tentang simbol-simbol syurgawi. Geometri kemudian
berperan pada semiotika Islam termasuk desain ornamentasi dan bentuk masjid. Namun pegaplikasian tanda-
tanda tersebut terkadang berdampak pada pandangan masyarakat yang didasari pengetahuan atau
pemahaman umum mengenai simbolisme. Dengan begitu penerapan semiotika Islam dalam desain masjid
tidak hanya merujuk pada simbol, geometri, dan dekorasi yang sesuai dengan nilai keislaman, tetapi
mempertimbangkan kemungkinan respon masyarakat berdasarkan pengetahuan yang umum dipahami.

Kata Kunci: Semiotika Islam, ornamentasi masjid, geometri

1. PENDAHULUAN kualitasnya buruk maka pondasi agama akan


Ibadah merupakan hal yang memiliki nilai terganggu. Hal tersebut menjadikan salat harus
kepentingan tinggi dalam Islam. Ibadah dalam dilakukan dengan iman yang tinggi serta waktu
Islam sendiri memiliki cakupan yang sangat luas, dan tempat yang benar-benar suci.
mulai dari perbuatan yang kecil dan sederhana Masjid sebagai bangunan ibadah dalam Islam
sampai hubungan antara diri dengan Tuhan. memiliki asal kata sajada yang artinya tunduk
Ketika berbicara tentang hablumminalloh atau bersujud. Definisi masjid sangat luas karena
(faliyandra, 2020) tentu yang paling pekat hanya menjelaskan sebuah tempat. Yang
hubungannya adalah salat. Ibadah yang satu ini menjadikan masjid menjadi sebuah masjid adalah
menjadi tiang dalam struktur Islam yang jika memiliki makna berupa dinding yang secara tepat

Seminar Arsitektur Itera 1


menghadap kiblat, tidak harus memiliki atap, masjid berdasarkan Alquran dan hadis sebenarnya
tidak ada ukuran minimum, tidak harus tertutup sederhana yaitu tidak berlebih-lebihan (mubazir)
keseluruhan ruang, dan tidak membutuhkan dan tetap mengikuti nilai-nilai ajaran Islam.
aksesori liturgi (Hillenbrand, 1994). Namun Contohnya seperti larangan penerapan makhluk
sejalan dengan perkembangan arsitektur Islam hidup dalam gambar atau patung.
masjid menjadi bangunan dengan makna yang
lebih dari sekadar tempat untuk sujud. Masjid 2. METODOLOGI
menjadi “Rumah Allah” yang harus dimuliakan, Metode yang dilakukan dalam artikel ini adalah
sehingga masjid memperoleh curahan optimal analisis deskriptif dengan mendeskripsikan aspek-
dalam hal keterampilan teknologi, estetika, dan aspek atau kasus yang berhubungan dengan
falsafah dalam rangkaian sejarah arsitektur Islam semiotika Islam kemudian dilakukan analisis dan
(Barliana, 2008). penafsiran. Melalui studi literatur dari beberapa
Meski salat tetap bisa dilakukan di mana pun jurnal dan buku digunakan pendekatan historis
asal terhindar dari najis, khusyuk yang dirasakan yaitu sejarah perkembangan masjid dalam
akan berbeda ketika salat dilakukan di masjid. arsitektur Islam.
Dalam perkembangan arsitekturnya, masjid
mengalami berbagai akulturasi sesuai masyarat 3. ORNAMENTASI ARSITEKTUR ISLAM
Islam di daerah masing-masing. Sebagai contoh, Pada mulanya masjid hanya berupa tempat untuk
masjid yang ada di Nusantara pada awal masuk melaksanakan salat lima waktu. Selama ruang
islam memiliki perbedaan bentuk dengan masjid memenuhi fungsi tersebut maka identitas masjid
di era yang sama dan tempat yang berbeda. jelas. Sejalan dengan aristektur yang tak hanya
Namun terdapat ketentuan-ketentuan tertentu ada pada bangunan sekuler, tempat ibadah seperti
dalam penyusunan ruang masjid dan masjid mengalami peningkatan dan penerapan
ornamentasinya. Ornamen-ornamen yang aspek-aspek arsitektural yang artistik dan
dianggap Islami sebenarnya juga merupakan ideologis. Bentuk ruang yang besar dan tinggi
perkembangan budaya. Masjid pertama bahkan menjadi filosofi dasar atas keagungan yang
hanya berupa bangunan polos yang cukup untuk mempengaruhi psikologi pengguna. Pendapat
melakukan salat secara berjamaah. yang paling umum, dari berbagi pandangan
Arsitektur Islam yang kaya akan pola-pola menjelaskan bahwa ornamen adalah bagian
dekoratif memberi pengaruh pada ornamentasi penting dari arsitektur yang menciptakan ikatan
masjid baik dari eksterior maupun interior kuat dan sering memenuhi fungsi lebih dari satu
bangunan. Ornamen terbentuk berdasarkan ide sisi estetika (Ahani et al., 2017). Ornamen-
dan analogi dari kehidupan yang diwujudkan ornamen vegetasi, geometri-geometri tertentu, dan
dalam simbil-simbol. Pandangan Islam mengenai kaligrafi menjadi hal yang ditafsirkan sebagai
ornamentasi dan dekorasi bangunan termasuk lambang syurgawi. Dalam arsitektur Islam,

