Anda di halaman 1dari 34

ARSITEKTUR ISLAM

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas ARB-209 Arsitektur Timur Barat


Tahun ajaran 2022/2023

Dosen Pembimbing :
Ir. Meta Riany, M.T.

Disusun oleh :
Aditya Hadi Pramudita 212021005

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2023
PRAKATA

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan Rahmat,
waktu, dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Arsitektur Islam”. Adapun penyusunan karya tulis ilmiah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah ARB-209 Arsitektur Timur Barat sebagai tugas akhir semester pada
perkuliahan di Institut Teknologi Nasional Fakultas Arsitektur dan Desain.

Namun demikian saya sangat berharap kiranya makalah ini dapat memberikan
manfaat dan konstribusi yang besar terhadap perkembangan arsitektur khususnya
terhadap bangunan yang ada pada zaman sekarang, yang dapat dijadikan sumber
refrensi bagi semua orang, sehingga dapat melestarikan arsitektur Jawa itu sendiri. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan karena terbatasnya ilmu dan pengetahuan saya. Oleh karena itu,saya
mengharapkan kritik dan saran mengenai penyusunan makalah ini untuk
mengembangkan pengetahuan saya di masa yang akan datang.

Bandung, 13 Januari 2023

Penulis
ABSTRAK

Manusia sebagai khalifah, dalam hal ini berkaitan dengan fungsi arsitek, memiliki
tanggung jawab terhadap lingkungan, mengelola alam untuk melakukan aktivitasnya di
muka bumi, dengan prinsip keseimbangan dan keselarasan. Arsitektur sebagai salah satu
bidang keilmuan, hendaknya juga berpijak pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada
al-Qur’an. Wujud arsitektur yang muncul dari kreasi seorang arsitek, hendaknya
melambangkan nilai-nilai Islam. Artinya, wujud arsitektur yang hadir tidak
bertentangan dengan prinsip tauhid, ketentuan syariah, dan tentu saja nilai-nilai akhlakul
karimah.

Pemaknaan dalam realita kehidupan, baik secara vertikal maupun horisontal, akan
dipandang lebih berarti pada sebuah karya arsitektur yang mempunyai landasan
akhlakul karimah di dalamnya. Suatu karya arsitektur akan 

lebih bermakna jika mengusung nilai-nilai Islam dalam konsep perancangannya. Nilai
Islam yang diterapkan pada “Arsitektur Islam” menghasilkan perpaduan antara
kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya,
yang berada dalam keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya.
Hasil karya yang bermakna inilah yang akan mewujud menjadi suatu bentuk peradaban
baru yang islami dan membawa kebaikan bagi umat manusia.

Tulisan ini menggambarkan bahwa ternyata karya-karya arsitektur Islam di berbagai


penjuru dunia yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami, tidak mempunyai
representasi bentuk yang satu dan seragam. Walaupun demikian, keberagaman dan
kekayaan bentuk itu disatukan oleh satu tujuan, yaitu sebagai sarana beribadah kepada
Allah. Dari keberagaman tersebut, dapat tercipta satu kekayaan khasanah arsitektur
Islam dalam suatu peradaban yang islami, yang akan membawa manusia pada rahmatan
lil alamiin.
ABSTRACT

Humans as caliphs, in this case related to the function of architects, have a


responsibility towards the environment, managing nature to carry out its activities on
earth, with the principles of balance and harmony. Architecture as a scientific field
should also be based on Islamic values that originate from the Qur'an. The
architectural form that emerges from the creations of an architect should symbolize
Islamic values. This means that the architectural form that is present does not conflict
with the principles of monotheism, sharia provisions, and of course the values of
akhlakul karimah.

Meaning in the reality of life, both vertically and horizontally, will be seen as more
meaningful in an architectural work that has an ethical foundation in it. A work of
architecture will
more meaningful if carrying Islamic values in the design concept. Islamic values that
are applied to "Islamic Architecture" produce a combination of human culture and the
process of self-serving a human being to his God, which is in harmony with the
relationship between humans, the environment and their Creator. It is this meaningful
work that will manifest into a new form of Islamic civilization and bring goodness to
mankind.

This paper illustrates that in fact the works of Islamic architecture in various parts of
the world which are based on Islamic morals and behavior do not have a single and
uniform form of representation. Nevertheless, the diversity and richness of forms are
united by one goal, namely as a means of worshiping God. From this diversity, a wealth
of Islamic architectural treasures can be created in an Islamic civilization, which will
bring humans to rahmatan lil alamin.
DAFTAR ISI

PRAKATA.......................................................................................................................ii
ABSTRAK......................................................................................................................iii
ABSTRACT......................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................3
1.3 Tujuan Makalah....................................................................................................3
1.4 Manfaat Makalah..................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
2.1 Pra Sejarah Arsitektur..........................................................................................5
2.2 Sejarah Arsitektur dalam Islam...........................................................................7
2.2.1 Arsitektur Masjid............................................................................................7
2.2.2 Arsitektur Ruang Makam Masjid.................................................................8
2.2.3 Masjidil Haram...............................................................................................9
2.3 Al-Qur’an dan Seni..............................................................................................14
2.4 Seni Ruang dan Arsitektur.................................................................................16
2.5 Kepentingan dalam Agama Islam......................................................................18
BAB III...........................................................................................................................22
BAB IV...........................................................................................................................23
4.1 Konsep Lokasi......................................................................................................23
4.2 Penerapan Arsitektur Islam Modern.................................................................24
BAB V.............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................28
RIWAYAT HIDUP PENULIS.....................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur Islam, berdasarkan wujud dan penampilannya, merupakan gambaran dari


waktu yang telah diisi oleh kegiatan pergelaran bangunan-bangunan. Yang mana
mereka secara khusus lahir dari suatu bentuk kebudayaan baru Islam, sebagai akibat
dari diturunkannya wahyu ilahi guna menyebarkan agama baru, yakni agama Islam.
Pada bentuk awalnya, masjid bukanlah bangunan yang megah perkasa seperti masjid-
masjid yang tampil pada masa kejayaannya, yang penuh dengan keindahan dengan ciri-
ciri keagungan arsitektural pada penampilan fisiknya. Masjid pertama yang dibuat oleh
Nabi Muhammad SAW sangatlah sederhana. Denahnya merupakan masjid segi empat
dengan hanya dinding-dinding yang menjadi pembatas sekelilingnya. Di sepanjang
bagian dalam dinding tersebut, dibuat semacam serambi yang langsung bersambung
dengan lapangan terbuka sebagai bagian tengah dari masjid segi empat tersebut.
Sedangkan, bagian pintu masuknya diberi tanda dengan gapura atau gerbang yang
terdiri dari tumpukan batu-batu yang diambil dari sekeliling tempat itu. Begitu pula
dengan bahan-bahan yang digunakan, yang mana adalah material apa adanya, sekadar
apa yang terdapat pada sekeliling tempat tersebut. Seperti batu-batu alam atau batu-batu
gunung, pohon, dahan, dan daun kurma. Batu-batu tersebut disusun dan diterapkan
dengan memakai campuran tanah liat sebagai perekatnya. Sedangkan pelepah
digunakan sebagai atap penutup dan merupakan bahan utama, guna menaungi serambi-
serambi yang ada di sekeliling bagian dalam dinding pembatas lapangan. Namun
demikian, justru masjid ini yang merupakan prototype dari masjid-masjid berikutnya,
bahkan menjadi pola dasar yang utama bagi masjid-masjid yang dibangun kemudian.
Bahkan sampai kini pun, apa yang disebut sebagai masjid itu tetap berorientasi kepada

