Anda di halaman 1dari 12

Arsitek-arsitek yang

Berdedikasi
Terhadap
Perkembangan
Arsitektur di
Indonesia
YORI
ANTAR
Nama lengkap arsitek ini adalah Gregorius Antar Awal, yang lebih
akrab disapa dengan Yori Antar. Beliau lahir tanggal 14 Mei 1962.

Yori Antar memiliki julukan pendekar arsitektur nusantara karena


fokusnya dalam melestarikan warisan arsitektur lokal.

Pria lulusan Arsitektur Universitas Indonesia ini pada tahun 1989


membentuk kelompok Arsitek Muda Indonesia bersama kawan-
kawannya. Arsitektur Muda Indonesia dikenal sebagai kelompok yang
memberi warna baru langgam arsitektur di Indonesia khususnya di
Jakarta pada masa itu. Kekhawatiran akan punahnya seni arsitekur lokal
yang digeser oleh megahnya bangunan modern, membuat Yori Antar
semakin gigih menggali ilmu arsitektur lokal, mendokumentasikan,
juga membangun kembali arsitektur nusantara yang berupa rumah-
rumah adat yang terancam punah.
Perjuangan Yori Antar Membangun Kembali
Arsitektur Nusantara
Sejak tahun 2008, Yori Antar membuat sebuah gerakan yang ia beri nama Rumah
Asuh. Gerakan tersebut mengajak para mahasiswa terpilih untuk belajar dengan para
pemangku dan masyarakat desa selama satu setengah bulan dalam membangun
rumah-rumah tradisional di pedesaan di tanah air.

Selain sebagai sarana belajar bagi mahasiswa dari jurusan arsitektur, program
Rumah Asuh yang didukung oleh para donatur/philantropis, akedemis, bersama
masyarakat setempat sudah berjalan di daerah Wae Rebo-Flores, beberapa rumah
adat di Nias, pembangunan kembali rumah-rumah di desa adat Ratenggaro,
Wainyapu, dan Rumah Budaya di Waetabula, Sumba Barat Daya dan Balai
Pertemuan untuk Musyawarah Adat Lobo Ngata Toro di Sulawesi Tengah ini juga
menjadi sebuah proses pembelajaran dan regenerasi diturunkannya ilmu
membangun rumah tradisional kepada generasi masa depan, baik secara metode
lisan-tradisional antara para tetua adat dan generasi muda penerus maupun metode
tulisan-akademis.
Perjuangan Yori Antar Membangun Kembali
Arsitektur Nusantara
Misinya agar kekayaan arsitektur nusantara tetap
terjaga kelestarian dan keberlanjutannya dan dari
segi pembelajaran masuk ke dalam kurikulum
pendidikan arsitektur diberbagai perguruan tinggi
sambil membangun mindset baru. Diawali
dengan mengubah mindset generasi muda
arsitektur dengan membidik ranah pendidikan.
“Ketika mindset berubah, maka kita akan
menemukan betapa Indonesia sangat menarik.”
Seluruh kegiatan yang dilakukannya adalah
bagian dari proses reinventing Indonesia, yang
bertujuan untuk menemukan kembali akar
budaya tradisional Indonesia yang mulai
terlupakan oleh masyarakat kini. Ibarat sebuah
kumpulan puzzle yang siap disusun dan
dilengkapi untuk membangun masa depan
Indonesia yang lebih baik.
Andy Rahman
Andy Rahman architect di gawangi oleh 2 arsitek muda dari Surabaya, dua arsitek tersebut
adalah Andy Rahman dan Abdi Manaf, keduanya adalah lulusan arsitektur ITS (Institut
Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya tahun 2004 dan 2005. Andy Rahman sendiri
adalah lulusan peraih predikat 'Tugas Akhir Terbaik Jurusan Arsitektur Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tahun 2004', serta salah satu penggiat komunitas
deMAYA (Desainer Muda Surabaya), sedangkan Abdi Manaf karyanya pernah di
publikasikan oleh majalah Arsitektur Tingkat Asia.

