MAKALAH
Dosen Pembimbing :
Ir. Meta Riany, M.T.
Disusun oleh :
Aditya Hadi Pramudita 212021005
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan Rahmat,
waktu, dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Arsitektur Islam”. Adapun penyusunan karya tulis ilmiah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah ARB-209 Arsitektur Timur Barat sebagai tugas akhir semester pada
perkuliahan di Institut Teknologi Nasional Fakultas Arsitektur dan Desain.
Namun demikian saya sangat berharap kiranya makalah ini dapat memberikan
manfaat dan konstribusi yang besar terhadap perkembangan arsitektur khususnya
terhadap bangunan yang ada pada zaman sekarang, yang dapat dijadikan sumber
refrensi bagi semua orang, sehingga dapat melestarikan arsitektur Jawa itu sendiri. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan karena terbatasnya ilmu dan pengetahuan saya. Oleh karena itu,saya
mengharapkan kritik dan saran mengenai penyusunan makalah ini untuk
mengembangkan pengetahuan saya di masa yang akan datang.
Penulis
ABSTRAK
Manusia sebagai khalifah, dalam hal ini berkaitan dengan fungsi arsitek, memiliki
tanggung jawab terhadap lingkungan, mengelola alam untuk melakukan aktivitasnya di
muka bumi, dengan prinsip keseimbangan dan keselarasan. Arsitektur sebagai salah satu
bidang keilmuan, hendaknya juga berpijak pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada
al-Qur’an. Wujud arsitektur yang muncul dari kreasi seorang arsitek, hendaknya
melambangkan nilai-nilai Islam. Artinya, wujud arsitektur yang hadir tidak
bertentangan dengan prinsip tauhid, ketentuan syariah, dan tentu saja nilai-nilai akhlakul
karimah.
Pemaknaan dalam realita kehidupan, baik secara vertikal maupun horisontal, akan
dipandang lebih berarti pada sebuah karya arsitektur yang mempunyai landasan
akhlakul karimah di dalamnya. Suatu karya arsitektur akan
lebih bermakna jika mengusung nilai-nilai Islam dalam konsep perancangannya. Nilai
Islam yang diterapkan pada “Arsitektur Islam” menghasilkan perpaduan antara
kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya,
yang berada dalam keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya.
Hasil karya yang bermakna inilah yang akan mewujud menjadi suatu bentuk peradaban
baru yang islami dan membawa kebaikan bagi umat manusia.
Meaning in the reality of life, both vertically and horizontally, will be seen as more
meaningful in an architectural work that has an ethical foundation in it. A work of
architecture will
more meaningful if carrying Islamic values in the design concept. Islamic values that
are applied to "Islamic Architecture" produce a combination of human culture and the
process of self-serving a human being to his God, which is in harmony with the
relationship between humans, the environment and their Creator. It is this meaningful
work that will manifest into a new form of Islamic civilization and bring goodness to
mankind.
This paper illustrates that in fact the works of Islamic architecture in various parts of
the world which are based on Islamic morals and behavior do not have a single and
uniform form of representation. Nevertheless, the diversity and richness of forms are
united by one goal, namely as a means of worshiping God. From this diversity, a wealth
of Islamic architectural treasures can be created in an Islamic civilization, which will
bring humans to rahmatan lil alamin.
DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................................................................ii
ABSTRAK......................................................................................................................iii
ABSTRACT......................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................3
1.3 Tujuan Makalah....................................................................................................3
1.4 Manfaat Makalah..................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
2.1 Pra Sejarah Arsitektur..........................................................................................5
2.2 Sejarah Arsitektur dalam Islam...........................................................................7
2.2.1 Arsitektur Masjid............................................................................................7
2.2.2 Arsitektur Ruang Makam Masjid.................................................................8
2.2.3 Masjidil Haram...............................................................................................9
2.3 Al-Qur’an dan Seni..............................................................................................14
2.4 Seni Ruang dan Arsitektur.................................................................................16
2.5 Kepentingan dalam Agama Islam......................................................................18
BAB III...........................................................................................................................22
BAB IV...........................................................................................................................23
4.1 Konsep Lokasi......................................................................................................23
4.2 Penerapan Arsitektur Islam Modern.................................................................24
BAB V.............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................28
RIWAYAT HIDUP PENULIS.....................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1
masjid yang pertama itu. Meski dibangun dengan penampilan fisik yang sudah lebih
megah, lebih besar dan lebih sempurna, namun pembangunan masjid itu pada saat
manapun juga tetap berpolakan masjid yang pertama didirikan oleh nabi Muhammad
SAW tersebut. Di kemudian harinya dalam pola pengembangan masjid selanjutnya,
kekhususan tempat ini akan berubah bentuk menjadi semacam relung atau ceruk yang
senantiasa menunjukkan arah kiblat. Relung atau ceruk yang ada pada dinding yang
serah dengan kiblat itu kemudian bernama mihrab. Sebenarnya, mihrab ini merupakan
perkembangan bentuk dari tempat yang biasa dipergunakan Nabi Muhammad SAW
menyampaikan dakwah dan ajaran serta penerangan agama Islam, yang sesudahnya
diteruskan dengan memimpin umat bersembahyang. Sedangkan tempat duduk Nabi
yang asalnya berupa serambi pada dinding, yang juga merupakan tempat yang
ditinggikan, dinamakan mimbar. Dalam perkembangan kemudian, mimbar ini
berkembang menjadi tempat yang penting yang ditampilkan dengan penuh gaya dan
kemewahan hiasan, serta bertempat pada mihrab yang telah merupakan relung tadi.