1
masjid yang pertama itu. Meski dibangun dengan penampilan fisik yang sudah lebih
megah, lebih besar dan lebih sempurna, namun pembangunan masjid itu pada saat
manapun juga tetap berpolakan masjid yang pertama didirikan oleh nabi Muhammad
SAW tersebut. Di kemudian harinya dalam pola pengembangan masjid selanjutnya,
kekhususan tempat ini akan berubah bentuk menjadi semacam relung atau ceruk yang
senantiasa menunjukkan arah kiblat. Relung atau ceruk yang ada pada dinding yang
serah dengan kiblat itu kemudian bernama mihrab. Sebenarnya, mihrab ini merupakan
perkembangan bentuk dari tempat yang biasa dipergunakan Nabi Muhammad SAW
menyampaikan dakwah dan ajaran serta penerangan agama Islam, yang sesudahnya
diteruskan dengan memimpin umat bersembahyang. Sedangkan tempat duduk Nabi
yang asalnya berupa serambi pada dinding, yang juga merupakan tempat yang
ditinggikan, dinamakan mimbar. Dalam perkembangan kemudian, mimbar ini
berkembang menjadi tempat yang penting yang ditampilkan dengan penuh gaya dan
kemewahan hiasan, serta bertempat pada mihrab yang telah merupakan relung tadi.
Fungsinya adalah sebagai tempat untuk menyampaikan khutbah pada saat pelaksanaan
salat Jumat oleh para hatib.

Masjidil Haram adalah salah satu masjid tertua yang dibangun dalam sejarah Islam.
Masjid agung ini merupakan masjid terbesar di dunia, yang awalnya punya luas 88,2
hektar. Rumah ibadah umat Islam ini terus dibangun, apalagi pasca-rusak oleh bencana
alam. Hari ini, pilar-pilar masjid berdiri tegak melindungi Kabah, kiblat umat Muslim.
Baca juga: Kenapa Lantai Masjidil Haram Dingin, Ini Rahasianya Dilansir berbagai
sumber, Masjidil Haram sering disebut satu-satunya situs tersuci dalam Islam, tempat
paling suci bagi umat Islam di muka bumi. Disebut demikian karena pintu masjid selalu
terbuka untuk Muslim di seluruh dunia, tetapi non-Muslim tidak diperbolehkan. Itulah
salah satu alasan yang mendasari mengapa tempat itu disebut Masjidil Haram. Disebut
juga Masjid Agung Mekkah, muslim dari seluruh dunia pergi ke sini untuk berdoa dan
melakukan ibadah haji. Baca juga: Mengenal Saud bin Ibrahim Al-Shuraim, Imam
Masjidil Haram di Mekah Al Quran menyebut bahwa masjid dibangun bahkan sebelum
penciptaan manusia. Menurut penanggalan Masehi, pembangunan masjid ini dimulai

2
pada abad ke-7 oleh Khalifah Umar Bin Khattab. Jumlah peziarah meningkat sehingga
tembok dibangun kembali di sekitar Kabah. Pada 777, Khalifah Abbasiyah Al Mahdi
menghancurkan masjid asli dan membangun masjid yang lebih besar di sekitar Kabah.
Ada banyak bangunan di masjid itu yang berasal dari tahun 1571. Masjid ini lalu
direnovasi untuk diperluas dari tahun 1950 untuk menampung lebih banyak orang.
Pembangunan terbaru dilakukan pada tahun 2018. Setelah itu, masjid ini menjadi masjid
terbesar di dunia yang menampung 2,5 juta jamaah di tanah seluas 187 hektar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, dapat diidentifikasi dengan


berbagai media penyampaian, Islam berhasil menyebar kesegala penjuru. Ketika Islam
masuk ke tanah Jawa, Islam muncul bersama nilai-nilai agama yang dapat diterima oleh
Masyarakat. Nilai-nilai Islam yang melekat pada kebudayaan Jawa memang seolah
telah menjadi kesatuan yang sulit dipisahkan dalam berbagai bidang, yang mampu
memberikan pengaruhnya.

Beberapa uraian permasalahan yang akan saya bahas, yaitu :

1. Bagaimana sejarah lahirnya Masjidil Haram?


2. Apa keistimewaan arsitektur Masjidil Haram?
3. Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Masjidil Haram?

1.3 Tujuan Makalah

Berikut merupakan tujuan pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Menjelaskan sejarah lahirnya Masjidil Haram.


2. Memaparkan bagaimana keistimewaan arsitektur di Masjidil Haram.
3. Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang di Masjidil Haram.

3
1.4 Manfaat Makalah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap pembaca tentang


gambaran mengenai akulturasi arsitektur sebelum dan sesudah Islam muncul.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan pengetahuan Arsitektur Islam.


b. Menjaga dan melestarikan bangunan-bangunan bersejarah bagi islam.
c. Meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh agama Islam terhadap bangunan
dan lingkungan sekitarnya.
d. Sebagai bahan referensi makalah lain untuk dikembangkan dan bermanfaaat
bagi dunia akademis.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pra Sejarah Arsitektur

Dapat kita lihat bangunan Indonesia pada zaman dahulu terbuat dari bahan yang
tidak tahan lama. Para ahli arsitektur tidak beruntung karena bahan-bahan hayati ini
tidak dapat bertahan lama dalam iklim Indonesia. Bangunan-bangunan kuno yang masih
bertahan lama yaitu pada bangunan yang terbuat dari bangunan batu. Bangunan batu
tertua di Indonesia dibangun pada akhir zaman prasejarah, kurang lebih 2.000 tahun
yang lalu. Punden Berundak dari batu dan gentang lahan yang berkaitan untuk upacara
dibangun pada lereng pegunungan. Punden Berundak ini digunakan pada periode klasik.
Di beberapa wilayah nusantara, punden Berundak ini masih digunakan untuk kegiatan
keagamaan.
Pada periode klasik Indonesia dimulai dengan berdirinya candi batu dan batu
bata yang menaungi lambang dewa-dewa Hindu dan Budha. Contoh tertua, kerangka
tahun awal abad ke-8 dirancang oleh arsitek Indonesia yang sudah terbiasa bekerja
dengan bahan permanen. Menggunakan paduan ragam hias dan lambang pribumi dan
asing. Mereka mengungkapkan kembali konsep prasejarah Indonesia mengenai
hubungan antar manusia, dewa, dan alam semesta. Pemandangan alam, terutama
pegunungan, merupakan perpaduan dalam pandangan alam semesta mereka.
Terdapat sedikit contoh bentuk arsitektur periode klasik selain candi. Contoh ini
meliputi tempat pemandian dan reruntuhan yang mengundang pertanyaan dari gugus
ratu Baka yang mungkin digunakan untuk beberapa maksud, sebagai tempat tinggal
para bangsawan, tempat upacara umum dan terakhir tempat kegiatan keagamaan
penganut Budha dan Hindu. Sisa bangunan dari Jawa Timur menunjukkan bahwa
beberapa wilayah kediaman bangsawan abad ke-14 sebagian dibangun dari bata dan

