Agama Islam adalah kepercayaan yang dianut oleh mayoritas penduduk di Indonesia. Berdasarkan data dari
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2017, di Kota Bandung umat Islam berjumlah 2.214.320 orang.
Prinsip desain awal masjid pada jaman dahulu berbentuk seperti Masjid Jammi Al Multazam yang memiliki
bentuk dasar bangunan kubus yang sederhana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Metoda
Primer yang dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dan sesuai dengan kondisi sebenarnya dengan
cara observasi dan wawancara. Metode Sekunder ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
bangunan yang menjadi studi kasus. Analisis dilakukan berdasarkan aspek asitektur modern yang mengacu pada
data observasi dilapangan. Data analisis tersebut dapat menyimpulkan bahwa Masjid Jammi Al Multazam ini
dapat dikategorikan ke dalam bangunan dengan konsep Arsitektur Modern yang berdasarkan pada Tipologi
Arsitektur Modern, karena bangunan ini memenuhi kriteria pada konsep Cubism, De Stijl, Functionalism,
Rationalism, dan International Style.
ABSTRACT
Islam is the belief that which is embraced by the majority of people in Indonesia. Based on the data from
population and civil registries agencies 2017, in the city of Bandung muslims were 2.214.320 people . Of design
principles early in the old days shaped like mosques at Mosque Jammi Al Multazam that has a form the basic
building simple cube . Methods used in this research is: primary method is conducted to gather data directly
and in accordance with the real condition by means of observation and interview . A method of secondary was
conducted to gather information about the buildings a case study . Analysis done based on the aspect of modern
architecture data on observation field . Data of such analysis can conclude Mosque Jammi Al Multazam that
this can be categorized as to in building with the concept of modern architecture that would be based in
typologies of modern architecture, because this building meet the criteria to the concept of Cubism, De Stijl,
Functionalism, Rationalism and Internasional Style.
1. PENDAHULUAN
Agama Islam adalah kepercayaan yang dianut oleh mayoritas penduduk di Indonesia. Berdasarkan data
dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2017, di Kota Bandung umat Islam berjumlah
2.214.320 orang. Umat Islam memerlukan tempat untuk beribadah, yaitu masjid. Masjid menjadi pusat
informasi, inspirasi dan aspirasi umat Islam. Dengan kata lain, bahwa masjid itu berarti suatu tempat
melakukan segala aktivitas manusia yang mencerminkan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan kepada
Allah. Makna suatu masjid dapat dipahami berdasar pada, bentuk, model, dan simbol yang tampak dari
masjid tersebut. Bentuk dan model fisik bangunan masjid di Indonesia banyak terpengaruh dari budaya
Timur Tengah, Turki, dan dari pengaruh budaya dari adat tradisi daerah setempat tertentu, sehingga
bentuk dan model bangunan masjid yang terdapat di Pulau Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan
lain-lain berbeda-beda. Desain perencanaan Masjid Jammi Al Multazam Bandung yang dijadikan objek
studi kasus, merupakan masjid yang memiliki bentuk berbeda memiliki desain yang berbeda dengan
masjid pada umumnya di Indonesia. Prinsip desain awal masjid pada jaman dahulu berbentuk seperti
Masjid Jammi Al Multazam yang memiliki bentuk dasar bangunan kubus yang sederhana menyerupai
Ka’bah. Masjid Jammi Al Multazam memiliki elemen fasade yang dibaluti oleh seni kaligrafi
berlafaskan “Alhamdulillah”. Pada bentuk fasade bangunan berbentuk kubus mencerminkan
kesederhanaan yang sesuai dengan fungsi ruang dalam yaitu sebagai tempat ibadah dalam hal ini sesuai
dengan konsep arsitektur modern yang mengutamakan kesederhanaan bentuk. Selain itu bangunan
Masjid Jammi Al Multazam ini sesuai dengan Konsep Arsitektur Modern yaitu Cubism, De Stijl,
Functionalism, Rationalism dan International Style. Hal tersebutlah yang menjadi sorotan latar belakang
dalam kajian objek studi kasus ini.
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam kajian ini diantaranya adalah:
1. Bagaimana penerapan bangunan Masjid Al Multazam terhadap tipologi Arsitektur Modern?
2. Bagaimana penerapan konsep Bentuk berdasarkan Arsitektur Modern pada akhir abad XIX
dan abad XX pada bangunan Masjid Jammi Al Multazam?
3. Bagaimana penerapan konsep Fungsi berdasarkan Arsitektur Modern pada akhir abad XIX
dan abad XX pada bangunan Masjid Jammi Al Multazam?
4. Bagaimana penerapan konsep Fasade berdasarkan Arsitektur Modern pada akhir abad XIX
dan abad XX pada bangunan Masjid Jammi Al Multazam?
