Anda di halaman 1dari 11

174| Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp :174-184

KONSEP DESAIN MASJID BERDASARKAN SINERGI KAIDAH


ARSITEKTUR DAN KAIDAH ISLAM
Titin Sundari1, Agus Basri Saptono2, Hendri Silva3
1,2,3
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Lancang Kuning
Jl. Yos Sudarso km. 8 Rumbai, Pekanbaru, Telp. (0761) 52324
Email: titin@unilak.ac.id, Hsilva@unilak.ac.id, abas14871@yahoo.co.id

ABSTRAK
Bismillahi Rahmaanir Rahiim. Masjid yang merupakan tempat bagi seorang muslim untuk melaksanakan
sholat berjamaah dan rangkaian ibadah lainnya, perlu dirancang secara optimal. Perancangan bangunan masjid
semestinya mengikuti kaidah arsitektur dan juga sekaligus kaidah syar’i dalam agama Islam, sehingga keduanya
dapat disinergikan dengan baik dalam rancangan. Adanya perancangan bangunan masjid yang belum sepenuhnya
menerapkan konsep disain sesuai kaidah-kaidah Islam, dapat berakibat dengan tidak optimalnya fungsi
kegiatannya. Tulisan ini bertujuan merumuskan beberapa konsep arsitektur disain bangunan masjid yang bersinergi
dengan landasan kaidah Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis diskriptif terhadap dua faktor
utama,yakni kaidah religi dan aspek perancangan dalam kaidah arsitektur khususnya aspek fungsi ruang dan
bangunannya. Hasil penelitian berupa rumusan konsep disain arsitektur bangunan masjid.
Kata Kunci: Masjid, Kaidah Arsitektur, Kaidah Islam, Konsep Disain Masjid

ABSTRACT
Bismillahi Rahmaanir Rahiim. A mosque, which is a place for a Muslim to perform congregational
prayers and other series of worship, needs to be designed optimally. The design of the mosque building
should follow architectural design principles as well as syar'i rules in Islam, so that the two rules can be
synergized well in the design. The existence of a mosque building design that has not fully implemented the
design concept according to Islamic principles, can result in not optimal function of its activities. This study
aims to formulate several architectural concepts for mosque building designs that are synergized with
Islamic principles. The research method used is descriptive analysis of two main factors, namely religious
principles and architectural principles especially in term of space and building function. The result of the
research is the formulation of the architectural design concept of the mosque building.

Keywords: Mosque, Achitectural principles, Islamic principles, the mosque design concept

1. PENDAHULUAN

Masjid adalah rumah milik Allah, oleh Fenomena kecenderungan masa kini, yang
karena itu harus dirancang dengan niat yang suci, sering terjadi dalam perancangan bangunan masjid
yaitu untuk mendapatkan ridho Allah semata-mata. adalah sebuah “perlombaan” untuk mencari sesuatu
Perancangan bangunan masjid dilakukan dengan yang secara kaidah arsitektural memberi warna baru,
memakai kaidah ilmu arsitektur tanpa meninggalkan yang berbeda dari yang biasa (out of the box) yang
dasar-dasar pengetahuan keagamaan. Pendekatan tujuannya adalah mencari bentuk dan penampilan
konsep didasarkan kepada dua aspek keagamaan fisik masjid yang berbeda dari bentuk-bentuk masjid
utama yakni: pertama, aspek kegiatan fisik, yaitu yang berciri seperti masjid kebanyakan. Meskipun
kegiatan yang mudah diamati, seperti ritual ibadah tidak ada sebuah dalilpun yang mengharuskan
sholat, tabligh, pengajian, penyembelihan hewan masjid memiliki suatu bentuk tertentu. Namun
qurban dan sebagainya; kedua, aspek non fisik, sepatutnya merancang sebuah masjid tidaklah hanya
yakni perintah dan larangan Allah, sunnah sekedar ingin mendapatkan sebuah bentuk eksklusif,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, nasehat indah atau megah untuk mengundang kekaguman
dan teladan para sahabat Rasulullah Shallallahu manus
‘alaihi wa Sallam.

Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp : 113-119 | 175

Problem yang muncul adalah belum 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


adanya rumusan konsep disain masjid dengan
menyinergikan kaidah arsitektural dengan kaidah Alloh mencintai dan memuliakan masjid,
tuntunan agama Islam, sehingga mampu sehingga membangun masjid ini menjadi ibadah
memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah yang sangat dimuliakan Alloh, dan orang yang
di dalam masjid tersebut. Oleh karena itu membangun masjid dijanjikan dengan kemuliaan
penulisan ini bertujuan agar muncul adanya rumah di surga. Hal ini dapat dijelaskan dalam
rumusan konsep yang dapat bermanfaat bagi hadits riwayat Bukhari nomor 450 dan Muslim
pihak-pihak yang terkait dengan perancangan nomor 533 serta tafsiran Imam Nawawi [1].
sebuah masjid, yakni sebagai landasan pola pikir Namun tidak semua orang yang membangun
perancang sejak dari awal proses perancangan, masjid mampu mendapatkannya, kecuali dia benar-
memotivasi para perancang masjid untuk benar membangun sesuai dengan apa yang
mengembangkan konsep sejenis serta menjadi diridhoiNya. Tidak jarang pada era masa kini
bahan pembelajaran bagi mahasiswa calon arsitek terdapat masjid-masjid yang dibangun atas dasar
masjid. motivasi yang keliru, seperti mencari popularitas
dalam disain bangunan, tujuan politis ataupun
persaingan dalam mengumpulkan jama’ah. Oleh
2. METODE PENELITIAN karena itu memahami makna sebuah masjid dan
seluk beluknya menjadi sangat penting bagi orang
Penulisan ini bertujuan untuk yang akan merancang atau membangun sebenar-
merumuskan beberapa konsep rancangan benarnya masjid.
Dalam pembahasan ini belum menyertakan
arsitektur bangunan masjid ini, dilakukan dengan
semua elemen bangunan masjid, namun masih
pendekatan yang sangat spesifik yakni kaidah terbatas pada beberapa hal yang paling sering
arsitektur disinergikan dengan kaidah religi. menjadi permasalahan yakni masalah orientasi
Proses diawali dengan adanya gagasan untuk bangunan, orientasi ruang sholat, orientasi tempat
menyediakan konsep rancangan bangunan masjid wudhu, orientasi toilet serta bentuk penampilan
sesuai dengan keinginan Sang Pemilik masjid, bangunan.
yakni Allah itu sendiri. Selanjutnya dilakukan
proses mengumpulkan data dan informasi, 1. Orientasi Bangunan
memilih, membahas/menguraikan (analisa), Dalam penulisan ini yang dimaksud dengan
mengintegrasikan (sintesa), serta mengambil orientasi bangunan masjid adalah arah hadapan
keputusan, yang dilakukan secara diskriptif, yang mihrob masjid, atau bagian masjid yang
keseluruhannya tercakup dalam suatu rangkaian menunjukkan arah hadapan orang dalam sholat.
aktifitas yang saling terkait dan urut. Proses ini
tidak terlepas dari tujuan yang telah disebutkan a. Kaidah Arsitektur
diatas, dengan sasaran untuk memenuhi Orientasi bangunan secara umum dapat
kebutuhan ummat Islam akan rumah ibadah yang dikaitkan dengan beberapa aspek, pertama orientasi
sesuai dengan kehendak Alloh, Dzat yang terhadap konteks iklim, yakni arah lintasan matahari
menjadi tujuan persembahan ibadahnya. harian maupun tahunan serta arah dan kecepatan
Lokasi pengambilan sampel adalah di angin; kedua orientasi terhadap obyek-obyek alam
beberapa masjid yang terdapat di Pekanbaru, tertentu seperti sungai, gunung, lautan, danau dan
seperti Masjid Raya Nur Alam, masjid Raya An- sebagainya, baik karena alasan pemandangan,
Nur, serta masjid Paripurna Al-Muhajirin. Proses fungsi, ataupun karena kepercayaan tertentu; ketiga
pengambilan data sekunder berupa studi orientasi terhadap obyek urban yakni berkaitan
literature dilakukan baik melalui buku ataupun dengan letaknya terdadap jalan, ruang terbuka atau
secara online. Pengambilan data primer obyek urban lainnya yang dikaitkan dengan
dilakukan secara langsung ke lapangan, yakni kebiasaan masyarakat dalam membangun akan
dengan mengunjungi beberapa bangunan masjid mengambil orientasi dengan mengarahkan bagian
yang akan dijadikan sebagai pembanding depan bangunannya menghadap kearah jalan atau
empirik. Mengambil sampel berupa foto bagian- ruang terbuka atau obyek urban lainnya. Dari sisi
bagian bangunan masjid tersebut. Analisis disain urban, hal ini akan berpengaruh kepada pola
dilakukan dengan mengkaji komponen arsitektur lingkungan, keindahan dan keteraturan penataan
bangunan masjid, apakah sudah memenuhi kaidah bangunan.
tuntunan Islam atau belum. Kajian per komponen Orientasi bangunan masjid termasuk dalam
arsitektur ini akan menyinergikan antara kaidah kategori orientasi terhadap obyek tertentu yang
arsitektur dengan kaidah agama Islam. Hasil dari ditetapkan dalam agama Islam. Di dalam
analisis berupa rumusan konsep dasar dalam prakteknya, penerapan orientasi ini akan berkaitan
merancang bangunan masjid. erat dengan pelaksanaan fungsi kegiatan sholat yang
akan dilakukan oleh pengguna bangunan (jama’ah).
Keberadaan bangunan masjid yang berorientasi
kearah Ka’bah akan membantu proses pembentukan
Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
176| Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp :174-184