5
ubin. Sisa arsitektur periode klasik terpusat di Jawa, tetapi beberapa tempat di Sumatera,
Bali dan Kalimantan menunjukkan data yang patut dipertimbangkan.
Selama periode klasik di Indonesia lebih kurang 800 tahun lamanya, bidang
arsitektur berevolusi sebagai reaksi terhadap perubahan agama, politik, dan
kecenderungan umum manusia dalam menginginkan perubahan gaya. Beberapa
bangunan periode ini dianggap sebagai bagian dari warisan kebudayaan dunia.
Contoh arsitektur pada bangunan candi zaman klasik dapatlah kita lihat bahwa
konsep dasar rancangannya adalah keinginan menciptakan tiruan gunung pada pusat
alam semesta, tempat roh para dewa dapat dibujuk untuk menjelma menjadi patung atau
lingga yang ditempatkan dalam ruangan yang menyerupai gua.
Arsitektur Indonesia klasik paling awal terdiri atas tempat suci Hindu, dibangun
di gunung api Jawa Tengah secara raga dan perlambang, bangunan ini bersandar pada
kepercayaan bahwa gunung merupakan tempat kekuatan adi kodrati. Setelah “elit” yang
berkuasa mulai membangun dengan batu, tempat bangunan mulai menyebar ke daratan
rendah perluasan ini mungkin berasal dari paduan semangat keinginan membuat tempat
keagamaan lebih mudah dicapai Masyarakat umum dan pengakuan untuk “elite” yang
berkuasa bahwa hubungan dengan kekuatan dewa secara nyata menambah kekuasaan
duniawi mereka.
Dalam bangunan candi terdahulu ada pula yang menggunakan kayu sebagai
penyangga luar, diantaranya dapatlah kita lihat pada arsitektur kayu Indonesia dari salah
satu relief Borobudur (serambi pertama, sisi timur, sayap utara, lubang pengatur suhu
diatas). Bangunan-bangunan ini memakai struktur penahan beban bagian luar dengan
penyangga berbentuk seperti tiang berwujud manusia (canyatid) dalam bentuk satwa
liar. Rancangan ini mirip dengan bangunan di India selatan (abad ke 4-9), tetapi saat
arsitek Jawa membangun dengan batu, teknik para arsitek setempat mulai menyimpang
dari model India. Sementara orang Jawa menggunakan bangunan pendukung dari luar,
mereka mengabaikan penggunaan sosok satwa sebagai penyangga dan
menggantikannya dengan tiang, tahap ini tampak pada relief-relief. Saat orang Jawa
menggunakan batu sebagai bahan bangunan, bangunan penahan berat bagian luar
menjadi berlebih, tiang dan penyangga diubah menjadi unsur hiasan dinding luar.

6
Bentuk bangunan arsitektur pada zaman prasejarah diantaranya yaitu bangunan-
bangunan candi ; candi Borobudur, candi Rara Jonggrang, candi Merak, candi Sewu,
candi Palosan, candi Kidal dan sebagainya. Candi-candi tersebut yang terbuat dari batu-
batuan pada zaman klasik terdahulu.

2.2 Sejarah Arsitektur dalam Islam

2.2.1 Arsitektur Masjid

Dalam sejarah peradaban Islam, masjid dianggap sebagai cikal bakal arsitektur
dalam Islam, yaitu dengan dibangunnya masjid Quba oleh Rasulullah SAW sebagai
masjid yang pertama.
Awal mula bangunan masjid Quba sangatlah sederhana sekali, dengan lapangan
terbuka sebagai intinya dan menempatkan mimbar pada sisi dinding arah kiblat, serta di
tengah-tengah lapangan terdapat sumber air untuk tujuan bersuci. Masjid Quba ini
merupakan karya spontan dari Masyarakat muslim di Madinah pada waktu itu.
Bangunan masjid Quba ini disebut oleh para ahli sebagai masjid Arab asli.
Namun kiranya arti lebih luas adalah bahwa masjid Quba telah menampilkan makna dan
fungsi minimal yang harus terpenuhi dalam sebuah bangunan masjid, yakni adanya
tempat yang lapang untuk tempat berkumpul untuk melaksanakan ibadah. Sementara itu
bangunan masjid yang lain tumbuh di berbagai wilayah Islam sejalan dengan
perkembangan wilayah Islam. Bangunan masjid-masjid itupun mengalami penambahan
menara, makam di sekitar masjid, maskura, hiasan kaligrafi, interior yang indah yang
memperlihatkan perbedaan tampilan fisiknya. Hal tersebut seperti terlihat pada kubah
masjid Jami’ di Buara dengan model setengah bola. Menara spiral di Samim, Minaret
masjid sultan Kaitbey, interior masjid Ibnu Thoulun, termasuk bentuk atap bersirap
pada bangunan masjid di Jawa.
Bentuk bangunan masjid dengan model atap tingkat tiga diterjemahkan sebagai
lambang keislaman seseorang yang ditopang oleh 3 aspek, yaitu iman, Islam, dan ihsan.

7
Adapun Norcholis masjid menafsirkannya sebagai lambang 3 jenjang perkembangan
penghayatan keagamaan manusia, yaitu tingkat dasar permulaan, tingkat menengah, dan
tingkat akhir yang maju dan tinggi yang sejajar dengan jenjang vertikal Islam, iman, dan
ihsan.
Selain itu arsitektur masjid di Jawa biasanya disekitarnya juga terdapat
bangunan makam. Biasanya makam yang terdapat di sekitar masjid adalah makam para
tokoh Islam yang hidup di sekitar masjid tersebut. Di Jawa makam merupakan salah
satu tempat yang dianggap sakral, bahkan sebagian cenderung dikeramatkan.

2.2.2 Arsitektur Ruang Makam Masjid

Struktur ruang makam-masjid Kudus tidak memiliki hierarki yang sederhana.


Kompleks ini dibangun dengan dinding keliling bata merah, seperti juga di Demak.
Rancangan profil ini mirip dengan dinding kompleks candi-candi di Jawa Timur, candi
penataran dan candi tikus. Setiap pintu masuk yang melalui dinding-dinding tersebut
hampir selalu ditandai oleh bangunan gentar atau paduraksa. Tata ruang yang berlapis-
lapis dan membentuk segi empat oleh dinding batu bata menunjukkan prosesi yang jelas
memperlihatkan terhormatnya derajat wilayah makam. Di Kudus terdapat tidak kurang
dari tujuh lapis gerbang dan halaman berdinding. Di Demak, dapat dijumpai pula
tatanan ruang berlapis-lapis, namun tidak serumit makam sunan Kudus. Yang menarik
di Demak adalah kejelasan struktur ruang yang dibentuk oleh tembok keliling segi
empat dengan empat gerbang penjuru angin struktur yang jelas ini menyebabkan masjid
nampak lebih menonjol monumentalisasinya. Sarean (makam) dikompleks masjid ini
nampak sebagai struktur pendukung yang memiliki jalur prosesi sendiri yang membuat
tata ruang berlapis-lapis adalah sarean utama yang dibangun dengan struktur cungkup.
Struktur ini diyakini memberi perlindungan bagi makam sebagaimana atap melindungi
tempat tidur. Orang Jawa melihat sarean sebagai tempat yang disucikan dari kegiatan
harian.