5. Bagaimana penerapan konsep Struktur berdasarkan Arsitektur Modern pada akhir abad XIX
dan abad XX pada bangunan Masjid Jammi Al Multazam?
Berdasarkan permasalahan diatas maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisa penerapan bangunan Masjid Al Multazam terhadap tipologi Arsitektur Modern.
2. Menganalisa penerapan teori bentuk berdasarkan Arsitektur Modern pada akhir abad XIX
dan abad XX pada bangunan Masjid Jammi Al Multazam.
3. Menganalisa penerapan teori ruang berdasarkan Arsitektur Modern pada akhir abad XIX dan
abad XX pada bangunan Masjid Jammi Al Multazam.
4. Menganalisa penerapan teori fasade berdasarkan Arsitektur Modern pada akhir abad XIX dan
abad XX pada bangunan Masjid Jammi Al Multazam.
5. Menganalisa penerapan teori struktur berdasarkan Arsitektur Modern pada akhir abad XIX
dan abad XX pada bangunan Masjid Jammi Al Multazam.
Metode penelitian yang digunakan dalam objek kajian Masjid Jammi AL Multazam ini adalah Metode
Primer dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dan sesuai dengan kondisi sebenarnya dan
Metode Sekunder dilakukan untuk memperoleh teori dan informasi pendukung yang diperlukan dalam
penyusunan seminar dengan cara studi pustaka.
2. TINJAUAN UMUM
2.1 Masjid
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masjid diartikan sebagai rumah atau bangunan tempat
bersembayang umat Islam. Ditinjau dari segi etimologi, masjid berasal dari bahasa Arab, yaitu
dari kata sajada-sujud-masjad/ masjid. Sujud mengandung arti taat, patuh, dan tunduk dengan
hormat. Makna-makna ini diekspresikan secara lahirnya dalam bentuk meletakkan dahi, kedua
tangan, lutut, dan kaki ke bumi. Tempat yang dibangun khusus untuk melakukan sujud seperti
ini secara rutinitas disebut masjid.
Dalam Al-Qur’an, masjid diungkapkan dalam dua sebutan. Pertama, “masjid”, suatu sebutan langsung
menunjuk kepada pengertian tempat peribadatan umat Islam yang sepadan dengan sebutan tempat-
tempat peribadatan agama-agama lainnya(Q. S. 22 :40). Kedua, “bayt” yang juga menunjukan kepada
dua pengertian, pertama tempat tinggal sebagaimana rumah untuk manusia atau sarang untuk kedua “bayt
Allah”. Pada awalnya, masjid tidak harus merupakan bangunan khusus atau karya arsitektur tertentu.
b. De Stijl
Dalam konsep De Stijl menggunakan garis, bidang, volume, bentuk – bentuk geometris yang
lebih menekankan pada kesederhanaan, kemurnian, keseimbangan, harmoni dan keselarasan
sehingga Elemen = Ekspresi, dan bangunan De Stijl ini biasanya menggunakan warna merah,
kuning, biru, abu-abu, dan hitam. Untuk area ruang dalam konsep ini yaitu menyatukan ruang
luar dan ruang dalam dengan menggunakan warna sebagai elemen yang membentuk warna.
Untuk detail konsep ini disesuaikan dengan hasil dari kepresisian produk mesin.
c. Functionalism
Pada bangunan yang memiliki konsep ini biasanya menekankan bahwa bangunan tersebut
adalah mesin yang fungsional sehingga konsep ini lebih menekankan pada ‘Form Follow
Fungtion’ dan ‘God is in detail’. Untuk bagian ruang dari konsep ini adalah adanya kesatuan
bentuk pada bagian luar dan bagian dalam bangunan. Sedangkan untuk bagian detail biasanya
bangunan dengan konsep ini menolak menggunakan ornamen. Dan konsep struktur pada
bangunan functionalism menggunakan sistem yang efektif dan efesien dan mengutamakan
kejujuran struktur dan konstruksi.
1
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX Edisi Ke-2, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1997), Cet 2, hlm 66.
2
Eugenia Inez, Penerapan Prinsip Arsitektur modern pada Bangunan Fakultas MIPA Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, (Bandung: 2014), hal 4-5
Jurnal Arsitektur Reka Karsa - 3
Pawitro, dkk.
d. Rationalism
Pada konsep ini desain bangunan berdasarkan pemikiran yang logis dan rasional secara fungsi,
kenyamanan dan estetika, dengan dinding, bukaan, atap dan lantai tersusun dalam komposisi
elemen yang sesuai dengan fungsinya sehingga konsep ini juga mengambil beberapa prinsip
form follow fungtion, less is more, dan un machine d’habiter. Untuk bagian ruang konsep ini
biasanya penggunaan material kaca, sedangkan untuk ornamen tidak dihilangkan. Dan konsep
strukturnya elemen dari bangunan dapat memunculkan nilai estetis.
