NIM : 1970121020
JURNAL 1
Masjid Al – Irsyad Satya yang terletak di jalan Parahyangan KM. 27 Kota Baru
Subjek Penelitian
Parahyangan, Cipeudeuy, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Teori yang dipakai dalam penelitian ini ialah semiotika arsitektur. Semiotika
arsitektur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi
Ringkasan Teori
tanda, bentuk, simbol, dan ikon pada bangunan. Dalam teori ini terdapat tiga
Yang Dipakai
kategori hubungan tanda dan unsur arsitektur yaitu sintaksis, prakmatik, dan
sematik.
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu penelitian
Metode Penelitian
dengan mengamati fenomena secara lebih rinci tentang suatu keadaan.
Dari hasil penelitian tersebut analisis bentuk bangunan masjid Al-Irsyad Satya
membentuk ikon bangunan ka’bah. Bentuk Ka’bah berbentuk bujur sangkar yang
merupakan bentukan sempurna untuk sebuah barisan shalat yang artinya dapat
Ringkasan Hasil dengan mudah meluruskan shaf dari depan ke belakang. Mihrab masjid Al-Irsyad
dan Pembahasan Satya memperlihatkan pada bagian dindingnya yang menjorok dan membentuk
gate yang memperlihatkan tanda tempat sholatnya imam masjid. Pedestrian pada
masjid Al – irsyad Satya menginstruksikan kepada pengguna jalan dan kepada
pengunjung untuk berjalan keraha masjid. Kaligrafi yang terdapat pada fasad
bangunan menyiratkan tulisan ayat suci al- qur’an. Bola bulat lafadz Allah
diletakkan didepan mihrab imam menandakan simbol pada pengguna agar tidak
berlalu lalang didepan orang sedang sholat serta sebagai penanda arah kiblat.
Penerapan arsitektur semiotika dengan klasifikasi tanda pada bangunan masjid
AlIrsyad Satya didapatkan hasil dari anlisa dan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bangunan masjid Al-Irsyad Satya didesain sesuai dengan penerapan arsitektur
semiotika dengan klasifikasi tanda ikon, indeks dan Simbol.
2. Tanda Ikon pada bangunan masjid Al-Irsyad Satya terlihat pada bentuk
bangunannya yang menyerupai bangunan Ka’bah (Mekkah) yang berfungsi
sebagai kiblat atau patokan yang dijadikan arah shalat untuk umat muslim di
seluruh dunia. Bentuk bujur sangkar untuk sebuah barisan shalat yang artinya
dapat dengan mudah meluruskan shaf dari depan ke belakang.
3. Tanda Indeks pada bangunan masjid Al-Irsyad Satya yang memiliki sebab
akibat terdapat pada bentuk elemen yaitu : Menara Masjid, Tangga, Gate
Kesimpulan Entrance, Mihrab, Pedestrian, Kaligrafi Kufi, dan Interior Masjid.
4. Tanda simbol bola bulat bertuliskan lafad Allah di letakkan di depan mihrab
imam menandakan simbol pada masjid Al-Irsyad, karena simbol bola bulat itu
menginformasikan orang tidak boleh lewat ketika ada yang sedang mengerjakan
sholat dan sebagai tanda arah kiblat.
5. Penggunaan komponen pada Masjid Al-Irsyad Satya sebagai tanda yang
bersifat indikatif dengan menyatakan unsur arsitektur dengan fungsi dan makna
yang berbeda-beda, seperti elemen, ornamen, hiasan dan pedestrian.
6. Berdasarkan identifikasi pada studi kasus bangunan masjid Al-Irsyad Satya
yang diteliti adalah bangunan masjid yang mempelajari bagaimana orang
bernalar, berpikir, berkomunikasi, dan memberi makna apa yang ditampilkan oleh
bangunan kepada orang lain melalui tanda.