8
Lapisan ruang-ruang yang perlu dilalui dari prosesi ziarah ini dibuat sedemikian
rupa sehingga memiliki kemiripan dengan prosesi menuju tempat tinggal raja yang
bersangkutan. Secara tata ruang sarean dan dalem alias kelengahan sultan selintas tidak
berbeda. Dasar dari struktur ruang yang mengembangkan pada makam-makam sunan
Kudus, ratu Kalinyamat, hingga panembahan senapati menunjukkan gejala yang sama
yaitu sinkretisme antara konsep candi Hindu, penghormatan leluhur asli jawa dengan
fasilitas dan ritual Islam. Elemen-elemen pribumi nampak pada rancang bangun makam
berundak yang mengingatkan pada punden Berundak. Elemen-elemen Hindu
diungkapkan pada gubahan atap masjid maupun struktur ruang berdinding dengan
paduraksa dan bentar. Semua terpadu untuk memberi tempat dimana kesucian badan
disyaratkan dalam mengikuti proses ritual didalamnya.
Namun dalam Islam sebenarnya terdapat tradisi penguburan jenazah yang
didasarkan pada hadits Nabi seperti :

1. Kuburan lebih baik ditinggikan dari tanah sekitar agar mudah diketahui (HR.
Baihaqi).
2. Membuat tanda kubur dengan batu atau benda lain pada bagian kepala (HR. Abu
Daud).
3. Dilarang menembok kubur (HR. At Tarmidzi dan Muslim).
4. Dilarang membuat tulisan di atas kubur (HR. At Tarmidzi dan Muslim).
5. Dilarang membuat bangunan di atas kubur (HR. Ahmad dan Muslim).
6. Dilarang menjadikan kuburan sebagai masjid (HR. Bukhari Muslim).

2.2.3 Masjidil Haram

 Masjidil Haram Zaman Pra-sejarah

Dalam riwayatnya, sejarah Masjidil Haram tidak lepas dari pembangunan Ka’bah
jauh sebelum Nabi Adam diciptakan. Konon saat itu bangunan Ka’bah masih dilangi ke
7 sebagai tempat tawaf para malaikat. Kemudian setelah Nabi Adam dan Hawa

9
diturunkan ke bumi, mereka diperintahkan oleh Allah untuk membangun bangunan di
sebuah lembah yang bernama Bakkah (sebuah nama kota kuno untuk Mekkah). Namun
bangunan tersebut hancur akibat terjangan banjir besar pada masa Nabi Nuh. Setelah
beberapa abad kemudian, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Isma’il
putranya, untuk membangun kembali Ka’bah di tengah perempatan kota Mekkah untuk
dijadikan tempat beribadah. Dan kemudian Nabi Ibrahim dan Ismail-lah yang pertama
kali meletakkan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim di sekitar Ka’bah. Sejak
pembangunan tersebut, Ka’bah dan Masjidil Haram selalu dijaga oleh para keturunan
Isma’il hingga saat ini.

 Masjidil Haram Masa Jahiliyah

Pada masa Jahiliyah Masjidil Haram sudah menjadi pusat atau tujuan utama para
peziarah, dari beragai penjuru dunia. Akibatnya Raja Abrahah dari Yaman, yang merasa
iri dan ingin menghancurkan Ka’bah dengan membawa pasukan bergajah untuk
menghancurkannya. Namun rencana itu di gagalkan oleh Allah, sebab dalam perjalanan
semua pasukan itu dilempari batu berapi dari neraka oleh burung-burung ababil dan
pasukan tersebut mati dalam keadaan tubuh yang rusak dan berlubang-lubang. Peristiwa
itu kemudian disebut Tahun gajah, yakni tahun 571 Masehi saat Nabi Muhammad
dilahirkan. 17 Tahun kemudian, setelah gagalnya penyerangan Ka’bah, bangunan
tersebut malah hancur akibat banjir besar yang melanda kota Mekkah. Para petinggi
Quraisy sepakat mengumpulkan uang yang halal untuk membangun kembali Ka’bah,
namun ukurannya menjadi lebih kecil dari ukuran sebelumnya, sehingga Hijir Ismail
tidak ikut kedalam bangunan Ka’bah. Saat pembangunan Ka’bah hampir selesai,
terjadilah pertikaian antara para petinggi Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan
batu Hajar Aswad. Hingga akhirnya datanglah Muhammad muda yang kemudian
mengusulkan agar batu itu diletakkan di sebuah kain yang setiap ujungnya dipegang
oleh masing-masing petinggi kabilah. Dari peristiwa inilah Muhammad muda mendapat
gelar Al-Amin.

 Masjidil Haram Masa Rasulullah Saw

10
Pada masa itu, Masjidil Haram hanya terdiri dari halaman yang luas dan
ditengahnya terdapat Ka’bah, tidak ada dinding pembatas yang mengelilinginya. Hanya
bangunan rumah para penduduk Mekkah yang mengelilingi halaman tersebut, dan
seakan-akan rumah-rumah itulah dindingnya. Di sela rumah-rumah tersebut terdapat
lorong jalan yang menuju ke Ka’bah, dan dinamakan dengan nama kabilah masing–
masing yang melaluinya atau yang berdekatan dengannya. Pada masa Nabi Muhammad
Saw, diperkirakan luas Masjidil Haram antara 1490 sampai 2000m².

 Masjidil Haram Masa Kekhalifahan

Pada Masa Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin tempat thawaf diperluas berkali-kali,


agar dapat mencukupi dengan bertambahnya jumlah jamaah. Pada tahun 17 H/638 M
Khalifah Umar bin Khatthab membeli rumah-rumah penduduk yang menempel dengan
Masjidil Haram kemudian meratkannya. Tanah tersebut kemudiaan dimasukkan ke
dalam area Masjidil Haram, mengubininya dengan hamparan kerikil, kemudian
dibangun tembok mengelilingi masjid setinggi kurang lebih 6 kaki. Khalifah Umar juga
membuatkan beberapa pintu, dan lampu-lampu minyak untuk penerang masjid yang
diletakkan di sekeliling dinding. Diperkiran luas tambahan ini sekitar 840m2. Inilah
perluasan pertama untuk Masjidil Haram. Pada tahun 26 H/646 M Khalifah Utsman bin
Affan kembali memperluas Masjidil Haram dan menjadikan masjid koridor-koridor
sebagai tempat berteduh untuk para jamaah. Diperkirakan perluasan saat itu mencapai
2040 m2.

 Masjidil Haram Masa Dinasti Umayyah

Pada tahun 91H/709 M, Khalifah Walid bin Abdul Malik kembali mengadakan
perluasan Masjidil Haram, dan membangunnya dengan bangunan yang kokoh. Ia
mendatangkan pilar-pilar marmer dari Mesir dan Syam, ujungnya diberi lempengan
emas, dan masjid diatapi dengan kayu sajj (semacam kayu jati) yang dihiasi. Perluasaan
ini kebanyakan untuk bagian timur, dan diperkirakan luas tambahan sekita 2300 m2.