e. Internasional Style
Pada konsep International Style ini adalah gabungan dari beberapa konsep sebelumnya
untuk bagian bentuk yaitu menggunakan bentuk dasar geometri, elemen horizontal dan
ekspresi garis lurus, menggunakan bentuk volumetric dengan penyusunan rangka
(pilotis). Untuk bagian konsep ruang pada International Style ini tidak melihat konteks
lingkungan, menggunakan elemeen bangunan untuk memperluas ruang dalam ke ruang
luar. Sedangkan pada konsep detail adalah keteraturan pada fasad misalnya dengan
menggunakan rangka polis yang modular, penggunaan kantilefer sebagia elemen
fasade, ekspresi kejujuran material, dan meminimalisir penggunaan elemen dekorasi.
Sedangkan untuk bagian konsep struktur konsep ini adalah kejujuran struktur dan
konstruksi, dan menggunakan sistem modul.
3
Vfal Prasetyo, Landasan Konseptual Perencanaan Dan Perancangan Pusat Olahraga Papan Luncur
“Skateboarding Center” Di Yogyakarta (Yogyakarta: 2015), hal 44
4
Philip C. Johnson, Ludwig Mies van der Rohe (New York: 1947) hal 30
Jurnal Arsitektur Reka Karsa - 4
Penerapan Bangunan Masjid Terhadap Tipologi Arsitektur Modern Pada Studi Kasus Masjid Jammi
Al Multazam Cherry Field Bandung
2.6 Kesimpulan
Arsitektur Modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah bangunan dengan gaya
karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam ornamen.
Karakter ini dosinyalir pertama muncul pada sekitar tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat
dan dikenali dengan Gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan untuk beberapa dekade
dalam abad ke-20 ini.
3. ANALISIS
Analisis merupakan tinjauan khusus mengenai Masjid Jammi Al Multazam terhadap tipologi Arsitektur
Modern yang disesuaikan berdasarkan prinsip – prinsip pada akhir abad XIX dan abad XX, berdasarkan
teori dan data yang dijadikan rujukan pada analisis tersebut. Proses analisis akan memberikan
kesimpulan berdasarkan teori prinsip – prinsip Arsitektur Modern pada akhir abad XIX dan abad XX
dengan hasil data observasi lapangan. Hal yang akan dijadikan pokok pembahasan dalam laporan ini
yaitu:
3.1 Berdasarkan Bentuk
Cubism De Stijl Functionalism Rationalism International Style
Bentuk Masjid
Jammi Al Multazam ini Jammi Al Multazam Jammi Al
Multazam menentukan Multazam memiliki bentuk Multazam
bentuk kubus kepada sangat yang logis untuk berdasarkan
yang dominan. kesederhanaan fungtionalism sebuah bangunan bentuk dasar
keseimbangan karena tidak ada berfungsi tempat geometri.
dan harmonisasi ruang negatif ibadah.
dalam bentuk didalam
bangunan. bangunan.
Pada Masjid Garis, bidang, Unsur dari Konsep yang Volume dari
Jammi Al volume lebih volume ini diambil dari bangunan ini
Volume
Berdasarkan pada tabel diatas maka Masjid Jammi Al Multazam ini mengandung prinsip - prinsip
Arsitektur Modern dari beberapa Konsep Arsitektur Modern yaitu Cubism, De Stijl, Functionalism,
Rationalism, dan Internasional Style. Namun, konsep Internasional Style ini merupakan gabungan dari
konsep – konsep lainnya. Berdasarkan bentuk masjid Al Multazam ini memiliki bentuk kubus yang
berasal dari bentuk geometris, yang membuat ruangan negatif pada dalam bangunan tidak ada.
memiliki hubungan
bentuk yang sama. Jammi Al
Multazam. -
Ruang pada
Masjid Jammi
Al Multazam
yaitu berupa
dinding, bukaan,
Warna pada atap dan lantai
ruang dalam tersusun dalam
memiliki komposisi
persamaan elemen yang
dengan ruang sesuai dengan
luar. fungsi.
Pada bagian
Fasade
fasad Masjid
- Jammi Al
- -
Multazam
Detail pada Masjid memiliki
Jammi Al Multazam, keteraturan
merupakan hasil dan dengan rangka
kepresisian produk mesin yang modular.
dapat dilihat pada fasad
yang berupa modul.
struktur kejujuran
yang dapat struktur dan
Pada Masjid Jammi Al - menjadi konstruksi dan
Multazam menggunaan nilai estetis. menggunakan
sistem struktur yang sistem modul.
modern yaitu bentang lebar. Pada Masjid Jammi Al
Multazam memiliki
sistem struktur yang
efektif dan efesien.