persepsi orientasi sholat bagi jama’ah sejak awal terbentuk sejak memasuki areal kawasan masjid ,
menyaksikan bangunan tersebut. maka akan lebih mudah baginya untuk segera
mengenali situasi orientasi sholat yang akan
b. Kaidah Religi Islam dikerjakannya. Sebaliknya, pada kawasan masjid
Islam mewajibkan ummatnya untuk sholat dengan bangunan yang orientasinya tidak mengikuti
lima kali sehari semalam dengan menghadap ke arah kiblat, maka akan menimbulkan disorientasi
arah kiblat, yakni Ka’bah di Mekah. Syariah ini atau salah persepsi orientasi pada jamaah. Terlebih
membawa sebuah konsekuensi logis terhadap arah lagi disorientasi ini akan sangat terasa jika halaman
orientasi bangunan masjid yang juga seharusnya masjid juga digunakan untuk tempat sholat atau
menyesuaikan dengan orientasi orang yang sholat. perluasannya, pada momentum ibadah sholat
Bangunan masjid dengan orientasi ke arah Ka’bah Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha, sholat gerhana, sholat
akan membantu jamaah untuk segera terarah sejak istisqo’ dan sebagainya.
dari awal memasuki area masjid tersebut. Adapun sinergi antara orientasi ke arah Ka’bah
Arah kiblat bangunan masjid yang sangat dengan orientasi konteks urban (jalan), perlu
spesifik ini menjadi sebuah identitas tersendiri bagi mendapatkan perhatian dan solusi yang tepat,
arsitektur masjid, sehingga menjadi salah satu sehingga kehadiran bangunan masjid tetap dapat
penanda keberadaan masjid tersebut. memberi kontribusi dalam perwujudan arsitektur
Gambar 1 adalah contoh bangunan yang kota yang indah.
denahnya berbentuk lingkaran. Dapat diamati Beberapa contoh yang dapat disampaikan dalam
bahwa bentuk bangunannya sendiri tidak penelitian ini adalah Masjid Raya An-Nur dan
membentuk persepsi orientasi ke arah ka’bah bagi Masjid Raya Nur-Alam yang keduanya terletak di
jama’ah dengan hanya melihat bangunan. Persepsi Kota Pekanbaru. Kedua masjid ini memiliki karakter
arah kiblat baru muncul dengan membuat garis- sinergi yang berbeda yang disebabkan oleh adanya
garis yang ada pada halaman masjid. Dengan potensi tapaknya yang tidak sama. Masjid Raya An-
demikian dapat dikatakan bahwa belum ada
Nur, bentuk garis besar tapaknya persegi empat
kesatuan antara arah orientasi bangunan dengan
yang dikelilingi oleh jalan pada ke-empat sisinya,
arah orientasi garis shof sholat pada halaman.
dengan sedikit variasi pada sisi selatan dan timur.
Bentuk ini mengikuti pola jalan kota dengan arah
orientasi utara- selatan dan barat-timur. Dalam
perancangannya, ketika ummat Islam di Pekanbaru
sudah memahami bahwa secara lebih presisi arah
orientasi kiblatnya adalah kearah barat dengan
membentuk sudut 24°44´ atau lebih kurang 293° [2],
maka tentu ummat berkeinginan untuk
mendapatkan presisi tersebut, sehingga untuk
mencapainya bangunan yang dirancang berorientasi
kiblat tidak lagi sejajar dengan garis jalan. Dengan
demikian terjadi perbedaan orientasi bangunan
masjid dengan orientasi menghadap ke arah jalan.
Untuk tercapainya sinergi dilakukan penataan
Gambar 1. Tampak atas Masjid Paripurna Al-Muhajirin. lansekap yang mengadopsi unsur kedua orientasi.
(Sumber : google map, diambil 4 April 2021) Garis dalam lansekap mengikuti arah orientasi
kiblat, sedangkan garis luarnya mengikuti arah
Konsep pemenuhan orientasi Ka’bah pada bentuk orientasi konteks urban (jalan), sehingga dicapai
bangunan masjid yang berorientasi memusat hanya sinergi yang dikehendaki (lihat gambar 2).
berlaku pada Masjidilharam, yang Ka’bah berada
pada bagian tengahnya, sehingga sebagai
konsekuesi logisnya maka bentuk massa bangunan
Masjidilharam harus berorientasi memusat.

c. Sinergi antara orientasi syar’i dengan orientasi


konteks urban
Orientasi bangunan masjid terhadap arah
Ka’bah tidak ditunjukkan dengan arah hadapan
fasad bangunan, melainkan dengan arah hadapan
mihrobnya. Bangunan masjid disebut sebagai
berorientasi kearah Ka’bah jika mirhobnya berada
pada sisi bangunan yang berhadapan dengan
Ka’bah. Pemenuhan bangunan masjid yang baru Gambar 2. Gagasan awal rencana tapak Masjid An-Nur
akan dibangun dengan orientasi Ka’bah ini sangat (Sumber: Zaki.M, 2004)
penting dalam membentuk persepsi jamaah yang
akan sholat. Jika persepsi jamaah ini sudah

Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp : 113-119 | 177

Contoh lain terjadinya sinergi orientasi langsung diorientasikan dengan keadaan ruang yang
bangunan masjid dengan orientasi jalan pada “siap sholat” melalui penataan ruang yang jelas
konteks urban adalah pada Masjid Raya Nur-Alam tanda-tanda orientasinya, efisien pemanfaatan
Pekanbaru. Lokasi tapak masjid ini dikelilingi ruangnya, ornamen yang tidak berlebihan dan
dengan jalan yang secara kebetulan posisinya sudah kenyamanan ruang yang membuat jama’ah mampu
sejajar dengan posisi arah kiblat sholat, sehingga beribadah dengan tenang. Dengan demikian
tanpa harus diberikan solusi khusus sudah tercapai penataan ruang sholat sesuai dengan orientasinya
sinergi antara kedua orientasi. merupakan bagian dari upaya menumbuhkan
Di daerah yang mayoritas penduduknya kekhusyukan sholat. Fisik jasad yang terorientasi
muslim seperti Provinsi Riau khususnya dan Negara sejak dari awal maka akan tumbuh rasa khusyuknya.
Indonesia pada umumnya, pencapaian sinergi
seperti yang diuraikan diatas sudah lazim dilakukan b. Kaidah Religi Islam
dan dapat diterima dengan baik. Lain halnya dengan Sholat menghadap kiblat hukumnya adalah
di negara-negara Barat yang mayoritas wajib, baik sholat wajib maupun sholat sunat.
penduduknya bukan muslim, sinergi bangunan Perintah untuk menghadap kiblat pada setiap sholat
masjid dengan komponen dari konteks urban ini sangat jelas termaktub dalam Al qur’an , surat
seperti diatas belum tentu dapat diterima, karena Al Baqoroh : 144. Selanjutnya tentang arah kiblat
dapat dianggap tidak sejalan dengan arsitektur kota menurut pendapat para ahli fikih yang dibangun
setempat. berdasar dalil, adalah sebagai berikut:
Dalam upaya menepatkan orientasi bangunan
ke arah kiblat ini, terdapat beberapa kemungkinan 1). Menghadap ke arah kiblat adalah syarat sah
keadaan yang dijumpai: sholat (Al Baqoroh:144; Hadits Riwayat Bukhari
1). Ketika merancang bangunan masjid yang nomor 6251 dan Muslim nomor 912).
baru, hendaknya diupayakan mengaplikasikan 2). Terdapat 2 (dua) cara untuk menghadap kearah
orientasi ke arah Ka’bah ini dengan ketepatan yang kiblat, yakni ketika dapat melihat ka’bah secara
baik dengan menggunakan alat ukur atau metoda langsung dan ketika tidak dapat melihat ka’bah
yang lazim digunakan. secara langsung. Untuk cara pertama, para ulama
2). Pada bangunan masjid yang sudah sepakat jika seseorang dapat melihat ka’bah secara
terlanjur terbangun dengan arah yang kurang langsung maka dia wajib sholat dengan menghadap
presisi ketepatannya, namun sudah cukup persis kearah kiblat. Terhadap cara yang kedua
memenuhi arah secara garis besar sesuai Fatwa maka para ulama berbeda pendapat. Dalam
Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 03 tahun penulisan ini tidak akan diuraikan secara detail
2010, yakni arah kiblat masjid di Indonesia adalah tentang perbedaan pendapat ini, namun tim hanya
kearah barat atau antara utara dengan selatan [3]; mengambil butir-butir kesimpulan dari nara
maka bangunan tersebut tidak perlu dibongkar, sumber, yang menyatakan bahwa untuk kondisi
cukup dengan melakukan penyesuaian atau kedua ketika seseorang jauh dan tidak mampu
menepatan arah pada ruang sholat sejauh tidak melihat ka’bah maka cukup dengan menghadap
menimbulkan kesulitan dan pertentangan dalam kearahnya saja [4]. Contohnya bagi jamaah sholat di
ummat. Indonesia adalah cukup menghadap kearah barat
saja. Hal ini dikuatkan dengan adanya Fatwa
2. Orientasi di Dalam Ruang Sholat Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 03 tahun
2010, tentang kiblat. Namun demikian menepatkan
Orientasi dalam ruang sholat sebagai tempat secara persis arah kiblat dalam sholat di masjid atau
ibadah utama sepatutnya mengikuti arah orientasi di rumah adalah baik sejauh tidak mempersulit
aktifitas sholat, yakni menghadap ke arah kiblat. keadaannya, khususnya bagi masjid yang sudah
selesai dibangun dengan arah kiblat yang kurang
a. Kaidah Arsitektural persis tapi sudah menghadap kearah barat, maka
Aspek manusia dalam kaidah arsitektural tentu saja tidak perlu dilakukan pembongkaran.
meliputi kegiatan, jenis dan besaran ruang, pola
hubungan ruang, karakter ruang dan sebagainya. c. Sinergi Kaidah Arsitektural dan Kaidah Religi.
Dalam aspek manusia yang meliputi kegiatan, jenis, Sinergi kedua kaidah ini adalah dengan cara
besaran ruang, hubungan ruang dan karakter ruang, merancang ruang sholat dengan menyelaraskan
maka pada ruang sholat sebuah masjid memiliki orientasi ruang dengan ketentuan syariahnya sholat
karakter khusus yakni orientasi sholat yang harus yaitu berorientasi ke kiblat.
menghadap Ka’bah. Hal ini berakibat dengan Sebagai contoh adalah ruang sholat Masjid
keharusan ruang sholat juga berorientasi yang sama. Raya Nur-Alam yang dapat diamati adanya garis
Kekhusyukan dalam sholat merupakan sesuatu hal shof sholat yang sejajar dengan garis barisan kolom-
yang sangat penting untuk ditumbuhkan dan terus kolom bangunan yang ada. Hal ini menunjukkan
dijaga selama jama’ah beraktivitas di dalam masjid. adanya keselarasan antara orientasi bangunan
Membangkitkan suasana khusyuk ini bisa dimulai dengan orientasi ruang sholat yakni menghadap
sejak masuknya jama’ah ke dalam ruang sholat dan kearah kiblat. Pada kondisi seperti ini persepsi arah
Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
178| Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp :174-184