 Masjidil Haram Masa Dinasti Abbasiyah

11
Pada tahun 137 H/754 M Khalifah Abu Ja’far an-Mansyur memerintahkan
pemugaran Masjidil Haram dan memperluasnya dengan luas tambahan sekita 4700 m2.
Selain itu juga menghiasi dindingnya dengan emas dan mosaik, dan Khalifah Abu Ja’far
an-Mansyur adalah orang pertama yang menutup Hijir Ismail dengan marmer. Dan pada
tahun 160 H/776 M Khalifah al Mahdi kembali memperluas Masjidil Haram di bagian
timur, barat dan utara, namun tidak memperluas bagian selatan disebabkan adanya jalan
untuk air bah Wadi Ibrahim. Tambahan perluasan ini diperkirakan sekitar 7950m2.
Kemudian, saat Khalifah al Mahdi menunaikan haji tahun 164 H/ 780 M, lalu dia
memerintahkan agar bagain selatan diperluas dan jalan air bah wadi Ibrahim dipindah.
Sehingga Masjidil Haram menjadi segi empat, dan tambahan perluasan ini di perkirakan
mencapai 2360 m2. Pada pada tahun 281 H/894 M Khalifah al-Mu’tadhid Billahi
memasukkan Daar An-Nadwah ke dalam Masjidil Haram. Rumah yang terletak di arah
utara masjid ini memiliki halaman yang luas, dahulunya biasa disinggahi oleh para
khalifah dan gubernur, kemudian ditinggalkan, maka dimasukkanlah ke dalam masjid
dan dibangun menara diatasnya. Tambahan ini diperkirakan seluas 1250 m2. Dan
kemudian pada tahun 306 H/918 M Khalifah al Muqtadir Billahi al Abbasi
memerintahkan agar menambah pintu Ibrahim di arah barat Masjid. Dahulunya bagian
ini adalah halaman yang luas di antara dua rumah Siti Zubaidah, diperkirakan luasnya
sekitar 850 m2.

 Masjidil Haram Masa Dinasti Utsmaniyah

Pada tahun 979H/1571 M Sultan Salim al Utsmani memugar bangunan Masjidil


Haram secara besar-besaran, tanpa menambah diluasnya. Bangunan ini tetap ada sampai
sekarang yang dikenal dengan bangunan Utsmaniyyah. Kemudian pada 1579, Sultan
Salim II memerintahkan arsitek ternama Turki, Mimar Sinan untuk merenovasi Masjidil
Haram. Sinan kemudian mengganti atap masjidil Haram yang rata dengan kubah,
dilengkapi hiasan kaligrafi di bagian dalamnya. Sinan juga menambah empat pilar
penyangga tambahan yang disebut-sebut sebagai rintisan dari bentuk arsitektur masjid-
masjid modern. Namun sayangnya, pada tahun 1621 M dan 1629 M, banjir bandang
melanda Mekah yang menyebabkan kerusakan Masjidil Haram dan Ka’bah. Kemudain,

12
pada masa kekuasaan Sultan Murad IV tahun 1629, Ka’bah dan Masjidil Haram
dibangun dan direnovasi kembali dengan batu-batu dari Mekah. Pada renovasi tersebut,
juga menambah tiga menara, sehingga keseluruhan menara menjadi tujuh. Marmer
lantai pun diganti dengan yang baru. Sejak saat itu, arsitektur Masjidil Haram tidak
berubah hampir selama tiga abad.

 Era Kekuasaan Raja-raja Saudi

Di era Raja-raja Saudi renovasi besar pertama berlangsung pada tahun 1955 hingga
tahun 1973. Selain penambahan tiga menara, atap masjid pun diperbaiki, kemudian
lantai masjid diganti dengan marmer yang baru. Pada renovasi ini, dua bukit kecil Shofa
dan Marwah dibuat di dalam Masjidil Haram selain itu seluruh fitur yang dibangun oleh
arsitek kekaisaran Utsmaniyah dirobohkan, termasuk empat pilar. Renovasi kedua
dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud pada tahun 1982 hingga 1988. Ia
membangun sebuah sayap bangunan baru dan area shalat ruang terbuka di Masjidil
Haram. Renovasi ketiga dilakukan pada tahun 1988 hingga 2005 dengan dibangun
beberapa menara tambahan, serta area shalat di dalam dan sekitar masjid. Kemudian,
sebuah kediaman untuk raja juga dibangun berhadapan dengan Masjidil Haram. Selain
itu, dibangun pula 18 pintu gerbang tambahan, tiga kubah baru, serta 500 pilar marmer.
Masjidil Haram juga lebih modern dengan dilengkapi dengan pendingin udara,
eskalator, dan sistem pengairan yang terintegrasi.

 Masa Kekuasaan Raja Abdullah bin Abdul Aziz

Pada tahun 2007, Raja Abdullah memulai mega proyek untuk memperluas kapasitas
Masjidil Haram agar bisa menampung hingga 2 juta jamaah. Proyek ini diprediksi akan
selesai pada tahun 2020. Area masjid yang awalnya seluas 356.000 m2 akan
dikembangkan lagi menjadi 400.000 m2. Selain itu dibangun pula sebuah gerbang yang
diberi nama Gerbang Raja Abdullah dan tambahan dua Menara masjid. Namun proyek
tersebut belum selesai Raja Abdullah wafat terlebih dahulu pada tahun 2015.

 Masa Kekuasaan Raja Salman bin Abdul Aziz

13
Setelah Raja Abdullah wafat, tahta Kerajaan Arab Saudi jatuh ke tangan Salman bin
Abdul Aziz. Pada bulan Juli 2015, Raja Salman meluncurkan lima mega proyek
ekspansi Masjidil Haram agar bisa mengakomodasi lebih dari 1,6 juta jamaah haji.
Proyek ini antara lain pembangunan gedung, terowongan, hotel tempat tinggal bagi
jamaah haji, dan sebuah jalan lingkar. Perluasan bangunan Masjid sekitar 1,47 juta
meter persegi dan pembangunan 78 gerbang baru. Selain itu dibangun pula enam lantai
untuk shalat, 680 eskalator, 24 elevator untuk jamaah berkebutuhan khusus, 21.000
toilet dan tempat wudhu. Nilai proyek yang sudah digelar pada tahun 2011 oleh Raja
Abdullah dan diteruskan Raja Salman ini mencapai 26,6 miliar Dolar AS. Pemegang
tender mega proyek raksasa ini adalah Saudi Binladin Group.

 Pendudukan Masjidil Haram 1979

Pernah terjadi Pendudukan dan serangan terhadapat Masjidil Haram yang


dilancarkan oleh kelompok “Ikhwan” dari tanggal 20 November hingga 4 Desember
1979 di Mekkah, Arab Saudi. Gerakan pemberontakan berdarah ini dipimpin oleh
Juhaiman bin Muhammad ibn Saif al Otaibi. Para pembrontak menyatakan salah
seorang pemimpin mereka, yaitu Mohammed Abdullah al-Qahtani, adalah seorang
Mahdi dan menyerukan semua umat Muslim mematuhinya. Dengan senapan dan bom
mereka lalu menguasai Masjidil Haram dan menyandera para jamaah dan peziarah yang
sedang melaksanakan ibadah haji. Tentara keamanan Arab Saudi kemudian mengepung
kompleks masjid dan mengevakuasi kota Mekkah. Akhirnya setelah pendudukan selama
dua minggu, para militan berhasil dikalahkan.

2.3 Al-Qur’an dan Seni

Di dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam, tujuan akhir dari


berbagai keilmuan harus dilihat dan didasarkan pada al-Qur’an al-Karim, kitab suci
umat Islam. Pada dasarnya, kebudayaan Islam dengan arsitektur Islam sebagai salah
satu bagiannya, merupakan “budaya Qur’ani” (Al-Faruqi, 1999: 3). Karenanya, baik

14
definisi, struktur, tujuan maupun metode untuk mencapai tujuan tersebut secara
keseluruhan diambil darinya.

