Anda di halaman 1dari 11

Fenomena Berkurangnya Penggunaan Elemen Kubah pada Arsitektur

Masjid Modern

Connie Lourine C Sony1, Jasmine Putri2, Natasha Aprilia3, Trisha Widyatama4,


Uswatun Hasanah5, Yunia Irnawati6, Irina Mildawani7,
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma.
E-mail: ana.uswatunhasanah02@gmail.com, irina_milda@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak
Masjid tanpa kubah mulai bermunculan di awal abad ke 19. Pada masanya, Rasulullah
SAW membangun masjid hanyalah sebagai tempat sujud atau ibadah. Masjid pertama di
Quba hanya berbentuk persegi empat tanpa atap. Perkembangan arsitektur masjid di
dunia abad 20 ini lebih banyak menggunakan bentuk-bentuk modern, minimalis dan
geometris, artinya mulai memunculkan ide-ide di luar bentuk kubah. Penelitian ini
bertujuan mengetahui persepsi masyarakat terhadap kehadiran masjid tanpa kubah di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang
dihimpun dari sebaran kuesioner secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebesar 95,2% atau 59 dari 62 responden beranggapan bahwa bangunan masjid tidak
harus menggunakan kubah dalam transformasi bentuknya, dan sebuah masjid yang tidak
memiliki kubah masih bisa disebut sebagai masjid. Selama masjid tersebut dapat
menghadirkan hakikat masjid sebagai tempat ibadah maka unsur bentuk tidak menjadi
suatu pakem yang harus dipenuhi. Masyarakat yang menginginkan bentuk kubah untuk
tetap dipertahankan di setiap bangunan masjid didasarkan pada identitas arsitektural,
dimana identitas merupakan suatu paham atau kesepakatan dalam menentukan karakter
bangunan. Identitas bangunan merupakan suatu apresiasi bagi masyarakat untuk
mengenali bangunan tersebut. Oleh karena itu, masih banyak masyarakat yang
berpendapat bentuk masjid harus berkubah untuk mempertahankan identitas yang telah
melekat pada masjid sejak abad ke-8 masehi.
Kata Kunci: Indonesia; masjid tanpa kubah; kubah; masjid modern.

Abstract
Mosques without domes began to appear at the beginning of the 19th century. At that
time, Rasulullah SAW built mosques only as places of prostration or worship. The first
mosque in Quba was only rectangular without a roof. The development of mosque
architecture in the 20th century used more modern, minimalist and geometric forms,
meaning that ideas began to emerge beyond the dome shape. This research aims to
determine the public's perception of the presence of mosques without domes in
Indonesia. This research uses descriptive qualitative research methods collected from
randomly distributed questionnaires. The research results showed that 95.2% or 59 out
of 62 respondents thought that mosque buildings did not have to use domes in their
shape transformation, and a mosque that did not have a dome could still be called a
mosque. As long as the mosque can present the essence of the mosque as a place of
worship, the form element does not become a standard that must be met. People who
want the dome shape to be maintained in every mosque building are based on
architectural identity, where identity is an understanding or agreement in determining
the character of the building. Building identity is an appreciation for the public to
recognize the building. Therefore, there are still many people who believe that the shape

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 1


of the mosque must be domed to maintain the identity that has been attached to the
mosque since the 8th century.
Keywords: Indonesia; mosque without dome; dome; modern mosque.

