Anda di halaman 1dari 17

Nama : Senja Vista Asmara

NIM : 1970121020

REVIEW 5 JURNAL DENGAN TEMA SEMIOTIKA

JURNAL 1

Filosofi Arsitektur Masjid Al – Misbah Studi Arsemiotika Ikon –


Judul Penelitian
Indeks - Simbol

Jurnal Jurnal Arsitektur Zonasi

Yudhi Gunardi, Sri Handayani, Asep Yudi Permana, Lilis


Penulis
Widaningsih

Tahun Terbit 2021

Reviewer Senja Vista Asmara

Penelitian ini bertujuan menganalisis tanda-tanda simbolik yang


Tujuan Penelitian teridentifikasi secara visual dan mendeskripsikan makna gagasan
filosofis dibalik rancangan arsitektur Masjid Al-Misbah.
Bentuk Masjid Al – Misbah dengan arsitektur kontemporer dan
memiliki syarat makna simbolik dipilih oleh peneliti untuk meneliti
tanda – tanda simbolik yang teridentifikasi secara visual dan
mendeskripsikan makna filososfi arsitektur di balik rancangannya.
Ringkasan Abstrak Menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam penelitiannya.
Berdasarkan hasil analisis peneliti terdapat elemen arsitektur yang
memiliki makna serta filosofinya diantaranya, bentuk kubus, bentuk
topim bentuk teks lafadz “Allah”, konfigurasi bentuk makna, bentuk
dinding, serta pengaturan cahaya pada bangunan.
Arsitektur Masjid, Semiotika, Arsemiotik, Makna Simbolik, Masjid
Kata Kunci
Al-Mishbah.

Subjek Penelitian Masjid Al – Misbah

Pembahasan sistem tanda tak akan lepas dari bahasan semiotika.