Seminar Arsitektur Itera 2


geometri memiliki kepentingan khusus karena matematika sederhana dalam pembuatan tata letak
dalam perkembangan filsafat dan cara hidup, maupun dekorasi sangat sering terjadi.
geometri tersebut dianggap sebagai manifestasi Perancangan dilakukan dengan menggunakan
dari pikiran yang teologis dan rasional yang teknologi pada zamannya. Sebagai contoh Palacio
berbeda dengan persepsi duniawi (Ganizadeh, N. del Parta di Alhambra, Spanyol dan menara
G. Kalantari, Ahmadi, 2015). Fitur ornamen pada masjid Abd Al-Rahman III di Cordoba
bangunan tidak memiliki fungsi struktural, hanya menggunakan rasio 1:5 yang diterapkan pada
berkontribusi pada nilai filosofis dan estetika. denah dan menara masjid (Pramono, 2012).
Kategorisasi pola dekorasi dalam Islam secara Terdapat metode dari penggunakan sebuah sudut
umum dibagi menjadi pola geometri, floral sebagai pengganti busur yang disebut escuadra
(arabesque), dan pola kaligrafi (Ahmad et al., dan cartabon. Perhitungan ini diterapkan dalam
2018). Setiap pola memiliki makna tertentu yang pembuatan denah, fasad, dan layout pada
merupakan manifestasi syurgawi karena arsitektur perancangan masjid. Hal ini membuktikan bahwa
Islam tentu banyak menerapkan seni dengan ilmu matematika (dalam hal ini geometri)
keislaman yang pekat. memiliki posisi yang penting dalam kesenian
arsitektur Islam. Bilangan-bilangan yang dasarnya
3.1 Geometri dan Bilangan Representatif berupa ilmu pasti menjadi aplikatif sekaligus
Geometri berasal dari angka yang membangun representatif dalam implementasi dekorasi
sejumlah pola. Bentukan bidang geometri tercipta arsitektur Islam.
dari bentuk-bentuk oktagon, persegi, lingkaran,
dan persegi yang dipuntir. Perlambang angka
tersebut diaplikasikan sesuai makna yang
dibentuk. Salah satu contoh penerapan angka ini
adalah geometri dengan 6 titik (6-point geometric) Gambar 1. Pola geometri yang terbentuk dari 6-, 8-, 12- dan
16-point geometric (Abdullahi & Embi, 2013)
yang bisa diartikan sebagai 6 hari penciptaan
semesta. Namun makna tersebut sangat fleksibel
karna tidak ada ketentuan yang terikat. Geometri 3.2 Pola Floral (arabesque) dan Kaligrafi
dasar yang terdapat di kebanyakan dekorasi Penggunaan pola floral tak hanya digunakan pada
masjid adalah sampai 16 titik (16-point dekorasi masjid. Pola floral telah digunakan
geometric). dalam desain berbagai bangunan, manuskrip,
Keteraturan yang terlihat pada seni geometri tekstil, dan produk-produk lain semenjak manusia
memberikan gambaran mengenai kompleksitas menemukannya. Karakterisasi pola floral dapat
suatu bentuk. Hal yang sederhana namun bisa dilihat dari kompleksitas, kekayaan bentuk, dan
menjadi representasi akan Islam itu sendiri. Pada keunikannya. Dalam dekorasi masjid, umumnya
masjid-masjid abad pertengahan, penerapan pola ini tidak memiliki makna mendalam. Bentuk