PENDAHULUAN
Masjid bagi umat Islam dipahami sebagai tempat suci yang sakral, sekaligus
ruang untuk menuju alam lain dan berinteraksi dengan Tuhan. Secara bahasa, masjid
dapat diartikan sebagai tempat yang digunakan untuk bersujud. Sementara dalam makna
yang lebih luas, masjid merupakan bangunan yang dikhususkan sebagai tempat
berkumpul untuk menunaikan ibadah seperti shalat maupun kegiatan kajian agama.
Meski dalam kehidupan sehari-hari masjid sering diartikan sebagai sebuah bangunan
tempat beribadah untuk kaum muslim. Namun masjid juga memiliki peranan penting
untuk membangun karakter serta identitas kebudayaan umat muslim. Identitas ini tidak
hanya melekat pada aspek non fisiknya saja, tetapi juga pada aspek fisik masjid itu
sendiri yaitu kubah dan menara. Keberadaan kubah pada masjid menjadi sebuah
penanda atau landmark dan merupakan salah satu aspek vital dari bangunan masjid itu
sendiri.
Sejak abad ketujuh, hampir seluruh masjid di dunia selalu menyertakan kubah
sebagai elemen wajib. Kubah juga selalu diidentikkan sebagai arsitektur khas Islam.
Namun nyatanya, kubah bukan berasal dari budaya Islam. Jauh sebelum Islam lahir,
kubah sudah menjadi arsitektur populer di wilayah laut tengah (Mediterania) yang
dikelilingi oleh benua Eropa, Afrika dan Asia. Kubah (dome) sendiri berasal dari bahasa
Latin, domus yang berarti rumah. Sedangkan nama kubah, yang juga digunakan di
Indonesia untuk menyebut bangunan berbentuk setengah lingkaran itu, berasal dari
bahasa Syiria, qubba, dan dipopulerkan di tanah Arab.
Masjid berkubah pertama yang dibangun dalam sejarah Islam berada di
Yerussalem, Palestina antara 685 Masehi hingga 691 Masehi oleh Khalifah Abdul Malik
bin Marwan dari Dinasti Ummaiyyah. Pembangunan masjid yang dikenal dengan
sebutan Masjid Qubbat as-Sakhrah (Masjid Kubah Batu) atau Dome of the Rock ini,
dimulai ketika Yerussalem jatuh ke dalam kekuasaan Islam pada era Khalifah Umar bin
Khattab. Masjid yang terletak di tengah-tengah kompleks Al-Haram asy-Syarif, Masjid

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 2


Al-Aqsa di pusat kota Yerussalem ini, dibangun setengah tahun setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW.
Menjelang abad ke-12, desain kubah semakin berkembang, salah satunya
Muqarnas (kubah stalaktit) yang menonjolkan cerukan sebagai ciri khas. Salah satu
bangunan yang menggunakan Muqarnas adalah Istana Alhambra di Spanyol. Sedangkan
di Iran, kubah menjadi arsitektur paling populer di pertengahan abad 11 dan 12, dimana
banyak masjid di sana yang menjadikan kubah sebagai ornamen utama. Pada abad
ke-13, desain kubah semakin variatif dan inovatif, salah satunya adalah desain Masjid
Tilla-Kari di Samarkan, Uzbekistan yang memiliki kubah ganda menyerupai bentuk topi
kepala koki atau disebut Ribbed Dome.
Seiring perkembangan zaman dan kentalnya pengaruh modernisasi dan adaptasi
budaya di Indonesia menjadikan adanya pengurangan penggunaan kubah pada masjid,
dan saat ini sudah ada banyak masjid yang tidak menggunakan kubah. Hal ini terlihat
pada bangunan masjid yang baru dibangun atau didirikan di era modern saat ini.
Contohnya adalah Masjid Al-Irsyad di kawasan perumahan Kota Baru Parahyangan,
Padalarang, Bandung, Jawa Barat. Masjid tanpa kubah tersebut dibangun oleh arsitek
Ridwan Kamil. Bentuk masjid sekilas hanya seperti kubus besar dan terinspirasi dari
bentuk bangunan Kabah di Arab Saudi. Menurut sang arsitek dalam berbagai media,
kubah hanya bagian dari identitas budaya, sehingga pada desainnya lebih memilih untuk
menampilkan identitas keislaman melalui kalimat syahadat raksasa.
Dari penjelasan diatas, kemudian dipahami bahwa perkembangan masjid modern
saat sudah merubah ‘image’ masjid yang identik dengan kubah dengan bentuk-bentuk
yang memetaforakan budaya dan modernisasi dengan tujuan untuk menciptakan
bangunan yang fokus ke fungsi dan ikonik. Permasalahan yang muncul kemudian
adalah terjadinya fenomena berkurangnya penggunaan masjid modern tanpa kubah yang
menghilangkan identitas kubah sebagai bagian dari masjid. Dalam kesempatan inilah
maka penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis fenomena
berkurangnya penggunaan elemen kubah pada arsitektur masjid modern, dan
mengetahui persepsi masyarakat terhadap kehadiran masjid tanpa kubah di Indonesia.
Melalui metode penelitian kualitatif, kami melakukan analisis mendalam terhadap
proyek-proyek masjid modern yang menunjukkan kecenderungan mengurangi atau
menghilangkan kubah.