Semiotika berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti
tanda. Tandatanda tersebut menyampaikan suatu informasi yang
Ringkasan Teori Yang Dipakai komunikatif, serta mampu menggantikan suatu yang lain (stand for
something else) yang dapat dipikirkan atau
dibayangkan(Broadbent, 1980)(Ibrahim & Ashadi, 2020) (Havidz
dan Ashadi, 2020). Istilah semiotika diperkenalkan pertama kali
dalam dunia filsafat pada akhir abad ke 17 oleh John Lock. Orang
yang pertama-tama mempelajari semiotika adalah Charles Sanders
Pierce (1839-1914). Semiotika arsitektur mengajak pengamat
untuk merenungkan berbagai hal terkait bentuk arsitektur dan
susunan tata ruang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
diawali dengan melakukan pengamatan terhadap obyek kajian.
Metode Penelitian
Selanjutnya dilakukan tahap pengumpulan data, analisis data, dan
penarikan kesimpulan.
Dari hasil pembahasan peneliti unsur – unsur semiotika pada
bangunan masjid tersebut yaitu pertama bentuk kubus hitam
berlapis batu templek yang menyerupai Ka’bah di baitullah yan
bermakna sebagai penanda atau arah qiblat umat islam, kedua
yaitu terdapat pada lafadz “Masjid” yang ditulis dalam bahasa arab
yang menandakan tempat khusus yang disediakan untuk shalat
lima waktu, ketiga yaitu bentuk lengkung asimetris topian beton
pada fasad bangunan bersimbol bentuk orang sedang yang
Ringkasan Hasil dan
bermakna penghambaan kepada Allah keempat yaitu konfigurasi
Pembahasan
bentuk dinamis pada bangunan dengan simbol asimetris yang
bermakna pola pikir dan pola sikap yang dinamis. Yang kelima yaitu
dinding mihrab dengan celah terbuka, terlihat langit dan bumi yang
bersimbol ayat kauniyah yang bermakna adanya alam semesta dan
kehidupan merupakan bukti bahwa ada dan mahakuasanya Allah.
Dan terakhir yaitu caha yang memenacar keluar bangunan
menyerupai orang sudut yang bersimbol lentera atau lampu yang
bermakna sikap tuduk, patuh dan taat kepada Allah (taqwa).
Berdasarkan analisis tanda-tanda yang teridentifikasi secara visual,
dapat disimpulkan tanda dan makna filosofis Arsitektur Masjid Al-
Misbah memiliki pesan dakwah sebagai berikut :
a. Bentuk kubus hitam pada bangunan utama, merupakan
gagasan simbolik Ka’bah, yang bermakna denotatif
Kesimpulan sebagai pusat orientasi qiblat shalat umat Islam, juga
bermakna konotatif sebagai simbol satu kesatuan arah
dan persatuan umat Islam.
b. Bentuk topi beton lengkung asimetris merupakan gagasan
simbolik orang bersujud, yang bermakna denotatif
bangunan ini memiliki fungsi utama sebagai Masjid
(tempat bersujud), juga bermakna konotatif sebagai
simbol penghambaan kepada Allah.
c. Bentuk teks lafadz “Allah” pada fasad gedung bagian atas
di sisi utara dan selatan, merupakan gagasan simbolik
Baitullah, yang bermakna denotatif tempat
mengaggungkan Allah, juga bermakna konotatif masjid
sebagai “Rumah Allah”.
d. Konfigurasi bentuk massa asimetris merupakan gagasan
simbolik ijtihad, yang bermakna denotatif upaya sungguh
sungguh untuk mencari solusi permasalahan umat, juga
bermakna konotatif tidak mengambil mentah-mentah
kebiasaan umum yang sudah ada sebelumnya tanpa
memahami makna esensinya (taqlid).
e. Bentuk dinding mihrab dengan celah terbuka, dari dalam
masjid terlihat langit dan bumi merupakan gagasan
simbolik ayat kauniyah yang bermakna denotatif bahwa
manusia harus melihat ayat-ayat Allah yang ada di jagad
raya, juga bermakna konotatif adanya alam semesta dan
kehidupan merupakan bukti ada dan mahakuasanya
Allah.
f. Cahaya yang memancar keluar dari bangunan
menyerupai orang sujud, merupakan gagasan simbolis
“AlMishbah” yang bermakna denotatif sebagai pesan
dakwah bahwa shalat dapat berdampak mencegah
perbuatan keji dan munkar, juga bermakna konotatif sikap
tunduk, patuh dan taat kepada Allah (Taqwa).
Abu Hasan Qusyairi, A. N. (2000). Maktabah Syamilah. In M. Bin
Hajjaj (Ed.), Shahih Muslim. Mauqi’u Wazaratul Auqaf. Al-Alban, S.
M. N. (2016). Shahih Muslim. Mukhtasar. Al-Quran. (n.d.).
JavanLabs. 2015-2021. Tafsir.Com Broadbent, G. (1980). Signs,
Symbols, and Architecture. John Willey & Sons. Bungin, B. (2007).
Daftar Pustaka Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Danesi, M. (2011). Pesan, Tanda dan Makna. In Evi Setyarini dan
Lusi Lian (Ed.), Komunikasi, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika
dan Teori. Dharma, A. (2016). Semiotika Dalam Arsitektur. In URL=
http://staffsite. gunadarma. ac. id/augs_dh/. Retrieved Desember
(No. 8). Fedyani, A. (2005). Antropologi Kontemporer (Saifuddin
(ed.)). Kencana. Havet, J. (1978). Main Trends of Research in
Social and Human Science. Mouton Publisher Unesco. Havidz, I.,
dan Ashadi, A. (2020). Kajian Arsitektur Simbolik Pada Bangunan
Olahraga Jakarta International Velodrome. Jurnal Arsitektur
ZONASI, 3(3), 265–271. https://doi.org/10.17509/jaz.v3i3.24964
Ibrahim, M. L., dan Ashadi, A. (2020). Kajian Konsep Arsitektur
Semiotik Pada Bangunan Gedung Pertunjukan. Jurnal Arsitektur
ZONASI, 3(3), 272–281. https://doi.org/10.17509/jaz.v3i3.25018
Jenks, Charles.(1977). The Language of Post-Modern Architecture.
London, Academy Editions. Martin, Judith dan Thomas K.
Nakayama. (2007). Intercultural Commu- nication in Contexts. New
York: Mc Graw Hill International. Mulyana, D. (2008). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Munawir,
A. W. (1997). Kamus Arab-Indonesia (Al Munawir). Pustaka
Progressif, 1087-1088. Prasanti, D., dan Sjafirah, N. A. (2017).
Studi Deskriptif Kualitatif tentang Makna Simbol Budaya Lokal bagi
Komunitas Tanah Aksara di Bandung. Komunika, 11(2), 198–212.
Rakhmat, J. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya. Rifqi, M. A., Anisa, dan Azza. (2014). Kajian
Arsitektur Simbolik Pada Bangunan Masjid Muhammad Azka Rifqi
Azza dan Anisa. Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 3, 213–220.
Tidak terdapat kekurangan dalam penelitian Masjid Al – Misbah
Kekurangan Penelitian
yang di teliti oleh penulis
Kelebihan dari penelitian ini ialah kelengkapan informasi yang
Kelebihan Penelitian
disampaikan oleh penulsi
JURNAL 2