• Dariwu, C. T., & Rengkung, J. (2012). Kajian Semiotika Dalam Arsitektur
Tradisional Minahasa. Jurnal Arsitektur neliti.com. Retrieved 10 19, 19, from
https://media.neliti.com/media/publications/62038-ID-kajian-semiotoka-
dalamarsitektur-tradis.pdf
• Dharma, A. (2010). Semiotika Dalam Arsitektur. Retrieved 2019, from
Daftar Pustaka
http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/
• Mandey, J. C. (2017). Semiotik Gereja GMIM Jemaat Pniel Bahu Manado.
Media Matrasain Volume 14, No. 02.
• Mayasari, M. S., Tulistyantoro, L., & Rizqy, M. T. (2014). Kajian Semiotik
Ornamen Interior Pada Lamin Dayak Kenyah. Jurnal Intra Vol. 2, No. 2.
• Muktiono, A. (2018). Kajian Semiotika Arsitektur Masjid At-Tin. Jurnal Ilmiah
Arjouna, Vol. 02, No. 02.
• Muktiono, A. (2019). Tinjauan Semiotika Pada Masjid Jakarta Islamic Center.
Jurnal Ilmiah Arjuna, Vol. 03, No. 02.
•
Dari hasil jurnal tersebut kekurangan yang di dapat yaitu kurangnya informasi
Kekurangan
mengenai makna dari simbol yang terkandung dalam elemen arsitektur bangunan
Penelitian
masjid tersebut.
Kelebihan dari jurnal penelitian tersebut ialah sistematika penulisan yang
Kelebihan
terstruktur dan pemilihan kata yang sederhana, memudahkan pembaca dalam
Penelitian
memahami maksud peneliti.
JURNAL 3
Judul Penelitian Kajian Konsep Arsitektur Semiotik Pada Bangunan Gedung Pertunjukan
Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk memahami pengertian dari konsep
Tujuan Penelitian arsitektur semiotik dan memahami penerapan konsep arsitektur semiotik pada
bangunan Gedung Pertunjukan.
Pengenalan tanda dari suatu bangunan merupakan suatu bentuk komunikasi di
dalam arsitektur, dan yang paling mudah diterapkan ialah terhadap bentuk
fisik/fasade suatu bangunan. Arsitektur semiotik berkonsep menyelaraskan
simbol/tanda sebagai media komunikasi untuk menghadirkan sebuah kenyataan
yang terjadi pada bangunan maupun di sekitarnya. Metode penelitian ini
Ringkasan Abstrak
menerapkan jenis penelitian deskriptif kualitatif, sebab penelitian ini berfokus pada
pemahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Jenis
penelitian ini juga merupakan jenis penelitian dengan sistem melihat fakta-fakta
maupun ilustrasi suatu keadaan yang ada dan kemudian dianalisa dengan
mendeskripsikan serta mengidentifikasikan setiap aspek yang ada.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pesan dakwah yang terkandung pada
Tujuan Penelitian
arsitektur Masjid Agung Banten.
Penelitian ini membahas masalah pemaknaan simbol dalam bagian-bagian
arsitektur Masjid Agung Banten yang diharapkan dapat menjaga pesan yang
Ringkasan Abstrak
terkandung dalam arsitektur Masjid Agung Banten sejak dahulu zaman
kesultanan Banten sebagai salah satu bukti peradaban Islam di Provinsi Banten.
Secara etimologis, (Alex Sobur, 2004) istilah semiotika berasal dari kata yunani
Semeion yang berarti tanda. Tanda bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain. Semiotika Roland Barthes pada Teori Barthes menjelaskan dua
Ringkasan Teori
tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah hubungan
Yang Dipakai
eksplisit antara tanda dengan refrensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan
konotasi adalah aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta
nilainilai kebudayaan dan ideologi (Yasraf Amir Piliang, 2003:16-18).
Metode penelitian yang digunakan dalam analisis semiotik adalah bersifat
Metode Penelitian kualitatif. Metode kualitatif dipilih karena penelitian ini bertujuan mencari makna
yang siifatnya mendalam.