Fungsinya adalah sebagai tempat untuk menyampaikan khutbah pada saat pelaksanaan
salat Jumat oleh para hatib.
Masjidil Haram adalah salah satu masjid tertua yang dibangun dalam sejarah Islam.
Masjid agung ini merupakan masjid terbesar di dunia, yang awalnya punya luas 88,2
hektar. Rumah ibadah umat Islam ini terus dibangun, apalagi pasca-rusak oleh bencana
alam. Hari ini, pilar-pilar masjid berdiri tegak melindungi Kabah, kiblat umat Muslim.
Baca juga: Kenapa Lantai Masjidil Haram Dingin, Ini Rahasianya Dilansir berbagai
sumber, Masjidil Haram sering disebut satu-satunya situs tersuci dalam Islam, tempat
paling suci bagi umat Islam di muka bumi. Disebut demikian karena pintu masjid selalu
terbuka untuk Muslim di seluruh dunia, tetapi non-Muslim tidak diperbolehkan. Itulah
salah satu alasan yang mendasari mengapa tempat itu disebut Masjidil Haram. Disebut
juga Masjid Agung Mekkah, muslim dari seluruh dunia pergi ke sini untuk berdoa dan
melakukan ibadah haji. Baca juga: Mengenal Saud bin Ibrahim Al-Shuraim, Imam
Masjidil Haram di Mekah Al Quran menyebut bahwa masjid dibangun bahkan sebelum
penciptaan manusia. Menurut penanggalan Masehi, pembangunan masjid ini dimulai
2
pada abad ke-7 oleh Khalifah Umar Bin Khattab. Jumlah peziarah meningkat sehingga
tembok dibangun kembali di sekitar Kabah. Pada 777, Khalifah Abbasiyah Al Mahdi
menghancurkan masjid asli dan membangun masjid yang lebih besar di sekitar Kabah.
Ada banyak bangunan di masjid itu yang berasal dari tahun 1571. Masjid ini lalu
direnovasi untuk diperluas dari tahun 1950 untuk menampung lebih banyak orang.
Pembangunan terbaru dilakukan pada tahun 2018. Setelah itu, masjid ini menjadi masjid
terbesar di dunia yang menampung 2,5 juta jamaah di tanah seluas 187 hektar.
3
1.4 Manfaat Makalah
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Dapat kita lihat bangunan Indonesia pada zaman dahulu terbuat dari bahan yang
tidak tahan lama. Para ahli arsitektur tidak beruntung karena bahan-bahan hayati ini
tidak dapat bertahan lama dalam iklim Indonesia. Bangunan-bangunan kuno yang masih
bertahan lama yaitu pada bangunan yang terbuat dari bangunan batu. Bangunan batu
tertua di Indonesia dibangun pada akhir zaman prasejarah, kurang lebih 2.000 tahun
yang lalu. Punden Berundak dari batu dan gentang lahan yang berkaitan untuk upacara
dibangun pada lereng pegunungan. Punden Berundak ini digunakan pada periode klasik.
Di beberapa wilayah nusantara, punden Berundak ini masih digunakan untuk kegiatan
keagamaan.
Pada periode klasik Indonesia dimulai dengan berdirinya candi batu dan batu
bata yang menaungi lambang dewa-dewa Hindu dan Budha. Contoh tertua, kerangka
tahun awal abad ke-8 dirancang oleh arsitek Indonesia yang sudah terbiasa bekerja
dengan bahan permanen. Menggunakan paduan ragam hias dan lambang pribumi dan
asing. Mereka mengungkapkan kembali konsep prasejarah Indonesia mengenai
hubungan antar manusia, dewa, dan alam semesta. Pemandangan alam, terutama
pegunungan, merupakan perpaduan dalam pandangan alam semesta mereka.
Terdapat sedikit contoh bentuk arsitektur periode klasik selain candi. Contoh ini
meliputi tempat pemandian dan reruntuhan yang mengundang pertanyaan dari gugus
ratu Baka yang mungkin digunakan untuk beberapa maksud, sebagai tempat tinggal
para bangsawan, tempat upacara umum dan terakhir tempat kegiatan keagamaan
penganut Budha dan Hindu. Sisa bangunan dari Jawa Timur menunjukkan bahwa
beberapa wilayah kediaman bangsawan abad ke-14 sebagian dibangun dari bata dan
5
ubin. Sisa arsitektur periode klasik terpusat di Jawa, tetapi beberapa tempat di Sumatera,
Bali dan Kalimantan menunjukkan data yang patut dipertimbangkan.
Selama periode klasik di Indonesia lebih kurang 800 tahun lamanya, bidang
arsitektur berevolusi sebagai reaksi terhadap perubahan agama, politik, dan
kecenderungan umum manusia dalam menginginkan perubahan gaya. Beberapa
bangunan periode ini dianggap sebagai bagian dari warisan kebudayaan dunia.
