DISUSUN OLEH:
Fatimatuz Zahroh (18051010098)
DOSEN PEMBIMBING:
Ir. Rulan Nirwansjah, MT.
Adibah Nurul Yunisya, ST, B.BE M.Sc
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan portofolio tugas mandiri azaz dan metoda : proses metode perancangan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas ujian akhir semester mata kuliah Azas Metoda
Perancangan. Diharapkan makalah ini dapat memenuhi kriteria penilaian ujian tengah semester dan juga
membantu pembaca dalam menganalisa penentuan konsep dan gagasan pada sebuah karya arsitektur.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
sehingga kritik dan saran dari dosen sebagai penilai dan pembaca sangat diperlukan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Akhir kata kami berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah
ini, baik yang memberikan dukungan moril maupun dukungan materil.
Penulis
STUDI OBJEK ARSITEKTUR LOKAL
Masjid Said Na’um
Arsitek : Adhi Moersid, Atelier 6 Architects & Planners
Lokasi : Jakarta, Indonesia
Kategori : Bangunan Ibadah
Luas Area : 1500 SQM
Tahun : 1977
Masjid Said Naum adalah masjid pemenang sayembara yang diselenggarakan oleh pemda
DKI pada tahun 1975, yang kemudian berhasil dimenangkan oleh Atelier Enam Architects and
Planners (Adhi Moersid).
Rancangan milik Adhi Moersid mampu memenuhi kriteria utama sayembara, yaitu harus
merepresentasikan karakter arsitektur tradisional dan sesuai dengan lingkungan sekitar dan
menggunakan material lokal. Atas alasan itu, bangunan masjid yang selesai pembangunannya
tahun 1977 ini mendapatkan penghargaan dari Aga Khan Award for Architecture pada tahun 1986.
Masjid ini dibangun di Kecamatan Tanah Abang yang memiliki kepadatan yang padat,
dikelilingi oleh rumah-rumah warga, kantor yayasan pendidikan dan madrasah
Tata Rancangan
Dengan menjadi bagian pembuka dari lahan keseluruhan yang diperuntukkan untuk ibadah
dan pendidikan maka dalam pandangan penulis tata rancangan wilayah Masjid Said Naum
berbentuk Radial, dengan adanya organisasi inti di jalur yang sudah direncanakan melewati
Kawasan yang kemudian dari jalur pokok itu bias menyebar ke bagian yang lain dari site.
Ke Madrasah
Secara keseluruhan jalur kawasan site tidak bisa dilihat dengan begitu jelas. Tetapi jika
diambil pada bagian masjidnya saja, maka tata rancangan kawasannya pun juga radial dengan
masjid sebagai inti dari kawasan.
Pendekatan Rancang
Menurut penulis, pendekatan yang digunakan dalam Masjid Said Naum ini adalah
pendekatan sosial-budaya, Dari segi sosial ada keinginan untuk membuatnya selain sebagai tempat
keagamaan juga sebagai tempat bersosialisasi dan dari segi budaya ada keinginan untuk
memodernkan arsitektur tradisional yang memiliki kedalaman makna juga responsif pada
kebutuhan tapak.
Konsep Rancangan
Konsep rancang yang berusaha diwujudkan dalam Masjid Said Naum adalah menghadirkan
makna bentuk masjid tradisional Jawa ke dalam bentuk modern. Perpaduan tradisional-modern ini
adalah sebagai bentuk interpretasi sang arsitek bahwa dimana pun islam datang, ia siap memakai
berbagai bentuk tradisional/lokal yang baik untuk menjadi identitas fisiknya.
Menurut sang arsitek, arsitektur islam adalah manifestasi fisik dari perpaduan harmoni
antara bentuk tradisional dengan ideologi Islam. Oleh karena itu arsitektur islam menjadi kaya di
jenis dan macam bentuknya.
Pada masyarakat tradisional Indoenesia secara umummemiliki konsep alam semesta mereka
sendiri, yang mana menghasilkan hubungan spiritual dengan alam setelah proses adaptasi yang
lama. Keharmonisan dengan alam menjadi fondasi dari segala peraturan dan regulasi di kehidupan
mereka.