kiblat dibangun melalui tata letak dinding, plafond 2). Diutamakan merancang tempat wudhu
dan garis-garis shof pada ruang sholat, maka dengan arah menghadap kiblat sesuai dengan
jama’ah yang baru masuk ruang sholatpun dengan pendapat berbagai ulama (Imam Al-Ghozali, Imam
mudah dapat merasakan orientasi kiblat yang An-Nawawi, Syaikh Ahmad Bin Hijazi).
membantu suasana khusyuk untuk mempersiapkan 3). Dalam merancang tempat wudhu hendaknya
dirinya untuk melaksanakan sholat. Sementara pada dipertimbangkan sejak dari awal
ruang sholat yang orientasinya tidak langsung susunan/konfigurasi keran-keran air yang
terlihat oleh jama’ah,persepsi arah kiblat hanya memungkinkan pemakai berwudhu menghadap
dibentuk oleh garis-garis shof sholat, maka reaksi kiblat. Oleh karena hukum berwudhu adalah wajib,
kekhusyukannya juga tidak sekuat pada kondisi maka perancangan ruang wudhu perlu mendapatkan
dengan banyak elemen ruang sudah mengarah ke prioritas sebagaimana ruang sholat juga, bukan
kiblat. sekedar pelengkap atau servis. Prioritas
perancangannya harus dibedakan dengan
3. Orientasi Tempat Berwudhu perancangan toilet.
Berwudhu merupakan kegiatan penting dalam
persiapan jama’ah yang akan melaksanakan sholat. 4. Orientasi Toilet
Hukum berwudhu adalah wajib sebagaimana Toilet dalam masjid merupakan bagian servis
disebutkan dalam beberapa hadits, seperti Hadits untuk memfasilitasi jama’ah yang akan membuang
Riwayat Muslim nomor 224 yang menyatakan hadas kecil. Jama’ah yang datang ke masjid rata-rata
bahwa tidak ada sholat kecuali dengan thoharoh. sebelum berwudhu juga akan membuang hajat (buang
Disamping itu masih ada beberapa hadits lainnya. air besar/kecil) atau berhadas kecil. Hendaknya
menjadi perhatian para perancang masjid, adanya
a. Kaidah Arsitektur Orientasi Tempat Berwudhu terdapat ketentuan syariah yang mengatur orientasi
dalam aktifitas ini.
Berwudhu menghadap kiblat hukumnya tidak
wajib. Namun beberapa ulama menganjurkan a. Kaidah Arsitektural Orientasi Toilet.
sebagai keutamaan, sebagaimana dianjurkan oleh Standar perancangan toilet sebagai fasilitas
para ulama seperti Imam Al Ghazali. Bahkan Imam umum yang dinyatakan dalam Standar Toilet Umum
Nawawi mengatakan disunahkan berwudhu dengan Indonesia Kemetrian Pekerjaan Umum Perumahan
menghadap kiblat [5]. Rakyat (PUPR) disebutkan adanya persyaratan
Didalam perancangan tempat wudhu dalam sebuah dimensi ruang , pencahayaan dan sirkulasi udara
masjid, ada kalanya kondisi tata ruang yang ada termasuk suhu serta kelembaban udara, serta
tidak memungkinkan pengaturan orientasi tempat konstruksinya. Terkait dengan syarat suhu udara
wudhu sesuai arah kiblat seluruhnya. Hal ini (20°-27°), pencahayaan (100-200 lux) dan
disebabkan oleh karena pertimbangan pemanfaatan kelembaban (40%-50%) [6], maka untuk pemenuhan
ruang secara efisien, sehingga dimanfaatkanlah persyaratan ini perlu adanya pertimbangan posisi
seluruh sisi dinding ruang wudhu, yang berakibat toilet dalam bangunan agar dapat mengakses
orientasinya juga menyebar kesemua arah. paparan sinar matahari dengan baik.
Selanjutnya tentang orientasi toilet terkait arah
b. Kaidah Religi Islam Orientasi Tempat hadapan pengguna dalam melakukan aktifitas buang
Berwudhu hajat memang tidak ada pengaturannya di dalam
Dalam syariat Islam tidak diwajibkan standar tersebut. Pada faktanya di berbagai fasilitas
berwudhu dengan menghadap kearah kiblat, non masjid memang tidak ada perhatian tentang
hukumnya boleh, tidak diharamkan maupun adanya oirientasi dalam berhajat ini.
dimakruhkan (Juriyanto, Moh., 2020). Namun Sedangkan untuk bangunan Masjid,
demikian beberapa ulama menganjurkan untuk penyediaan toilet sebagian besar sudah
berwudhu dengan menghadap kiblat, seperti yang mempertimbangkan arah orientasi pengguna dalam
disampaikan Imam Al Ghozali. Imam An-Nawawi, berhajat, yakni tidak menghadap atau tidak
dalam Kitab Al Majmu’ bahkan memandang bahwa membelakangi kiblat Ka’bah di Mekah.
berwudhu menghadap kiblat adalah sunah.
Sementara itu Syaikh Ahmad bin Hijazi Al Fasyni b. Kaidah Religi Islam Orientasi Toilet
menyatakan bahwa berwudhu menghadap kiblat Untuk kegiatan buang hajat , dasar dalilnya
merupakan adab, karena arah kiblat adalah arah adalah hadits riwayat Bukhari nomor 394 dan Muslim
yang paling mulia, dan menghadap kiblat juga dapat nomor 264; hadits riwayat Bukhari nomor 148, 3102
mencerahkan pandangan mata. dan Muslim nomor 266; serta hadits riwayat Abu
c. Sinergi Kedua Kaidah Dalam Orientasi Tempat daud nomor 13, Tirmidzi nomor 9 dan Ibnu majah
Berwudhu nomor 325. Terhadap hadits- hadits tersebut para
Berdasarkan analisis diatas, rumusan sinergitas ulama terbagi dalam 8 pendapat yang berbeda. Dalam
kedua kaidah dalam hal orientasi tempat berwudhu penulisan ini tidak akan dibahas perbedaan pendapat
adalah sebagai berikut: tersebut, namun cukup diambil kesimpulan pendapat
1). Tidak ada kewajiban membuat tempat yang paling kuat, yakni tidak boleh menghadap atau
wudhu harus menghadap kearah kiblat. membelakangi kiblat ketika buang hajat di ruang
Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp : 113-119 | 179

terbuka, namun diijinkan ketika buang hajat dalam sebagaimana mestinya. Masjid sebagai tempat sholat
ruang tertutup (bangunan) atau ada pembatas setinggi berjamaah harus mampu menampung sejumlah
2/3 sampai 3 hasta antara dirinya dengan kiblat [7]. jama’ah secara bersamaan, maka akan memerlukan
ruang sholat yang relatif luas tanpa penghalang atau
c. Sinergi Kedua Kaidah Dalam Orientasi Toilet meminimalkan adanya kolom. Kebutuhan ruang
Sebagai kesimpulan sinergi antara kedua dengan persyaratan demikian, pada skala masjid
kaidah tersebut dalam hal orientasi toilet, maka tim berkapasitas besar hanya bisa diperoleh dengan
merumuskan konsep pernacangannya sebagai menerapkan sistem struktur bangunan bentang
berikut: lebar. Sedangkan pada masjid berskala kecil sampai
1). Makna dari orientasi toilet dalam hal ini menengah bisa dirancang dengan memaksimalkan
bukan arah hadapan bukaan pintu toiletnya, namun jarak kolomnya. Dengan adanya tuntutan kebutuhan
arah hadapan pengguna pada saat beraktifitas ruang lebar bebas kolom ini, atau dengan penerapan
membuang hajat. Untuk arah hadapan pintu tidak sistem struktur bentang lebar ini, dengan sendirinya
ada ketentuan syariahnya selain pertimbangan yang akan tercipta suatu bentuk bangunan sakral yang
berkaitan dengan masalah sirkulasi dan efisiensi berskala agung. Bentuk yang demikian ini
ruang saja. merupakan bentuk yang sangat kuat berpotensi
2). Dalam merancang toilet, hendaknya menjadi bangunan identitas, karena skala ukurannya
perancang mempertimbangkan agar pengguna tidak yang eksklusif terhadap lingkungan sekitarnya.
melakukan aktifitas buang hajatnya dengan Tidak berhenti disini, para pengguna bangunan
menghadap kearah kiblat atau sebaliknya juga tidak masjid tersebut, yakni jama’ah, selanjutnya ingin
membelakangi kiblat. agar bangunan masjidnya berpenampilan sesuai
dengan aspirasinya. Berbagai aspirasi ummat Islam
5. Bentuk dan Penampilan Bangunan yang ingin diwujudkan pada bangunan masjid. Ciri
Tidak jarang bentuk dan penampilan bangunan universal kebudayaan Islam dalam arsitektur masjid
menjadi tujuan utama seseorang dalam merancang yang telah baku adalah diwujudkan dalam elemen
bangunan masjid. Padahal agama Islam ini tidak kubah, menara (minaret), portal lengkung, ornament
mensyariatkan sedikitpun tentang bentuk sebuah kaligrafi, muqornas, elemen-elemen kelengkapan
masjid, sehingga hukumnya adalah mubah, ibadah sholat seperti tempat berwudhu, dikka,
sebagaimana orang melakukan kegiatan makan, mihrob dan mimbar [8]. Hal yang paling penting
tidur, atau bepergian. Namun sesuatu yang mubah adalah arah kiblatnya. Dalam syariat Islam sama
bisa berubah hukumnya menjadi sunah, makruh sekali tidak ada kewajiban untuk menerapkan semua
atau haram, bergantung kepada tujuan yang benda-benda tersebut di dalam bangunan masjid.
diniatkannya. Demikian juga dengan rancangan Yang di ajarkan adalah agar ummat Islam
bentuk dan penampilan bangunan menjadi tidak melakukan syiar Islam. Masjid sebagai simbol
mubah lagi ketika perancang sudah memiliki utama umat Islam, hendaknya dirancang dengan
sebuah niat diawalnya. bentuk dan penampilan yang menunjukkan syiar
tersebut.
a. Kaidah Arsitektur Bentuk dan Penampilan Makna identitas dan simbol sebuah wujud fisik
Bangunan. bangunan seringkali tidak secara lengkap
Masjid sebagai pusat pembinaan ummat Islam mencerminkan 3 (tiga) aspek penting dalam sebuah
secara otomatis adalah identitas. Identitas bangunan, yaitu: fungsi kegiatan yang diwadahinya,
diperlukan untuk mengenali suatu kelompok yang atau sistem struktur yang bekerja memikul beban
berada dalam kelompok besar yang terpadu secara bangunan tersebut, atau keindahannya banyak
heterogen. dibungkus dengan material yang sudah diolah tidak
Dengan fungsi sebagai identitas ini maka sesuai dengan karakter aslinya.
bentuk dan tampilan fisik masjid selayaknya Sementara itu sulit untuk menafikan bahwa
mengekspresikan agama Islam itu sendiri melalui arsitektur seringkali tidak terlepas dari kepentingan
wajah dan penampilannya. Hal ini dimaknai bahwa lain, selain ketiga aspek diatas, misalnya arsitektur
bangunan masjid tersebut ketika dilihat dan diamati sering digunakan sebagai simbol, isyarat atau
oleh siapapun akan menimbulkan persepsi “inilah petanda [8]. Dalam hal ini fungsi sebuah petanda
Islam”. Ekspresi arsitektur Islam yang termasuk di adalah untuk membedakan antara satu kelompok
dalamnya juga arsitektur masjid, memiliki ciri-ciri dengan kelompok lainnya. Dengan kata lain
spesifik, yang dapat diuraikan sebagai berikut: identitas diperlukan untuk menjadi pembeda antar
komponen-komponen yang berada dalam satu
1) Arsitektur Masjid Sebagai Simbol dan paduan yang heterogen, yang hal ini tidak
Identitas Islam diperlukan lagi jika komponen-komponennya
Masjid merupakan bangunan yang termasuk homogen.
dalam tipologi bangunan ibadah, secara arsitektural Identitas masjid sebenarnya sudah muncul sejak
memiliki karakter sakral dan agung. Bentuk masa awal berkembangnya agama Islam dan terus
bangunan yang berkarakter sakral atau agung pada eksis sehingga saat ini. Untuk dapat memahami
masjid tercapai ketika dipenuhinya fungsi masjid yang dimaksud identitas masjid disini, perlu
Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
180| Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp :174-184