Dari al-Qur’an yang menjadi tuntunan, panduan hidup dan sumber keilmuan
bagi umat Nabi Muhammad ini, seorang muslim tidak hanya mengambil
pengetahuan mengenai Realitas Ultima (Al-Faruqi, 1999: 3). Secara mendasar,
prinsip-prinsip yang diambil dari al-Qur’an juga mencakup tentang alam, manusia,
dan makhluk hidup lainnya. Berbagai ilmu pengetahuan juga tercantum dalam al-
Qur’an, baik secara implisit maupun eksplisit di berbagai institusi sosial, politik
serta ekonomi yang diperlukan untuk menjalankan masyarakat yang sehat, sehingga
al-Qur’an diperlukan di setiap pengetahuan dan aktivitas manusia, termasuk juga di
bidang keilmuan arsitektur. Di dalam kitab itu, prinsip-prinsip dasar sudah
disediakan bagi pembentukan sebuah kebudayaan yang lengkap, tentu saja termasuk
bidang arsitektur.

Hal bukan berarti bahwa penjelasan dan uraian yang spesifik dan jelas tentang
berbagai usaha manusia tersebut telah termuat dalam kitab suci yang memuat 114
surat ini. Al-Qur’an tentu tidak menyebutkan secara detail dan jelas bagaimana
arsitektur yang islami itu. Walaupun begitu, secara implisit di dalamnya terdapat
suatu penjelasan yang menjadi dasar dan acuan tentang bagaimana idealnya suatu
lingkungan, bagaimana sistem nilai, batasan dan aturan pergaulan antara pria dan
wanita, dan sebagainya. Hal yang tidak kalah penting adalah di dalamnya juga
termuat konsep keindahan bangunan, yang dicontohkan dengan menggambarkan
keindahan bangunan-bangunan di surga, seperti yang diceritakan di dalam surat al-
Waqi’ah.

Konsep keindahan yang terwujud dalam berbagai bidang tersebut biasa kita
sebut dengan seni dan kesenian. Dalam arsitektur, seni mempunyai posisi yang
sangat penting. Bahkan pada awal berkembangnya, keilmuan arsitektur termasuk
dalam bidang seni murni, bukan seperti pada saat ini, dimana arsitektur merupakan

15
penggabungan antara ilmu, seni dan teknologi. Arsitektur merupakan sarana untuk
mewujudkan wadah bagi aktivitas manusia dengan menggabungkan berbagai sudut
pandang keilmuan, termasuk budaya dan tentu saja seni. Dalam Islam, aspek seni
dalam kebudayaan Islam harus juga dilihat sebagai ekspresi estetis dari al-Qur’an.
Seni Islam tidak lain adalah seni Qur’ani. Seni Qur’ani inilah yang nantinya juga
akan mendukung terwujudnya arsitektur Islam sebagai salah satu unsurnya yang
penting.

2.4 Seni Ruang dan Arsitektur

Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, arsitektur termasuk di dalam seni ruang dalam
esensi seni menurut Islam, hal ini dikarenakan arsitektur merupakan seni visual yang
mendukung kemajuan peradaban Islam (Al-Faruqi, 1999: 158). Di dalam seni ruang,
terdapat cabang lain yang termasuk mendukung di dalamnya yaitu seni
rupa.Keberadaan seni ruang yang di dalamnya terdapat bidang arsitektur merupakan
satu hal yang cukup penting. Hal ini juga didasarkan pada seni dalam pandangan al-
Qur’an, sehingga pembangunan fisik peradaban ini senantiasa selalu berlandaskan nilai-
nilai Islam dalam al-Qur’an, yang juga berfungsi sebagai landasan pembangunan
peradaban yang berupa akhlaq dan perilaku. Hal ini sangatlah penting untuk
mewujudkan kembali nilai-nilai Islam ke dalam tatanan pembangunan peradaban di
dunia, yang tidak hanya membangun peradaban secara fisik, tetapi juga secara mental,
pola pikir, semangat, akhlaq dan pola perilaku yang berlandaskan ajaran Islam yang
bersumber pada al-Qur’an.

Semangat untuk kembali pada pandangan dan konsep pembangunan dan


keindahan berdasarkan al-Qur’an inilah yang terdapat dalam arsitektur Islam. Setiap
karya dalam bidang arsitektur yang merupakan perwujudan fisik dari suatu peradaban,
tidak hanya dipandang indah dan megah dari segi material atau fisik saja, melainkan
bagaimana esensi keindahan tersebut dapat muncul dari suatu kebersahajaan atau

16
kesederhanaan, atau dapat saja keindahan tersebut memang berasal dari suatu yang
megah yang terinspirasi dari keindahan surgawi. Hal yang tidak kalah penting adalah,
bagaimana berbagai versi keindahan itu dapat mengingatkan kita akan KemahaBesaran
Allah, bahwa Allah adalah Dzat Maha Agung yang patut kita sembah dan menyadarkan
esensi kita sebagai hamba Allah.

Pengembangan seni ruang, termasuk di dalamnya arsitektur, berdasar pada nilai-


nilai yang terdapat dalam al-Qur’an, apabila diterjemahkan secara fisik, memiliki
beberapa ciri utama. Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, ciri utama yang digolongkan dalam
empat kategori tersebut didasarkan pada ciri-ciri utama yang dimiliki semua seni Islam
(Al-Faruqi, 1999:158), yaitu sebagai berikut:

1. Unit-unit isi

2. Arsitektur atau struktur dengan ruang interior

3. Lanskaping (holtikultura maupun akuakultura)

4. Desain kota dan desa

Menurut Ismail Raji Al Faruqi pula, ajaran tauhid yang dapat menstimulasi
kesan infinitas dan transendensi melalui isi dan bentuk estetis dapat direpresentasikan
dalam karya seni Islam, yang ciri-ciri di dalamnya mengandung kaidah-kaidah sebagai
berikut :

1. Abstraksi

2. Unit/Modul

3. Kombinasi suksesif

17
4. Pengulangan

5. Dinamisme

6. Kerumita

2.5 Kepentingan dalam Agama Islam

 Kiblat

Kiblat secara istilah adalah arah yang dituju saat seorang Muslim ketika mendirikan
salat. Diriwayatkan, dahulu Nabi Muhammad Saw dan para sahabat shalat dengan
menghadap Baitul Maqdis. Namun, Rasulullah Saw lebih suka shalat dengan
menghadap kiblatnya Nabi Ibrahim, yaitu Ka’bah. Akhirnya setelah hijrah ke Madinah
Allah Swt menurunkan perintah untuk memindahkan kiblat yang dulunya ke Baitul
Maqdis di Palestina sehingga berganti ke Ka’bah di Masjidil Haram Mekkah.

 Haji

Ibadah Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, salat, zakat dan
puasa. Menunaikan ibadah haji hukumnya adalah wajib bagai orang Islam dipenjuru
dunia manapun yang sudah mampu. Waktu melaksanakan rangkaian Ibadah Haji adalah
bulan Dzulhijah pada setiap tahunnya.

2.5 Bangunan Penting dan Bersejarah

 Ka’bah

Ka’bah, adalah bangunan berpentung persegi empat yang terletak di tengah Masjidil
Haram. Ka’bah adalah satu-satunya tempat beribadah kepada Allah yang pertama kali
dibangun di muka bumi. Bangunan ini juga menjadi monumen suci bagi umat Islam dan

18
bangunan yang wajib dikunjungi saat ibadah Haji dan Umroh. Dan yang tidak kalah
penting adalah, Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat shalat
bagi umat Muslim di seluruh dunia.