Elemen arsitektur yang mengandung pesan / makna akidah, syariah dan akhlak
yaitu pintu; apabila memasuki masjid maka setiap orang harus menundukkan
kepalanya yaitu mengatakan bahwa dihadapan Allah SWT semua manusia
Ringkasan Hasil derajatnya sama serta taat dan ketundukkan diri pada Allah SWT, kedua ; tiang
dan Pembahasan penyangga yang berarti sholat merupakan tiang atau pondasi dari agama islam
untuk memperteguh keimanan serta menjaga keimanan seorang muslim. Ketiga
yaitu atap yang berbentuk lima tingkat dan semakin ke atas semakin kerucut ;
yang berarti simbol rukun islam yang menjadi penghubung umat islam untuk
mendekatkan diri dengan Allah SWT. Keempat yaitu mimbar ; menunjukkan
bahwa ajaran Islam mengajarkan muslim utuk terbuka secara pemikiran serta
sikap dalam menerima budaya baru yang berkembang, penerimaan akan hal-hal
baru.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut :
1. Arsitektur adalah salah satu media untuk berkomunikasi. Arsitektur juga dapat
digunakan sebagai penyampai pesan-pesan dakwah. Tentunya hal ini tidak
dapat dipisahkan dengan fungsi dari arsitektur itu sendiri. Oleh karena itu,
Masjid adalah media dakwah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Agama
Islam. Dalam arsitektur Masjid Agung Banten yang merupakan peninggalan
kerajaan Islam di Banten sekaligus ikon dari Provinsi Banten hingga saat ini,
Kesimpulan
menyampaikan pesan-pesan dakwah yang menyangkut aqidah, syariah dan
akhlak dengan elemen-elemen arsitekturnya.
2. Pesan dakwah yang terdapat dalam arsitektur Masjid Agung Banten terdiri
dari pesan Aqidah yang terdapat pada pintu, dan pesan syariah yang terdapat
pada tiang penyangga utama, jendela dan atap. Serta pesan akhlak yang
terdapat pada mimbar dan menara. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan
bahwa pada masa Kesultanan Banten pesan yang berisi syariah terkait
peribadatan adalah pesan dominan yang coba disampaikan pada masa itu.
• Anshari, E. S. (1996). Wawasan Islam. Jakarta: Rajawali.
• Bachtiar, W. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
• Banten Wisata. (t.thn.). Dipetik Februari 15, 2016, dari
http://www.Bantenwisata.com/2015/09/Masjid-AgungBanten.html.
• Budiharjo, E. (1996). Jati Diri Arsitektur Indonesia. Bandung: Alumni.
• Effendy, O. U. (1991). Ilmu Komunikasi teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Daftar Pustaka Rosda Karya.
• Fanani, A. (2009). Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang.
• HP, N. (2000). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta: Bringin 55.
• Masinambow, E. (2001). Semiotika Mengkaji Tanda Dalam Artifak. Jakarta:
Balai Pustaka.
• Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika; Tafsir Cultural Studies Atas Matinya
Makna. Bandung: Jusutra.
• Sobur, A. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kekurangan
Dari hasil jurnal tersebut tidak terdapat kekurangan dalam penelitian tersebut.
Penelitian
Kelebihan dari jurnal penelitian tersebut ialah sistematika penulisan yang
Kelebihan
terstruktur dan pemilihan kata yang sederhana, memudahkan pembaca dalam
Penelitian
memahami maksud peneliti.
JURNAL 5
Makna Simbolik Arsitektur Rumoh Adat Aceh (Studi Pada Rumah Adat Aceh Di
Judul Penelitian
Pidie)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna simbolik yang terkandung
Tujuan Penelitian dalam arsitektur Rumoh Aceh. Keunikan dari arsitektur ini membuat penulis
tertarik melakukan penelitian pada Rumoh Aceh
Semiotika arsitektur pada Rumoh Aceh memiliki makna simbol dimulai dari setiap
sudut, ruang, dan pekarangan rumah yang mencerminkan budaya daerah masing
– masing. Untuk menganalisisnya penulis menggunakan teori semiotika Charles
Ringkasan Abstrak
Sanders Pierce yang mengemukaan prinsip triadik. Hasil dari penelitian ini Rumoh
Aceh mencerminkan kearifan, kebudayaan, tata krama dan juga keimanan
terhadap Allah SWT.