disepakati makna istilah tersebut, agar dapat lebih menyebutkan, “Panji Rosululloh Shalallohu ‘alaihi
jelas melihat urgensi keberadaan sebuah identitas wa ‘alaa alihi wa Sallam dinamakan dengan al-
masjid dalam kaitan dengan membangun persatuan ‘Uqab. Panji itu berwarna hitam, dengan kata lain,
ummat Islam. warnanya didominasi warna hitam polos. Al-Qodliy
Kata identitas, atau identity memiliki 3 (tiga) dan al-Thoyibiy juga menyebut nama ini.” (Faidlul
makna, yakni: (1) menunjukkan siapa jati diri Qodir: V/170). Selanjutnya dari pusat data
seseorang (your identity : who you are); atau (2) Republika
yang membuat diri seseorang (atau kelompok) Menyatakan bahwa rayah yang dipakai Rasulullah
merasa sebagai dirinya sendiri dan (3) yang sallallahu alaihi wasallam berwarna hitam,
berbeda dari diri (kelompok) yang lain [9]. sedangkan liwa’ (benderanya) berwarna putih. (HR
Ketiga makna diatas berkumpul dalam identitas Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah) [12].
masjid. Artinya, sebuah masjid hendaknya memiliki Kedua bendera ini akan terus menjadi
3 (tiga) hal sebagai fungsi identitas, yakni : identitas ummat hingga akhir zaman. Bendera
a) Menunjukkan dirinya dengan tegas dan inilah yang menjadi identitas yang membedakan
bangga sebagai tempat yang spesifik untuk ibadah ummat Islam dari kaum musyrikin di Arab pada
ummat Islam. masa awal pertumbuhan agama Islam. Kondisi saat
b) Tampil berbeda dari tempat ibadah yang itu kaum musyrikin di Arab tidak memiliki
selain agama Islam.
bangunan ibadah khusus. Mereka menggunakan
c) Mempersatukan ummatnya dengan satu
Masjidil Harom untuk menempatkan berhala-
identitas yang nyata (tangible) agar mereka merasa
berada dalam golongan ummat Islam yang satu, berhala mereka. Dengan demikian dapat
yang berbeda dari golongan yang lain. digambarkan bahwa bangunan ibadah yang ada
Makna kata simbol, atau “simbol” adalah saat itu hanyalah masjid saja, artinya kondisi
sesuatu yang dipandang sebagai yang mewakili paduan bangunan-bangunan ibadahnya adalah
sekelompok masyarakat atau suatu aspek homogen. Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa
kehidupan disebabkan oleh tipikalnya yang sangat identitas diperlukan sebagai pembeda pada paduan
spesifik [9]. Makna lain kata “simbol” adalah yang heterogen. Pada paduan yang homogen tidak
semakna dengan kata “lambang”, yakni: tanda diperlukan identitas. Hal ini dapat menjelaskan
pengenal yang tetap (menyatakan sifat, keadaan dan alasan mengapa identitas bentuk masjid tidak
sebagainya) [10]. Dengan demikian masjid sebagai dipermasalahkan pada awal dakwah Islam.
identitas dan sekaligus simbol dari Islam, artinya Permasalahan identitas masjid ini baru menjadi
sebuah masjid mencakup ketiga fungsi identitas penting ketika sudah masuk ke wilayah dan
yang tersebut diatas sekaligus sebagai lambang masa dengan beraneka ragam bangunan ibadah
yang tipikalnya secara tetap (permanen) mewakili dari banyak agama di dalamnya (paduan
masyarakat Islam dengan segala aspek ke- Islam- heterogen). Dengan kondisi paduan heterogen ini
annya. dapat terjadi salah mengenali sebuah tempat
Masjid adalah sebagai simbol Islam yang ibadah, sehingga diperlukan identitas yang
paling mewakili [11]. Dalam hal ini penulis membedakan bangunan masjid dengan bangunan
memaknai bahwa dari eksistensi masjid ini dapat tempat ibadah agama lain. Selanjutnya tanpa
dilihat bagaimana masyarakat Islam mengurangi makna dari kedua bendera tersebut,
merepresentasikan diri dan identitasnya baik ummat Islam juga perlu mempererat ikatan
melalui perwujudan fisik arsitekturnya. persatuannya dengan menjadikan tempat ibadahnya
Sebagai penjelasan lebih lanjut, akan yang sekaligus tempat membangun ummatnya
diuraikan pada butir 2 (tentang kaidah religinya) sebagai lambang persatuan dalam bentuk masjid
dibawah ini, alasan-alasan yang menjadi dasar yang mudah dikenali dengan ciri khusus, sehingga
untuk menetapkan bahwa ketiga fungsi identitas tidak dimaknai sebagai tempat ibadah agama lain.
diatas merupakan pengamalan dari perintah- Masjid harus tegas dan bangga menunjukkan
perintah yang sesuai dengan syariah. jati diri sebagai tempat ibadah ummat Islam.
Seorang muslim, yakni orang yang sudah
b. Kaidah Religi Islam Bentuk dan Penampilan mengikrarkan diri masuk Islam, harus bangga
Bangunan. dengan ke-Islam-annya, punya pendirian kuat yang
Dapat dijelaskan bahwa secara Syar’i Masjid penuh keyakinan akan sempurnanya agama Islam,
berfungsi sebagai identitas dan simbol Islam. sehingga mampu menjadi dirinya sebagai bagian
Ummat Islam sejak dahulu telah memiliki identitas dari ummat yang senantiasa melakukan syiar
yang patut dijadikan lambang eksistensinya. agamanya. Landasan syar’i yang dipedomani
Rasululloh Shollallohu ‘alaihi wa ‘alaa alihi wa antara lain adalah:
Sallam mewariskan kepada ummat Islam dua buah 1). Rukun Islam yang pertama: mengucapkan
bendera atau panji yang diberi nama Al-Liwa’ dan dua kalimat syahadat, yang bermakna tidak ada
Ar-Royah. Ar-Royah adalah Panji Rasululloh sesembahan yang berhak diibadahi kecuali
Shalallohu ‘alaihi wa ‘alaa alihi wa Sallam, Alloh. Ini merupakan puncak dari At-Tauhid.
berdasarkan hadits riwayat imam Al-Manawiy Tidaklah mungkin setelah mempersaksikan hal ini,
mengutip riwayat dari Imam Ibnu Qoyyim, yang kemudian seseorang merasa malu dengan ke-
Islam-annya, bahkan sebaliknya dia seharusnya
Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp : 113-119 | 181