 Hajar Aswad

Hajar Aswad merupakan sebuah batu berwarna hitam yang diyakini berasal dari
surga. Hajar Aswad ini terletak di bagian pojok Ka’bah. Yang pertama kali menemukan
Hajar Aswad ini adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.
Konon batu ini dahulu berwarna putih, namun karena dosa manusia berubah menjadi
hitam. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad Saw. Karena
Rasulullah pernah menciumnya ketika tawaf di Ka’bah.

 Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim adalah yang mencakup batu lebar kecil yang terletak kurang lebuh
20 hasta di sebelah timur Ka’bah. Walaupun namanya Maqam Ibrahim, namun tempat
ini bukanlah tempat yang menjadi kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau
pendapat kebanyakan orang. Sebaliknya di dalam bangunan kecil ini terdapat sebuah
batu yang diturunkan oleh Allah dari Surga bersamaan dengan dengan batu-batu kecil
lainnya yang terdapat di Hajar Aswad. Batu pada Maqam Ibrahim inilah, dulu yang
menjadi pijakan Nabi Ibrahim ketika membangun Ka’bah.

 Shofa dan Marwah

Bukit Shofa terletak kurang lebih setengah mil dari Ka’bah dan Marwah terletak
sekitar 100 yard dari Ka’bah. Bukit Shofa Marwah adalah tempat dimana ritual sai (lari-
lari kecil) sebanyak 7 kali untuk mengenang kejadian Siti Hajar mencari air untuk Nabi
Ismail kecil. Jarak antara Shofa dan Marwah sekitar 450 meter, sehingga perjalanan
tujuh kali berjumlah kurang lebih 3,15 kilometer. Kedua tempat tersebut dan juga
jalannya sekarang berada di dalam bagian Masjidil Haram.

19
 Hijr Ismail

Hijr Ismail termasuk bangunan suci bagi Umat Islam, yaitu sebuah tempat sebelah
utara bangunan Ka’bah, berbentuk setengah lingkaran, dibangun oleh Nabi Ibrahim As.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah membangun Ka’bah secara sempurna termasuk di
dalamnya Hijir ini. Namun karena dinding Ka’bah sempat roboh akibat bekas kebakaran
dan banjir yang menerjangnya. Kemudian pada tahun 606 M, kaum Quraisy
merobohkan sisa dinding Ka’bah lalu merenovasi kembali. Akan tetapi, karena
kekurangan dana, Ka,bah dibangun menjadi lebih keci dari semua dan Hijir Ismail
menjadi tidak berada di dalam Ka’bah lagi.

 Sumur Zam-zam

Sumur Zamzam terletak 11 meter dari Ka’bah. Menurut salah satu keterangan,
sumur ini dapat meneluarkan air sebanyak 11-18,5 liter per detik, sehingga dapat
menghasilkan 660 liter air permenit dan 39.600 liter per jamnya. Dahulu, di atas sumur
Zamzam terdapat bangunan seluas 88.8 m2. Namun bangunan ini dirobohkan untuk
meluaskan tempat tawaf, sehingga ruang minumnya dipindahkan ke ruang bawah tanah.
Tempat masuk ruang minumnya dipisah antara laki-laki dan perempuan. Didalamnya,
terdapat 350 keran air minum, sebanyak 220 di ruang laki-laki dan 130 ruang
perempuan. Sumur Zamzam sekarang telah dipagari dengan kaca tebal dan dapat dilihat
dari ruangan laki-laki .

2.6 Keutamaan Masjidil Haram

20
Masjidil Haram memiliki banyak keutamaan yang membuatnya menjadi sebuah
Masjid istimewa dan sangat penting dalam agama Islam, yaitu:

 Merupakan tempat pertama yang digunakan untuk beribadah di muka bumi.


 Merupakan tempat atau lokasi kunjungan paling utama dalam ibadah Haji dan
Umrah.
 Menjadi kiblat shalat umat Islam diseluruh dunia.
 Merupakan Masjid yang dibangun pertama kali di muka bumi
 Merupakan masjid paling utama di antara tiga masjid, yakni Masjidil Haram,
Masjid Nabawi, Masjid al-Aqsa.
 Shalat di Masjidil Haram akan mendapatkan 100.000 kali lipat kebaikan
dibanding melaksanakan salat di masjid lain, kecuali Masjid Nabawi dan Masjid
al Aqsha. Satu kali salat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali shalat di
masjid-masjid lain. Dan satu kali salat di Masjidil Aqsha sama dengan 250 kali
salat di masjid-masjid lain.
 Satu-satunya masjid yang diberikan jaminan keamanan oleh Allah, siapapun
yang memasuki masjid akan merasa selamat dan aman.
 Merupakan tanah atau tempat di bumi yang dicintai Allah.
 Tidak dapat dimasuki oleh Dajjal atau Al-Masih palsu, karena dijaga oleh ribuan
Malaikat.
 Tempat yang diselamatkan dari serangan pasukan bergajah Raja Abrahah yang
akan menghancurkan Ka’bah dan Masjidil Haram.

2.7 Kontroversi Pembangunan Masjidil Haram

Walaupun perkembangan dan perluasan Masjidil Haram sangat mengagumkan, namun


menyebabkan beberapa situs-situs penting agama dihancurkan dan sebagian hilang.
Contohnya seperti situs-situs berikut:

21
 Bayt Al-Mawlid, rumah tempat Nabi Muhammad Saw lahir, dihancurkan dan
dijadikan sebuah perpustakaan.
 Dar Al-Arqam, sekolah Islam pertama di dunia pada masa kenabian Nabi
Muhammad Saw sudah diratakan.
 Rumah Abu Jahal dihancurkan dan dijadikan tempat pencucian umum.
 Bangunan Kubah yang dijadikan kanopi di atas sumur Zamzam dihancurkan.

BAB III
METODA PEMBAHASAN

Metode pembahasan diawali dengan pengumpulan data yang diolah melalui


analisis dan sintesis data yang kemudian diproses menjadi sebuah konsep rancangan.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan
menjelaskan latar belakang kebutuhan fasilitas, sedangkan pengumpulan data sekunder
diperoleh dari pembelajaran Pustaka terkait pusat pembinaan dan pemberdayaan
muallaf dikota Makassar.

Tahap analisis dan sintesis dimulai dengan mengolah data secara sistematis
dimulai dengan mengolah data secara sitematis dan menerapkan metode desain seperti
metode pragmatis, tipologi dan metafora yang disesuaikan dengan tiap kriteria desain.
Konsep perancangan yang telah di dapat lalu ditransformasikan kedalam bentuk grafis
dengan menggunakan metode eksplorasi desain sehingga dapat memperoleh gambar
perancangan Pusat pembinaan dan pemberdayaan muallaf di kota Makassar dengan
pendekatan arsitektur islam modern.

