Anda di halaman 1dari 2

Masjid Al-Irsyad

Berdasarkan Teori Kritik Seni

Masjid Al-Irsyad merupakan sebuah masjid karya Ridwan Kamil yang berlokasi di
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. Masjid Al-Irsyad merupakan
suatu mahakarya seni arsitektur kontemporer yang telah mendobrak tradisi bentuk masjid-
masjid di Indonesia dengan bentuknya yang kotak tanpa kubah sehingga tidak “lazim” seperti
masjid di Indonesia pada umumnya. Karena keunikannya Masjid Al-Irsyad meraih
Penghargaan "The Best 5 World Building of The Year 2011 untuk kategori Bangunan Religi,
versi Archdaily & Green Leadership Award tahun 2011 dari BCI Asia.
Elemen masa masjid Al-Irsyad ini sekilas memang hanya berbentuk seperti kubus besar.
Namun, ternyata sang arsitek mengambil morfologi dari Ka’bah di Masjidil Haram, Arab Saudi.
Tidak hanya itu, fasad masjid ini merupakan susunan dari blok beton yang membentuk kalimat
As-Syahadah. Menurut sang arsitek dalam berbagai media, kubah hanya bagian dari identitas
budaya, sehingga beliau lebih memilih untuk menampilkan identitas keislaman melalui kalimat
syahadah raksasa. Kalimat ini ditampilkannya melalui susunan blok beton pembentuk dinding
masjid.
Dengan konsep tersebut, dari luar terlihat garis-garis hitam di sekujur dinding masjid.
Jika dicermati, kisi-kisi dinding dengan susunan bata bolong ini membentuk dua kalimat
syahadat dalam huruf Arab. Teknik ini menjadikan tubuh bangunan layaknya sebuah seni
kaligrafi tiga dimensi dengan ukuran yang sangat besar. Selain itu, kisi-kisi tersebut berfungsi
sebagai penerangan yang bersifat bolak-balik dan sangat artistik. Siang hari, cahaya alami
matahari akan menembus ke ruang dalam. Pada momen ini, cahaya tersebut terlihat seperti
sebuah elemen digital yang membentuk dua kalimat syahadat. Pada malam hari cahaya dari
dalam masjid akan memancar keluar, membentuk kaligrafi syahadat yang berpencar.
Selain Ka’bah, aktivitas tawaf mengelilingi Ka’bah pada saat pelaksanaan haji
menjadikannya konsep utama sebagai lansekap dan sirkulasi masjid Al-Irsyad. Arsitek tidak
hanya mengadopsi bentuk bangunan tetapi juga memikirkan sirkulasi pergerakan pengunjung.
Inspirasi dari Ka’bah ini dijadikan preseden arsitektur yang dianggap paling
representatif untuk menjabarkan nilai Islami oleh arsitek dari Masjid Al-Irsyad. Bentuk Ka’bah
diinterpretasi ulang sebagai arsitektur sederhana berbentuk kotak sederhana untuk dieksplorasi
secara kontemporer menjadi desain masjid.
Meskipun masjid Al-Irsyad dibangun tanpa kubah yang merupakan salah satu ciri khas
utama tempat ibadah umat Islam di Indonesia pada umumnya. Namun, masyarakat dapat
mengenali masjid Al-Irsyad sebagai tempat ibadah umat Islam dan bahkan tidak mengurangi
nilai spritualitas yang kuat dalam menjalankan ibadah di masjid tersebut. Hal ini dikarenakan
pemikiran arsitek tentang konsep yang unik dan kental dengan identitas keislamannya pada
bagian eksterior, interior, maupun lansekap meskipun tanpa kubah sekalipun.

Anda mungkin juga menyukai