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 3


METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu studi dokumen yang
didasarkan pada dokumen tertulis untuk dianalisis, dengan tujuan untuk menemukan
informasi sedetail-detailnya. Data sekunder diperoleh dengan mencari informasi dari
jurnal-jurnal yang berkaitan. Penelitian ini juga menggunakan metode survei dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, dimana data diperoleh peneliti
dengan menyebarkan kuesioner kepada responden melalui kuesioner online (google
form) dengan total responden 62 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data primer berupa angka yang dapat dihitung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa kubah masjid adalah sebuah
identitas rumah ibadah umat islam. Namun bukanlah suatu keharusan atau kewajiban.
Masjid masih dapat dikatakan tempat ibadah karena karena dilihat dari fungsi
bangunannya itu sendiri. Menurut Gusty (2014), kubah adalah “Suatu elemen
struktural dari arsitektur yang berbentuk atap tetapi memiliki rongga dan
membentuk seperti sebuah bola, tepatnya setengah lingkaran. Struktur atau
kerangka kubah masjid, umumnya terbuat dari berbagai bahan material dan
memiliki garis kesamaan terhadap arsitektur lama maupun merujuk ke masa prasejarah
Sebagaimana yang telah diketahui penggunaan kubah pada masjid bukanlah suatu
keharusan, karena sejarah arsitektur membuktikan bahwa asal penggunaan kubah bukan
berasal dari Arsitektur Islam, melainkan dari Arsitektur Byzantium yang telah ada sejak
sebelum Arsitektur Islam muncul.
Berdasarkan hasil studi dokumen, saat ini terbilang sudah banyak fenomena
berkurangnya penggunaan kubah pada masjid karena mengacu pada gaya masjid
modern. Desainnya yang mengutamakan pada fungsionalitas tersebut justru membuat
masjid dengan gaya modern ini menjadi unik. Perubahan desain ini mencerminkan
transformasi dalam nilai estetika, fungsionalitas, ekonomi, dan pengaruh teknologi yang
membentuk arsitektur masjid masa kini. Contohnya adalah masjid Al-Irsyad di kawasan
perumahan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung, Jawa Barat. Bentuk masjid
sekilas hanya seperti kubus besar laiknya bentuk bangunan Kubah di Arab Saudi.
Dengan konsep ini, dari luar terlihat garis-garis hitam di sekujur dinding masjid. Ada

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 4


juga masjid Siti Aisyah di Manahan, Surakarta yang memiliki fasad kubus atau dikenal
dengan masjid kotak.
Berdasarkan data yang sudah diambil melalui Kuisioner yang telah diberikan
sebelumnya, sebanyak 11,3% pendapat masyarakat tentang kata “masjid” adalah tempat
ibadah. Lalu diikuti dengan 6,5% pendapat masyarakat adalah tempat sholat (Gambar
1). Namun, lain halnya dengan 4,8% pendapat masyarakat mengenai masjid adalah
kubahnya. Hal ini dipengaruhi konteks rumah ibadah adalah suatu keyakinan yang
dianggap sakral.

Gambar 1. Apa yang pertama kali muncul dalam pikiran kamu jika melihat/mendengar kata masjid?

Berdasarkan hasil yang diberikan, diketahui sebanyak 87,1% masjid sekitar


responden masih memakai kubah dan lainnya sebanyak 12,9% tidak lagi memakai
kubah (Gambar 2). Hasil dari data ini, sebagian besar masyarakat sudah melihat dan
merasakan beribadah di bangunan masjid tanpa kubah.

Gambar 2. Apakah masjid di sekitar anda masih menggunakan kubah?

Berdasarkan 80,6% masyarakat berpendapat bahwa masjid identik dengan


kubah. lalu 19,4% masyarakat berpendapat bahwa sebuah masjid tidak dapat

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 5


diidentikkan dengan kubah (Gambar 3). Banyaknya penggunaan kubah pada masjid,
membuktikan bahwa penggunaan kubah pada masjid di Indonesia sudah melekat dan
seperti menjadi identitas yang tertanam pada pola pikir masyarakat Indonesia.

Gambar 3. Apakah sebuah masjid identik dengan kubahnya?

Berdasarkan hasil data (Gambar 4), 95,2% responden setuju bahwa masjid yang
tidak memiliki kubah masih di sebut masjid dan 4,8% tidak setuju jika masjid tidak
memiliki kubah. Banyak pendapat tentang data tersebut, salah satunya adalah kubah
bukan elemen penting pada masjid. Dalam sejarah pada bidang arsitektur sebetulnya
masjid pada zaman dahulu (khususnya pada zaman konstantinopel), masjid tidak
memiliki kubah. Masjid memiliki kubah, karena pada zaman dahulu terdapat perang
antara kaum islam dan kristen, kaum kristen pun kalah dan wilayah kekuasaannya pun
diambil alih oleh kaum muslimin. Salah satunya bangunan yang terkenal ialah masjid
Haghia Sophia yang pada zaman dahulu tempat ini sebagai bangunan beribadah kaum
kristen dan tempat ini memiliki kubah. Seiring berjalannya waktu, kaum muslimin pun
mengadaptasi bangunan tersebut sebagai tempat ibadah dan dari peristiwa ini pun
masjid yang memiliki kubah menyebar luas ke seluruh penjuru dunia (khususnya di
Indonesia). Dalam arsitektur islam, masjid tidak harus terdapat kubah atau lebih baiknya
tidak terlalu berlebihan dalam mendesainnya. Hal ini, dikarenakan prinsip arsitektur
islam mengedepankan bangunan masjid yang tidak boros secara materi dan lebih baik
daripada boros secara materi, materi tersebut disumbangkan kepada yang lebih
membutuhkan dan penerapan kubah pun bagi saya merupakan pemborosan materi.