Seminar Arsitektur Itera 3


dedaunan dan pepohonan menjadi penggambaran
tumbuhan-tumbuhan syurgawi. Penggunaan
vegetal pattern dilakukan karena adanya larangan
pembuatan bentuk atau gambar yang menyerupai
makhluk bernyawa (hewan dan manusia) dalam
Islam.
Dalam corak kesenian Nusantara, seni ukir
hias pada arsitektur Islam yang berkembang
berupa pola-pola daun, bunga-bunga, bukit-bukit,
pemandangan, dan kaligrafi Arab (Nurrohim &
Setyorini, 2018). Pemberian hiasan pada masjid
sebatas hal-hal yang mendekatkan diri kepada
Allah dan Nabi serta ajaran-ajaran yang
terkandung dalam agama.
Kaligrafi atau khat sebagai seni tulisan indah
dalam Islam memiliki berbagai jenis sesuai cara Gambar 2 Beragam motif pola floral pada dekorasi masjid
(Ahmad et al., 2018)
penulisannya. Beberapa di anataranya adalah khat
naskhi, khat riq’ah, khat diwani, khat kufi, khat
tsuluts, serta khat farisi. Keberagaman kaligrafi
ini berkembang dari berbagai peradaban Islam.
Hingga sekarang kaligrafi tetap digunakan
meski pemeluk Islam tak semuanya bisa
berbahasa Arab. Penerapan kaligrafi pada
dekorasi masjid selain sebagai nilai estetika
arsitektur juga memiliki aspek positif terhadap
Gambar 3 Dekorasi kaligrafi Arab pada dinding sebuah
masyarakat. Melalui kaligrafi manusia dapat masjid (Nuralia, 2017)
mengetahui hakikat yang Maha Kuasa, nilai-nilai
Al-Quran dapat membawa pembacanya
memahami dan memaknai kehidupan sesuai
4. SEMIOTIKA ISLAM DALAM MASJID
dengan ayat-ayat yang ada pada kaligrafi (Fitriani,
Semiotika membahas ketandaan yang erat
2015).
kaitannya dengan linguistik dan tanda non-
linguistik. Beberapa tanda dianggap sakral atau
suci berdasarkan metafora, analogi, dan perangkat
linguistik lain sesuai budaya masyarakat. Namun
pada dasarnya objek atau bangunan adalah benda