Yang mana kemudian kepercayaan pada Tuhan muncul. Alam semesta menjadi model dari
Ilahi dalam konfigurasi tempat tinggal mereka. Dimanapun kita bisa menemuka”pusat” adalah
langkah pertama dalam pengembangan pola atau tatanan pengembangan tempat tinggal mereka.
Pusat dunia yang suci ini adalah titik persilangan dari Tuhan (Dunia yang lain) dengan dunia
manusia.
Agama baru mudah untuk masuk dan berkembang di Indonesia karena konsep Tuhan sudah
ada. Di Indonesia banyak agama dapat berkembang bersama dengan damai.
Salah satu symbol Tuhan adalah salib, salah satu substansi utama dalam kehidupan spiritual.
Tuhan hadir dimanapun, tetapi eksistensi ini tidak membutuhkan tempat.
Tuhan menciptakan manusia melalui orang tuanya. Ayah dan ibu adalah manifestasi tertinggi
dari “Bentuk dualistik suatu antithesis” dari Tuhan itu sendiri.
Bentuk dimulai dengan membandingkan antara bentukan masjid kontemporer dan masjid
tradisional Indonesia.
Dengan pertimbangan arti ruang dan arti bentuk
bangunan pada arsitektur tradisional juga kemampuannya
dalam menyelaraskan dan meningkatkan kenyamanan pada
iklim setempat maka dipilihlah bentukan arsitektur meru /
gunung berupa joglo untuk masjid ini. Tidak adanya minaret
/ Menara juga manifestasi dari bentuk arsitektur tradisional.
Tetapi dikarenakan perkembangan zaman menuntut
jangkauan adzan yang lebih luas maka dipilihlah speaker
yang ditatuh pada salah satu sosoran tingkat tertinggi joglo
Pemutaran atap yang dilakukan sang perancang pada Gambar. Dari bentuk Joglo
akhirnya menimbulkan sebuah bukaan di bagian atap untuk konvensional di putar 45
derajat
keluarnya udara panas dari panas juga sebagai jalur sirkulasi
angin. Hal ini menjadi salah satu factor mengapa Masjid ini
dapat terasa dingin tanpa pendingin buatan di tahun 1980-an
Terima kasih atas sumbangsih dan kerja kerasnya selama ini pak, semoga semua amal Bapak
diterima oleh Yang Maha Kuasa dan mendapatkan tempat terbaik disisinya.
STUDI OBJEK ARSITEKTUR LUAR NEGERI
Olbia Social Centre
Arsitek : Cengiz Bektas
Lokasi : Antalya, Turkey
Luas Area : 12000 SQM
Tahun : 1999
Pusat Sosial Olbia dirancang untuk Universitas Akdeniz (Universitas Mediterania) di
Antalya, Turki. Tujuannya adalah untuk memberikan komunitas kampus sebuah wadah tempat
mahasiswa bisa terlibat dalam kegiatan sosial dan budaya dalam suasana interdisipliner dan
intelektual yang mana akan berkontribusi pada pengembangan pribadi dan pengalaman belajar
mereka.
Proyek ini terdiri dari: auditorium; sebuah ampiteater; ruang untuk kelompok mahasiswa;
sebuah restoran dan berbagai kafe; Sebuah toko buku dan alat tulis dan berbagai toko lainnya; area
pameran; dan area sirkulasi diartikulasikan dengan ruang publik, elemen tatanan lanskap yang
menampung air , tanaman, dan patung.
Salah satu tugas dalam mendesain pusat sosial ini adalah untuk memecahkan permasalahan
identitas bangunan universitas yang ada dalam gaya-gaya yang berbeda, yang kemudian mengikat
bersama bagian yang berbeda dari universitas. Kompleks dirancang sesuai dengan modul dasar
yang memberi fleksibilitas dalam pembagian area dan perubahan fungsional. Ruang-ruang proyek,
dibuat secara intim sesuai skala manusia, mengalir satu sama lain dalam serangkaian perspektif
abadi. Area ini digunakan oleh mahasiswa dan staf universitas, serta oleh anggota masyarakat.