merasa bersyukur dan bangga dengannya. Dan ini, keberadaan masjid menjadi sangat penting,
selanjutnya harus siap dengan beribadah karena dengan adanya masjid maka dakwah
menegakkan syiar Islam, termasuk menegakkan Rasululloh Shollallohu ‘alaihi wa ‘alaa alihi wa
syiar makaniah (tempat dimuliakan seperti masjid). Sallam menjadi lebih mudah.
2). Alloh memerintahkan dalam Al-Qur’an Kedua, urgensi masjid untuk membentuk
Surat 3:64 [13] agar Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa dan membina masyarakat dan Negara Islam
Sallam agar mangatakan kepada orang-orang yang (Madinah). Masjid sangat diperlukan sebagai asas
berpaling dengan kalimat “Asyhadu bi anna utama dan terpenting dalam pembentukan
muslimin” yang bermakna saksikanlah bahwa aku masyarakat Muslim yang terstruktur rapi melalui
seorang berserah diri kepada Alloh. Hal ini tatanan atau sistem Islam yang kokoh, dilandasi
mengisyaratkan agar seorang mukmin dengan aqidah dan diikat dengan tali hukum dan
mempersaksikan keislamannya kepada masyarakat syariat Islam sebagai buah dari dakwah
umum. Rasululloh Shollallohu ‘alaihi wa ‘alaa alihi wa
3). Surat Al Kafirun 109:6 [13], yang Sallam di masjid. Masyarakat dengan semangat
masjid inilah yang menjadi unsur pokok dalam
menyatakan dengan tegas bahwa bagi ummat
berdirinya Negeri Islam di Madinah saat itu [14].
Islam cukuplah dengan agama Islamnya,
sehingga setiap muslim berkewajiban menjaga
c. Sinergi Bentuk dan Penampilan Bangunan
kemurnian agamanya.
Sinergitas Kaidah Arsitektur dan Kaidah Religi
Masjid harus tampil secara spesifik Islami Islam dalam Perwujudan Bentuk Bangunan Masjid.
agar mudah dikenali. Rasululloh Shalallohu ‘alaihi Pandangan penulis akan kemunculan identitas
wa‘alaa alihi wa Sallam dalam banyak hal selalu masjid bisa dikelompokkan dalam dua jalur, jalur
memposisikan agama Islam secara spesifik, karena budaya yang erat kaitannya dengan sejarah serta
dimasa perkembangan Islam diawalnya, Islam jalur agama yakni kebutuhan untuk
sering dipandang oleh golongan agama lain memanifestasikan syariah yang diperintahkan. Jalur
sebagai agama yang meniru agama lain. Padahal sejarah akan memulai perjalanan dalam rangka
terdapat beberapa ayat yang memang merupakan menemukan identitas masjid yang penuh dengan
ibadah yang memiliki keterkaitan dengan agama dinamika sejalan dengan perjalanan kebudayaan
Islam terdahulu yang dibawa oleh Nabi Ibrahim Islam. Sementara jalur agama baru muncul sebagai
Alaihi Salam dan Nabi Musa Alaihi Sallam. kebutuhan ketika pemahaman ummat akan agama
Dengan Kehendak Allah Yang Maha Kuasa Islam ini semakin mendalam, dan semangat untuk
kemudian turun beberapa syariat yang membuat melaksanakan syariah agama menjadi semakin
Islam berbeda dari selain Islam. matang. Kedua jalur ini pada akhirnya akan bertemu
Tidak boleh mencampur adukkan ciri-ciri sehingga memunculkan sebuah kesepakatan akan
penampilan masjid dengan ciri-ciri penampilan identitas masjid. Beberapa kriteria pembangunan
tempat ibadah selain Islam, agar tidak terjadi masjid yang penting sebagai landasan dalam
kesalahan mengenali masjid sebagai tempat ibadah merancang bentuk dan penampilannya adalah
non muslim, yag berpotensi terjadinya peribadatan sebagai berikut:
kepada selain Alloh di dalam masjid tersebut. 1). Masjid hanya dimakmurkan oleh orang
Sesungguhnya Alloh telah melarang terjadinya beriman, Al-Qur’an Surat At-Taubah:18[13].
penyembahan kepada selain Alloh di dalam Makna memakmurkan disin termasuk
sebuah masjid (Al- Qur’an Surat Al Jin 72:18) membangun masjid [15]. Tidak boleh ada
[13]. Hal yang harus dipahami dalam menerapkan kesyirikan di dalam masjid (menyembah selain
identitas masjid adalah bahwa keberadaannya tidak Alloh).
menuntut adanya suatu kemegahan apalagi Konsekuensinya dalam merancang masjid
kemewahan, namun yang diperlukan selain dari semestinya dengan menerapkan identitas yang
fungsional adalah identitas atau tanda yang jelas sebagai masjid pada umumnya, sehingga
dimunculkan dengan menjaga marwah ajaran tidak ada orang yang salah mengira sebagai
agama Islam. bangunan ibadah agama lain yang akan beresiko
Hakekat tujuan pendirian masjid adalah terjadinya penyembahan kepada selain Alloh
sebagaimana disebutkan bahwa saat hijrah Nabi Subhanahu wa Ta’ala di dalam masjid tersebut.
Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa‘alaa alihi wa 2). Menghindari kemewahan (berlebihan
Sallam ke kota Madinah, maka hal yang pertama dalam bangunan) guna menjaga hak-hak jamaah
beliau lakukan adalah membangun masjid [14]. untuk bisa beribadah dengan khusyuk, khususnya
Dua hal penting yang menjadi pelajaran yang bisa kaum dhuafa yang merasa terganggu dengan
kita petik disini adalah; berbagai bentuk kemewahan. Tidak bermegah-
Pertama, urgensi masjid sebagai wadah megah dalam membangun masjid [16].
bagi Rasululloh Shollallohu ‘alaihi wa ‘alaa 3). Buat model mudah, murah sederhana
alihi wa Sallam mengajarkan agama Islam, yang bisa ditiru oleh semua lapisan masyarakat [8].
sekaligus sebagai tempat ummat muslim untuk 3). Dua fungsi masjid: ibadah & membangun
memenuhi kewajiban menjalankan ibadah-ibadah masyarakat Islam dengan semangat masjid.
kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dalam fungsi
Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
182| Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp :174-184