Contoh arsitektur pada bangunan candi zaman klasik dapatlah kita lihat bahwa
konsep dasar rancangannya adalah keinginan menciptakan tiruan gunung pada pusat
alam semesta, tempat roh para dewa dapat dibujuk untuk menjelma menjadi patung atau
lingga yang ditempatkan dalam ruangan yang menyerupai gua.
Arsitektur Indonesia klasik paling awal terdiri atas tempat suci Hindu, dibangun
di gunung api Jawa Tengah secara raga dan perlambang, bangunan ini bersandar pada
kepercayaan bahwa gunung merupakan tempat kekuatan adi kodrati. Setelah “elit” yang
berkuasa mulai membangun dengan batu, tempat bangunan mulai menyebar ke daratan
rendah perluasan ini mungkin berasal dari paduan semangat keinginan membuat tempat
keagamaan lebih mudah dicapai Masyarakat umum dan pengakuan untuk “elite” yang
berkuasa bahwa hubungan dengan kekuatan dewa secara nyata menambah kekuasaan
duniawi mereka.
Dalam bangunan candi terdahulu ada pula yang menggunakan kayu sebagai
penyangga luar, diantaranya dapatlah kita lihat pada arsitektur kayu Indonesia dari salah
satu relief Borobudur (serambi pertama, sisi timur, sayap utara, lubang pengatur suhu
diatas). Bangunan-bangunan ini memakai struktur penahan beban bagian luar dengan
penyangga berbentuk seperti tiang berwujud manusia (canyatid) dalam bentuk satwa
liar. Rancangan ini mirip dengan bangunan di India selatan (abad ke 4-9), tetapi saat
arsitek Jawa membangun dengan batu, teknik para arsitek setempat mulai menyimpang
dari model India. Sementara orang Jawa menggunakan bangunan pendukung dari luar,
mereka mengabaikan penggunaan sosok satwa sebagai penyangga dan
menggantikannya dengan tiang, tahap ini tampak pada relief-relief. Saat orang Jawa
menggunakan batu sebagai bahan bangunan, bangunan penahan berat bagian luar
menjadi berlebih, tiang dan penyangga diubah menjadi unsur hiasan dinding luar.
6
Bentuk bangunan arsitektur pada zaman prasejarah diantaranya yaitu bangunan-
bangunan candi ; candi Borobudur, candi Rara Jonggrang, candi Merak, candi Sewu,
candi Palosan, candi Kidal dan sebagainya. Candi-candi tersebut yang terbuat dari batu-
batuan pada zaman klasik terdahulu.
Dalam sejarah peradaban Islam, masjid dianggap sebagai cikal bakal arsitektur
dalam Islam, yaitu dengan dibangunnya masjid Quba oleh Rasulullah SAW sebagai
masjid yang pertama.
Awal mula bangunan masjid Quba sangatlah sederhana sekali, dengan lapangan
terbuka sebagai intinya dan menempatkan mimbar pada sisi dinding arah kiblat, serta di
tengah-tengah lapangan terdapat sumber air untuk tujuan bersuci. Masjid Quba ini
merupakan karya spontan dari Masyarakat muslim di Madinah pada waktu itu.
Bangunan masjid Quba ini disebut oleh para ahli sebagai masjid Arab asli.
Namun kiranya arti lebih luas adalah bahwa masjid Quba telah menampilkan makna dan
fungsi minimal yang harus terpenuhi dalam sebuah bangunan masjid, yakni adanya
tempat yang lapang untuk tempat berkumpul untuk melaksanakan ibadah. Sementara itu
bangunan masjid yang lain tumbuh di berbagai wilayah Islam sejalan dengan
perkembangan wilayah Islam. Bangunan masjid-masjid itupun mengalami penambahan
menara, makam di sekitar masjid, maskura, hiasan kaligrafi, interior yang indah yang
memperlihatkan perbedaan tampilan fisiknya. Hal tersebut seperti terlihat pada kubah
masjid Jami’ di Buara dengan model setengah bola. Menara spiral di Samim, Minaret
masjid sultan Kaitbey, interior masjid Ibnu Thoulun, termasuk bentuk atap bersirap
pada bangunan masjid di Jawa.
Bentuk bangunan masjid dengan model atap tingkat tiga diterjemahkan sebagai
lambang keislaman seseorang yang ditopang oleh 3 aspek, yaitu iman, Islam, dan ihsan.
7
Adapun Norcholis masjid menafsirkannya sebagai lambang 3 jenjang perkembangan
penghayatan keagamaan manusia, yaitu tingkat dasar permulaan, tingkat menengah, dan
tingkat akhir yang maju dan tinggi yang sejajar dengan jenjang vertikal Islam, iman, dan
ihsan.
Selain itu arsitektur masjid di Jawa biasanya disekitarnya juga terdapat
bangunan makam. Biasanya makam yang terdapat di sekitar masjid adalah makam para
tokoh Islam yang hidup di sekitar masjid tersebut. Di Jawa makam merupakan salah
satu tempat yang dianggap sakral, bahkan sebagian cenderung dikeramatkan.
8
Lapisan ruang-ruang yang perlu dilalui dari prosesi ziarah ini dibuat sedemikian
rupa sehingga memiliki kemiripan dengan prosesi menuju tempat tinggal raja yang
bersangkutan. Secara tata ruang sarean dan dalem alias kelengahan sultan selintas tidak
berbeda. Dasar dari struktur ruang yang mengembangkan pada makam-makam sunan
Kudus, ratu Kalinyamat, hingga panembahan senapati menunjukkan gejala yang sama
yaitu sinkretisme antara konsep candi Hindu, penghormatan leluhur asli jawa dengan
fasilitas dan ritual Islam. Elemen-elemen pribumi nampak pada rancang bangun makam
berundak yang mengingatkan pada punden Berundak. Elemen-elemen Hindu
diungkapkan pada gubahan atap masjid maupun struktur ruang berdinding dengan
paduraksa dan bentar. Semua terpadu untuk memberi tempat dimana kesucian badan
disyaratkan dalam mengikuti proses ritual didalamnya.
Namun dalam Islam sebenarnya terdapat tradisi penguburan jenazah yang
didasarkan pada hadits Nabi seperti :
1. Kuburan lebih baik ditinggikan dari tanah sekitar agar mudah diketahui (HR.
Baihaqi).
2. Membuat tanda kubur dengan batu atau benda lain pada bagian kepala (HR. Abu
Daud).
3. Dilarang menembok kubur (HR. At Tarmidzi dan Muslim).
4. Dilarang membuat tulisan di atas kubur (HR. At Tarmidzi dan Muslim).
5. Dilarang membuat bangunan di atas kubur (HR. Ahmad dan Muslim).
6. Dilarang menjadikan kuburan sebagai masjid (HR. Bukhari Muslim).
Dalam riwayatnya, sejarah Masjidil Haram tidak lepas dari pembangunan Ka’bah
jauh sebelum Nabi Adam diciptakan. Konon saat itu bangunan Ka’bah masih dilangi ke
7 sebagai tempat tawaf para malaikat. Kemudian setelah Nabi Adam dan Hawa
9
diturunkan ke bumi, mereka diperintahkan oleh Allah untuk membangun bangunan di
sebuah lembah yang bernama Bakkah (sebuah nama kota kuno untuk Mekkah). Namun
bangunan tersebut hancur akibat terjangan banjir besar pada masa Nabi Nuh. Setelah
beberapa abad kemudian, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Isma’il
putranya, untuk membangun kembali Ka’bah di tengah perempatan kota Mekkah untuk
dijadikan tempat beribadah. Dan kemudian Nabi Ibrahim dan Ismail-lah yang pertama
kali meletakkan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim di sekitar Ka’bah. Sejak
pembangunan tersebut, Ka’bah dan Masjidil Haram selalu dijaga oleh para keturunan
Isma’il hingga saat ini.
Pada masa Jahiliyah Masjidil Haram sudah menjadi pusat atau tujuan utama para
peziarah, dari beragai penjuru dunia. Akibatnya Raja Abrahah dari Yaman, yang merasa
iri dan ingin menghancurkan Ka’bah dengan membawa pasukan bergajah untuk
menghancurkannya. Namun rencana itu di gagalkan oleh Allah, sebab dalam perjalanan
semua pasukan itu dilempari batu berapi dari neraka oleh burung-burung ababil dan
pasukan tersebut mati dalam keadaan tubuh yang rusak dan berlubang-lubang. Peristiwa
itu kemudian disebut Tahun gajah, yakni tahun 571 Masehi saat Nabi Muhammad
dilahirkan. 17 Tahun kemudian, setelah gagalnya penyerangan Ka’bah, bangunan
tersebut malah hancur akibat banjir besar yang melanda kota Mekkah. Para petinggi
Quraisy sepakat mengumpulkan uang yang halal untuk membangun kembali Ka’bah,
namun ukurannya menjadi lebih kecil dari ukuran sebelumnya, sehingga Hijir Ismail
tidak ikut kedalam bangunan Ka’bah. Saat pembangunan Ka’bah hampir selesai,
terjadilah pertikaian antara para petinggi Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan
batu Hajar Aswad. Hingga akhirnya datanglah Muhammad muda yang kemudian
mengusulkan agar batu itu diletakkan di sebuah kain yang setiap ujungnya dipegang
oleh masing-masing petinggi kabilah. Dari peristiwa inilah Muhammad muda mendapat
gelar Al-Amin.
10
Pada masa itu, Masjidil Haram hanya terdiri dari halaman yang luas dan
ditengahnya terdapat Ka’bah, tidak ada dinding pembatas yang mengelilinginya. Hanya
bangunan rumah para penduduk Mekkah yang mengelilingi halaman tersebut, dan
seakan-akan rumah-rumah itulah dindingnya. Di sela rumah-rumah tersebut terdapat
lorong jalan yang menuju ke Ka’bah, dan dinamakan dengan nama kabilah masing–
masing yang melaluinya atau yang berdekatan dengannya. Pada masa Nabi Muhammad
Saw, diperkirakan luas Masjidil Haram antara 1490 sampai 2000m².
Pada tahun 91H/709 M, Khalifah Walid bin Abdul Malik kembali mengadakan
perluasan Masjidil Haram, dan membangunnya dengan bangunan yang kokoh. Ia
mendatangkan pilar-pilar marmer dari Mesir dan Syam, ujungnya diberi lempengan
emas, dan masjid diatapi dengan kayu sajj (semacam kayu jati) yang dihiasi. Perluasaan
ini kebanyakan untuk bagian timur, dan diperkirakan luas tambahan sekita 2300 m2.