Tata Rancangan
Pola tatanan pada kawasan menurut penulis adalah pola tatanan Radial, dimana jalan utama
menjadi pusat dari bangunan dan dari jalan itu bisa berjalan menyebar ke bangunan di samping-
samping jalan.
Pendekatan Rancang
Pendekatan rancangan yang dilakukan oleh Cengiz Bektas adalah pendekatan sosial dan budaya,
pendekatan ini dilakukan dikarenakan kebutuhan dari universitas yang menurut sang rector bahwa kampus
kekurangan identitas dalam kampus, yang mana ini juga tercerminkan pada hubungan antara guru dan
mahasiswanya, yang kemudian disepakati untuk membangun pusat sosial sebagai elemen pengikat dari
elemen-elemen yang berbeda-berbeda dikampus.
Kampus ini sangat kontras dengan kota tua Antalya. Jika ditarik kembali ke abad pertama sebelum
masehi, ketika didirikan oleh Attalus II dari Pergamon. Pengingat fisik yang harmonis berbagai peradaban
yang bergiliran memerintah kota menjadi saksi kemampuan budaya Turki untuk menyerap dan memadukan
karakteristik warisannya yang terkadang bertentangan. Contoh warisan ini dapat ditemukan di kota
termasuk pelabuhan Romawi dan benteng Romawi berdinding ganda; Gerbang Hadrian; Taman Karaali;
Kuil Romawi, yang diubah menjadi Gereja Bizantium Perawan Maria dan kemudian Masjid Seljuk Korkut
Camii; Kesik Minare; menara Yivli; dan Rumah-rumah Turki Ottoman Hayat di Kaleici (Antalya Lama)
tua yang ramah dekat benteng Romawi.
Konsep Rancangan
Dikarenakan adanya beban finansial yang dimiliki oleh kampus, maka pembangunan
dilakukan dengan teknin bangun, guna dan serah selama 9 tahun sebelum akhirnya diberikan
kembali kepada universitas. Karena ini, anggaran pembangunan di buat yang mana firma penerima
proyek masih menerima keuntungan dan masih bisa beroperasi selama pembangunan berlangsung.
Cengiz Bektas - sebagai arsitek, peneliti dan penyair - mengembangkan pendekatan
filosofisnya sendiri untuk merancang kompleks ini. Dia menegaskan bahwa agar sebuah
komunitas dapat diciptakan dan berkembang, sangat penting bahwa orang dari berbagai disiplin
ilmu harus bertemu dan bertukar pengetahuan dan gagasan dalam suasana santai - banyak dalam
cara bahwa peradaban besar dunia selalu menggunakan ruang bersama, seperti Agora Yunani,
forum Romawi atau bazaar Oriental. Dia juga menekankan pentingnya 'ketidak sengajaan' dan
pembelajaran informal. Dari pengalamannya sendiri, ia mencatat bahwa siswa belajar lebih banyak
dari satu sama lain daripada dari ruang kelas formal. Pendekatan Bektas adalah pendekatan
partisipatif: ia terlibat tidak hanya dalam fase pertama pengambilan keputusan tetapi juga
sepanjang siklus hidup proyek. Interaksi pengguna yang berhasil dengan bangunan adalah tanda
baginya untuk berhasil.
Konsep rancangan berdasarkan material bangunan juga didasarkan pada bangunan
tradisional di di Kota Tua Antalya, yang bahan bangunan utamanya adalah batu lokal yang
dikombinasikan dengan lumpur dan kayu. Ada beberapa variasi dalam teknik konstruksi,
memberikan rasa persatuan bangunan pada berbagai periode sejarah.
Komposisi Warna
Warna warna yang digunakan kebanyakan berasal dari warna ekspos bahan kayu, batu, dan beton.
cv