4). Menjaga marwah masjid sebagai simbol Inilah sinergi paling kuat antara kaidah arsitektural
Islam, sebagaimana masjid Nabawi juga terjaga dan kaidah religi Islam dalam bentuk penampilan
marwahnya sebagai lambang kebesaran Islam [8] masjid.
Selanjutnya berdasarkan tingkat sinergitas Sebagai contoh jenis masjid ini adalah Masjid
antara kedua kaidah diatas, maka konsep Camii di Tokyo, Jepang. Masjid ini meniru
perancangan bentuk dan penampilan masjid dapat dengan kemiripan yang sangat kuat terhadap
dikelompokkan dalam beberapa jenis, yang Masjid Biru Karya Arsitek Sinan di Turki yang
penerapannya sangat bergantung kepada tujuan legendaris. Identitasnya sebagai tempat ibadah
perancangannya. muslim sangat terasa ditengah-tengah bangunan
1). Masjid dengan bentuk dan penampilan kota modern di Tokyo. Identitas ini muncul dalam
berlanggam identitas universal Islam. bentuk luar seperti arah orientasi bangunan,
Masjid pada kelompok ini memiliki konsep penggunaan atap kubah dan adanya minaret yang
rancangan bentuk dan penampilan yang sangat sangat spesifik. Sebagai sebuah simbol Islam,
bangunan ini memiliki nilai yang sangat kuat,
kuat mengikuti langgam masjid pada masa-masa
karena telah berani mengangkat seutuhnya bentuk
kejayaan Islam. Sebagaimana disebutkan ciri-
dan penampilan dengan arsitektur masjid yang
ciri masjid yang menjadi lambang ke- Islaman ada telah diakui secara universal, seolah-olah duplikat
yang berupa elemen pinjaman dari berbagai negeri dari arsitektur masjid di Turki. Kehadirannya
yang telah dibebaskan seperti: Byzantium, Persia, ditengah lingkungan bangunan yang serba modern
Mesir dan India. Kubah dan minaret merupakan memberikan kesan kontras yang semakin
elemen pinjaman dari Byzantium dan Persia, menguatkan karakternya sebagai simbol Islam.
sedangkan mihrab pinjaman dari tradisi Koptik.
Disamping elemen pinjaman juga terdapat elemen 2). Masjid dengan bentuk dan penampilan
orisinal seperi dekorasi floral, kaligrafi, geometric berlanggam lokal.
serta muqornas. Elemen- elemen tersebut dalam Pada kelompok masjid ini, bentuk dan
sejarah sosiokulturalnya kemudian mendominasi penampilannya dirancang berlanggam lokal atau
budaya dan arsitektur Islam [8]. regional dengan mengangkat ciri-ciri arsitektur
Guna memahami alasan adanya ciri-ciri daerah setempat. Masjid pada kelompok ini masih
masjid seperti disebutkan diatas, maka perlu bisa dikenali cirinya sebagai bangunan ibadah
sedikit penjelasan tentang sejarah munculnya Islam dari tata letak bangunan yang berorientasi
arsitektur masjid yang demikian itu. Reha [17] kearah kiblat, dan kadang juga dari bentuk dan
menyebutkan bahwa semenjak masa penaklukan susunan bukaan pintu dan jendelanya. Argumentasi
Istanbul oleh Al faith The Concueror pada untuk memilih rancangan bentuk dan penampilan
tahun 1453 M, maka bangunan The Saint Sophia masjid berlanggam lokal atau regional ini antara
Basilica menjadi focus pusat perhatian untuk lain adalah kuatnya keinginan untuk melestarikan
pengembangan arsitektur di Turki. Sinan, seorang arsitektur lokal serta kemudahan atau penguasaan
arsitek utama dimasa Dinasti Usmani telah teknologi dalam membangun dengan material dan
berhasil memberikan kontribusi terbesarnya tenaga pekerja lokal.
dakam pengembangan arsitektur kubah. Kubah Tingkat sinergi kaidah arsitektur dan kaidah
bukan saja sebgai elemen penutup ruang Islam dalam bentuk dan penampilan ini jika
dibawahnya, namun juga sebagai elemen struktur diukur dari kekuatannya dalam mengamalkan
pendukung.Pada masa Dinasti Usmani inilah kewajiban untuk unjuk diri sebagai syiar Islam
semua masjid diidentifikasi dengan kubah dalam adalah cukup lemah, karena dengan bentuk dan
berbagai varian bentuknya. Sinan dengan penampilannya tersebut bangunan ini hanya
keahliannya telah mengubah kota Turki menjadi dikenali oleh masyarakat local setempat.
sebuah kota dengan city’s unique skyline, sehingga
patut dijuluki sebagai an open-air museum. Kubah 3). Masjid dengan bentuk dan penampilan
muncul sebagai sebuah identitas arsitektur Islam berlanggam campuran universal Islam
yang mendunia, seiring dengan pengembangan dan lokal.
wilayah Islam. Hampir semua masjid Bentuk dan penampilan masjid pada
mengidolakan arsitektur dengan kubah dan kelompok ini tergolong unik, karena menerapkan
minaret sebagaimana arsitektur pada masjid di konsep rancangan yang memadukan antara
Turki. Sehingga sampai dengan saat ini secara langgam lokal dengan identitas berlanggam
universal kubah dan minaret dikenal sebagai universal Islam. Argumentasi aplikasi kombinasi
identitas arsitektur masjid. kedua langgam ini agar tercapai tujuan pelestarian
Terkait dengan sinergi kaidah Islam dengan arsitektur lokal dan sekaligus tetap tampil dengan
identitas tersebut adalah ketika sebuah masjid identitas masjid yang telah diakui secara universal,
dirancangan dengan menerapkan identitas sehingga tetap memunculkan symbol sebagai
universal yang sudah dikenal dunia ini maka bangunan ibadah ummat Islam.
artinya masjid ini otomatis menunjukkan dirinya Sinergi kaidah arsitektural dan kaidah religi
sebagai tempat ibadah muslim dengan karakter Islam dalam bentuk dan penampilan masjid dengan
simbolik yang sangat kuat atau dengan kata lain langgap kombinasi ini tergolong cukup kuat karena
masjid ini ‘menyatakan diri sebagai muslim’. masih mampu menunjukkan diri secara tegas
Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp : 113-119 | 183