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 6


Gambar 4. Jika terdapat sebuah masjid yang tidak memiliki kubah, menurut anda apakah itu masih bisa
disebut masjid?

Berdasarkan 62,9% masyarakat berpendapat bahwa kubah pada masjid dapat


mempengaruhi nilai keindahan sebuah sarana ibadah. Namun sebanyak 37,1%
masyarakat berpendapat bahwa kubah pada masjid tidak mempengaruhi nilai keindahan
sebuah sarana ibadah (Gambar 5). Upaya arsitek untuk membuat fungsi masjid aktif,
dengan membuat desain menarik tanpa mengurangi fungsi masjid. Sebagian besar
bangunan masjid yang tidak memiliki kubah banyak mendapat apresiasi penghargaan
karena bentuknya yang unik, sehingga dapat menjadikan masjid tersebut sebagai salah
satu destinasi wisata religi.

Gambar 5. Apakah kubah pada masjid mempengaruhi nilai keindahan sebuah sarana ibadah?

Menurut responden sebanyak 43,5% mengatakan bahwa kubah masjid


menimbulkan kesan kenyamanan pada pengguna dikarenakan dipengaruhi oleh sirkulasi
udara yang menjadi tempat pertukaran udara. Namun sebanyak 56,5% berpendapat
kubah masjid tidak mempengaruhi tingkat kenyamanan pada sebuah masjid (Gambar 6).

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 7


Gambar 6. Menurut anda, apakah kubah masjid mempengaruhi tingkat kenyamanan (dalam segi sirkulasi
udara) anda saat berada di dalam masjid?

Sebanyak 96,8% masyarakat berpendapat bahwa penggunaan kubah masjid


penanda arah kiblat dapat mempengaruhi berkurangnya efisiensi sebuah masjid
(Gambar 7). Hal ini dipengaruhi oleh pemahaman seluruh masyarakat yang beragama
islam bahwa arah kiblat yang digunakan masyarakat dalam menjalankan ibadah adalah
arah Ka’bah. Sehingga kubah pada masjid bukanlah menjadi patokan dalam penanda
arah kiblat.

Gambar 7. Apakah penggunaan kubah masjid yang sebagai penanda arah kiblat mempengaruhi
berkurangnya efisiensi sebuah masjid?

Hasil dari kuisioner yang ada adalah sebanyak 43 responden lebih suka masjid
berkubah, dikarenakan masjid yang terdapat kubah lebih mencirikan suatu identitas
bangunannya sebagai pembeda dengan bangunan lain dan juga menambah keindahan
bagi bangunan itu sendiri. Sebanyak 8 responden suka masjid tanpa kubah, karena
menurut responden kubah bukan keharusan, jika kegiatan ibadah masih bisa dijalankan
dengan baik. Sebanyak 9 responden menyukai masjid dengan/tanpa kubah, dikarenakan

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 8


menurut responden kelayakan fungsi masjid itu sendiri yang lebih diutamakan
dibanding bentuk desainnya.

Kebanyakan responden menyukai Masjid yang menjadi favoritnya adalah


Masjid Istiqlal (Gambar 8), dijawab oleh 12 responden. Lalu, Masjid Al-Jabbar dijawab
oleh 6 responden, Masjid Kubah Emas di jawab 5 responden, Masjid Nabawi dijawab 5
responden dan responden lainnya menjawab Masjid Irsyad, Masjid Agung Sumatera
Barat dan lainnya.