Penerapan Konsep Arsitektur Semiotika Pada Bangunan Masjid Al – Irsyad


Judul Penelitian
Satya

Jurnal Jurnal Arsitektur Zonasi

Penulis Eka Fajar Nugraha, Ashadi

Tahun Terbit Desember 2020

Reviewer Senja Vista Asmara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan tanda


Tujuan Penelitian berdasarkan semiotika Peirce: Ikon, Indeks, dan Simbol pada bangunan Masjid
Al- Irsyad Satya.
Penelitian ini membahas penerapan arsitektur semiotika pada bangunan Masjid
Al – Irsyad Satya, yang membahas bahasa simbol dan proses pemaknaan sebuah
Ringkasan Abstrak
bangunan yang ingin disampaikan agar dapat dipahami dan dihayati oleh
masyarakat umum dan pengamat bangunan.

Kata Kunci Ikon, Indeks, Semiotika, Simbol, Tanda

Masjid Al – Irsyad Satya yang terletak di jalan Parahyangan KM. 27 Kota Baru
Subjek Penelitian
Parahyangan, Cipeudeuy, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Teori yang dipakai dalam penelitian ini ialah semiotika arsitektur. Semiotika
arsitektur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi
Ringkasan Teori
tanda, bentuk, simbol, dan ikon pada bangunan. Dalam teori ini terdapat tiga
Yang Dipakai
kategori hubungan tanda dan unsur arsitektur yaitu sintaksis, prakmatik, dan
sematik.
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu penelitian
Metode Penelitian
dengan mengamati fenomena secara lebih rinci tentang suatu keadaan.
Dari hasil penelitian tersebut analisis bentuk bangunan masjid Al-Irsyad Satya
membentuk ikon bangunan ka’bah. Bentuk Ka’bah berbentuk bujur sangkar yang
merupakan bentukan sempurna untuk sebuah barisan shalat yang artinya dapat
Ringkasan Hasil dengan mudah meluruskan shaf dari depan ke belakang. Mihrab masjid Al-Irsyad
dan Pembahasan Satya memperlihatkan pada bagian dindingnya yang menjorok dan membentuk
gate yang memperlihatkan tanda tempat sholatnya imam masjid. Pedestrian pada
masjid Al – irsyad Satya menginstruksikan kepada pengguna jalan dan kepada
pengunjung untuk berjalan keraha masjid. Kaligrafi yang terdapat pada fasad
bangunan menyiratkan tulisan ayat suci al- qur’an. Bola bulat lafadz Allah
diletakkan didepan mihrab imam menandakan simbol pada pengguna agar tidak
berlalu lalang didepan orang sedang sholat serta sebagai penanda arah kiblat.
Penerapan arsitektur semiotika dengan klasifikasi tanda pada bangunan masjid
AlIrsyad Satya didapatkan hasil dari anlisa dan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bangunan masjid Al-Irsyad Satya didesain sesuai dengan penerapan arsitektur
semiotika dengan klasifikasi tanda ikon, indeks dan Simbol.
2. Tanda Ikon pada bangunan masjid Al-Irsyad Satya terlihat pada bentuk
bangunannya yang menyerupai bangunan Ka’bah (Mekkah) yang berfungsi
sebagai kiblat atau patokan yang dijadikan arah shalat untuk umat muslim di
seluruh dunia. Bentuk bujur sangkar untuk sebuah barisan shalat yang artinya
dapat dengan mudah meluruskan shaf dari depan ke belakang.
3. Tanda Indeks pada bangunan masjid Al-Irsyad Satya yang memiliki sebab
akibat terdapat pada bentuk elemen yaitu : Menara Masjid, Tangga, Gate
Kesimpulan Entrance, Mihrab, Pedestrian, Kaligrafi Kufi, dan Interior Masjid.
4. Tanda simbol bola bulat bertuliskan lafad Allah di letakkan di depan mihrab
imam menandakan simbol pada masjid Al-Irsyad, karena simbol bola bulat itu
menginformasikan orang tidak boleh lewat ketika ada yang sedang mengerjakan
sholat dan sebagai tanda arah kiblat.
5. Penggunaan komponen pada Masjid Al-Irsyad Satya sebagai tanda yang
bersifat indikatif dengan menyatakan unsur arsitektur dengan fungsi dan makna
yang berbeda-beda, seperti elemen, ornamen, hiasan dan pedestrian.
6. Berdasarkan identifikasi pada studi kasus bangunan masjid Al-Irsyad Satya
yang diteliti adalah bangunan masjid yang mempelajari bagaimana orang
bernalar, berpikir, berkomunikasi, dan memberi makna apa yang ditampilkan oleh
bangunan kepada orang lain melalui tanda.
• Dariwu, C. T., & Rengkung, J. (2012). Kajian Semiotika Dalam Arsitektur
Tradisional Minahasa. Jurnal Arsitektur neliti.com. Retrieved 10 19, 19, from
https://media.neliti.com/media/publications/62038-ID-kajian-semiotoka-
dalamarsitektur-tradis.pdf
• Dharma, A. (2010). Semiotika Dalam Arsitektur. Retrieved 2019, from
Daftar Pustaka
http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/
• Mandey, J. C. (2017). Semiotik Gereja GMIM Jemaat Pniel Bahu Manado.
Media Matrasain Volume 14, No. 02.
• Mayasari, M. S., Tulistyantoro, L., & Rizqy, M. T. (2014). Kajian Semiotik
Ornamen Interior Pada Lamin Dayak Kenyah. Jurnal Intra Vol. 2, No. 2.
• Muktiono, A. (2018). Kajian Semiotika Arsitektur Masjid At-Tin. Jurnal Ilmiah
Arjouna, Vol. 02, No. 02.
• Muktiono, A. (2019). Tinjauan Semiotika Pada Masjid Jakarta Islamic Center.
Jurnal Ilmiah Arjuna, Vol. 03, No. 02.

