Masjid Modern
Abstrak
Masjid tanpa kubah mulai bermunculan di awal abad ke 19. Pada masanya, Rasulullah
SAW membangun masjid hanyalah sebagai tempat sujud atau ibadah. Masjid pertama di
Quba hanya berbentuk persegi empat tanpa atap. Perkembangan arsitektur masjid di
dunia abad 20 ini lebih banyak menggunakan bentuk-bentuk modern, minimalis dan
geometris, artinya mulai memunculkan ide-ide di luar bentuk kubah. Penelitian ini
bertujuan mengetahui persepsi masyarakat terhadap kehadiran masjid tanpa kubah di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang
dihimpun dari sebaran kuesioner secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebesar 95,2% atau 59 dari 62 responden beranggapan bahwa bangunan masjid tidak
harus menggunakan kubah dalam transformasi bentuknya, dan sebuah masjid yang tidak
memiliki kubah masih bisa disebut sebagai masjid. Selama masjid tersebut dapat
menghadirkan hakikat masjid sebagai tempat ibadah maka unsur bentuk tidak menjadi
suatu pakem yang harus dipenuhi. Masyarakat yang menginginkan bentuk kubah untuk
tetap dipertahankan di setiap bangunan masjid didasarkan pada identitas arsitektural,
dimana identitas merupakan suatu paham atau kesepakatan dalam menentukan karakter
bangunan. Identitas bangunan merupakan suatu apresiasi bagi masyarakat untuk
mengenali bangunan tersebut. Oleh karena itu, masih banyak masyarakat yang
berpendapat bentuk masjid harus berkubah untuk mempertahankan identitas yang telah
melekat pada masjid sejak abad ke-8 masehi.
Kata Kunci: Indonesia; masjid tanpa kubah; kubah; masjid modern.
Abstract
Mosques without domes began to appear at the beginning of the 19th century. At that
time, Rasulullah SAW built mosques only as places of prostration or worship. The first
mosque in Quba was only rectangular without a roof. The development of mosque
architecture in the 20th century used more modern, minimalist and geometric forms,
meaning that ideas began to emerge beyond the dome shape. This research aims to
determine the public's perception of the presence of mosques without domes in
Indonesia. This research uses descriptive qualitative research methods collected from
randomly distributed questionnaires. The research results showed that 95.2% or 59 out
of 62 respondents thought that mosque buildings did not have to use domes in their
shape transformation, and a mosque that did not have a dome could still be called a
mosque. As long as the mosque can present the essence of the mosque as a place of
worship, the form element does not become a standard that must be met. People who
want the dome shape to be maintained in every mosque building are based on
architectural identity, where identity is an understanding or agreement in determining
the character of the building. Building identity is an appreciation for the public to
recognize the building. Therefore, there are still many people who believe that the shape
PENDAHULUAN
Masjid bagi umat Islam dipahami sebagai tempat suci yang sakral, sekaligus
ruang untuk menuju alam lain dan berinteraksi dengan Tuhan. Secara bahasa, masjid
dapat diartikan sebagai tempat yang digunakan untuk bersujud. Sementara dalam makna
yang lebih luas, masjid merupakan bangunan yang dikhususkan sebagai tempat
berkumpul untuk menunaikan ibadah seperti shalat maupun kegiatan kajian agama.
Meski dalam kehidupan sehari-hari masjid sering diartikan sebagai sebuah bangunan
tempat beribadah untuk kaum muslim. Namun masjid juga memiliki peranan penting
untuk membangun karakter serta identitas kebudayaan umat muslim. Identitas ini tidak
hanya melekat pada aspek non fisiknya saja, tetapi juga pada aspek fisik masjid itu
sendiri yaitu kubah dan menara. Keberadaan kubah pada masjid menjadi sebuah
penanda atau landmark dan merupakan salah satu aspek vital dari bangunan masjid itu
sendiri.