11
Pada tahun 137 H/754 M Khalifah Abu Ja’far an-Mansyur memerintahkan
pemugaran Masjidil Haram dan memperluasnya dengan luas tambahan sekita 4700 m2.
Selain itu juga menghiasi dindingnya dengan emas dan mosaik, dan Khalifah Abu Ja’far
an-Mansyur adalah orang pertama yang menutup Hijir Ismail dengan marmer. Dan pada
tahun 160 H/776 M Khalifah al Mahdi kembali memperluas Masjidil Haram di bagian
timur, barat dan utara, namun tidak memperluas bagian selatan disebabkan adanya jalan
untuk air bah Wadi Ibrahim. Tambahan perluasan ini diperkirakan sekitar 7950m2.
Kemudian, saat Khalifah al Mahdi menunaikan haji tahun 164 H/ 780 M, lalu dia
memerintahkan agar bagain selatan diperluas dan jalan air bah wadi Ibrahim dipindah.
Sehingga Masjidil Haram menjadi segi empat, dan tambahan perluasan ini di perkirakan
mencapai 2360 m2. Pada pada tahun 281 H/894 M Khalifah al-Mu’tadhid Billahi
memasukkan Daar An-Nadwah ke dalam Masjidil Haram. Rumah yang terletak di arah
utara masjid ini memiliki halaman yang luas, dahulunya biasa disinggahi oleh para
khalifah dan gubernur, kemudian ditinggalkan, maka dimasukkanlah ke dalam masjid
dan dibangun menara diatasnya. Tambahan ini diperkirakan seluas 1250 m2. Dan
kemudian pada tahun 306 H/918 M Khalifah al Muqtadir Billahi al Abbasi
memerintahkan agar menambah pintu Ibrahim di arah barat Masjid. Dahulunya bagian
ini adalah halaman yang luas di antara dua rumah Siti Zubaidah, diperkirakan luasnya
sekitar 850 m2.
12
pada masa kekuasaan Sultan Murad IV tahun 1629, Ka’bah dan Masjidil Haram
dibangun dan direnovasi kembali dengan batu-batu dari Mekah. Pada renovasi tersebut,
juga menambah tiga menara, sehingga keseluruhan menara menjadi tujuh. Marmer
lantai pun diganti dengan yang baru. Sejak saat itu, arsitektur Masjidil Haram tidak
berubah hampir selama tiga abad.
Di era Raja-raja Saudi renovasi besar pertama berlangsung pada tahun 1955 hingga
tahun 1973. Selain penambahan tiga menara, atap masjid pun diperbaiki, kemudian
lantai masjid diganti dengan marmer yang baru. Pada renovasi ini, dua bukit kecil Shofa
dan Marwah dibuat di dalam Masjidil Haram selain itu seluruh fitur yang dibangun oleh
arsitek kekaisaran Utsmaniyah dirobohkan, termasuk empat pilar. Renovasi kedua
dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud pada tahun 1982 hingga 1988. Ia
membangun sebuah sayap bangunan baru dan area shalat ruang terbuka di Masjidil
Haram. Renovasi ketiga dilakukan pada tahun 1988 hingga 2005 dengan dibangun
beberapa menara tambahan, serta area shalat di dalam dan sekitar masjid. Kemudian,
sebuah kediaman untuk raja juga dibangun berhadapan dengan Masjidil Haram. Selain
itu, dibangun pula 18 pintu gerbang tambahan, tiga kubah baru, serta 500 pilar marmer.
Masjidil Haram juga lebih modern dengan dilengkapi dengan pendingin udara,
eskalator, dan sistem pengairan yang terintegrasi.
Pada tahun 2007, Raja Abdullah memulai mega proyek untuk memperluas kapasitas
Masjidil Haram agar bisa menampung hingga 2 juta jamaah. Proyek ini diprediksi akan
selesai pada tahun 2020. Area masjid yang awalnya seluas 356.000 m2 akan
dikembangkan lagi menjadi 400.000 m2. Selain itu dibangun pula sebuah gerbang yang
diberi nama Gerbang Raja Abdullah dan tambahan dua Menara masjid. Namun proyek
tersebut belum selesai Raja Abdullah wafat terlebih dahulu pada tahun 2015.
13
Setelah Raja Abdullah wafat, tahta Kerajaan Arab Saudi jatuh ke tangan Salman bin
Abdul Aziz. Pada bulan Juli 2015, Raja Salman meluncurkan lima mega proyek
ekspansi Masjidil Haram agar bisa mengakomodasi lebih dari 1,6 juta jamaah haji.
Proyek ini antara lain pembangunan gedung, terowongan, hotel tempat tinggal bagi
jamaah haji, dan sebuah jalan lingkar. Perluasan bangunan Masjid sekitar 1,47 juta
meter persegi dan pembangunan 78 gerbang baru. Selain itu dibangun pula enam lantai
untuk shalat, 680 eskalator, 24 elevator untuk jamaah berkebutuhan khusus, 21.000
toilet dan tempat wudhu. Nilai proyek yang sudah digelar pada tahun 2011 oleh Raja
Abdullah dan diteruskan Raja Salman ini mencapai 26,6 miliar Dolar AS. Pemegang
tender mega proyek raksasa ini adalah Saudi Binladin Group.