Dari hasil jurnal tersebut kekurangan yang di dapat yaitu kurangnya informasi
Kekurangan
mengenai makna dari simbol yang terkandung dalam elemen arsitektur bangunan
Penelitian
masjid tersebut.
Kelebihan dari jurnal penelitian tersebut ialah sistematika penulisan yang
Kelebihan
terstruktur dan pemilihan kata yang sederhana, memudahkan pembaca dalam
Penelitian
memahami maksud peneliti.
JURNAL 3

Judul Penelitian Kajian Konsep Arsitektur Semiotik Pada Bangunan Gedung Pertunjukan

Jurnal Jurnal Arsitektur Zonasi

Penulis Muhammad Luthfi Ibrahim, Ashadi

Tahun Terbit Oktober 2020

Reviewer Senja Vista Asmara

Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk memahami pengertian dari konsep
Tujuan Penelitian arsitektur semiotik dan memahami penerapan konsep arsitektur semiotik pada
bangunan Gedung Pertunjukan.
Pengenalan tanda dari suatu bangunan merupakan suatu bentuk komunikasi di
dalam arsitektur, dan yang paling mudah diterapkan ialah terhadap bentuk
fisik/fasade suatu bangunan. Arsitektur semiotik berkonsep menyelaraskan
simbol/tanda sebagai media komunikasi untuk menghadirkan sebuah kenyataan
yang terjadi pada bangunan maupun di sekitarnya. Metode penelitian ini
Ringkasan Abstrak
menerapkan jenis penelitian deskriptif kualitatif, sebab penelitian ini berfokus pada
pemahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Jenis
penelitian ini juga merupakan jenis penelitian dengan sistem melihat fakta-fakta
maupun ilustrasi suatu keadaan yang ada dan kemudian dianalisa dengan
mendeskripsikan serta mengidentifikasikan setiap aspek yang ada.