Pemilihan lokasi perancangan telah melakukan tolak ukur dan pertimbangan, yaitu
lokasi tapak yang strategis, dan wilayah lokasi yang sesuai dengan peraturan
pengembangan wilayah dan keadaan lingkungan yang mendukung perancangan fungsi
bangunan. Kecamatan biringkanaya karena merupakan salah satu kecamatan yang
memiliki jumlah pesantren terbanyak di kota Makassar, terdapat sebanyak 20 sekolah

22
pesantren yang berada dikecamatan biringkanaya sehingga dapat mendukung daya guna
bangunan Pusat Pembinaan dan Pemberdayaan Muallaf

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konsep Lokasi

Pemilihan lokasi perancangan telah melakukan tolak ukur dan pertimbangan,


yaitu lokasi tapak yang strategis, dan wilayah lokasi yang sesuai dengan peraturan
pengembangan wilayah dan keadaan lingkungan yang mendukung perancangan fungsi
bangunan.

Masjid Al-Haram adalah tempat berbagai ritual ziarah, menampilkan halaman


tengah berbentuk persegi panjang yang dikelilingi oleh area sholat tertutup di kota
suci Makkah . Ka'bah Suci (juga dikenal sebagai Rumah Allah SWT) berada di
episentrum Masjid Al-Haram, ditutupi kain hitam dan emas . Ini adalah jantung dari
ziarah Islam (Umrah dan Haji) dan merupakan bangunan paling suci dalam
Islam. Aura Masjid Al-Haram sedemikian rupa sehingga akan memperkuat iman Anda
dan mengubah Anda menjadi Muslim yang lebih baik. Masjid Al-Haram menampung
Sumur Zamzam, Stasiun Ibrahim, Ka'bah Suci, Hajr e Aswad, Gunung Safa dan
Gunung Marwa. Allah SWT, tentang pentingnya Masjid Al-Harammengatakan dalam
Al-Qur'an:

“Dan dari mana pun kamu berangkat (untuk shalat), arahkan wajahmu ke
arah Masjidil Haram  (di Mekkah ), dan siapa pun kamu, arahkan wajahmu ke arah itu

23
(ketika kamu shalat) sehingga laki-laki mungkin tidak memiliki argumen terhadap Anda
kecuali mereka yang melakukan kesalahan, jadi jangan takut pada mereka, tetapi
takutlah pada-Ku! – Dan agar Aku menyempurnakan Nikmat-Ku untukmu dan agar
kamu mendapat petunjuk.” [Al-Quran, 2:150]

4.2 Penerapan Arsitektur Islam Modern

 Penerapan pada Bentuk Massa Bangunan.

Filosofi bentuk massa bangunan pada Masjidil Haram yaitu mengadopsi bentuk
terpusat, dimana ka’bah akan menjadi fokal point pada sekaligus kiblat sholat seluruh
muslim di dunia.. Pola bentuk bangunan akan sangat mempengaruhi dalam proses
perencanaan lanskap pada tapak.

24
 Penerapan pada Fasad dan Bukaan Bangunan

Pengaplikasian konsep islam modern pada Masjidil Haram terletak di sisi fasad
bangunan. bangunan pada arsitektur islam dimasa modern cenderung menggunakan
tembaga dan besi yang memberikan unusr mewah apda bangunan sebagai fasad
bangunan dan cenderung memiliki garis-garis yang lebih tegas. Konsep transformasi
bentuk bangunan pun sangat mengikuti sejarah bentuk bangunan arsitektur islam
dengan menggunakan banyak pola curve dan penggunaan pilar yang besar dan banyak.

25
Dengan menerapkan Teknik pewarnaan yang didominasi oleh hitam, coklat, dan
hijau memberikan tampilan yang nyaman dan tentram sehingga para jama’ah yang
melaksanakan ibadah disana pun merasa khusyuk.

Selain itu terdapat ornamen yang sangat kuat dalam gaya arsitektur islam dengan
memadukan dengan bentuk geometri yang sanagat menonjol.

Pemiliham lampu yang sangat kental dengan gaya Arabic ditambah dengan
elemen marmer pada masjid memberikan kesan artistic dan memberikan gambaran
bahwa manusia itu kecil dan lemah dan hanya Allah lah yang maha tinggi .

26
BAB V
KESIMPULAN

Beberapa contoh di atas memberikan satu pelajaran, bahwa perilaku dan akhlak
yang dilandasi nilai-nilai Islam yang mendasari lahirnya karya arsitektur Islam, tidaklah
dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita dapat melihat karya-karya arsitektur Islam di
berbagai belahan dunia dengan tujuan yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri
kepada Allah. Lebih lanjut, terwujudnya beberapa hasil karya arsitektur Islam yang
didasari nilai-nilai Islam dapat pula membentuk satu perilaku dan akhlak yang menuju
kepribadian dan citra diri Islam yang dibentuk dari lingkungan tersebut.

Arsitektur Islam yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami tidak
mempunyai representasi bentuk yang satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam
mempunyai bahasa arsitektur yang berbeda, tergantung dari konteks dimana dan apa
fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut. Karya arsitektur Islam tidak pula dibatasi
oleh wilayah benua dan negara, karena kita akan melihat kekayaan arsitektur Islam dari
keragaman tempat yang membawa ciri khas dari wilayah masing-masing negara
tersebut. Dari keberagaman tersebut, akhirnya dapat dihadirkan satu kekayaan khazanah
arsitektur Islam yang melandasi lahirnya peradaban Islam yang membawa manusia
pada rahmatan lil alamin.

27
DAFTAR PUSTAKA

Azymardi Azra, dkk. 1997 Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar baru.


Drs. Abdul Rochym, 1983,Sejarah Arsitektur Islam. Bandung: Angkasa
Drs. Atang Abd. Hakim, M. A, 2000,Metodologi Studi Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya

http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Quba (diakses pada 9 Januari 2023 Pukul 19:00).


http://architecturoby.blogspot.com/2009/01/arsitektur-islam.html (diakses pada 9
Januari 2023 Pukul 19:00).
http://dadigareng.blogspot.com/2009/03/perpaduan-seni-jawa-islam.html, (diakses pada
10 Januari 2023 Pukul 07:00).
http://rumahbuku.weebly.com/bangku-iii/arsitektur-islam-seni-ruang-dalam-
peradabanislam, (diakses pada 10 Januari 2023 Pukul 07:30).
https://ensiklopediaislam.id/arsitektur-islam/ (diakses pada 10 Januari 2023 Pukul
14:00).
https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Islam (diakses pada 11 Januari 2023 Pukul
17:00).
https://internasional.kompas.com/read/2022/04/23/180000670/masjidil-haram-masjid-
terbesar-di-dunia-dan-sejarah-kemuliaannya (diakses pada 11 Januari 2023 Pukul
19:00).
https://pecihitam.org/masjidil-haram/ (diakses pada 12 Januari 2023 Pukul 15:00).

28
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama lengkap : Aditya Hadi Pramudita

Nama panggilan : Adit

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 05 April 2003

Jenis kelamin, golongan darah : Laki-Laki, AB

Agama : Islam

Alamat lengkap : Komp. Matahari Regensi Blok C1 No. 2 RT


12/RW 08 Kel. Baleendah Kec. Baleendah Kab.
Bandung

Alamat instagram : @adityahp5

Alamat surel, website : adityapramudita872@gmail.com

No. Telepon : 087822066808

Hobi : Membaca, olahraga, dan menyanyi

Asal sekolah : SMKN 6 Bandung

Cita-cita : Arsitek

Pengalaman organisasi : Karang Taruna, Remaja Masjid, dan Rohis

29

Anda mungkin juga menyukai