Berdasarkan pada tabel diatas maka Masjid Jammi Al Multazam ini mengandung prinsip - prinsip
Arsitektur Modern dari beberapa Konsep Arsitektur Modern yaitu Cubism, Fungtionalism, Rationalism
dan International Style. Pada struktur Masjid Jammi Al Multazam ini struktur menggunakan baja
bertulang dengan dilapisi beton pada struktur utama seperti kolom, sistem struktur bangunan ini adalah
bentang lebar karena pada masjid ini mengutamakan shaft yang tidak terputus sehingga memakai sistem
struktur tersebut. Dengan struktur yang lebih terlihat pada bagian bangunan, sehingga struktur dapat
mejadi nilai estesis dalam fasade bangunan.
4. KESIMPULAN
Arsitektur Modern mempunyai spirit yang menawarkan konsep kesederhanaan, kejujuran dan
fungsional serta rasional yang tidak mengada-ada. Pandangan ini membawa moralitas baru dalam
arsitektur, yaitu antitradisi, anti ornamen serta lebih mementingkan kejujuran (kejujuran material,
struktur dan fungsi). Visualisasi bangunan mempunyai olahan yang sederhana (simple), bersih (clean)
dan jelas (clear), melalui beberapa slogan yaitu “Ornament is crime”, “Form Follow Function” atau
“Less is More” atau pemakaian beton kasar ekspos (“brutalism”) dari Le Corbusier sebagai elemen
estetis.
Pandangan ini sangat kuat pengaruhnya terhadap konsep karya-karya arsitektur masjid. Konsep tersebut
mencerminkan cara pandang yang Islami, tidak berlebih-lebihan dan tidak mubazir. Itulah sebabnya
kolaborasi antara konsep arsitektur modern dan konsep Islami tidak bertentangan. Sehingga, masjid
Jammi Al Multazam Cherry Field ini mengandung unsur Arsitektur Modern.
Hasil analisis, Penerapan Bangunan Masjid Terhadap Tipologi Arsitektur Modern, yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan Bentuk
Cubism De Stijl Functionalism Rationalism International Style
✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Berdasarkan Ruang
Cubism De Stijl Functionalism Rationalism International Style
✓ ✓ ✓ ✓ -
Berdasarkan Fasade
Cubism De Stijl Functionalism Rationalism International Style
- ✓ - - ✓
Berdasarkan Struktur
Cubism De Stijl Functionalism Rationalism International Style
✓ - ✓ ✓ -
✓ = sesuai dengan teori Arsitektur Modern
- = tidak sesuai dengan teori Arsitektur Modern
1. Bentuk dari bangunan Masjid Jammi Al Multazam ini memiliki konsep Cubism, De Stijl,
Functionalism, Rationalism dan International Style yang memiliki bentuk geometris yaitu
kubus yang sesuai dengan teori tipologi arsitektur modern berdasarkan bentuk.
2. Ruang pada Masjid Jammi Al Multazam ini memiliki konsep Cubism, De Stijl,
Functionalism, Rationalism namun tidak sesuai dengan Internasional Style karena tidak
terdapat penjelasan mengenai teori arsitektur modern yang memiliki bentuk ruang
mengikuti fungsi ruang dalam masjid sesuai dengan teori arsitektur modern yaitu form
follow function dimana bentuk merupakan turunan dari fungsi dan fungsi menciptakan serta
mengorganisir bentuk.
3. Fasade dari bangunan Masjid Jammi Al Multazam ini memiliki konsep yang dominan
dengan bentuk geometris menggunakan sistem modular, dan menggunakan warna abu –
abu sesuai dengan konsep Arsitektur Modern yaitu De Stijl, dan International Style.
4. Struktur pada bangunan Masjid jammi Al Multazam ini memiliki konsep Cubism,
Functionalism, Rationalism dan International Style terlihat pada penggunaan material
bangunan yaitu beton bertulang yang menperlihatkan struktur utama dengan mengutamakan
kejujuran pada struktur.
Sehingga Masjid Jammi Al Multazam ini dapat di kategorikan ke dalam bangunan dengan konsep
Arsitektur Modern yang berdasarkan pada Tipologi Arsitektur Modern, karena bangunan ini memenuhi
kriteria pada konsep Cubism, De Stilj, Functionalism, Rationalism, dan International Style.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Yulianto Sumalyo, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX Edisi Ke-2, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1997), Cet 2, hlm 66.
[2] Eugenia Inez, Penerapan Prinsip Arsitektur modern pada Bangunan Fakultas MIPA Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, (Bandung: 2014), hal 4-5
[3] Vfal Prasetyo, Landasan Konseptual Perencanaan Dan Perancangan Pusat Olahraga Papan
Luncur “Skateboarding Center” Di Yogyakarta (Yogyakarta: 2015), hal 44
[4] Philip C. Johnson, Ludwig Mies van der Rohe (New York: 1947) hal 3.