Seminar Arsitektur Itera 4


fisik yang netral, yang membangun makna Kasus lain yang dikatakan serupa dengan
simbolis (sakral) adalah manusia (Hatta, 2019). penerapan desain dan mengalami polemik adalah
Contoh yang membuktikan bahwa simbolisme Masjid Raya KH Hasyim Asyari di Jakarta.
dibangun oleh pengetahuan dan budaya manusia Simbol-simbol dapat diartikan dari sudut pandang
adalah generalisasi identitas masjid yang harus penerima hasil desain. Maka apa yang menjadi
memiliki kubah. Jika dilihat di berbagai daerah di tafsiran masyarakat menjadi pengaruh tinggi
Indonesia dengan masjid yang baru dibangun terhadap bagaimana sebuah desain dipandang.
beberapa tahun belakangan akan terlihat jelas
bahwa penanda suatu bangunan merupakan ANALISIS DAN PENAFSIRAN
masjid adalah dengan adanya kubah. Bentuk Seperti disebutkan bahwa dalam arsitektur
kubah sangat beragam berdasarkan distorsi Islam terdapat beberapa bentuk seni rupa yang
ketinggiannya. Kubah telah dipilih oleh sebuah berangkat dari penggabungan geometri,
konvensi sebagai identitas arsitektur masjid, sama representasi tumbuhan surga, serta tulisan indah
seperti adanya kaligrafi Arab dan ayat-ayat Al- dari firman-firman Allah. Di Masjid Bhong
Quran di dinding-dinding atau langit-langit masjid terdapat banyak sekali simbol-simbol terstruktur
(Armand, 2017). Hal seperti inilah yang menjadi dan ukiran yang estetik melekat pada setiap
salah satu pembentuk semiotika dalam arsitektur elemen masjid. Contoh penafsiran dari bentukan
Islam. Aspek-aspek ketandaan tumbuh dari tersebut adalah penggunaan geometri dengan 6
pengetahuan masyarakat yang telah dianggap titik (point) yang merepresentasikan 6 hari
umum, baik itu dari segi fisik maupun aspek penciptaan semesta. Dalam ketepatan semiotika
abstrak bangunan. yang secara umum dapat diterima maka
Beragam bentuk yang tercipta dari geometri- penafsiran tersebut sejalan dengan ajaran Islam
geometri tak semuanya bisa diterima masyarakat dan tidak mengalami masalah. Namun pada
sebagai perlambang Islam. Dalam kasus tertentu beberapa kasus yang telah disebutkan mengenai
terdapat penyalhartian bentuk desain atau polemik ketandaan atau simbol iluminati di dalam
ornamen masjid yang dianggap tak sesuai dengan desain masjid tentu dianggap menyalahi aturan.
nilai Islam. Salah satu kasus yang sempat hangat Benar atau tidaknya tergantung pada penafsir.
di masyarat Indonesia adalah sebuah desain Tetapi kalau ditelaah lebih dalam cara masyarakat
masjid yang berbentuk segitiga. Desain ini memberikan penilaian semiotik terhadap suatu
dikaitkan mengandung simbol iluminati yang jelas objek maka kesan yang terlihat malah subjektif.
sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Namun Penggunaan simbol atau bentuk yang bisa
penjelasan sang arsitek adalah bahwa konsep diterapkan di berbagai objek tentu tidak masalah,
desain yang diterapkan terinspirasi dari masjid di terlebih bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran,
Turki dan bentuk tersebut merupakan respon segitiga, dan sebagainya.
terhadap lingkungan tropis (Wismabrata, 2019).

Seminar Arsitektur Itera 5


KESIMPULAN
Implementasi arsitektur Islam dalam masjid bisa
terlihat jelas dari penggunaan dekorasi pada hasil
desain fisik bangunan. Ornamen yang bisa
dikategorikan sebagai representasi atau yang
memenuhi estetika Islami berupa bentuk-bentuk
yang tercipta dari geometri yang teratur, vegetal
pattern, dan kaligrafi Arab. Hal itu disebabkan
oleh beberapa aturan dalam Islam yang melarang
pembuatan bentuk dua dimensi atau tiga dimensi
dari makhluk bernyawa (hewan dan manusia).
Dalam ilmu semiotika, setiap tanda bisa
diartikan berdasarkan pandangan umum yang
telah terbentuk sejak lama berdasarkan
pengetahuan dan budaya masyarakat. Generalisasi
identitas masjid dan simbol-simbol terlarang
merupakan salah satu semiotika Islam yang perlu
diperhatikan dalam merancang masjid. Beberapa
peraturan tertulis mungkin bisa ditafsirkan secara
jelas dan diterapkan dalam membuat rancangan.
Namun pengetahuan masyarakat yang memiliki
dasar abstrak perlu dilakukan pertimbangan
dengan pendekatan semiotika Islam tersebut.