Sejak abad ketujuh, hampir seluruh masjid di dunia selalu menyertakan kubah
sebagai elemen wajib. Kubah juga selalu diidentikkan sebagai arsitektur khas Islam.
Namun nyatanya, kubah bukan berasal dari budaya Islam. Jauh sebelum Islam lahir,
kubah sudah menjadi arsitektur populer di wilayah laut tengah (Mediterania) yang
dikelilingi oleh benua Eropa, Afrika dan Asia. Kubah (dome) sendiri berasal dari bahasa
Latin, domus yang berarti rumah. Sedangkan nama kubah, yang juga digunakan di
Indonesia untuk menyebut bangunan berbentuk setengah lingkaran itu, berasal dari
bahasa Syiria, qubba, dan dipopulerkan di tanah Arab.
Masjid berkubah pertama yang dibangun dalam sejarah Islam berada di
Yerussalem, Palestina antara 685 Masehi hingga 691 Masehi oleh Khalifah Abdul Malik
bin Marwan dari Dinasti Ummaiyyah. Pembangunan masjid yang dikenal dengan
sebutan Masjid Qubbat as-Sakhrah (Masjid Kubah Batu) atau Dome of the Rock ini,
dimulai ketika Yerussalem jatuh ke dalam kekuasaan Islam pada era Khalifah Umar bin
Khattab. Masjid yang terletak di tengah-tengah kompleks Al-Haram asy-Syarif, Masjid
Gambar 1. Apa yang pertama kali muncul dalam pikiran kamu jika melihat/mendengar kata masjid?
Berdasarkan hasil data (Gambar 4), 95,2% responden setuju bahwa masjid yang
tidak memiliki kubah masih di sebut masjid dan 4,8% tidak setuju jika masjid tidak
memiliki kubah. Banyak pendapat tentang data tersebut, salah satunya adalah kubah
bukan elemen penting pada masjid. Dalam sejarah pada bidang arsitektur sebetulnya
masjid pada zaman dahulu (khususnya pada zaman konstantinopel), masjid tidak
memiliki kubah. Masjid memiliki kubah, karena pada zaman dahulu terdapat perang
antara kaum islam dan kristen, kaum kristen pun kalah dan wilayah kekuasaannya pun
diambil alih oleh kaum muslimin. Salah satunya bangunan yang terkenal ialah masjid
Haghia Sophia yang pada zaman dahulu tempat ini sebagai bangunan beribadah kaum
kristen dan tempat ini memiliki kubah. Seiring berjalannya waktu, kaum muslimin pun
mengadaptasi bangunan tersebut sebagai tempat ibadah dan dari peristiwa ini pun
masjid yang memiliki kubah menyebar luas ke seluruh penjuru dunia (khususnya di
Indonesia). Dalam arsitektur islam, masjid tidak harus terdapat kubah atau lebih baiknya
tidak terlalu berlebihan dalam mendesainnya. Hal ini, dikarenakan prinsip arsitektur
islam mengedepankan bangunan masjid yang tidak boros secara materi dan lebih baik
daripada boros secara materi, materi tersebut disumbangkan kepada yang lebih
membutuhkan dan penerapan kubah pun bagi saya merupakan pemborosan materi.
Gambar 5. Apakah kubah pada masjid mempengaruhi nilai keindahan sebuah sarana ibadah?
Gambar 7. Apakah penggunaan kubah masjid yang sebagai penanda arah kiblat mempengaruhi
berkurangnya efisiensi sebuah masjid?
Hasil dari kuisioner yang ada adalah sebanyak 43 responden lebih suka masjid
berkubah, dikarenakan masjid yang terdapat kubah lebih mencirikan suatu identitas
bangunannya sebagai pembeda dengan bangunan lain dan juga menambah keindahan
bagi bangunan itu sendiri. Sebanyak 8 responden suka masjid tanpa kubah, karena
menurut responden kubah bukan keharusan, jika kegiatan ibadah masih bisa dijalankan
dengan baik. Sebanyak 9 responden menyukai masjid dengan/tanpa kubah, dikarenakan