14
definisi, struktur, tujuan maupun metode untuk mencapai tujuan tersebut secara
keseluruhan diambil darinya.
Dari al-Qur’an yang menjadi tuntunan, panduan hidup dan sumber keilmuan
bagi umat Nabi Muhammad ini, seorang muslim tidak hanya mengambil
pengetahuan mengenai Realitas Ultima (Al-Faruqi, 1999: 3). Secara mendasar,
prinsip-prinsip yang diambil dari al-Qur’an juga mencakup tentang alam, manusia,
dan makhluk hidup lainnya. Berbagai ilmu pengetahuan juga tercantum dalam al-
Qur’an, baik secara implisit maupun eksplisit di berbagai institusi sosial, politik
serta ekonomi yang diperlukan untuk menjalankan masyarakat yang sehat, sehingga
al-Qur’an diperlukan di setiap pengetahuan dan aktivitas manusia, termasuk juga di
bidang keilmuan arsitektur. Di dalam kitab itu, prinsip-prinsip dasar sudah
disediakan bagi pembentukan sebuah kebudayaan yang lengkap, tentu saja termasuk
bidang arsitektur.
Hal bukan berarti bahwa penjelasan dan uraian yang spesifik dan jelas tentang
berbagai usaha manusia tersebut telah termuat dalam kitab suci yang memuat 114
surat ini. Al-Qur’an tentu tidak menyebutkan secara detail dan jelas bagaimana
arsitektur yang islami itu. Walaupun begitu, secara implisit di dalamnya terdapat
suatu penjelasan yang menjadi dasar dan acuan tentang bagaimana idealnya suatu
lingkungan, bagaimana sistem nilai, batasan dan aturan pergaulan antara pria dan
wanita, dan sebagainya. Hal yang tidak kalah penting adalah di dalamnya juga
termuat konsep keindahan bangunan, yang dicontohkan dengan menggambarkan
keindahan bangunan-bangunan di surga, seperti yang diceritakan di dalam surat al-
Waqi’ah.
Konsep keindahan yang terwujud dalam berbagai bidang tersebut biasa kita
sebut dengan seni dan kesenian. Dalam arsitektur, seni mempunyai posisi yang
sangat penting. Bahkan pada awal berkembangnya, keilmuan arsitektur termasuk
dalam bidang seni murni, bukan seperti pada saat ini, dimana arsitektur merupakan
15
penggabungan antara ilmu, seni dan teknologi. Arsitektur merupakan sarana untuk
mewujudkan wadah bagi aktivitas manusia dengan menggabungkan berbagai sudut
pandang keilmuan, termasuk budaya dan tentu saja seni. Dalam Islam, aspek seni
dalam kebudayaan Islam harus juga dilihat sebagai ekspresi estetis dari al-Qur’an.
Seni Islam tidak lain adalah seni Qur’ani. Seni Qur’ani inilah yang nantinya juga
akan mendukung terwujudnya arsitektur Islam sebagai salah satu unsurnya yang
penting.
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, arsitektur termasuk di dalam seni ruang dalam
esensi seni menurut Islam, hal ini dikarenakan arsitektur merupakan seni visual yang
mendukung kemajuan peradaban Islam (Al-Faruqi, 1999: 158). Di dalam seni ruang,
terdapat cabang lain yang termasuk mendukung di dalamnya yaitu seni
rupa.Keberadaan seni ruang yang di dalamnya terdapat bidang arsitektur merupakan
satu hal yang cukup penting. Hal ini juga didasarkan pada seni dalam pandangan al-
Qur’an, sehingga pembangunan fisik peradaban ini senantiasa selalu berlandaskan nilai-
nilai Islam dalam al-Qur’an, yang juga berfungsi sebagai landasan pembangunan
peradaban yang berupa akhlaq dan perilaku. Hal ini sangatlah penting untuk
mewujudkan kembali nilai-nilai Islam ke dalam tatanan pembangunan peradaban di
dunia, yang tidak hanya membangun peradaban secara fisik, tetapi juga secara mental,
pola pikir, semangat, akhlaq dan pola perilaku yang berlandaskan ajaran Islam yang
bersumber pada al-Qur’an.
16
kesederhanaan, atau dapat saja keindahan tersebut memang berasal dari suatu yang
megah yang terinspirasi dari keindahan surgawi. Hal yang tidak kalah penting adalah,
bagaimana berbagai versi keindahan itu dapat mengingatkan kita akan KemahaBesaran
Allah, bahwa Allah adalah Dzat Maha Agung yang patut kita sembah dan menyadarkan
esensi kita sebagai hamba Allah.