Kata Kunci Arsitektur Semiotik, Charles Sanders Peirce, Gedung Pertunjukan

Subjek Penelitian Gedung Pertunjukan Keong Mas

Semiotika menyelidiki mengenai metode-metode, aturan-aturan, & kesepakatan


konvensi yang memungkinkan pertanda-indikasi tentang suatu hal demikian
memiliki sebuah arti. Istilah “semiotika” berasal dari istilah Yunani, semeion, yang
Ringkasan Teori berarti pertanda. Semiotika berarti ilmu seputar pertanda atau studi perihal
Yang Dipakai pertanda (the study of sign). Menurut Pierce, tandanya bukan struktur, tetapi
aktivitas kognitif yang bisa dirasakan oleh indera. Oleh karena itu, semiotika
Pierce juga disebut semiotika praktis. Peirce (Peirce) percaya bahwa tanda itu
adalah "sesuatu yang mewakili sesuatu".
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dan kualitatif. Penelitian
Metode Penelitian kualitatif dan deskriptif ini menghasilkan data deskriptif dalam bentuk tulisan di
sekitar orang atau kata-kata dan fakta yang mereka lihat.
Dari hasil penelitian tersebut analisis bentuk bangunan Keong Mas menyerupai
cangkang keong yang memberi kesan keingintahuan setiap pengunjung yang
datang tentang suatu kegiatan besar apa yang dilakukan di dalam bangunan yang
Ringkasan Hasil bervolume besar tersebut. Selanjutnya pada pintu utama dengan double door
dan Pembahasan merupakan bentuk tanda dari keberadaan ruang utama pemutaran film film yang
akan di tayangkan dan mampu menampung para pengunjung dengan jumlah
banyak. pada bagian interior perbedaan warna kursi khusus merupakan bentuk
tanda dari kursi – kursi yang mempunyai point of view ternyaman.
Semiotik Tanda Indeks dapat diamati dari beberapa lingkup jenisnya yaitu : mulai
dari lingkup lingkungan, lingkup tapak bangunan, lingkup bangunan bagian luar
maupun dalam, dan lingkup elemen bangunan. Penerapan konsep arsitektur
semiotik Tanda Indeks pada bangunan gedung pertunjukan yang telah dikaji
mempunyai bentuk tanda-tanda indeks yang muncul dan terlihat pada setiap jenis
lingkupnya seperti :
• Lingkup Lingkungan : tanda indeks yang muncul pada lingkup lingkungan
hanya didapat pada bentuk bangunan dari Theater IMAX Keong Emas yang
menjulang tinggi dengan bentukan yang terbilang unik. Dan juga dikarenakan
di area sekitar bangunan Keong Emas tersebut tidak ada bangunan-
bangunan lainnya seperti gedung-gedung yang tinggi sehingga membuat
bangunan tersebut nampak jelas apabila dilihat dari kejauhan. Bentuk
bangunan yang besar disertai dengan kondisi lingkungan yang bebas dari
Kesimpulan
keberadaan gedung-gedung tinggi membuat terjadinya kemunculan tanda-
tanda indeks pada gedung pertunjukan.
• Lingkup Tapak Bangunan : tanda indeks muncul pada setiap studi kasus yang
telah diteliti. Pada setiap studi kasus mempunyai bentukan volume bangunan
yang terbilang cukup besar. Hal ini tentu yang menarik perhatian setiap
pengunjung yang datang terlebih setiap studi kasus mempunyai bentuk tapak
dengan konsep masing-masing yang menarik perhatian pula. Bentuk massa
bangunan yang besar dengan bentuk tapak yang menarik perhatian,
membuat munculnya tanda-tanda indeks pada gedung pertunjukan.
• Lingkup Bangunan : tanda-tanda indeks yang muncul pada lingkup bangunan
terjadi pada setiap studi kasus yang diteliti. Tanda indeks pada setiap studi
kasus tergantung dengan kebutuhan ruang-ruang pada setiap gedung
pertunjukan. Munculnya tanda indeks pada luasan bangunan internal dan
eksternal mengacu pada posisi atau ruang, objek, peristiwa, dan kegiatan,
yang diwakili oleh tanda indeks yang terdapat di setiap bangunan gedung
pertunjukan.
• Lingkup Elemen Bangunan : tanda-tanda indeks yang muncul pada lingkup
elemen bangunan hanya muncul pada ruangan utama di setiap gedung
pertunjukan dan terjadi pada setiap studi kasus yang diteliti. Tanda indeks
pada lingkup elemen bangunan ini menjelaskan mengenai fungsi lain dari
sebuah elemen yang ada di setiap ruangan utama gedung pertunjukan.
• Ahmad, F. B. (2016). Makna Hidup Iklan Rokok di Televisi (Analisis Semiotika
John Fiske Terhadap Iklan Rokok “A Mild Go Ahead versi Langkah 2016”) .
Universitas Telkom
• Albar, M. W. (2018). ANALISIS SEMIOTIK CHARLES SANDER PIERCE
TENTANG TAKTIK KEHIDUPAN MANUSIA : DUA KARYA
KONTEMPORER PUTU SUTAWIJAYA . Lensa Budaya, 123 - 136
• Alireza Ghafari, M. M. (2015). Evaluation the Theories of Semiotics Approach
in the Reading of Architecture and Urbanism . JK Welfare & Pharmascope
Foundation | International Journal of Review in Life Sciences , 642-649 .
• Anggriawan, F. (2016). ANALISIS SEMIOTIKA WACANA IKLAN SABUN
MANDI DAN SAMPO PADA MAJALAH BOBO. UNIMED.
• Anusha.V.S, G. B. (2019). Movie Posters of Bollywood Remakes: A Semiotic
Daftar Pustaka
Analysis . International Journal of Innovative Technology and Exploring
Engineering (IJITEE) , 291-301.
• Ashadi. Kajian Makna Dalam Arsitektur Dan Paham-Paham Yang
Memengaruhinya. Jakarta: Arsitektur UMJ Press , 2018.
• Dariwu, Claudia T. “Kajian Semiotoka Dalam Arsitektur Tradisonal
Minahasa.” t.thn.: 21-22.
• Ekomadyo, Agus S. “Pendekatan Semiotika Dalam Kajian Terhadap
Arsitektur Tradisional Di Indonesia .” Seminar Nasional Naskah Arsitektur
Nusantara: Jelajah Penalaran Arsitektural , 9 September 1999 : 23.
• Enung Nurjanah, S. L. (2018). TINJAUAN SEMIOTIKA PUISI IBU
INDONESIA KARYA SUKMAWATI SOEKARNOPUTRI. Parole (Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) , 283-290.
Dari hasil jurnal tersebut kekurangan yang di dapat yaitu kurangnya aspek dan
Kekurangan
elemen arsitektur yang dijelaskan pada penulis, dan kurangnya kajian mengenai
Penelitian
makna dari simbol – simbol tersebut.
Kelebihan dari jurnal penelitian tersebut ialah sistematika penulisan yang
Kelebihan
terstruktur dan pemilihan kata yang sederhana, memudahkan pembaca dalam
Penelitian
memahami maksud peneliti.
JURNAL 4