Gambar 8. Masjid Istiqlal (Hafielda R, 2023)

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 9


SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
masjid merupakan tempat ibadah untuk umat muslim. Saat ini sudah banyak
penggunaan masjid tanpa kubah, dan sebagian besar masyarakat sudah pernah melihat
bangunan masjid tanpa kubah tersebut. Pada hakikatnya, masjid adalah ruang publik
yang ditujukan untuk menarik masyarakat untuk datang ke masjid. Hal ini juga menjadi
salah satu upaya arsitek untuk meramaikan masjid 5 waktu dalam sehari. Desain masjid
modern yang menarik tanpa mengurangi.
Berdasarkan hasil survei, sebagian besar masjid yang ada di lingkungan sekitar
adalah masih masjid tradisional yang menggunakan kubah, hal ini menyebabkan
sebagian besar responden menganggap bahwa masjid identik dengan kubah. Meski
begitu, menurut para responden masjid yang tidak memiliki kubah tetap bisa disebut
sebagai masjid, karena penggunaan kubah pada masjid bukanlah suatu keharusan dan
esensi utama sebuah masjid ialah sebuah tempat/bangunan untuk beribadah bagi umat
muslim. Faktanya, berdasarkan studi dokumen saat ini memang di beberapa tempat
sudah banyak terdapat masjid modern yang memiliki ciri khas yaitu tanpa kubah,
biasanya masjid-masjid ini berada di pusat kota atau tempat-tempat tertentu yang
membuat masjid tersebut menjadi ikonik.
Tanpa adanya unsur kubah tidak mengurangi efisiensi, kenyamanan dan
keindahan suatu masjid, hal ini dikarenakan penggunaan kubah pada masjid adalah
tidak wajib dan untuk meminimalkan penggunaan tiang pada bangunan agar tidak ada
tiang yang memisahkan barisan di antara jamaah. Dengan adanya atap berbentuk kubah
ruangan masjid akan tampak menjadi lebih luas dan sirkulasi udara menjadi semakin
baik. Pada dasarnya masjid tidak memiliki aturan tertentu dalam desain, dengan kata
lain kubah bukanlah hal yang wajib ada sebagai elemen bentuk masjid, pemilihan kubah
pada masjid didasarkan pada alasan perlunya identitas yang mudah dikenali.
Bentuk bangunan masjid modern tanpa kubah saat ini mengacu pada bentuk
masjid buatan Nabi Muhammad SAW. Pada konteks eksistensi masjid tanpa kubah di
Indonesia, Sebagian besar bangunannya mendapat apresiasi karena bentuk yang unik
dan kaya akan filosofi islam, desain masjid yang menarik tanpa mengurangi esensi
masjid sebagai tempat ibadah dapat menarik Masyarakat untuk meramaikan masjid.

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 10


DAFTAR PUSTAKA
Andi Hildayanti (2020). Persepsi Masyarakat Terhadap Kehadiran Masjid Tanpa
Kubah di Indonesia. Diakses pada rabu 10 Januari 2023.
https://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/view/23914/1476
4
Andi Hildayanti & Wasilah (2023). STUDI TRANSFIGURASI MASJID MELALUI
PERIODISASI PEMBANGUNAN MASJID DI INDONESIA. Diakses rabu 3
Januari 2023. https://doi.org/10.32315/jlbi.v12i2.76
Arif Hidayat (2014). Masjid Dalam Menyikapi Peradaban Baru. Diakses pada 24
Januari 2023. https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/ibda/article/view/432
Aulia Fikriarini Muchlis (2009). MASJID: BENTUK MANIFESTASI SENI DAN
KEBUDAYAAN. Diakses rabu 10 Januari 2023.
https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub/article/view/420
Ery Khaeriyah (2021). Fungsi Masjid dan Peranannya dalam Perkembangan Umat
Muslim. Diakses rabu 10 Januari 2023.
https://web.syekhnurjati.ac.id/lp2m/fungsi-masjid-dan-peranannya-dalam-perk
embangan-umat-muslim/
Fika Annisa’ Sholihah, Nur Rahmawati Syamsiyah (2021). PERSEPSI MASYARAKAT
TERHADAP MASJID SITI AISYAH, MANAHAN, SURAKARTA. Diakses rabu
10 Januari 2023. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/12584
Riki Suhendar, Titin Fatimah, dan Rudy Trisna (2020). KAJIAN BENTUK MASJID
TANPA KUBAH : STUDI KASUS MASJID AL-IRSYAD BANDUNG.
https://jurnal.tau.ac.id/index.php/arsitekta/article/view/160
Umar (2023). INTEGRASI KONSEP ISLAMI DAN KONSEP ARSITEKTUR MODERN
PADA PERANCANGAN ARSITEKTUR MASJID. Diakses rabu 10 Januari
2023. https://stitek-binataruna.e-journal.id/radial/article/view/45

Metodologi Penelitian Arsitektur (2023) 11

Anda mungkin juga menyukai