1. Unit-unit isi
Menurut Ismail Raji Al Faruqi pula, ajaran tauhid yang dapat menstimulasi
kesan infinitas dan transendensi melalui isi dan bentuk estetis dapat direpresentasikan
dalam karya seni Islam, yang ciri-ciri di dalamnya mengandung kaidah-kaidah sebagai
berikut :
1. Abstraksi
2. Unit/Modul
3. Kombinasi suksesif
17
4. Pengulangan
5. Dinamisme
6. Kerumita
Kiblat
Kiblat secara istilah adalah arah yang dituju saat seorang Muslim ketika mendirikan
salat. Diriwayatkan, dahulu Nabi Muhammad Saw dan para sahabat shalat dengan
menghadap Baitul Maqdis. Namun, Rasulullah Saw lebih suka shalat dengan
menghadap kiblatnya Nabi Ibrahim, yaitu Ka’bah. Akhirnya setelah hijrah ke Madinah
Allah Swt menurunkan perintah untuk memindahkan kiblat yang dulunya ke Baitul
Maqdis di Palestina sehingga berganti ke Ka’bah di Masjidil Haram Mekkah.
Haji
Ibadah Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, salat, zakat dan
puasa. Menunaikan ibadah haji hukumnya adalah wajib bagai orang Islam dipenjuru
dunia manapun yang sudah mampu. Waktu melaksanakan rangkaian Ibadah Haji adalah
bulan Dzulhijah pada setiap tahunnya.
Ka’bah
Ka’bah, adalah bangunan berpentung persegi empat yang terletak di tengah Masjidil
Haram. Ka’bah adalah satu-satunya tempat beribadah kepada Allah yang pertama kali
dibangun di muka bumi. Bangunan ini juga menjadi monumen suci bagi umat Islam dan
18
bangunan yang wajib dikunjungi saat ibadah Haji dan Umroh. Dan yang tidak kalah
penting adalah, Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat shalat
bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Hajar Aswad
Hajar Aswad merupakan sebuah batu berwarna hitam yang diyakini berasal dari
surga. Hajar Aswad ini terletak di bagian pojok Ka’bah. Yang pertama kali menemukan
Hajar Aswad ini adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.
Konon batu ini dahulu berwarna putih, namun karena dosa manusia berubah menjadi
hitam. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad Saw. Karena
Rasulullah pernah menciumnya ketika tawaf di Ka’bah.
Maqam Ibrahim
Maqam Ibrahim adalah yang mencakup batu lebar kecil yang terletak kurang lebuh
20 hasta di sebelah timur Ka’bah. Walaupun namanya Maqam Ibrahim, namun tempat
ini bukanlah tempat yang menjadi kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau
pendapat kebanyakan orang. Sebaliknya di dalam bangunan kecil ini terdapat sebuah
batu yang diturunkan oleh Allah dari Surga bersamaan dengan dengan batu-batu kecil
lainnya yang terdapat di Hajar Aswad. Batu pada Maqam Ibrahim inilah, dulu yang
menjadi pijakan Nabi Ibrahim ketika membangun Ka’bah.
Bukit Shofa terletak kurang lebih setengah mil dari Ka’bah dan Marwah terletak
sekitar 100 yard dari Ka’bah. Bukit Shofa Marwah adalah tempat dimana ritual sai (lari-
lari kecil) sebanyak 7 kali untuk mengenang kejadian Siti Hajar mencari air untuk Nabi
Ismail kecil. Jarak antara Shofa dan Marwah sekitar 450 meter, sehingga perjalanan
tujuh kali berjumlah kurang lebih 3,15 kilometer. Kedua tempat tersebut dan juga
jalannya sekarang berada di dalam bagian Masjidil Haram.
19
Hijr Ismail
Hijr Ismail termasuk bangunan suci bagi Umat Islam, yaitu sebuah tempat sebelah
utara bangunan Ka’bah, berbentuk setengah lingkaran, dibangun oleh Nabi Ibrahim As.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah membangun Ka’bah secara sempurna termasuk di
dalamnya Hijir ini. Namun karena dinding Ka’bah sempat roboh akibat bekas kebakaran
dan banjir yang menerjangnya. Kemudian pada tahun 606 M, kaum Quraisy
merobohkan sisa dinding Ka’bah lalu merenovasi kembali. Akan tetapi, karena
kekurangan dana, Ka,bah dibangun menjadi lebih keci dari semua dan Hijir Ismail
menjadi tidak berada di dalam Ka’bah lagi.
Sumur Zam-zam
Sumur Zamzam terletak 11 meter dari Ka’bah. Menurut salah satu keterangan,
sumur ini dapat meneluarkan air sebanyak 11-18,5 liter per detik, sehingga dapat
menghasilkan 660 liter air permenit dan 39.600 liter per jamnya. Dahulu, di atas sumur
Zamzam terdapat bangunan seluas 88.8 m2. Namun bangunan ini dirobohkan untuk
meluaskan tempat tawaf, sehingga ruang minumnya dipindahkan ke ruang bawah tanah.
Tempat masuk ruang minumnya dipisah antara laki-laki dan perempuan. Didalamnya,
terdapat 350 keran air minum, sebanyak 220 di ruang laki-laki dan 130 ruang
perempuan. Sumur Zamzam sekarang telah dipagari dengan kaca tebal dan dapat dilihat
dari ruangan laki-laki .
20
Masjidil Haram memiliki banyak keutamaan yang membuatnya menjadi sebuah
Masjid istimewa dan sangat penting dalam agama Islam, yaitu:
21
Bayt Al-Mawlid, rumah tempat Nabi Muhammad Saw lahir, dihancurkan dan
dijadikan sebuah perpustakaan.
