Anda di halaman 1dari 3

RESUME JURNAL ARSITEKTUR

PENERAPAN TEMA ISLAMIC ARTISTIC EXPRESSIONISM PADA PERANCANGAN


PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM BANDA ACEH
Nama : Syifa Nabila Azhar
Nim : 1704104010091
Judul Penerapan Tema Islamic Artistic Expressionism Pada Perancangan
Pusat Kebudayaan Islam Banda Aceh
Jurnal Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Dan Perencanaan
Volume & Halaman Volume 2, No.3, Hal 43-45
Tahun 2018
Penulis Aulia Nurul
Reviewer Syifa Nabila Azhar
Tanggal Review 26 Juni 2022

Latar Belakang Pusat Kebudayaan Islam/ Islamic Center adalah lembaga keagamaan
yang merupakan pusat pembinaan dan pengembangan agama Islam
yang berperan sebagai mimbar pelaksanaan dakwah dalam era
pembangunan nasional. Bangunan ini memfasilitasi bidang ibadah,
pendidikan umum dan keagamaan, pelayanan masyarakat, serta
kesenian Islam yang dapat berperan sebagai pelaksanaan dakwah
khususnya di Kota Banda Aceh. Dalam menghadirkan nuansa budaya
Islam pada bangunan, maka pemilihan tema sangatlah penting dalam
Perancangan Pusat Kebudayaan Islam Banda Aceh sesuai dengan
fungsi bangunan itu sendiri.

Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini menjadi salah satu dalam menentukan
tema perancangan untuk menghadirkan nuansa budaya Islam pada
bangunan, sehingga nantinya wujud bangunan yang ditampilkan akan
mencerminkan nilai seni Islam, baik dari bentuk luar bangunan hingga
sususan dan visualisasi ruangnya. Selain itu, ornamen-ornamen seni
Islam menjadi nilai tambah estetika pada bangunan. Hal ini bertujuan
juga sebagai pendorong semangat bagi pengguna bangunan dengan
keindahan arsitekturnya dan menjadi identitas tersendiri bagi
bangunan.

Metodologi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan


Penelitian pendekatan studi literatur objek perancangan dan tema perancangan.
Perancangan ini mengambil tema “Islamic Artistic Expression”
(Ekspresi Seni Islam) dengan konsep pendekatan arsitektur Islam.
Penerapan konsep dalam perancangan bangunan arsitektur
mengandung unsur-unsur rahmatan lil alamin, berkiblat, beraturan,
efisien, keindahan dalam kesederhanaan, silaturrahim, bersih, sehat,
nyaman, dan berkelanjutan (sustainable).
Penerapan nilai prinsip Islam dalam berarsitektur diharapkan mampu
menjamin hubungan hablumminallah, hablumminannas, dan
hablumminal’alamin.

Hasil Penelitian 1. Perancangan pusat kebudayaan Islam ini menerapkan 3 jenis seni
Islam, yaitu seni kaligrafi, seni ornamentasi, dan seni ruang.
2. Konsep bangunan dengan menggunakan nilai-nilai estetis Islam,
yaitu:
 Abstraksi, memasukkan ornament yang berbau alam yang
dikombinasikan sehingga membentuk pola abstrak yang
terlihat pada detail ornament dan bentuk denah.
 Konsep bentuk bangunan bergaya hypostyle yang diambil dari
konsep masjid didaerah arab. Hypostyle merupakan tata ruang
bangunan segi empat yang dikelilingi oleh riwaq, iwan
(gerbang) dibagian depan dan haram (ruang sembahyang
utama) diarah kiblat.
 Ide bentuk denah pusat kebudayaan Islam yang mengambil
bentuk geometris symbol Islam yang dikombinasikan dengan
konsep hypostyle, sehingga terbentuk ruang terbuka pada
bagian tengah bangunan yang disebut sahn.
3. Menggunakan unsur kombinasi modul serta material yang
menciptakan kesan artikulasi.
4. Fasad bangunan menerapkan karakteristik estetis dalam arsitektur
Islam yaitu repetisi dan modular. Fasad bangunan menggunakan
arcade (lengkungan) yang disusun secara berulang
dikombinasikan dengan susunan ornament yang berlubang
sehingga terciptanya shading pada ruang dalam yang memberikan
bayang-bayang kedalam ruangan dan mengurangi panasnya
matahari. Penggunaan fasad bangunan dari ornament yang disusun
pada bidang persegi panjang dan memiliki lubang angin yang
diletakkan disetiap tangga darurat sehingga sirkulasi udara cukup.
5. Menerapkan desain yang dinamis pada keseluruhan bangunan
dengan memasukkan unsur alam, warna-warna alam seperti warna
langit (biru) dan gurun pasir (cokelat), sehingga bangunan tetap
menyatu dengan lingkungan.
6. Interior bangunan yang mencerminkan nilai-nilai kesenian Islami
yang terlihat pada penggunaan ornament-ornamen geometris dan
ukiran kaligrafi.
7. Penerapan konsep pada lansekap didasarkan pada nilai-nilai Islam
yakni 1/3 dari besaran luas lahan dimana juga berkaitan dengan
adap makan dalam Islam, yaitu 1/3 perut yang berisi makanan,
minuman, dan udara, sehingga antara bangunan, ruang hijau dan
ruang terbuka non hijau seimbang dan tidak ada yang berlebihan.
8. Konsep peletakan massa disesuaikan dengan fungsi bangunan dan
juga nilai Islam yaitu condong kearah kiblat dengan pemisahan
bangunan masjid dan bangunan utama yang berdasarkan dari
prinsip hablumminallah dan hablumminannas.
9. Konsep konservasi air dengan pemanfaatan air hujan dan
konservasi air wudhu.
Kesimpulan  Perancangan pusat kebudayaan Islam menerapkan tema ““Islamic
Artistic Expressionism” yang mendukung fungsi bangunan
dilengkapi dengan nilai-nilai arsitektur Islam yang sangat kental
mulai dari konsep fasad bangunan,ide bentuk denah, penataan
massa, pembagian ruang dalam, modul dan material, interior,
sirkulasi ruang, konsep lansekap dan penggunaan ornament-
ornament geometris Islam yang digunakan berdasarkan ajaran Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi.
 Konsep peletakan massa yang terbagi 3 yaitu, bangunan, air, dan
penghijauan yang memberikan kenyamanan diseluruh tapak aik
bagi pengguna maupun lingkungan sekitar sehingga tidak merusak
lingkungan yang sudah ada.

Kelebihan  Penerapan tema yang sangat kompleks untuk menciptakan


bangunan dengan nilai arsitektur Islam mendorong semangat
pengunjung dalam mengenal nilai-nilai Islam dalam bidang
arsitektur.
 Perancangan dengan pendekatan arsitektur Islam menjadi salah
satu daya tarik masyarakat dalam mengunjungi pusat kebudayaan
Islam dan menjadi salah satu bangunan yang memiliki nilai
estetika yang tinggi.
Kekurangan  Penerapan konsep arsitektur Islam yang kompleks membutuhkan
pertimbangan yang sangat teliti dalam pengaplikasiannya kedalam
bangunan.

Anda mungkin juga menyukai