sebagai bangunan ibadah umat Islam, sehingga yakni pada masjid tanpa identitas Islam yang
terpenuhi kewajibannya untuk membesarkan syiar diakui pada skala universal, cukup kuat yakni pada
Islam. Salah satu contoh masjid yang termasuk masjid yang identitas ke Islamannya diakui secara
kelompok ini adalah Masjid Muhammad Cheng Ho lokal, kuat yakni pada masjid yang menerapkan
di Palembang. unsur campuran local dan universal, serta sangat
kuat yakni pada masjid yang seutuhnya
4). Masjid dengan bentuk dan penampilan non menerapkan unsur universal. Dalam memilih dan
lokal dan tanpa identitas arsitektur Islam. menerapkan konsep rancangan bentuk dan
Kelompok masjid ini adalah masjid yang penampilan sebuah masjid, hendak seorang
sama sekali tidak merepresentasikan diri secara perancang menunjukkan sikap merespon situasi
tegas sebagai tempat ibadah umat Islam. Hal ini bisa lingkungan yang dihadapi. Sebagaimana akhlak
disebabkan oleh berbagai alasan, antara lain: seorang muslim yang diajarkan oleh Rosululloh
a). Masjid tersebut sengaja dirancang Shalallohu ‘Alaihi Wa Sallam yang tegas dalam
untuk tidak memiliki identitas langgam universal akidah dan lembut dalam dakwah, maka bentuk
Islam dengan tujuan menghindari atau ingin keluar dan penampilan masjid untuk situasi yang kondusif
dari bentuk dan penampilan yang sudah ‘biasa’ atau maka perlu dimunculkan dengan identitas
yang dikenal dengan istilah out of the box. arsitektur Islam yang tegas sebagai syiar agama
b). Perancang mengambil bagian yang Islam. Hal ini bukan berarti bahwa masjid yang
tidak dominan dari identitas universal Islam, sudah dibangun tanpa identitas arsitektur Islam
misalnya ornament tertentu, kemudian diolah kemudian harus diganti. Untuk kasus seperti ini
dengan proses transformasi menjadi bentuk- bisa dipertimbangkan penambahan identitas yang
bentuk yang sulit dikenali aslinya. Atau perancang sifatnya ringan seperti ornamen.
mengambil bentuk kegiatan ibadah yang dianggap 2) Masjid harus mudah dikenali sebagai
dominan, seperti gerakan orang sholat yang tempat ibadah umat Islam, agar tidak terjadi salah
ditransformasi menjadi bentuk massa bangunan tempat beribadah bagi umat non muslim.
masjid. Dalam hal ini bentuk-bentuk yang meniru 3) Bentuk dan penampilan masjid tidak perlu
gerakan orang sholat bukan merupakan bagian mewah dan eksklusif, namun perlu diupayakan
dari identitas masjid yang berlanggam arsitektur agar sebuah masjid tampil sebagai simbol
Islam. keislaman. Tingkat kompleksitas penampilan
c). Bangunan masjid dirancang sesuai bangunan masjid berjalan seiring dengan tingkat
dengan aspirasi ummat Islam yakni dengan bentuk atau skala layanannya.
dan penampilan arsitektur Islam, namun karena
adanya hambatan untuk dimunculkannya,
misalnya karena adanya peraturan pemerintah 4. KESIMPULAN
setempat yang tidak mendukungnya atau kendala
lainnya, maka kemudian bentuk tersebut ditutup 1. Landasan utama dalam merancang masjid
dengan selubung sehingga hanya orang berada di adalah taqwa dari perancangnya. Seorang
dalam ruang dalam selubung tersebut yang dapat perancang masjid harus mempelajari dan
menikmati bentuk asli masjid tersebut. mengamalkan agama Islam dengan sepenuh
d). Bangunan masjid merupakan bangunan keyakinan. Sesungguhnya belum cukup bagi
alih fungsi dari fungsi bangunan non masjid, perancang masjid untuk sekedar mengetahui
sehingga memang tidak dirancang sejak awal urutan dan gerakan sholat.
untuk berbentuk dan berpenampilan dengan 2. Karena masjid adalah symbol Islam yang
langgam arsitektur Islam. dimuliakan, maka seorang perancang masjid,
adalah orang yang dimuliakan Alloh dengan
Pada kelompok masjid dengan bentuk dan janji istana di surga. Oleh karena itu
penampilan yang tidak menyertakan identitas merancang masjid harus benar- benar dilandasi
langgam arsitektur Islam ini dapat dikatakan dengan pengetahuan tentang agama Islam
bahwa sinergi antara kaidah arsitektural dan kaidah yang lurus, agar terwujud sebuah masjid yang
religi Islam tidak terjalin sama sekali. Konsep dicintai Alloh yang benar-benar menjadi syiar
sinergi kedua kaidah tersebut adalah sebagai agama Islam.
berikut: 3. Dalam merancang masjid perlu mensinergikan
antara kaidah arsitektural dan kaidah Islam,
1) Masjid harus menjadi syiar yang utama 4. Tidak ada syariat Islam yang menyebutkan
dari agama Islam dengan memberikan bentuk dan tentang arsitektur masjid, namun banyak ayat
penampilan yang diberikan sentuhan identitas Al-Quran dan Hadist yang memberikan dasar
Islam, sehingga representatif sebagai sebuah pemikiran untuk perancangan masjid.
simbol ke-Islaman. Kekuatan masjid sebagai 5. Sinergi kaidah arsitektural dan kaidah Islam
sebuah simbol Islam bervariasi mulai dari kurang dalam hal orientasi bangunan masjid
kuat menghasilkan konsep disain masjid yang
berorientasi kearah Ka’bah. Konsekuensi
Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam
184| Jurnal Teknik, Volume 15, Nomor 2, Oktober 2021, pp :174-184

logisnya bahwa tidak akan ada masjid yang Wisma Dan Penginapan Di Kota Pekanbaru),
orientasinya memusat, kecuali Masjidilharam Menara Riau, Jurnal Kewirausahaan, volume 13,
saja. nomor 2, Juli – Desember 2014
6. Sinergi kaidah arsitektural dan kaidah Islam [3] Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor : 03
dalam orientasi ruang sholat adalah dengan Tahun 2010 tentang Kiblat, http://mui.or.id
menyelaraskan rancangan terhadap arah kiblat [4] Tuasikal, Muhammad Abduh, Mendukung Fatwa
sholat. MUI Mengenai Arah Kiblat. Rumaysho.com. 1
7. Sinergi kaidah arsitektural dan kaidah Islam Juni 2010
dalam hal orientasi tempat wudhu, [5] Juriyanto, Moh., Hukum Wudhu Tidak
menghasilkan konsep disain yang Menghadap Kiblat, Bincang Syariah 20
mengutamakan tempat wudhu dengan November 2020
orientasi menghadap kiblat. [6] Standar Toilet umum Indonesia, Perpustakaan
8. Sinergi kaidah arsitektural dan kaidah Kementrian PUPR,
Islam dalam hal orientasi tempat buang hajat, https://pustaka.pu.go.id/resensi-buku/standar-
menghasilkan konsep disain toilet yang toilet-umum-indonesia/1G82G
memungkinkan pemakai menghindari buang [7] Tuasikal, Muhammad Abduh, M enghadap dan
hajat dengan menghadap atau membelakangi Membelakangi Kiblat Ketika Buang Hajat
arah kiblat. Rumaysho.com. 23 Maret 2013.
9. Sinergi kaidah arsitektural dan kaidah Islam [8] Fanani, Achmad, Arsitektur Masjid, Penerbit
dalam hal bentuk dan penampilan bangunan, Sanggit Reka Pustaka, Jakarta, 2008
menghasilkan konsep disain bangunan yang [9] Collins Cobuild, English Language Dictionary,
representatif (mewakili), sebagai simbol dan Richard Clay Ltd. Bungay Suffolk, Great Britain,
syiar agama Islam. Berdasarkan analisis tim, 1998
terdapat empat tingkat kekuatan disain masjid [10] Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa
sebagai simbol Islam, dengan tolok ukur Indonesia, 1982
[11] Holod, Renata, and Hasan-Udin Khan,1997. The
kejelasannya dalam penerapan ciri-ciri
Mosque and The Modern World, Architects,
universalitas disainnya. Ke-empat tingkat
Patrons and Design since the 1950s. Thames and
tersebut adalah kurang kuat, cukup kuat, kuat, Hudson Ltd., London.
serta sangat kuat. [12] Pusat data Republika, Khazanah Senin, 9 Sya'ban
10. Kunci sukses disain masjid adalah ketika 1442 / 22 March 2021
masjid secara totalitas mampu membawa [13]Al Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ Al
jama’ah, perancang dan pembangunnya Malik Fadh Li Thiba’at Al Mush-Haf Asy-
menjadi semakin dekat kepada Yang Maha Syarif Medinah Munawwarah P.O. Box 6262
Pencipta, arsitek sejati kehidupan ini. Kerajaan Saudi Arabia, 15 Sya’ban 1415
11. Perlunya dibentuk sebuah organisasi perancang [14] Al Buthy, Muhammad Sai’id Ramadhan, Dr.,
masjid sebagai wadah komunikasi dan berbagi Sirah Nabawiyah, Analisis Ilmiah Manhajiah
pengalaman. Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah
SAW., Robbani Press, 2010
[15] Hakim, M. Saifudin, dr.,M. Sc., Ph.D.,
5. DAFTAR PUSTAKA Memakmurkan Masjid Allah, muslim.or.id
[16] Al-Mubayyadh, Muhammad, Ahmad, Dr.,
Ensiklopedi Akhir Zaman, hal. 295, Granada
[1] Tuasikal, Muhammad Abduh, M.Sc., Meditama, 2016
Keutamaan Membangun Masjid Walau Hanya [17] Gunay, Reha, Sinan The Architect And His
Memberi Satu Bata, Rumaysho.com, 13 Work, Yapi-Endustri Merkezi Yayinlari,
Agustus 2015 Istanbul, 2002
[2] Marzuki, Arah Kiblat Hotel (Studi Tentang
Ketersediaan Pelayanan Arah Kiblat Di Hotel,

Titin, Konsep Desain Masjid Berdasarkan Sinergi Kaidah Arsitektur dan Kaidah Islam

Anda mungkin juga menyukai