Analisis Semiotika : Pesan Dakwah Dalam Arsitektur Masjid Agung Provinsi


Judul Penelitian
Banten

Jurnal Semiotika Arsitektur

Penulis Muhamad Nur, Fatmawati

Tahun Terbit 2017

Reviewer Senja Vista Asmara

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pesan dakwah yang terkandung pada
Tujuan Penelitian
arsitektur Masjid Agung Banten.
Penelitian ini membahas masalah pemaknaan simbol dalam bagian-bagian
arsitektur Masjid Agung Banten yang diharapkan dapat menjaga pesan yang
Ringkasan Abstrak
terkandung dalam arsitektur Masjid Agung Banten sejak dahulu zaman
kesultanan Banten sebagai salah satu bukti peradaban Islam di Provinsi Banten.

Kata Kunci Masjid, Pesan dan Banten.

Subjek Penelitian Masjid Agung Banten

Secara etimologis, (Alex Sobur, 2004) istilah semiotika berasal dari kata yunani
Semeion yang berarti tanda. Tanda bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain. Semiotika Roland Barthes pada Teori Barthes menjelaskan dua
Ringkasan Teori
tingkat pertandaan yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah hubungan
Yang Dipakai
eksplisit antara tanda dengan refrensi atau realitas dalam pertandaan, sedangkan
konotasi adalah aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta
nilainilai kebudayaan dan ideologi (Yasraf Amir Piliang, 2003:16-18).
Metode penelitian yang digunakan dalam analisis semiotik adalah bersifat
Metode Penelitian kualitatif. Metode kualitatif dipilih karena penelitian ini bertujuan mencari makna
yang siifatnya mendalam.
Elemen arsitektur yang mengandung pesan / makna akidah, syariah dan akhlak
yaitu pintu; apabila memasuki masjid maka setiap orang harus menundukkan
kepalanya yaitu mengatakan bahwa dihadapan Allah SWT semua manusia
Ringkasan Hasil derajatnya sama serta taat dan ketundukkan diri pada Allah SWT, kedua ; tiang
dan Pembahasan penyangga yang berarti sholat merupakan tiang atau pondasi dari agama islam
untuk memperteguh keimanan serta menjaga keimanan seorang muslim. Ketiga
yaitu atap yang berbentuk lima tingkat dan semakin ke atas semakin kerucut ;
yang berarti simbol rukun islam yang menjadi penghubung umat islam untuk
mendekatkan diri dengan Allah SWT. Keempat yaitu mimbar ; menunjukkan
bahwa ajaran Islam mengajarkan muslim utuk terbuka secara pemikiran serta
sikap dalam menerima budaya baru yang berkembang, penerimaan akan hal-hal
baru.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut :
1. Arsitektur adalah salah satu media untuk berkomunikasi. Arsitektur juga dapat
digunakan sebagai penyampai pesan-pesan dakwah. Tentunya hal ini tidak
dapat dipisahkan dengan fungsi dari arsitektur itu sendiri. Oleh karena itu,
Masjid adalah media dakwah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Agama
Islam. Dalam arsitektur Masjid Agung Banten yang merupakan peninggalan
kerajaan Islam di Banten sekaligus ikon dari Provinsi Banten hingga saat ini,
Kesimpulan
menyampaikan pesan-pesan dakwah yang menyangkut aqidah, syariah dan
akhlak dengan elemen-elemen arsitekturnya.
2. Pesan dakwah yang terdapat dalam arsitektur Masjid Agung Banten terdiri
dari pesan Aqidah yang terdapat pada pintu, dan pesan syariah yang terdapat
pada tiang penyangga utama, jendela dan atap. Serta pesan akhlak yang
terdapat pada mimbar dan menara. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan
bahwa pada masa Kesultanan Banten pesan yang berisi syariah terkait
peribadatan adalah pesan dominan yang coba disampaikan pada masa itu.
• Anshari, E. S. (1996). Wawasan Islam. Jakarta: Rajawali.
• Bachtiar, W. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
• Banten Wisata. (t.thn.). Dipetik Februari 15, 2016, dari
http://www.Bantenwisata.com/2015/09/Masjid-AgungBanten.html.
• Budiharjo, E. (1996). Jati Diri Arsitektur Indonesia. Bandung: Alumni.
• Effendy, O. U. (1991). Ilmu Komunikasi teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Daftar Pustaka Rosda Karya.
• Fanani, A. (2009). Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang.
• HP, N. (2000). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta: Bringin 55.
• Masinambow, E. (2001). Semiotika Mengkaji Tanda Dalam Artifak. Jakarta:
Balai Pustaka.
• Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika; Tafsir Cultural Studies Atas Matinya
Makna. Bandung: Jusutra.
• Sobur, A. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kekurangan
Dari hasil jurnal tersebut tidak terdapat kekurangan dalam penelitian tersebut.
Penelitian
Kelebihan dari jurnal penelitian tersebut ialah sistematika penulisan yang
Kelebihan
terstruktur dan pemilihan kata yang sederhana, memudahkan pembaca dalam
Penelitian
memahami maksud peneliti.
JURNAL 5

Makna Simbolik Arsitektur Rumoh Adat Aceh (Studi Pada Rumah Adat Aceh Di
Judul Penelitian
Pidie)

Jurnal Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Penulis Rahmat Haikal, Dr. Hamdani M. Syam, M.A.

Tahun Terbit November 2019

Reviewer Senja Vista Asmara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna simbolik yang terkandung
Tujuan Penelitian dalam arsitektur Rumoh Aceh. Keunikan dari arsitektur ini membuat penulis
tertarik melakukan penelitian pada Rumoh Aceh
Semiotika arsitektur pada Rumoh Aceh memiliki makna simbol dimulai dari setiap
sudut, ruang, dan pekarangan rumah yang mencerminkan budaya daerah masing
– masing. Untuk menganalisisnya penulis menggunakan teori semiotika Charles
Ringkasan Abstrak
Sanders Pierce yang mengemukaan prinsip triadik. Hasil dari penelitian ini Rumoh
Aceh mencerminkan kearifan, kebudayaan, tata krama dan juga keimanan
terhadap Allah SWT.

Kata Kunci Rumoh Aceh, Semiotika

Subjek Penelitian Rumah Adat Aceh

Teori Semiotika Charles Sanders Peirce mengembangkan teori menjadi 2


tingkatan yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi yang menghasilkan makna
eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi yang bermakna sebaliknya. Tanda atau
sign adalah bentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia pada
Ringkasan Teori sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda disebut dengan
Yang Dipakai representamen yang berfungsi sebagai tanda. Objek adalah sesuatu yang diwakili
oleh sign yang berkaitan dengan acuan. Interpretant atau pengguna tanda adalah
konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke
suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek
yang dirujuk sebuah tanda (Nöth, 1992:43).
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Metode Penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Peirce . Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah deskripti.
Simbol arsitektur pada ukuran pintu, tangga, dan guci menggambarakan
penghoramatan terhadap yang punya rumah. Ukuran pintu yang kecil membuat
seorang yang masuk harus menunduk, ini bisa dimaknai dengan sebuah
penghormatan terhadap pemilik rumah.
Tangga juga bermakna sebagai pembatas antara tamu dan pemilik rumah yang
bermaksud tamu yang bukan muhrim tidak boleh langsung bertemu dengan
Ringkasan Hasil
penghuni rumah. Tangga juga menggambarkan kepercayaan terhadap Allah
dan Pembahasan
SWT, itu terdapat pada anak tangga yang berjumlah ganjil.
Arah rumah yang membentang dari timur ke barat menggambarkan arah kiblat
yaitu menghadap ka’bah. Dalam sisi arsitektur, arah seperti ini bisa membuat
rumah bertahan dari terpaan angin kencang dan juga mudah masuknya sinar
matahari ke dalam rumah. Ruangan yang memanjang ini juga akan mudah untuk
melakukan shalat berjamaah.
Rumoh Aceh merupakan sebuah bangunan yang berbentuk rumah panggung.
Bangunan ini merupakan rumah yang berkontruksi kayu dan juga bahanbangunan
yang diambil dari hasil kekayaan alam sekitar. Pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda terilhami arsitektur Rumoh Aceh yang diberlakukan dalam
kehidupan masyarakat Pidie sebagai pola hidup yang sehat dan bukan hanya
sekedar tempat hunian, tetapi juga merupakan ekspresi keyakinan masyarakat
Pidie terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta adaptasi manusia dengan alam