Seminar Arsitektur Itera 6


DAFTAR PUSTAKA Ganizadeh, N. G. Kalantari, Ahmadi, 2015.
(2015). study on sacred geometry in Islamic
Abdullahi, Y., & Embi, M. R. Bin. (2013). architecture. Science Journal, 39(3).
Evolution of Islamic geometric patterns.
Hatta, J. (2019). KONSTRUKSI MITOS
Frontiers of Architectural Research, 2(2),
ILUMINATI PADA MASJID AL-SAFAR
243–251.
(Analisis Semiotika Roland Barthes). Jurnal
https://doi.org/10.1016/j.foar.2013.03.002
Sosiologi Agama, 13(2), 67.
Ahani, F., Etessam, I., & Islami, S. G. (2017). The https://doi.org/10.14421/jsa.2019.132-04
Distinction of Ornament and Decoration in
Hillenbrand, R. (1994). Islamic Architecture.
Architecture. Journal of Arts and
Columbia University Press.
Humanities, 6(6), 25.
https://doi.org/10.18533/journal.v6i5.1188 Nuralia, L. (2017). Kaligrafi Islam Pada Dinding
Masjid Kuna Cikoneng Anyer-Banten:
Ahmad, M., Rashid, K., & Naz, N. (2018). Study
Kajian Arti Dan Fungsi. Berkala Arkeologi,
of the ornamentation of Bhong Mosque for
37(1), 85–100.
the survival of decorative patterns in Islamic
https://doi.org/10.30883/jba.v37i1.82
architecture. Frontiers of Architectural
Research, 7(2), 122–134. Nurrohim, N., & Setyorini, F. S. (2018). Analisis
https://doi.org/10.1016/j.foar.2018.03.004 Historis terhadap Corak Kesenian Islam
Nusantara. Millati: Journal of Islamic
Armand, A. (2017). Arsitektur yang Lain. Penerbit
Studies and Humanities, 3(1), 125.
PT Gramedia Pustaka Utama.
https://doi.org/10.18326/mlt.v3i1.125-140
Barliana, M. S. (2008). Perkembangan Arsitektur
Pramono, A. (2012). Pola Geometri Pada Seni
Masjid: Suatu Transformasi Bentuk Dan
Dan Arsitektur Islam Di Andalusia. Journal
Ruang. Historia: Jurnal Pendidikan Sejarah,
of Islamic Architecture, 1(3), 133–136.
2(Desember), 45–60.
https://doi.org/10.18860/jia.v1i3.1772
faliyandra, faisal. (2020). KONSEP
Wismabrata, M. H. (2019). 6 Fakta Tudingan
KECERDASAN SOSIAL GOLEMAN
Iluminati di Masjid Al Safar, Ustaz Bantah
DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Sebuah
Jatuhkan Ridwan Kamil hingga Penjelasan
Kajian Analisis Psikologi Islam). 7(2).
Bentuk Segitiga. Kompas.Com.
https://doi.org/10.31219/osf.io/3stkd
https://regional.kompas.com/read/2019/06/1
Fitriani, L. (2015). Seni Kaligrafi: Peran dan 1/19253301/6-fakta-tudingan-iluminati-di-
Kontribusinya Terhadap Peradaban Islam. El masjid-al-safar-ustaz-bantah-jatuhkan-
Harakah: Jurnal Budaya Islam. ridwan?page=all

Seminar Arsitektur Itera 7


Seminar Arsitektur Itera 8

Anda mungkin juga menyukai