Kesamaan visi dan misilah yang membuat ke dua arsitek muda ini mampu menelurkan
karya-karya yang progresif, up to date namun tetap kontekstual. Ciri-ciri desain mereka
yang inovatif dan 'segar' adalah sebuah representasi dari semangat untuk terus belajar
serta passion mereka yang tinggi terhadap dunia arsitektur. Bagi mereka arsitektur haruslah
terus berkembang dan bisa memberi dampak yang besar terhadap lingkungan, arsitektur
yang baik harus mampu berdiri secara konteks, selaras dengan alam sekaligus menjadi
penanda zaman.
Mengembangkan Arsitektur
Recycle Dan Reuse
Saat ini studio andyrahman architect berada Kota di
Sidoarjo. Andyrahman architect adalah biro arsitektur yang fokus
mengembangkan arsitektur yang berkelanjutan dan mengolah
material murah, lokal, recycle dan reuse. Arsitekturnya adalah
arsitektur ketukangan, karena menurut mereka, 2 hal itulah
sebenarnya kekuatan arsitektur Indonesia.
Salah satu karya andyrahman architect yang berjudul 'Ambiguity
House' masuk nominasi untuk penghargaan Architizer A+ Awards
2012, sebuah ajang penghargaan tingkat dunia. Baru-baru ini
karya andyrahman architect yang berjudul 'Biophillic Boarding
House' terpilih sebagai finalis di ajang penghargaan World
Architecture Festival 2016 yang di gelar di Berlin, karya tersebut
sekaligus menjadi nominator 'Building Of The Year 2017
Archdaily'.
Bioclimatic architecture
Rumah kost ini, yang terletak di Surabaya, Indonesia,
dirancang oleh Andyrahman Architect berdasarkan isu-isu
kontemporer yang telah berkembang dalam komunitas
arsitektur, khususnya pada isu bioclimatic dan biophilic
dalam konteks yang lebih luas. Bioclimatic architecture,
dengan iklim tropis sebagai tantangan dan potensi desain,
sementara biophilic, tidak hanya berhubungan dengan
alam tetapi melihat manusia sebagai objek hidup yang
harus diperlakukan secara manusiawi dan proporsional.
Masalah bioclimatic (menanggapi iklim tropis) dapat
dilihat pada penggunaan panel berlubang / bahan dinding
pada sebagian besar rumah. Dengan panel-panel yang
disesuaikan ini, bangunan itu tampak bernafas seperti
makhluk hidup, dengan cahaya dan udara mengalir masuk
dan keluar dengan bebas.
Biophillic Boarding House' terpilih sebagai finalis di ajang penghargaan World Architecture
Festival 2016 yang di gelar di Berlin, karya tersebut sekaligus menjadi nominator 'Building Of
The Year 2017 Archdaily'.
Budiman
Hendropurnomo

Pada 1987, sepulang dari Negeri Kanguru, Budiman mendirikan PT Duta Cermat Mandiri (DCM), yang merupakan bagian dari grup internasional yang
berkantor pusat di Melbourne. Hotel Tugu Malang, Jawa Timur menjadi bangunan pertama yang dirancangnya. Budiman memulai karir sebagai arsitek di
Australia. Saat belajar rancang bangun di Universitas Melbourne, pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 1954 ini, mendapat kesempatan magang di sebuah biro
arsitek. Usai menyelesaikan kuliah, ia pun bergabung dengan Denton Corker Marshall, sebuah biro arsitek terkenal di Melbourne.

Sebagai arsitek, ia berharap agar arsitek muda dapat semakin memajukan dan melestarikan bangunan-bangunan tradisional khas Indonesia. “Seorang
arsitek Indonesia harus memiliki konsep bangunan yang berwawasan Nusantara,” tegasnya.