sebagai tempat hunian yang sarat dengan nilai-nilai religi, histori dan filosofi
merupakan rumah adat yang dimiliki masyarakat Pidie. Rumoh Aceh di Pidie
terdapat empat tipe berdasarkan kebutuhan serta fungsi kepala keluaraga, yaitu
tipe Rumoh Istana Kuta Keumala Dalam, Rumoh Raya atau Rumoh Keurajeun,
Rumoh Aceh pemuka masyarakat, dan Rumoh Aceh masyarakat umum. Namun
Kesimpulan
untuk tipe Rumoh Istana Kuta Keumala Dalam sudah tidak bisa ditemukan lagi
(punah) karena dibakar oleh Belanda sedangkan Rumoh Raya atau Rumoh
Keurajeun sudah agak sulit menemukan gambar/foto karena rumah ini sudah
sangat langka. Arsitektur Rumoh Aceh dibangun sangat presisi dan tradisional
dimana tidak terdapatnya paku pada bangunan rumah dan menggunakan kayu
hasil alam dengan cara pemilihan kayu yang sangat ramah lingkungan. Rumoh
Aceh dibangun sangat kokoh hingga ratusan tahun serta tahan dari segala
bencana alam seperti banjir, gempa, dan angin kencang. Arsitektur Rumoh Aceh
menyampaikan pesan tersirat atau sebuah makna yang tersembunyi untuk
menggambarkan sesuatu seperti strata sosial dengan jumlah tameh, ukiran,
bahan bangunan, bentuk rumah, serta ukuran rumah. Selanjutnya
menggambarkan kepercayaan terhadap Allah SWT atau menjalakan syariat atau
kaidah islam dengan jumlah anak tangga, bentuk pintu, guci, ukiran, serta arah
rumah. Arsitektur Rumoh Aceh memberikan penghormatan kepada pemilik rumah
terutama kaum perempuan yang terletak pada ukuran pintu yang kecil,
penghubung dengan tangga, dan ruangan tengah yang agak tinggi yang
diperuntukkan kepada kaum perempuan.
Anggraini, C.D. 2015. Rumah Tradisional Etnis-etnis di Aceh. Banda Aceh: Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Hurgronje, Snouck. 1985. Aceh Di Mata Kolonialis (Jilid I). Jakarta: Yayasan Soko
Guru.
Koentjraningrat. 1993. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Lechte, Jhon. 2001. 50 Filsuf Kontemporer; dari Strukturalisme sampai
Posmodernitas. Yogyakarta: Kanisius.
Leigh, B. 1989. Hands of Time The Craftsof Aceh (Tangan-Tangan Terampil Seni
Kerajinan Aceh). Jakarta: Djambatan.
Pilliang, Yasraf Amir, 2009. Posrealitas: Kebudayaan dalam Era Posmetafisika.
Jakarta: Jalasutra.
Daftar Pustaka Ratna, Nyoman Ketut. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari
Strukturalisme hingga Poststruktutralime, Perpektif Wacana Naratif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sumber lainnya
Kusumarini, Yusnita, 2006. Analisis Teks Dan Kode Interior Gereja Karya Tadao
Ando Church of The Light dan Church on the Water. Dimensi Interior, Vol.4, No.1.
Bandung: Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen
Petra.
Nöth, Winfried. 1992. Handbook of Semiotica dalam Yudha, Jurnal Analisis.
Pradopo, Joko Rahmad. 1999. Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya
dalam Pemaknaan Sastra dalam Humaniora No 10 Januari-April 1999.
Samampouw, Marleen.M.A. 2010. Dongeng LaBella Au Bios Dormant: Suatu
Kajian Semiotik dalam Bahtra, Jurnal Bahasa dan SastraVol II No 5 Juli 2010.
Kekurangan
Dari hasil jurnal tersebut tidak terdapat kekurangan dalam penelitian tersebut.
Penelitian
Kelebihan dari jurnal penelitian tersebut ialah sistematika penulisan yang
Kelebihan
terstruktur dan pemilihan kata yang sederhana, memudahkan pembaca dalam
Penelitian
memahami maksud peneliti.

Anda mungkin juga menyukai