Dar Al-Arqam, sekolah Islam pertama di dunia pada masa kenabian Nabi
Muhammad Saw sudah diratakan.
Rumah Abu Jahal dihancurkan dan dijadikan tempat pencucian umum.
Bangunan Kubah yang dijadikan kanopi di atas sumur Zamzam dihancurkan.
BAB III
METODA PEMBAHASAN
Tahap analisis dan sintesis dimulai dengan mengolah data secara sistematis
dimulai dengan mengolah data secara sitematis dan menerapkan metode desain seperti
metode pragmatis, tipologi dan metafora yang disesuaikan dengan tiap kriteria desain.
Konsep perancangan yang telah di dapat lalu ditransformasikan kedalam bentuk grafis
dengan menggunakan metode eksplorasi desain sehingga dapat memperoleh gambar
perancangan Pusat pembinaan dan pemberdayaan muallaf di kota Makassar dengan
pendekatan arsitektur islam modern.
Pemilihan lokasi perancangan telah melakukan tolak ukur dan pertimbangan, yaitu
lokasi tapak yang strategis, dan wilayah lokasi yang sesuai dengan peraturan
pengembangan wilayah dan keadaan lingkungan yang mendukung perancangan fungsi
bangunan. Kecamatan biringkanaya karena merupakan salah satu kecamatan yang
memiliki jumlah pesantren terbanyak di kota Makassar, terdapat sebanyak 20 sekolah
22
pesantren yang berada dikecamatan biringkanaya sehingga dapat mendukung daya guna
bangunan Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Muallaf
BAB IV
PEMBAHASAN
“Dan dari mana pun kamu berangkat (untuk shalat), arahkan wajahmu ke
arah Masjidil Haram (di Mekkah ), dan siapa pun kamu, arahkan wajahmu ke arah itu
23
(ketika kamu shalat) sehingga laki-laki mungkin tidak memiliki argumen terhadap Anda
kecuali mereka yang melakukan kesalahan, jadi jangan takut pada mereka, tetapi
takutlah pada-Ku! – Dan agar Aku menyempurnakan Nikmat-Ku untukmu dan agar
kamu mendapat petunjuk.” [Al-Quran, 2:150]
Filosofi bentuk massa bangunan pada Masjidil Haram yaitu mengadopsi bentuk
terpusat, dimana ka’bah akan menjadi fokal point pada sekaligus kiblat sholat seluruh
muslim di dunia.. Pola bentuk bangunan akan sangat mempengaruhi dalam proses
perencanaan lanskap pada tapak.
24
Penerapan pada Fasad dan Bukaan Bangunan
Pengaplikasian konsep islam modern pada Masjidil Haram terletak di sisi fasad
bangunan. bangunan pada arsitektur islam dimasa modern cenderung menggunakan
tembaga dan besi yang memberikan unusr mewah apda bangunan sebagai fasad
bangunan dan cenderung memiliki garis-garis yang lebih tegas. Konsep transformasi
bentuk bangunan pun sangat mengikuti sejarah bentuk bangunan arsitektur islam
dengan menggunakan banyak pola curve dan penggunaan pilar yang besar dan banyak.
25
Dengan menerapkan Teknik pewarnaan yang didominasi oleh hitam, coklat, dan
hijau memberikan tampilan yang nyaman dan tentram sehingga para jama’ah yang
melaksanakan ibadah disana pun merasa khusyuk.
Selain itu terdapat ornamen yang sangat kuat dalam gaya arsitektur islam dengan
memadukan dengan bentuk geometri yang sanagat menonjol.
Pemiliham lampu yang sangat kental dengan gaya Arabic ditambah dengan
elemen marmer pada masjid memberikan kesan artistic dan memberikan gambaran
bahwa manusia itu kecil dan lemah dan hanya Allah lah yang maha tinggi .
26
BAB V
KESIMPULAN
Beberapa contoh di atas memberikan satu pelajaran, bahwa perilaku dan akhlak
yang dilandasi nilai-nilai Islam yang mendasari lahirnya karya arsitektur Islam, tidaklah
dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita dapat melihat karya-karya arsitektur Islam di
berbagai belahan dunia dengan tujuan yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri
kepada Allah. Lebih lanjut, terwujudnya beberapa hasil karya arsitektur Islam yang
didasari nilai-nilai Islam dapat pula membentuk satu perilaku dan akhlak yang menuju
kepribadian dan citra diri Islam yang dibentuk dari lingkungan tersebut.
Arsitektur Islam yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami tidak
mempunyai representasi bentuk yang satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam
mempunyai bahasa arsitektur yang berbeda, tergantung dari konteks dimana dan apa
fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut. Karya arsitektur Islam tidak pula dibatasi
oleh wilayah benua dan negara, karena kita akan melihat kekayaan arsitektur Islam dari
keragaman tempat yang membawa ciri khas dari wilayah masing-masing negara
tersebut. Dari keberagaman tersebut, akhirnya dapat dihadirkan satu kekayaan khazanah
arsitektur Islam yang melandasi lahirnya peradaban Islam yang membawa manusia
pada rahmatan lil alamin.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Agama : Islam
Cita-cita : Arsitek
29