Merancang sebuah bangunan, entah berkonsep tradisional maupun modern, menurut Budiman, sebaiknya tidak menghilangkan sentuhan Indonesia yang
modern. “Sentuhan tradisional harus ada, tapi juga jangan mengesampingkan unsur modern. Karena bangunan harus mencerminkan sikap masyarakat di masa
yang akan datang,” jelas Budiman.
Sentuhan Tradisional
Budiman hendropurnomo merupakan seorang arsitek yang
banyak mendapatkan pendidikan diluar negeri, serta pengalaman
pertama bekerja juga diluar negeri. Tak heran mengapa beliau
mendapatkan pengaruh-pengaruh dari paham modern dari luar.
Namun dengan pendidikan dan pengalaman yang sudah diluar
tidak melupakan beliau akan arsitektur nusantara Indonesia.

Disetiap desainnya budiman selalu menyisipkan makna-makna


didalam pemilihan bentuk bangunannya. Meskipun bentuk
maupun strukturnya modern, namun dia tidak melupakan
bagaimana ciri khas bangunan nusantara, baik terlihat dari atap
dan material apabila bangunan tersebut berskala hotel, villa, dll.
Untuk beberapa kasus, meskipun beliau tidak mengambil bentuk
tradisional namun ada makna di belakang pemilihan bentuk
tersebut.
Eko Prawoto
Eko Prawoto adalah seorang sosok yang selalu berusaha berpikir kritis
untuk mengingat kembali akar budaya sebagai pijakan dalam
menghasilkan karya arsitektur kontemporer. Konsistensi dan pemikiran
yang mendalam menjadikannya sebagai salah satu sosok berpengaruh
dalam perkembangan arsitektur di Indonesia. Ia lahir di Purworejo
tahun 1958 dan menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan
Arsitektur Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 1982. Pada tahun
1985, Eko Prawoto memulai karier sebagai inisiator dan dosen di
Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta,
hingga kini.

Pemegang gelar master dari The Berlage Institute Amsterdam tahun


1993 ini mendirikan Eko Prawoto Architecture Workshop pada
tahun 2000.Eksplorasi dalam penggunaan material lokal dan bekas,
selalu menjadi pemikiran utama di balik karyanya.
Arsitektur Untuk Kemanusiaan
Cerita Desa Ngibikan
Seusai gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter yang meluluh lantahkan rumah warga hingga
datar serata tanah, seorang arsitek –eko prawoto- kemudian pergi ke desa. Desa yang
dikunjunginya terletak di daerah parangkritis, bantul. Ngibikan, nama desa salah satu desa yang
terkena gempa kemudian menjadi tujuan eko prawoto pergi meninggalkan kota lalu masuk ke
desa dengan niat kepedulian terhadap kemanusiaan (arsitektur untuk kemanusiaan).

Ketika memasuki desa ngibikan, di situ, sang arsitek –eko prawoto- tahu; ia telah menemukan apa
yang dicarinya. Adapun ia tengah mencari satu segi cara membangun,
yangdikembangkan berdasarkan semangat kesatuan gotong royong warga untuk bangkit (arsitekt
ur desa ngibikan adalah warga, kemanusiaan) membangun kembali kehidupan yang telah luluh
lantah oleh gempa.

Dari desa ini, saya sadar bahwa yang saya lihat adalah suatu visi arsitektur sebelum kejatuhan;
sebelum uang, industri, dan keserakahan yang telah mereguhkan arsitektur dari akar sejatinya
Setelah gempa bumi melanda Yogyakarta pada tahun 2006, ia dalam alam. Begitulah, hingga karya arsitektur desa ngibikan ini mengisi 19 daftar nominasi
bergabung sebagai sukarelawan di Ngibikan untuk proyek
rekonstruksi daerah yang rusak. peraih Aga Khan Award for Architecture 2010. by Budhi Agung Prasetyo
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai