Anda di halaman 1dari 128

SEJARAH MASJID BESAR NURUL HUDA TOMAN

KABUPATEN MUSI BANYUASIN


(KAJIAN ARSITEKTUR DAN AKTIVITAS SOSIAL KEAGAMAAN)

SKRIPSI

Diajukan
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
Humaniora (S.Hum) dalam bidang Sejarah Peradaban Islam

Oleh:

RESIANA
NIM. 1830402063

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN RADEN FATAH

PALEMBANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini Palembang merupakan salah satu wilayah yang ada di provinsi

sumatera selatan, Palembang sendiri memiliki banyak sekali peninggalan budaya,

baik itu dari sisi sejarah maupun arkeologis.

Sejarah adalah ilmu yang berkaitan dengan Arkeologi, Arkeologi adalah ilmu

yang mempelajari sisa-sisa warisan budaya masa lalu untuk menemukan kehidupan

masyarakat yang mendukung budaya mereka dan mencoba memahami perilaku

masyarakat tersebut dan bagaimana budaya mereka berubah, menjadi merekonstruksi.

Salah satu peninggalan sejarah atau arkeologi yang paling terkenal selain makam

adalah masjid. Masjid ini merupakan bukti masa lalu Kerajaan Islam dilihat dari

berbagai perspektif sejarah dan peninggalan arkeologi.1

Arkeologi Islam merupakan salah satu teknik analisis untuk menelusuri

sejarah Islam di Indonesia. Dalam kegiatan ini, arkeologi dapat dipahami sebagai

ilmu historiografi yang mempelajari kehidupan manusia berdasarkan kegiatan masa

lampau dilihat dari sisa-sisa kehidupan yang terawetkan secara sistematis atau dalam

1
Retno, dkk“Peta Budaya Indonesia”,( Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2013), hlm.73

1
keadaan baik sehingga apa yang ditemukan di bawah permukaan ditemukan dari

dalam bumi.2

Bentuk peninggalan kebudayaan dalam kajian arkeologi berubah monumental

ialah Masjid. Masjid serapan dari bahsa Arab masjid, secara harfiah (tempat sujud),

yang berarti tempat shalat bagi umat islam.3 Pada tahap pertama arsitektur islam, 650-

750 masjid terdiri dari ruang terbuka dan tertutup yang dikelilingi oleh dinding,

seringkali dengan menara yang berfungsi sebagai tempat adzan dikeluarkan. Bagunan

masjid biasanya berisi mihrab yang dipasang dekat dinding yang menunjukkan arah

kiblat ke Mekkah, dan fasilitas wudu. Masjid memiliki peranan penting dalam

penyelenggaraannya, karena itu masjid digunakan sebagai tempat untuk beribadah

bagi umat muslim, serta dimanfaatkan untuk penyelenggaraan ajaran agama islam.

Masjid merupakan salah satu wadah atau sarana untuk menyebarkan Dakwah

Islamiyah. Masjid juga merupakan sarana pokok yang mutlak diperlukan bagi

perkembangan masyarakat Islam. Masjid merupakan tempat pendidikan agama Islam

yang pertama dibentuk dalam lingkungan masyarakat Muslim, berguna untuk

mengajarkan anak-anak tentang dasar ilmu agama Islam, kajian agama islam serta

aturan dan ketetapan sebagai umat muslim.

2
Sarwini, “Nilai Penting Masjid Kuno Nurul Huda Bagi Masyarakat Pulo Kambing Aceh
Selatan, Skripsi, (Banda Aceh: Fakultas Adab UIN Ar-Raniry,2013). hlm.1
3
John L. Esposito, ed.(2014).”Mosque”. The Oxford Dictionary Of Islam. Oxford University
Press.

2
Agama islam merupakan salah satu agama yang paling benar ketetapannya,

tidak heran bahwasanya banyak sekali peninggalan bersejarah yang ditinggalkan. Hal

tersebut mengungkapkan peninggalan sejarah maka perlu ilmu yang bisa

merekonstruksi kembali kehidupan masyarakat kala itu dan dapat mendukung

kebudayaan. Upaya yang harus dilakukan yaitu memerlukan ilmu sejarah, agar dapat

menjelaskan bentuk kebudayaan dalam penelitian ini. Hasil peninggalan sejarah yang

bercorak Islam, salah satunya adalah masjid, masjid secara etimologi menjadi objek

arsitektur dilihat dari bentuk dan arsitekturnya yang bervariasi serta memiliki

kekhasan tersendiri.

Di Indonesia, kekhasan arsitektur masjid adalah beratap tumpang yang berasal

dari abad ke-16 dan abad ke-17 masehi, mengambil bentuk bangunan masa Pra-Islam

yang disebut meru. Masjid-masjid kuno banyak yang dibuat dari pintu rendah, yang

bila orang memasukinya harus hati-hati agar tidak terantuk kepalanya. Karena

pembuatan pintu rendah Merupakan penerapan dan penghormatan terhadap masjid.

Di Palembang banyak bangunan masjid kuno yang didirikan, diantaranya

Masjid Agung Palembang, Masjid suro, Masjid Lawang Kidul dan masih banyak lagi

Masjid lainnya. Adapun peneliti tertarik untuk mengkaji Masjid Besar Nurul Huda di

Toman karena memiliki ciri khas yang khusus, yang terlihat pada bentuk bangunan,

bahan bangunan yang digunakan berdasarkan bahan kayu, dan memiliki tumpang

tingkat tiga, dilihat juga disisi lainya, seperti mimbar, jendela pintu, dan komponen-

komponen lain yang ada di dalam masjid.

3
Masjid kuno adalah bangunan yang dibangun berdasarkan tradisi seni

bangunan lama, baik tradisi bangunan kayu maupun bahan lainya. Konstruksi

tradisional bangunan tampak sangat menonjol dengan diterapkan struktur susunan

bagian, di tutupi alasnya dengan bahan bata, bahan ini merupakan pondasi mendasar

yang menghubungkan masjid ke tanah.

Bentuk peninggalan masjid bersejarah yang ingin peneliti kaji yang terletak

di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Masjid tersebut dikenal dengan sebutan Masjid Besar Nurul Huda Toman. Masjid ini

merupakan satu satunya bangunan monumental kebudayaan islam yang dimiliki oleh

masyarakat setempat. Masjid Besar Nurul Huda didirikan pada tahun 1932 M.

Bangunan masjid ini masih sangat tradisional dibandingkan masjid lainnya, karena

hampir seluruh bangunan menggunakan kayu, kecuali atap dan lantai. Masjid Nurul

Huda terbilang unik untuk masjid yang berfungsi sebagai tempat beribadah.

Masjid Besar Nurul Huda telah banyak memberikan nilai lebih bagi

masyarakat setempat, dilihat dari fungsinya yaitu sebagai tempat melaksanakan

ibadah shalat, dan aktivitas dosial keagamaan lainya. Kegiatan tersebut rutin

dilakukan oleh masyarakat sehari lima kali, sebagai tempat shalat berjamaah di

masjid. Sebab masyarakat sangat memperhatikan nilai-nilai penting masjid, misalnya

dari segi ilmu pengetahuan dibidang sejarah, masjid ini memiliki cerita sejarah

dibidang tersebut terkait dengan asal mula didirikanya masjid. Berupa nilai sejarah

4
yang terkandung didalamnya, terkait informasi mengenai sejarah dibangunnya

Masjid serta kebudayaan yang terjadi di lingkungan Masjid.

Dalam pandangan kajian arkeologi biasanya membahas mengenai arsitektur

bangunan, untuk mengetahui pola arsitektur dan fungsi dari masjid ini, mungkin

hampir sama dengan masjid pada umumnya, untuk lebih meyakinkan maka dari itu

penelitian mengadakan riset untuk mengetahui perbedaan dan proses perkembangan

budaya yang ada di masjid di kecamatan babat Toman ini. Masjid Nurul Huda yang

didirikan oleh K.H Abdurrahman Pada tahun 1932.4

Secara khusus kondisi bangunan masjid tidak mengalami perubahan secara

mendasar dilihat dari sejak awal keberadaannya, unsur-unsur yang menampilkan

ragam hias arsitektur masjid masih mengarah pada ciri-ciri ragam hias pada masa

kesultanan Palembang. Masjid Besar Nurul Huda memiliki tata ruang utama dan

ruang mihrab, pada bagian belakang dekat serambi masjid terdapat juga tempat

wudhu, dan terdapat juga kamar mandi.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

secara mendalam. Mengingat persoalan tersebut bisa menjadi dasar untuk

memberikan gambaran umum permasalahan dalam penelitian ini. Peneliti ingin

mengalih lebih dalam tentang sejarah Masjid Besar Nurul Huda Toman, dan pola

4
Wawancara dengan Bapak H.Muslim Nordin, Imam Masjid Nurul Huda Toman Kecamatan
Babat Kabupaten Musi Banyuasin, 16 Oktober 2022

5
arsitektur masjid tersebut serta aktivitas keagamaan masyarakat yang terjalin

didalamnya. Hal tersebut dapat peneliti kaji melihat keadaan masyarakat Babat

Toman dalam menggunakan masjid sebagai sarana ibadah maupun dalam kehidupan

sosial keagamaan.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada sejarah masjid dan fungsi Masjid Besar Nurul

Huda Toman. Selanjutnya batasan mengenai kajian dalam bentuk kebudayaan di

Masjid Besar Nurul Huda dilihat dari arsitektur bangunan masjid, hal tersebut

memakai sudut pandang arkeologi sebagai pembahasan umum mengenai bentuk

masjid, bagian banguanan dan komponen-komponen lainnya. Berdasarkan latar

belakang diatas maka, pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana Sejarah Masjid dan Fungsi Masjid Besar Nurul Huda Desa Toman

Kecamatan Babat Toman?

2. Bagaimana Arsitektur Masjid Besar Nurul Huda dilihat dari pandangan

Arkeologi dan Aktivitas Sosial Keagamaan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Masjid Nurul Huda

Desa Toman ini, terdapat dua tujuan penelitian yang diharapkan penulis, yaitu:

6
1. Untuk mengetahui sejarah masjid dan fungsi Masjid Nurul Huda Desa Toman

Kecamatan Babat Toman.

2. Untuk mendapatkan informasi dan deskripsi lengkap tentang Arsitektur

Masjid Besar Nurul Huda Tpman dalam pandangan Arkeologi. Serta

mengetahui aktivitas sosial keagamaan masyarakat dalam kegiatan

menggunakan peran masjid.

Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu lebih menekankan pada aspek-aspek budaya

yang lebih abstrak, sedangkan manfaat praktis lebih keguna dan fungsinya:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah dapat menambah wawasan

tentang sejarah masjid Nurul Huda Toman, dan arsitektur masjid ini. Selain

itu juga dapat memberikan informasi mengenai nilai-nilai yang terkandung

dilihat dari fungsi masjid Nurul Huda Toman. Kemudian dapat membantu

masyarakat supaya lebih jauh mengenal bangunan bersejarah yang dimiliki

oleh Desa Toman. Masjid tersebut menggunakan perpaduan antara budaya

khas tradisional yang dipadupadankan dengan budaya cina-melayu.

7
2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu diharapkan mampu

memberikan informasi kepada khalayak umum mengenai makna baru yang

terdapat pada desain interior Masjid, masjid toman memiliki persamaan

dengan masjid bersejarah di Palembang. Diharapkan juga bisa dijadikan

sebagai referensi pengetahuan untuk mengetahui kebudayaan yang ada

serta bisa melihat pandangan arkeologis baik dari segi bentuk dan

arsitektur. Agar dapat memperkenalkan hasil kebudayaan yang ada di

Kecamatan Babat Toman.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka umumnya dimaknai berupa ringkasan atau rangkuman dan

teori yang ditemukan dari sumber-sumber bacaan yang terkait dengan objek

penelitian yaitu tentang Masjid Besar Nurul Huda Toman. Penyusunan kajian

pustaka bertujuan mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori,

metode, atau pendekatan yang pernah berkembang dan telah didokumentasikan dalam

bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah,dokumen-dokumen dan lain-

lain yang terdapat di perpustakaan.5

5
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif ,(Yogyakarta : Diva Press,
2012), P.81

8
Dasar pertimbangan perlu disusunnya kajian pustaka dalam satu rancangan

penelitian didasari oleh kenyataan bahwasanya setiap objek kultural merupakan

gejala multidimensi sehingga dapat dianalisis lebih dari satu kali secara berbeda-beda,

baik oleh orang yang sama ataupun berbeda. Berdasarkan pengertian dan pendapat

ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang

berkaitan dengan objek penelitian yang dibuat dan didokumentasikan yang digunakan

untuk menganalisis objek penelitian yang dikaji.

Mengenai obyek penelitian yaitu Masjid Besar Nurul Huda Toman, peneliti

sampai saat ini belum dapat menemukan buku-buku yang berhubungan langsung

dengan Masjid Nurul Huda baik dalam kajian sejarah maupun arsitektur, karena

belum ada yang meneliti sebelumnya. Namun, mengenai masjid kuno arab Indonesia

telah banyak menjadi bahan perdebatan. Pembahasan sebelumnya tentang Mesjid

kuno biasanya hanya Merujuk pada Masjid populer seperti Mesjid Agung Demak,

Mesjid Sunan Ampel, dan di Palembang sendiri ialah masjid Agung Palembang, serta

lain sebagainya. Berdasarkan keterangan tersebut peneliti menggunakan kajian

Pustaka yang sedikit merujuk dan terkait pada objek penelitian yang peneliti kaji.

Dalam buku berjudul “Masjid & makam bersejarah di Sumatera” tahun 2008,

yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.6

Buku ini menggunakan metode sejarah, sehingga membahas secara kritis pencatatan

6
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. “Masjid dan Makam
Bersejarah di Sumatera”. 2008

9
peristiwa sejarah masa lampau. Penelitiannya berfokus pada sejarah Mesjid

Palembang. Karena Mesjid bersejarah memiliki kelebihan yang unik. membangun

arsitektur yang memiliki kesamaan bentuk bangunan dengan gaya eropa, arab dan

etnis cina. Beragam seni dekoratif seperti tema lokal seperti kaligrafi, tanaman,

bunga. Selain itu, Mesjid bersejarah ini memiliki sisi fungsional, selain sebagai

tempat ibadah, juga digunakan untuk menyebarkan Ajaran Agama Islam.

Pertama, Skripsi berjudul “Masjid Jami’ Sungai Lumpur di kelurahan 11 ulu

Kecamatan Seberang Ulu II Palembang (Tinjauan Arkeologis),” ditulis oleh Dodi

Hamran dengan Nomor Induk Mahasiswa 0042003 tahun 2015, Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Institute Agama Islam Negeri

Raden Fatah Palembang. Skripsi ini berisi empat bab, yang menggunakan pendekatan

arkeologi dan sosiologis. Pada bab II skripsi ini membahas mengenai sejarah masjid

Jami,7 dan kondisi umum masyarakat di Kelurahan 11 Ulu Palembang. Kemudian

pada bab III mendeskripsikan arkeologi masjid Jami.

Kedua, Skripsi berjudul “Kajian Sosiologi Pada Transformasi Atap Masjid Di

Kota Palembang,” ditulis oleh Joni Apero dengan Nomor Induk Mahasiswa

13420034 tahun 2018, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.skripsi ini berisi lima

7
Masjid Jami’ Sungai Lumpur termasuk salah satu masjid tua yang ada di kota Palembang
didirikan pada tahun 1289 Hijriah atau 1873 Masehi. Dodi Herman, “Masjid Jami’ Sungai Lumpur di
kelurahan 11 ulu Kecamatan Seberang Ulu II Palembang (Tinjauan Arkeologis),” Skripsi,
(Palembang: Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2015),
hlm. 19 & Husni Rahim, Sistem Otoritas & Administrasi Islam-Studi Tentang Pejabat Agama Masa
Kesultanan dan Kolonial di Palembang, (Ciputat: Logos, 1998), hlm. 217

10
bab,8 metode penelitian yang digunakan adalah penelitian sosiologis yang bersifat

deskriptif kualitatif. Pada bab II pembahasan mengenai keadaan Palembang di tengah

kancah kebudayaan dunia. Pada bab III skripsi ini membahas mengenai deskripsi

umum masjid-masjid di kota Palembang meliputi masjid tradisional dan masjid

tradisi, kemudian bab IV skripsi ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

transformasi atap masjid di kota Palembang, ditinjau dari perubahan kebudayaan, dan

faktor yang menjadi perubahan kebudayaan seperti faktor immaterial, ideologi dan

pemerintahan dan paradigma kubah pada masyarakat Palembang.

Perbedaan dari ketiga kajian penelitian tersebut, yang diteliti oleh penulis

adalah peneliti ini melihat Masjid manajemen Masjid arsitektur Masjid dan keunikan

sejarah Masjid di Palembang. Dalam penelitian ini, penulis membahas tentang sejarah

dan fungsi Masjid baik dari perspektif arkeologi yang terlihat pada arsitektur Masjid

maupun nilai-nilai penting Masjid Besar Nurul Huda Toman. Dalam penelitian

tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

arkeologi. Dalam pandangan kajian arkeologi merupakan analisis deskriptif yang

menggambarkan dan menjelaskan hasil penelitian berdasarkan analisis mendalam.

Dalam penelitian ini, dikumpulkan informasi perpustakaan terkait Masjid Besar

Nurul Huda Toman. Fokus penelitian adalah bahwa Masjid Besar Nurul Huda Toman

8
Di Palembang terdapat tiga jenis bangunan tradisional tempat tinggal masyarakat yaitu,
rumah limas, rumah gadang dan rumah rakit. Dalam konstruksi atap rumah limas dan rumah gudang
berbentuk bidang miring yang melebar di bagian sisinya kemudian bidang lainya menjepit sehingga
berbentuk segi tiga atau segi empat. Digunakan sebagai tempat ibadah. Skripsi Joni Apero, “Kajian
Sosiologi Pada Transformasi Atap Masjid Di Kota Palembang” Skripsi Palembang: Fakultas Adab
dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2018),hlm. 62 & Jhony Siregar dan
Rifai Abu (ed), Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Selatan,hlm. 15

11
memiliki peninggalan sejarah dan arkeologi. Sebagaimana arsitektur Masjid ini

menunjukkan kesederhanaan penggunaan komponen utama dalam ciri-ciri masjid

tradisional, yaitu menggunakan bahan baku dari alam sekitar berupa kayu unglen.

E. Kerangka Teori

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menghasilkan jenis karya

sejarah yang melaporkan peristiwa masa lampau. Penelitian ini dilakukan di Masjid

Besar Nurul Huda desa Toman sebagai tempat penelitian. Adapun penelitian ini juga

mengacu pada hasil budaya berupa material dari masa lalu, berupa bangunan suci

seperti tempat ibadah. Oleh karena itu, ketika penjelasannya tidak terlepas dari ruang

dan waktu, maka peneliti menggunakan pendekatan sejarah-arkeologi. Latar belakang

dibangunnya Masjid Besar Nurul Huda dijelaskan dengan pendekatan sejarah.

Pendekatan arkeologi digunakan untuk mempelajari arsitektur Masjid.

Adapun teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teori

Fungsionalisme, dari Bronislaw K. Malinowski, berdasarkan hal tersebut berikut

penjelasan mengenai teori ini.

a. Teori Fungsionalisme

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang mempunyai seperangkat konsep,

definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai

tiga fungsi yaitu, menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan

12
pengendalian (control) suatu gejala.9 Penelitian mengenai Sejarah masjid Besar Nurul

Huda Toman, yang akan penulis analisis menggunakan teori fungsionalisme dari

Bronislaw K. Malinowski. Alasan penulis menggunakan teori Fungsionalisme dari

Bronislaw K. Malinowski karena penelitian mengganggap teori ini cukup relevan

untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

K. Malinowski mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan

Fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan

bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata lain pandangan

Fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan

yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian

dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar

dalam kebudayaan bersangkutan. Menurut Malinowski, fungsi dari suatu unsur

kebudayaan adalah kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu

kebutuhan sekunder dari pada warga suatu masyarakat.10

Menurut Bronislaw K. Malinowski bahwa untuk memperoleh pemahaman

yang aktual, peneliti harus terjun langsung ke lapangan ke masyarakat yang menjadi

objek penelitian. Dengan cara yang demikian akan terlihat suatu yang sungguh-

sungguh nyata, aktual, dan dapat mengorek hal-hal yang kadang-kadang hal yang

tidak tampak oleh penglihatan peneliti. Aliran atau faham yang menentang cara kerja

9
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta. hlm. 8
10
T.O, Ihroni. (1987). Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya I dan II, Jakarta:
P.T. Gramedia. hlm. 59

13
Antropologi belakang meja ini kemudian dikenal dengan aliran atau faham

fungsionalisme, dengan tokohnya Bronislaw K. Malinowski dan A.R.Radcliffe

Brown, dan secara kebetulan aliran ini muncul dan berkembang di Inggris atau

British Antropology. Antropologi Inggris ini sangat menaruh minat pada masalah-

masalah sosial, khususnya di Inggris. Dalam perkembangan selanjutnya kedua tokoh

tersebut lebih dikenal sebagai pencetus dan pengajur teori fungsionalisme. Secara

singkat dapat dikemukakan, asumsi-asumsi dasar

Teori fungsi dalam ilmu antropologi kurang lebih adalah sebagai berikut :

1) Suatu kesatuan sosial dan budaya adalah salah satu sistem tersendiri yang

terdiri dari unsur-unsur bagian-bagiannya;

2) Setiap unsur atau bagian tidak berdiri sendiri, tetapi saling bergantung;

3) Setiap unsur atau bagian ini ada karena memang dibutuhkan;

4) Keadaan saling bergantung atau berkait itu bukan terjadi secara kebetulan,

tetapi Kehadiran keseluruhan berorientasi pada kelagsungan hidup sistem

tersebut secara Totalitas;

5) Perubahan pada suatu unsur atau bagian dapat berakibat perubahan atau

berpengaruh

Pada keberadaan atau bagian-bagian yang lain.11 Dengan asumsi-asumsi dasar

tersebut, mereka berusaha mengenali ciri-ciri sistematik suatu kesatuan sosial budaya

yang menjadi perhatiannya. Kecuali itu dengan asumsiasumsi dasar tersebut peneliti

11
Harsojo. (1996). Pengantar Antropologi, Djakarta: Binatjipta.hlm. 72

14
fungsional juga berusaha untuk mengungkapkan bagaimana Suatu sistem bekerja dan

hidup. Dengan demikian sesungguhnya masalah yang akan diungkap bukan hanya

tentang “apa”, tetapi yang lebih ditekankan adalah “mengapa” dan “bagaimana” serta

untuk “apa”. Mengapa unsur-unsur atau intuisi-intuisi itu saling berhubungan, dan

bagaimana bentuk keberhubungan itu. Kecuali itu peneliti juga dituntu untuk mencari

tahu “untuk apa” semua unsur itu ada dalam kaitannya dengan sistem yang

bersangkutan.

Teori fungsionalisme mempunyai pendirian bahwa segala aktivitas

kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sebuh

kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan keseluruhan kehidupannya.

Kesenian sebagai contoh dari salah satu unsur kebudayaan misalnya, terjadi karena

mula-mula manusia ingin memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan.12

Sebagai contoh, jika seseorang peneliti ingin mengungkapkan kesenian yang terdapat

dalam masyarakat tertentu, kecuali akan mendiskripsikan bagaimana kesenian

tersebut, juga harus dapat mengemukakan alasan mengapa kesenian tersebut diadakan

atau diciptakan. Dengan kata lain mempertanyakan fungsi. Fungsi tersebut akan

transparan dalam kaitanya dengan unsur-unsur budaya atau intuisi dalam masyarakat

yang bersangkutan. Diantara berbagai unsur atau aspek kehidupan yang saling

berkaitan dengan kesenian tadi, harus diketahui pula dengan unsur apa saja secara

kuat terkait, sehingga pada akhirnya jawaban apa fungsi suatu kesenian itu diciptakan

12
Koentjaraningrat, (1958). Metode 2 Antropologi Dalam Penyelidikan2 Masyarakat
Kebudayaan di Indonesia, Djakarta: Universitas Indonesia. Hlm 171

15
oleh masyarakat yang bersangkutan. Dalam rangka memahami tentang “mengapa”

atau “untuk apa” atau makna suatu kesenian dalam masyarakat, Bronislow K.

Malinowski menganjurkan kegiatan yang harus dilakukan oleh masyarakat,

Bronislow K. Malinowski menganjurkan kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti

antara lain:

1) Peneliti harus terjun langsung ke lapangan objek;

2) Bahasa masyarakat yang bersangkutan harus benar-benar dipahami atau

dikuasai;

3) Peneliti harus melakukan partisipasi, tetati tetap berlaku sebagai peneliti dan

bukan hanyut menyatu dengan masyarakat;

4) Peneliti harus melakukan observasi secara cermat, terlebih terhadap setiap

unsur budaya atau intuisi yang ada di dalam masyarakat tersebut saling

berkaitan;

5) Melalui partisipasi dan kecermatan observasi, peneliti harus memperhatikkan

hal-hal yang ada dibalik yang tak nyata. Dalam hal ini peneliti diharapkan

dapat mengungkapkan makna atau motivasi-motivasi dalam masyarakat.13

Berdasarkan uraian di atas, dalam kaitannya dengan penelitian yang dilakukan

penulis di masjid Toman, masyarakat menggunakan keberadaan masjid kebanyakan

difungsi selain untuk mengerjakan shalat, juga sebagai tempat mempertahankan

keragaman budaya masyarakat yang bercorak islam. Pandangan fungsionalisme


13
J, Van Bal. (1987) Sejarah Dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya I Dan II. Jakarta:
P.T. Garamedia. Hlm 243-244

16
terhadap budaya menegaskan bahwa setiap perilaku yang telah menjadi kebiasaan,

keyakinan dan sikap merupakan bagian dari itu, kebiasaan adalah budaya dalam

masyarakat untuk melakukan beberapa fungsi dasar dalam budaya itu. Cara

masyarakat menciptakan budaya tercermin dari perilaku masyarakat yang mampu

bertahan dan mempertahankan budaya yang sudah menjadi tradisi dan rutin dipupuk

oleh masyarakat setiap tahunnya. Sehingga masyarakat dapat bertahan hidup

sekaligus memenuhi perannya sebagai warga negara dan sebagai individu yang lebih

baik dalam kehidupan budaya lokal.

Masjid ini didirikan oleh K.H Delamat, Menurut penjelasan bapak H. Muslim

Nurdin14 sebagai ketua masjid Besar Nurul Huda, kondisi masjid sekarang dilihat dari

kontruksi bangunan terdapat beberapa bagian masjid yang menunjukkan arsitektur

masjid tradisional, dilihat dari segi atap Masjid yang memiliki bentuk tumpeng

tingkat tiga, semakin keatas maka semakin kecil. Selanjutnya, pada dinding masjid

dan tiang masjid secara keseluruhan menggunakan bahan dasar kayu, yang terdapat di

bagian badan masjid. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa masjid ini

merupakan masjid tradisional nusantara yang memiliki karakter sempurna dan bisa

dibilang hampir sama dengan masjid kuno lainnya. Misalnnya, masjid Agung

Palembang, masjid Lawang Kidul, dan masjid ki Marogan, serta masjid Mahmudiyah

(Suro). Masjid suro ini juga merupakan masjid yang dibuat oleh K.H Abdurrahman

Delamat.

14
Wawancara Bersama Bapak H. Muslim Nurdin pada 25 Oktober 2023

17
F. Metode Penelitian

Dalam skripsi ini penulis mengunakan dua metode yaitu, pertama metode

penelitian arkeologi dengan pendekatan kualitatif, yaitu analisis deskriptif. Hal

tersebut untuk mengetahui aspek-aspek kajian arkeologi terhadap arsitektur masjid

Besar Nurul Huda Toman. Pertama dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut dalam metode penelitian arkeologi yaitu :

a. Analisis morfologi

Untuk mengamati struktur bangunan yang terbagi menjadi, kaki, tubuh, dan

atap.15 Variable ukuran, denah, arah hadap dan ragam hias merupakan satuan

yang paling penting untuk diperhatikan guna mengetahui fungsi.

b. Analisis teknologi

Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan,

sedangkan analisis stilistik dilakukan untuk mengamati variable-variabel

ragam hias, serta dekorasi yang sudah terdapat pengaruh budaya asing yaitu,

Cina-Melayu.

c. Analisis kontekstual, digunakan untuk pengamatan dan menganalisis

bangunan untuk mengetahui perolehan bahan baku.

15
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Metode Penelitian Arkeologi,
(Jakarta Selatan, 2008), hlm. 95-97

18
Sedangkan untuk mendeskripsikan sejarah berdirinya masjid maka peneliti

menggunakan metode sejarah, metode sejarah dilalui dengan menguji dan

menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu berdasarkan data yang

dikumpulkan.16 Metode sejarah ini meliputi empat tahap untuk mendapatkan hasil

yang sempurna yaitu, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.17

1. Heuristik

Tahap pertama yaitu mengumpulkan data terkait objek penelitian pada Masjid

Besar Nurul Huda Desa Toman. Pada tahapan heuristik, peneliti mengumpulkan

data yang berhubungan dengan Masjid Besar Nurul Huda yakni berupa tahapan

mencari dan mengumpulkan data diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke

Masjid Besar Nurul Huda Desa Toman. Penulis kunjungan sebanyak enam

kali kunjungan, yaitu pada tanggal 14 oktober, 28 oktober 2022, dan 15

januari 2023-17 januari 2023. Data yang diperoleh melalui observasi adalah

foto fisik dari objek penelitian yang dideskripsikan dan dianalisis dalam

skripsi ini.

16
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah,Terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta; UI Press, 1980),
hlm.32
17
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta; Ombak, 2012), hlm. 51

19
b. Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi secara

langsung tentang studi kesejarahan, perkembangan serta hal-hal lain yang

berkaitan dengan masjid. Informan yang dipilih oleh penulis yaitu tokoh

yang paham akan masjid serta pengurus masjid dan ahli imam masjid.

c. Dokumentasi

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, penulis menggunakan data yang

terkait dengan objek penelitian dengan sumber-sumber tertulis berupa, buku,

jurnal, arsip, skripsi dan internet. Data tersebut diperoleh dari perpustakaan

kemudian diteliti penulis. Tahap ini juga dilakukan dengan cara melihat,

meraba, mengukur,menggambar, memotret, menggambar sket dan

membandingkan. Pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi

tentang peninggalan arkeologi yang dijadikan penelitian.18

2. Verifikasi

Setelah sumber sejarah terkumpul, dilakukan kritik terhadap data yang

diperoleh. Data yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut, kemudian dievaluasi

melalui kritik eksteren dan interen untuk mencari kebenaran data. Kritik ekstern

bertujuan untuk menguji otentisitas, agar sesuai dengan perkembangan zamannya,

18
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Pt. Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm 58.

20
seperti ejaan, gaya, tulisan kalimat dan penampilan fisik lainya.19 Kritik internal

berupa bertujuan untuk menguji kredibilitas sumber yang diperoleh, karena

kemungkinan adanya mitos dalam teks di buku maupun keterangan yang diperoleh

saat wawancara dengan narasumber.20

3. Interpretasi

Setelah data sudah dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis data berupa

penafsiran data sebagai bentuk upaya mencari dan menyusun secara sistematis dari

hasil observasi, wawancara dan lainya. Setelah melakukan analisis data yang

diperoleh berkaitan dengan judul kemudian barulah disimpulkan dengan

permasalahannya.

4. Historiografi

Tahapan terakhir dalam metode sejarah yaitu kegiatan penulisan sejarah,

setelah melalui pengumpulan data, kritik sumber, dan interpretasi dalam historiografi.

Historiografi cara penulisan sejarah, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian

sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil

penelitian sejarah itu hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai

proses penelitian, kemudian dibuat dalam bentuk penulisan skripsi ini.

19
Hasan Usman, “Metode Penelitian Sejarah”1986. Jakarta; Departemen Agama, hlm.96-
103
20
Ibid, hlm.122-126

21
G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan

penelaahan penelitian. Dalam skripsi ini penulis membagi kedalam empat sub bab

pembahasan. Bab-bab tersebut disusun secara kronologis dan saling berkaitan antara

bab satu dengan yang lainya. Sistematika pembahasan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini merupakan pendahuluan yang materinya sebagian besar

menyempurnakan usulan penelitian berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

BAB II GAMBARAN UMUM KEBUDAYAAN MASYARAKAT BABAT

TOMAN

Dalam bab ini membahasan mengenai sejarah Kecamatan Babat

Toman, letak geografis, demografi, kondisi sosial dan budaya.

Pembahasan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi umum

mengenai kebudayan masyarakat Babat Toman.

22
BAB III SEJARAH ARSITEKTUR MASJID BESAR NURUL HUDA

TOMAN DAN AKTIVITAS SOSIAL KEAGAMAAN

Dalam bab ini membahas tentang Sejarah Masjid Besar Nurul Huda

Toman, arsitektur bangunan masjid, makna simbol arsitektur masjid,

fungsi masjid Besar Nurul Huda Toman, aktivitas keagamaan

masyarakat Desa Toman.

BAB VI PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran. Untuk menjawab rumusan

masalah dalam pembahasan skripsi yang penulis teliti, sehingga

memberikan kesimpulan dari pembahasan, dan saran dengan tujuan

untuk disampaikan kepada objek peneliti atau bagi peneliti berikutnya.

23
BAB II

GAMBARAN UMUM

KEBUDAYAAN MASYARAKAT BABAT TOMAN

A. Sejarah Kecamatan Babat Toman

Kecamatan Babat Toman merupakan salah satu wilayah yang terletak di

Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah 1.291 kilometer persegi.

Babat merupakan induk kelurahan di kecamatan Babat Toman.21 Nama Kecamatan

Babat Toman itu sendiri diambil dari dua suku kata, yaitu dusun Babat dan Toman.

Babat merupakan nama yang diambil dari tanaman tumbuhan, sedangkan Toman

diambil dari nama hewan yaitu Ikan Toman. Dalam penamaan desa toman sendiri

diberi oleh seseorang tokoh masyarakat yang dikenal dengan sebutan Ginde Sugih

atau Semidang Sari. Semidang Sari merupakan nama asli dari Ginde Sugih, ketika

menjadi Ginde Sugih diperoleh karena beliau berhasil membangun wilayah Desa

Toman. Kala itu awal mulanya Desa Toman ini dikenal sebagai daerah yang tidak

berpenghuni, semenjak usaha dari Ginde Sugih yang mengelolah Desa Toman, beliau

memanfaatkan wilayah Toman sebagai tepat lahannya untuk menanam tanaman

gambir, kemudian setelah itu beliau terkenal karena menjual hasil tanaman

gambirnya. Daun Gambir dikelolah dan dibuat menjadi getah gambir, hal ini

bertujuan agar dapat dengan mudah menggunakan getah gambir. Getah Gambir pada

21
Badan Pusat Statistik Kecamatan Babat Toman, Tahun 2020

24
umumnya memiliki sejuta manfaat, seperti untuk pengobatan sakit maag dan flu, dan

berbagai macam penyakit lainya. Sudah sejak zaman dahulu getah gambir dijadikan

sebagai bahan untuk menyirih. Sehingga pada akhirnya berkat jasa Ginde Sugih

sekarang Desa Toman sudah menjadi daerah yang terkenal dengan hasil buminya,

yaitu gambir.22 Nama Ginde Sugih sebenarnya pemberian warga Desa Toman, Ginde

artinya “pemimpin wilayah” yang sekarang dikenal dengan istilah kepala desa dan

Sugih artinya “kaya.” Jadi, Ginde Sugih diartikan sebagai kepala desa yang kaya.

Adapun visi yang dimiliki oleh kecamatan Babat Toman, yang berisi tentang

peryatakan mengenai penguatan, ekonomi, kerakyatan, religius, mandiri, adil,

terdepan, maju bersama. Dari visi yang ada di Kecamatan Babat Toman juga disertai

dengan misi yang akan berproses, misi yang dilakukan yaitu :

1. Memperkuat ekonomi rakyat berbasis sumber daya dan kearifan lokal

yang mandiri berdaya saing, dan religius.

2. Meningkatkan pemerataan pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan

dan berwawasan lingkungan

3. Mengembangkan sumber daya insani berkualitas dan lingkungan sosial

budaya yang religius.

4. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah, bersih, jujur, profesional

dan demokratis.23

22
Wawancara dengan Bapak Herman Selaku Kades Desa Toman pada, 2 November 2022
23
Dokumen Kelurahan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2022

25
B. Letak Geografis Kecamatan Babat Toman

1. Letak dan Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah 14.265,96 km²

atau sekitar 15 persen dari luas Provinsi Sumatera Selatan, terbagi atas 14 wilayah

kecamatan dan 236 desa/kelurahan. Dari 14 kecamatan, Kecamatan Bayung Lencir

memiliki luas terbesar yaitu 4.925 Km², sedangkan Kecamatan Lawang Wetan

merupakan kecamatan yang terkecil dengan luas 232 Km². Secara geografis

Kabupaten Musi Banyuasin terletak pada posisi antara 1,3° sampai dengan 4° Lintang

Selatan dan 103° sampai dengan 104° 45’ Bujur Timur.24

Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin adalah

Kecamatan Babat Toman. Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Banyuasin

menyatakan bahwa secara geografis Kecamatan Babat Toman dengan ibu kota

kecamatan yakni Kelurahan Babat mempunyai wilayah seluas 1.291 kilometer

persegi. Bila dilihat Kecamatan Babat Toman sangat strategis dari kecamatan lainnya,

adapun batas-batas wilayah kecamatan Babat Toman sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sanga Desa

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lawang Wetan

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Plakat Tinggi.

24
Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Banyuasin, 2016. Diakses pada 16 Oktober 2022

26
Wilayah administratif pemerintahan kecamatan Babat Toman terdiri dari 2

kelurahan dan 14 desa. Dua wilayah kelurahan yang terletak di pusat dusun tersebut

ialah kelurahan Babat Toman dan Kelurahan Mangun Jaya. Kecamatan Babat Toman

disanggah oleh 14 Desa di sekitarnya, yaitu : Kasmaran, Babat, Toman, Mangun

Jaya, Muara Punjung, Beruge, Sugihwaras, Sugiraya, Sereka, Sri Mulyo, Sungai

Angit, Bangun Sari, Pangkalan Jaya, Toman Baru.

Gambar 1.2 Peta wilayah Kecamatan Babat Toman


Sumber : Google Maps Kecamatan Babat Toman

Pada umumnya, jika dilihat dari segi tata ruang pemukiman penduduk

masyarakat babat toman tergolong tidak terlalu padat, dan terlihat teratur susunannya

dengan pola berbentuk dengan banyak segi, masing-masing rumah terbilang rapi

menghadap ke jalan lintas, rumah penduduk pada umumnya terbagi atas dua tipe

yaitu pertama ada rumah penduduk yang berada di tepi sungai musi dan menghadap

ke sungai musi, kemudian tipe kedua yaitu rumah penduduk yang menghadap ke

jalan raya. Bentuk asli rumah penduduk masyarakat Toman yaitu berbentuk

27
panggung dengan tiang penyangga yang lebih tinggi diatas permukaan tanah, dan

berbahan dasar kayu, secara keseluruhan bangunan rumah biasanya berukuran kurang

lebih 8x10 m persegi.

Table 1.1
Luas Daerah dan Persentase Luas Kecamatan Babat Toman
Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2020
No Desa Luas Km2 Jumlah Persentase
Dusun/RT terhadap
Luas Kecamatan
1 Kasmaran 20,00 8 1,55

2 Toman 123,00 11 9,53

3 Babat 117,00 5 9,06

4 Mangun Jaya 67,00 8 5,19

5 Muara Punjung 119,00 4 9,22

6 Beruge 115,00 3 8,91

7 Sugiwaras 110,00 8 8,52

8 Sugi Raye 103,00 3 7,98

9 Sereka 125,00 7 9,68

10 Sri Mulyo 97,00 3 7,51

11 Sungai Angit 131,00 7 10,15

12 Bangun Sari 119,00 5 9,22

13 Pangkalan jaya 45,00 4 3,49

Jumlah 1.291,00 76 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Babat Toman, Tahun 2020

28
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa Desa Sungai Angit dan Sereka adalah

area terbesar di Babat Toman setiap orang memiliki area 10,15 % dan 9,68 %,

sedangkan Desa Kasmaran merupakan wilayah terkecil di kawasan Babat Toman.

Namun, untuk kemajuan yang maksimal dalam pengelolaan desa juga, wilayah

tersebut dibagi menjadi 14 desa, yang terdiri dari beberapa desa dari kecamatan Babat

Toman, berjumlah 76 desa.

Desa Toman sebagai salah satu desa yang terletak di Kecamatan Babat Toman

desa ini merupakan desa yang memiliki berbagai kebudayaan terutama pada segi nilai

religiusnya. Luas wilayah desa ini secara keseluruhan lebih kurangnya sekitar 10.450

hektar. Sedangkan Desa Toman merupakan salah satu desa dari 12 (dua belas) desa

yang terdapat di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi

Sumatera Selatan. Desa Toman mempunyai luas wilayah secara keseluruhan lebih

kurang 77 Km2. Desa Toman dilintasi oleh 4 (empat) sungai, yang terdiri dari sungai

induk dan 3 (tiga) anak sungai. Sungai Musi adalah induk sungai yang melintasi desa

ini dan tiga anak sungai adalah Sungai Toman, Sungai Kertapati, dan Sungai Tampui.

2. Orbitasi

Jarak Desa Toman dari pusat pemerintahan desa adalah 0 km, karena

letaknya yang bersebelahan, sedangkan jarak dari pusat pemerintahan ke Kecamatan

1,5 Km, jarak dari pusat pemerintahan ke Kabupaten 37 Km, sedangkan jarak dari

pusat pemerintah ke provinsi 160 Km. Batasan wilayah Desa Toman adalah sebagai

berikut:

29
a. Sebelah Utara : Desa Lubuk Buah dan Desa Bangun Sari,

b. Sebelah Selatan : Pangkalan Jaya, Toman, Kasmaran, dan Karang ringin

c. Sebelah Barat : Kelurahan Mangun Jaya, dan

d. Sebelah Timur : Toman Kecamatan Babat Toman.25

Gambar 2.2 Peta Wilayah Desa Toman


Sumber : Dokumen Desa toman Tahun 2022

3. Iklim

Sebagian besar daerah di Kelurahan Babat Toman berada di pinggir Sungai

Musi dan sebagian lagi berada di tepi jalan lintas. Kelurahan Babat memiliki iklim

kemarau dan hujan sebagaimana di daerah Desa/Kelurahan lainnya yang berada di

Kabupaten Musi Banyuasin. Hal tersebut mempengaruhi terhadap mata pencaharian

penduduk yang berprofesi sebagai petani karet, petani gambir, minyak bumi dan

sawah. Babat Toman merupakan dataran rendah yang dilintasi oleh sungai Musi

sehingga sangat cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan di daerah pinggiran

sungai Musi.

25
Data Morfologi Kelurahan Babat Kecamatan Babat Toman Tahun 2022

30
C. Demografi

Keadaan penduduk masyarakat Babat Toman hampir sama dengan keadaan

masyarakat desa di Indonesia pada umumnya. Daerah Babat dengan jumlah

penduduknya cukup banyak, yaitu mencapai 6541 jiwa, sedangkan kategori tersebut

terbagi atas dua golongan yang terdiri dari penduduk laki-laki 2645 jiwa dan

perempuan 2515 jiwa, penduduk datangan 50 jiwa, pinda 18 jiwa, kelahiran 104 jiwa

dan kematian 225 jiwa, dilihat tabel di bawah:

Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Desa Babat Toman
No. Kriteria penduduk Jumlah

1. Penduduk laki-laki 2645 jiwa

2. Penduduk perempuan 2515 jiwa

3. Penduduk yang datangan 50 jiwa

4. Penduduk yang pergi 18 jiwa

5. Kelahiran 104 jiwa

6. Kematian 225 jiwa

Sumber : Data Morfologi Kelurahan Babat Toman


Kabupaten Musi Banyuasin

Jika dilihat dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin terbanyak yaitu pada kaum laki-laki sebanyak 2645 jiwa dan kaum

perempuan 2515 jiwa. Dan jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu pada

penduduk yang pergi dari desa sebanyak 18 jiwa.

31
D. Kehidupan Sosial dan Budaya

1. Bahasa

Dalam penggunaan Bahasa Masyarakat toman menggunakan bahasa sehari-

hari yang dikenal dengan Bahasa musi yang merupakan Bahasa yang dituturkan oleh

orang-orang musi, disebut bahasa musi karena mayoritas masyarakat mediami daerah

di sekitar Sungai Musi khususnya masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin. Rumpun

bahasa Musi merupakan sebuah rumpun bahasa bagian dari rumpun Melayu-

Polinesia Barat, dalam pengelompokannya mencakup rumpun dari Austronesia (

berarti Bahasa kepulauan selatan) adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas

penyebarannya di dunia. Bahasa yang merupakan rumpun bahasa induk dari rumpun

bahasa Austronesia yang dipertuturkan secara dominan di wilayah provinsi Sumatra

Selatan dan daerah-daerah di sekelilingnya meliputi Bengkulu, Jambi, dan sekitarnya.

Secara historis, rumpun bahasa Musi memiliki asal-usul yang berasal dari

daerah dekat Sungai Musi. Sungai Musi, dikenal pula sebagai Sungi

Musi dalam bahasa Melayu Palembang atau Bioa Musêi (Bioa Musai) dalam bahasa

Rejang.26 Dalam penyebutan katanya biasanya berakhir dengan huruf “e”. Adapun

Contohnya yaitu : kata apa di dalam kamu besar bahasa Indonesia biasanya disebut

apa dengan jelas, kemudian dalam bahasa Musi diakhiri dengan (e) menjadi ape atau

ngape. yang mana bahasa ini sudah menjadi logat khas daerah setempat yang selalu

26
"Bahasa Musi". Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

32
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.27 Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga

sekarang, sungai musi ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat.

Dengan demikian Bahasa suku musi hingga sekarang merupakan bagian dari provinsi

Sumatera Selatan di Indonesia. Setelah Pekerjaan (1981).28 ia mencatat 27 fonem

dalam musi, dengan perincian 21 konsonan dan 6 nada vocal. Dialek umum

penyebutanya adalah a, u, e, o. contohnya adalah kata apa menjadi “ape”, iya

menjadi “ao”.

2. Sistem Pengetahuan

Pengetahuan merupakan pemahaman manusia yang dimiliki oleh otak

mengenai tingkat kecerdasan dalam konteks ruang dan waktu. Pengetahuan

merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan kemajuan ekonomi

pada masyarakat di suatu desa. Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat,

mereka dapat memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar lingkungan untuk dijadikan

sumber mata pencaharian. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang itu bermacam-

macam salah satunya pengetahuan tentang pertanian, bagaimana cara bercocok tanam

yang baik, pengetahuan tersebut biasanya telah diturunkan dari generasi ke generasi

pada masyarakat di desa pada umumnya.

Seseorang yang mampu secara mental dapat mengembangkan berbagai

kegiatan berdasarkan kebutuhan dan keinginan hidup. Orang harus menjadi akrab

27
Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin,ed.(2019). "Bahasa Musi".
Ahli Glottologi 4.1. Jena, Jerman: Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia.
28
Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Musi. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

33
dengan kegiatan ini dalam proses pembelajaran. Kebudayaan dapat dihasilkan dari

hasil kebiasaan manusia sedangkan kebudayaan terdiri dari tujuh unsur yaitu bahasa,

pengetahuan, organisasi sosial, sistem pangan dan teknologi, sistem mata

pencaharian, agama dan kesenian.29

Dengan demikian sejatinya manusia itu sudah ada bekal kemampuan yang

mendasar, karena biasanya sudah memiliki ide dan kemampuan tertentu yang sudah

dimiliki sejak lahir. Yang dikenal dengan “IQ” kepanjangan dari Intelligence

Quotients berupa kemampuan seseorang yang digunakan untuk menalar,

memecahkan masalah, belajar, memahami suatu gagasan, pola berpikir dan

perencanaan sesuatu.

Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dimiliki oleh seseorang untuk

memberdayakan kemampuannya sebagai wujud penerapan di sekolah. Pendidikan

adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna

pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman

selanjutnya. Menurut Ki. Hadjar Dewantara (1977:20). Pendidikan yaitu tuntutan

didalam hidup untuk perkembangan kemampuan pola pikir anak-anak. Maksudnya

pendidikan disini mampu untuk menuntun perkembangan kemampuan anak-anak

serta juga menuntut segala bentuk kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar

mereka sebagai manusia dapat mampu mengasah dan mengembangkan pola

pemikiran di dalam anggota masyarakat, serta dapat mencapai keselamatan dan

kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Fasilitas-fasilitas umum yang terdapat di Desa


29
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm. 202

34
Kecamatan Babat Toman diantaranya di bidang Pendidikan terdapat yaitu: 1 PAUD,

3 TK, 4 SD, 1 SMP, dan 1 SMA.

Tabel 1.3
Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Babat Toman
No. Instansi Pendidikan Siswa/i Jumlah Sekolah

1. PAUD 110 2

2. TK 330 3

3. SD 2850 4

4. SMP 1380 1

5. SMA 1135 1

6. Perguruan Tinggi 120 -

Sumber : Data Morfologi Kelurahan Babat Toman 2022

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat jumlah siswa/i terbanyak yaitu pada

instansi pendidikan pada jenjang SD, Kemudian dilanjutkan dengan SMP dan SMA.

Untuk persentase jenjang pendidikan paling sedikit terjadi pada intansi pendidikan

pada perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Kecamatan Babat

Toman khususnya pelajar hanya mengakhiri pendidikan mereka pada tamatan SMA

saja, kemudian untuk melanjutkan ke perguruan tinggi hanya 2-3 persen saja.

35
3. Sistem Organisasi Sosial

Organisasi sosial merupakan kelompok individu dalam suatu masyarakat yang

terjalin secara struktural dan mempunyai tujuan yang sama dengan tidak melanggar

aturan-aturan yang telah dibuat sebelumnya. Di Kecamatan Babat Toman terdapat

berbagai macam organisasi, yang dibuat berguna untuk sarana yang bakal dibutuhkan

oleh masyarakat setempat. Kelurahan Babat Toman yang ditinjau dari segi tatanan

kehidupan sosial dan mayoritas masyarakat menjadikan adat-istiadat mereka sebagai

pedoman kehidupan. Seperti yang terjadi di Kelurahan Babat Toman mereka

mempunyai berbagai macam organisasi sosial masyarakat, yang dikenal dengan

Organisasi Sosial Karang Taruna Babat Toman, Organisasi Pramuka, Pengajian Ibu-

ibu dan Majelis Masjid khusus Bapak-Bapak, Serta Ikatan Remaja Masjid (IRMA).

Organisasi inilah yang nantinya akan mengatur setiap kegiatan sosial dalam

masyarakat Babat Toman. Bertujuan untuk dapat mewujudkan nilai sosial,

masyarakat menciptakan aturan-aturan yang disebut dengan norma sosial. Fungsi dari

karang taruna adalah mengatur dan membatasi tindakan sosial yang dilakukan oleh

para remaja yang kemungkinan akan merugikan masyarakat. Karang taruna dapat

menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab generasi muda untuk berperan aktif

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, karang taruna juga dapat membantu

masyarakat terutama ketiga terjadi bencana alam, atau kebakaran, dari organisasi

tersebut dapat menjadi wadah untuk mengumpulkan simpati, atau aspirasi rakyat

sehingga masyarakat dapat membantu kegiatan sosial. Organisasi Pramuka berguna

36
untuk membentuk sikap disiplin, ilmu dan berani dalam menghadapi persoalan yang

terjadi, biasanya peran organisasi Pramuka dalam masyarakat yaitu untuk kemajuan

atau terselengarakannya acara pendidikan agar melatih siswa/siswi untuk menjadi

disiplin. Deklarasi untuk Ibu-ibu dalam mengadakan pengajian merupakan salah satu

wadah pendidikan nonformal yang sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan bagi

ibu. Masjid juga dimanfaatkan sebagai wadah pengembangan akidah Islam. Seperti

Bapak-bapak dan IRMA, tujuan dari kegiatan organisasi sosial ini adalah agar dapat

lebih mendalami ilmu agama Islam yang berkaitan dengan Al-Quran dan Hadits serta

membentuk sikap akhlak dan aqidah yang baik.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Sistem peralatan hidup merupakan semua peralatan manusia yang

dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam usaha memenuhi kebutuhan

hidupnya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dibahami bahwasanya peralatan

hidup merupakan alat yang dipergunakan untuk bercocok tanam, berburu, menangkap

ikan, serta alat-alat rumah tangga yang biasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Peralatan ini biasanya memiliki makna khusus sesuai dengan fungsi dan

kegunaan alat.

Masyarakat Babat Toman tentunya memiliki kemampuan untuk

memanfaatkan tanah lahan yang dimiliki untuk dimanfaatkan sebagai lahan untuk

bercocok tanaman guna untuk kelangsungan hidup. Kemajuan pengetahuan yang

dimiliki oleh masyarakat Babat Toman sudah sejak zaman dahulu bersifat tradisional.

37
Masih memanfaatkan dan melestarikan cara tradisional seperti melestarikan bahasa

yang digunakan sehari-hari, kesenian, tenaga kerja, dan alat alat tradisional lainnya.

Contohnya dalam sektor tenaga kerja di bidang pertanian mayoritas masyarakat pada

zaman dahulu masih menggunakan alat tradisional untuk memanen padi yaitu disebut

dengan ani-ani berupa sabit untuk memotong buah padi. Dilakukan secara manual

dengan tangan secara satu persatu, Pengetahuan tradisional ini sudah menjadi bagian

dari kehidupan masyarakat Babat Toman khususnya bagi para petani di Desa-desa

sekitar. Juga dalam sektor pertanian gambir, petani gambir Babat Toman masih

menggunakan cara tradisional dalam proses pembuatan getah gambir, dimulai dari

pengilingan, perebusan, pengepresan juga masih menggunakan alat-alat tradisional

yang dibuat oleh nenek moyang mereka dan diturunkan ke generasi sebelumnya.

Namun seiring perkembangan zaman saat ini, masyarakat telah menggunakan

pengetahuan modern. Banyak teknologi baru di bidang pertanian yang dapat

memudahkan masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di

Masyarakat Babat Toman, sekarang telah memiliki berbagai peralatan modern, yaitu

berupa mesin pembajak sawah, adanya pupuk tanaman yang dapat membantu

pertumbuhan tanaman di lahan warga, mesin untuk memanen hasil padi, mesin

penggiling padi, dan juga alat-alat lainnya.

Masyarakat Babat Toman pada zaman dahulu sebelum adanya jalan aspal,

akses jalan yang dilalui oleh masyarakat adalah jalan liat dengan ukuran jalan hanya

semester dan hanya dapat dilewati dengan berjalan kaki dan akses jalan lainya pada

zaman dahulu yaitu menggunakan perahu, perahu dimanfaatkan untuk mengarungi

38
sungai musi, untuk dapat berkunjung dari desa satu ke desa lainya. Namun seiring

perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pemerintahan saat ini akses yang

dilalui oleh masyarakat Babat Toman sudah menjadi jalan aspal, dan akses ke rumah-

rumah penduduk sudah terdapat jalan setapak yang dibuat dari semen. Dikarenakan

sudah terdapat banyak kendaraan pribadi milik warga berupa motor dan mobil. Untuk

anak sekolah juga disediakan transportasi bus khusus anak sekolah yang rumahnya

jauh dari sekolah. Selain kendaraan pribadi dan bus sekolah, ada juga becak dan ojek

pangkalan untuk memudahkan masyarakat yang ingin pergi ke pasar jika tidak ada

kendaraan pribadi.

5. Sistem Mata Pencaharian

Sistem mata pencaharian Masyarakat Babat Toman sebagian besar

wilayahnya merupakan dataran rendah dan masyarakat Babat Toman pada umumnya

bermata pencaharian petani (meliputi petani, sawit, karet, Gambir, dan sawah) itu

merupakan mata pencaharian yang paling dominan di kalangan masyarakat Babat

Toman, yang lainnya yaitu, pedagang, pegawai, batu bara, dan minyak bumi.

a. Petani merupakan orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam di lahan

milik sendiri, petani di kecamatan ini sangat bervariasi, ada yang petani

karet, petani sawah, petani gambir, dan petani sawit. Umumnya tujuan

mereka dalam sistem mata pencaharian ini yaitu untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Karena hasil panen dapat

diperjualbelikan sehingga bisa mendapatkan untung.

39
b. Pedagang adalah orang yang menjual belikan barang dan jasa, yang mereka

punya dan kegiatan itu dilakukan untuk dapat memperoleh keuntungan dari

produk yang mereka jual, contohnya seperti bahan pokok dan sandang.

c. Pegawai negeri sipil merupakan pekerjaan masyarakat Babat Toman, yang

diartikan sebagai TNI, Polri, Guru, dan Staf kantoran lain yang ada di

Kecamatan Babat Toman.

Adapun Jumlah penduduk Desa Babat Toman menurut mata pencahariannya,

yaitu Petani/Perkebun 57 jiwa, pedagang 1319 jiwa, nelayan 50 jiwa, pegawai negeri

sipil 270 jiwa, TNi/Polri 50 jiwa, Karyawan Swasta 210 Jiwa, pengangguran 1260

jiwa.

Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kelurahan Babat Toman
No Jenis Pekerjaan Jumlah penduduk

1. Petani / Pekebun 1157 jiwa

2. Pedagang 1319 jiwa

3. Nelayan 50 jiwa

4. PNS 270 jiwa

5. TNI 25 jiwa

6 Polri 25 jiwa

7. Karyawan Swasta 210 jiwa

Sumber : Data Morfologi Kelurahan Babat Toman


Kecamatan Babat Toman Muba

40
Dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat kita

ketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan Babat Toman menurut mata pencaharian

sebagian besar adalah Petani/Pekebun 1157 jiwa dan pedagang 1319 jiwa.

Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit pekerjaannya adalah Nelayan dan

TNI/Polri sebanyak 50 jiwa.

6. Sistem Religi

Masuknya Islam di Kabupaten Musi Banyuasin diketahui sudah lama terjadi.

Diperkirakan masuknya Agama Islam terjadi dari satu generasi ke generasi

berikutnya, serta diperkirakan hampir mencapai 4-5 abad (400-500 M). waktu

masuknya Islam Musi Banyuasin bersamaan dengan masuknya Islam di Aceh. Aliran

Islam yang masuk ke Musi Banyuasin merupakan aliran Ahlussunnah Waljamaah.

Namun tidak diketahui secara pasti kapan dan siapa yang pertama kali membawa dan

menyebarkan agama Islam di Kabupaten Musi Banyuasin, karena diyakini

penyebaran Islam di wilayah ini merupakan ajaran turun-temurun antar generasi dari

nenek moyang terdahulu. Akan tetapi beberapa tahun setelah islam masuk di Musi

Banyuasin, ada terdapat cerita sejarah mengenai seorang tokoh yang berasa dari

Dusun Babat Toman yang menyebarkan agama islam, tokoh tersebut dikenal dengan

sebutan K.H Delamat atau memiliki nama asli yaitu Kyai Haji Abdurahman Delamat

Bin Syarifudin, beliau berangkat ke wilayah Palembang untuk belajar mendalami

ilmu agama islam tepatnya di Masjid Lawang Kidul. Hingga kemudian beliau

41
diangkat anak oleh saudagar disana dan menjadi salah satu murid dari Kyai Haji

Marogan, setelah beberapa tahun beliau pergi ke Mesir untuk mendalami ilmu agama

islamnya, selanjutnya setelah kepulangan beliau dari mesir ia Kembali ke Palembang

dan mendirikan Masjid Suro Palembang yang terletak di 30 ilir, setelah mendapat

persoalan dari Residen Belanda beliau diusir dan Kembali pulang di daerah

kelahirannya yaitu Dusun Babat Toman disini beliau juga mendirikan Masjid Besar

Nurul Huda Toman yang menjadi bukti sejarah penyebaran agama islam yang beliau

ajarkan. Dengan tingkat populasi penduduk Kecamatan Babat Toman yang tinggi

menyebabkan beragam agama muncul dan dianut oleh masing-masing kelompok

masyarakat di Kecamatan Babat Toman seperti Islam, Protestan, Hindu, dan Budha.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kelenteng dan tempat ibadah umat Kristen yang

terletak di Dusun II Toman yang dikenal dengan “Kebon Cine”, akan tetapi mayoritas

masyarakat Babat Toman memeluk agama Islam.

Masyarakat desa Toman selalu berprestasi dalam mengamalkan ajaran Islam,

yang tercermin dalam pelaksanaan sholat, puasa, kegiatan keagamaan lainnya, dll.

Meskipun pada umumnya orang memiliki kesadaran beragama yang cukup berbeda,

namun ada orang yang memahami kebenaran agama yang dianutnya. Lalu ada juga

yang hanya tahu dirinya muslim tapi lalai dalam urusan ibadah. Oleh karena itu,

kebudayaan harus dikembangkan dari segi agama, misalnya banyak ceramah-ceramah

Islam yang berkaitan dengan syariat agama Islam sehingga dapat melaksanakan

ketentuan-ketentuan agama.

42
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa masyarakat desa

Toman kecamatan Babat Toman mengerti akan ajaran agama yang mereka anut dan

melaksanakan ajara nya, salah satunya seperti melakukan shalat lima waktu, sholat

Jum’at bagi kaum laki-laki, zakat, puasa, dan masjid selalu memperingati hari-hari

besar agama Islam. Di Kelurahan Babat Toman terdapat 4 masjid dan 1 langgar atau

mushola. Selain itu juga terdapat TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang biasa

dilakukan di rumah guru ngaji maupun di masjid dan musholla.

Tabel 1.5
Tempat Ibadah di Kecamatan Babat Toman
No. Nama Tempat Ibadah Lokasi Kontruksi

1. Masjid Nurul Iman Kasmaran Permanen

2. Masjid Besar Nurul Huda Dusun 3 Toman Permanen

3. Masjid Suro Babat Permanen

4. Masjid Al-Mukhlisin Dusun 2 Toman Permanen

5. Musholla SDN 1 Babat Babat Permanen

6. Kelenteng Dusun 2 Toman Permanen

Sumber: Data Morfologi kelurahan Babat Toman 2022.

7. Kesenian

Kebudayaan berada di suatu daerah sama dengan konsep yang dimiliki oleh

suku bangsa. Dalam Kenyataan masyarakat Babat Toman memiliki kekayaan budaya,

adat istiadat, dan berbagai aspek kehidupan manusia. Keragaman budaya dari suatu

43
daerah bergantung pada faktor geografis. Semakin besar wilayahnya maka semakin

terlihat perbedaan kebudayaan dari masing-masing kelompok masyarakat.30

Dalam suatu kehidupan bermasyarakat, manusia merupakan individu yang

memiliki peran penting untuk terjalinnya hubungan sosial. Yang mana manusia

sering melakukan interaksi antar individu untuk kelangsungan hidup. Hubungan

terjalin secara begitu saja, karena setiap interaksi memiliki nilai kepentingan, yang

menghubungkan antar individu satu dan individu lainya. Dalam interaksi tersebut

mereka saling mempengaruhi dan saling membutuhkan. Secara umumnya hampir

sama dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada umumnya.

Adat istiadat yang masyarakat Babat Toman gunakan ialah adat suku Musi,

Masyarakat setempat sangat menjaga dan mempertahankan warisan budaya mereka,

salah satu bentuk pelestarian yaitu selalu menggunakan adat tersebut di setiap

kesempatan agar terus terjaga eksistensinya. Adat istiadat adalah tradisi atau

kebiasaan yang melekat pada masyarakat, kebanyakan adat istiadat itu dilakukan

terus-menerus dan berulang-ulang. Adat juga secara umum disebut sebagai aturan

yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang muncul dari tindakan

suatu komunitas di wilayah tertentu di Indonesia sebagai kelompok sosial.

Salah satu bentuk kebiasaan masyarakat Babat Toman, yaitu masyarakat

setempat selalu mempertahankan tradisi-tradisi yang ada di wilayah mereka. Adapun

tradisi tersebut meliputi, acara adat perkawinan Desa Toman, Sedekah Bumi,

30
Ryan Prayogi dan Endang Danial, “Pergeseran Nilai-nilai Budaya Pada Suku Bonai
Sebagai Civic Culture di Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau”,
Jurnal Humanika, Vol. 23, No. 1, 2016.

44
Yasinan, Ruwahan dan maulid nabi Muhammad SAW. Berdasarkan hal diatas

sampai sekarang tradisi masih dilakukan oleh masyarakat setempat, namun

pelaksanaannya telah disesuaikan dengan ajaran Islam.

Masyarakat pada umumnya merupakan produk kebudayaan karena

masyarakat itu sendiri yang menciptakan kebudayaan yang ada dan

berkembang.Sekayu yang merupakan ibu kota dari kecamatan Babat Toman terdapat

kekayaan budaya dalam hal adat istiadat. Penduduk desa Toman sangat peduli dengan

adat istiadat yang berkembang di daerahnya. Karena masyarakat budaya yang ada

pada jaman dahulu harus dilestarikan, diterapkan, dikembangkan lebih lanjut dan juga

dilestarikan dari generasi ke generasi dan tidak dihilangkan. Oleh karena itu

masyarakat seharusnya harus tetap mempertahankan kelestarian budaya yang ada.

Kesenian pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu kesenian yang dapat

dinikmati oleh indera penglihatan dan kesenian yang dapat dinikmati oleh indera

pendengaran.

Seni adalah perwujudan kekaguman dan sekaligus penghargaan manusia

terhadap keindahan dan nilai-nilai yang ditemukan dalam kehidupan.31 Isi jiwa

seniman yang terdiri dari perasaan pikiran dan gagasan memberikan kesatuan nilai-

nilai melalui bentuknya.32 Secara umum kesenian dapat dibedakan menjadi 3 yaitu

31
Prof. Widagdo. Desain Seni Rupa.2010 hal : 2 Universitas Teknologi Bandung
32
Sumardjo, dkk. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta Penebar Swadaya.
88 hal.

45
seni rupa, seni musik, dan seni tari. Yang mana seni itu merupakan hasil karya

imajinasi yang disalurkan melalui indera serta mempunyai nilai keindahan tertentu.

Tari adalah sebuah bentuk kebudayaan yang merupakan bagian yang

mendasar/ dalam pola hidup dan perilaku masyarakat. Seni tari di kabupaten Musi

Banyuasin berkembang sangat pesat, salah satunya yaitu kecamatan Babat Toman

yang terdapat kesenian Tari Begambo. Menurut Bapak Nazar menjelaskan

bahwasanya dari mata pencaharian masyarakat toman berupa petani karet, sawit,

minyak sawah, dan perkebunan lainnya, serta petani gambir. Akan tetapi yang lebih

produktif yaitu gambir, dengan demikian seiring berjalannya waktu terciptalah tarian

Begambo, yang mana sampai saat ini seniman Babat Toman Tidak Tahu siapa

penciptanya. Namun berkat usaha dari Bapak Nazar dan Ibu Siti Hawa selaku

seniman Babat Toman, sehingga tarian ini bisa dapat berkembang menjadi tarian

hiburan seperti sekarang ini, yang mana penggunaannya dilakukan sebagai

penyambutan bagi tamu undangan seperti acara perpisahan sekolah, penyambutan

Bupati, festival-festival, dan acara lain yang ada di Desa Toman.

Adapun Tarian yang ada di Desa Babat Toman, pertama tari Begambo dan

kedua tari Mantang Parah, berikut penjelasanya :

1. Tari Begambo

Tari Begambo merupakan tari tradisi yang menceritakan tentang kebiasaan

masyarakat daerah Toman mengelola gambo. Mulai dari menanam, merawat,

sampai memanen hasil gambo tersebut. Tarian ini diciptakan oleh seorang seniman

asal kecamatan Babat Toman Dusun Toman. Biasanya tarian ini dilakukan oleh

46
lima sampai tujuh orang penari, dengan menggunakan seragam baju seperti petani

dengan warna senada dan membawa bakul. Gambo atau daun Gambir memiliki

banyak sekali manfaat selain untuk nginang (ngelem/makan sirih) bisa juga

digunakan sebagai obat untuk ibu dan bayi yang sedang terkena flu. Dan Baru -

baru ini, limbah dari getah gambo juga bisa dibuat untuk pewarna kain yang

disebut batik gambo dan saat ini sedang booming berkat ibu Thia Yufada yang

gencar mempromosikan Batik gambo tersebut bahkan sampai ke Mancanegara.33

2. Tari Mantang Parah

Mantang memiliki arti menyadap dan parah berarti karet, jadi tari ini

merupakan gambaran dari gerakan menyadap karet yang terinspirasi dari

aktivitas perkebunan karet yang cukup luas di Kabupaten Musi Banyuasin. Tari

yang dibawakan oleh sepasang42 penari terdiri dari 4 gerakan inti, yaitu gerakan

mencangkul tanah, mengangkut tanah yang telah di cangkul, menanam bibit pohon

karet, dan gerakan menyadap karet.34

33
http://giwang.sumselprov.go.id/budaya/detail/186
34
https://muri.org/Website/rekor_detail/pagelarantarimantangparaolehpelajarterbanyak

47
BAB III

SEJARAH ARSITEKTUR MASJID BESAR NURUL HUDA TOMAN DAN

AKTIVITAS SOSIAL KEAGAMAAN

A. Sejarah Masjid Besar Nurul Huda Desa Toman

Masjid Besar Nurul Huda atau dikenal dengan Masjid Toman atau Tuman

didirikan pada tahun 1932 Masehi di Desa Toman. Pada awal berdirinya masjid ini

terletak di Dusun IV Toman, kemudian pada tahun 1942 masjid ini dipindahkan di

Dusun III Toman, dan sampai sekarang masjid ini masih berlokasi di Dusun III

toman. Masjid ini dibangun oleh ulama bernama K.H Abdurrahman atau K.H.

Delamat.35

Beliau adalah salah seorang ulama besar Sumatera Selatan. Bernama Kyai Haji

Abdurrahman bin Syarifuddin atau lebih dikenal dengan julukan Kiai Delamat.

Dilahirkan sekitar tahun 1820 Masehi di Dusun Babat Toman.36 Menurut sejarahnya

beliau mendalami ilmu agama di wilayah Palembang, Mekah, dan Madinah. Setelah

kepulangannya dari belajar di mekah dan memutuskan untuk menyebarkan agama

islam di Palembang, beliau mendirikan masjid Besar Al- Mahmudiyah atau yang

lebih dikenal dengan sebutan masjid suro. Semasa penyebaran agama islam di

35
Wawancara dengan bapak Herman selaku pengurus pada 15 oktober 2022
36
Kemas H. Andi Syarifuddin. S.Ag. & H. Hendra Zainuddin. M.Pd.I . “ 101 ULAMA
SUMSEL Riwayat Hidup dan Perjuangan.”2013. Ar-Ruzz Media Yogyakarta : Forum Pondok
Pesantren Sumatera Selatan, hlm, 133

48
palembang beliau selalu dilarang keras untuk memyebarkan dakwahnya oleh puan

residen Belanda, karena dianggap dapat mempengaruhi kekuasaan belanda kala itu,

dan dikhawatirkan membuat masyarakat Palembang berontak kepada kompeni.

Ketika permasalahan itu muncul Kiai Delamat dipanggil dengan keras oleh residen

dan diminta agar tidak menyebarkan agama islam di Palembang. Puan residen

meminta K.H. Delamat meningalkan kota Palembang, dari persoalan tersebut pada

akhirya beliau menerima permintaan puan Residen dan memutuskan pergi ke Desa

Toman kemudian beliau berdiam disereka. Selanjutnya selama beliau tingal di

wilayah tersebut beliau kembali lagi membangun masjid yang terletak di Desa Toman

yang sampai sekarang dikenal dengan nama Masjid Nurul Huda Toman. Pada

umumnya tujuan beliau mendirikan masjid dimanfaatkan oleh K.H. Delamat untuk

menyebarkan siaran Dakwah islamiah, dan mengajarkan ilmu agama kepada orang

yang belum paham agama, serta kepada orang yang belum tahu soal agama.

Berdasarkan keterangan di atas, terkait penulisan kisah K.H. Abdurrahman

Delamat sampai kematiannya. Penulis tertarik untuk menulis dan menjelaskannya

karena beliau memiliki hati yang sangat mulia dan merupakan orang yang sangat

berjasa, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Palembang dan masyarakat

desa Toman yang akan merasakan manfaat dari apa yang beliau lakukan selama

hidupnya. , Sejarahnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Data mengenai perjalanan hidup K.H. Abdurrahman atau K.H. Delamat

diperoleh dari sejarah dan dokumen tentang tokoh. K.H. Delamat terlahir dari

keluarga yang tidak mampu beliau juga seorang yatim piatu, sejak lahir beliau diasuh

49
oleh neneknya di Dusun Toman Marga Punjung Musi Ilir, tarbiyah awal diberikannya

oleh orang tuanya sendiri, menginjak umur 6 tahun K.H Abdurrahman Delamat sudah

belajar agama islam dan membaca Al-Quran dengan gurunya di desa Toman. Beliau

terkenal sebagai orang yang haus akan ilmu agama, dia belajar merakit perahu sendiri

yang nantinya digunakan untuk pergi ke wilayah perkotaan dan mendalami ilmu

agama. Setelah tiba di perkotaan beliau bertemu dengan perahu dagang yang

ditumpangi oleh suami istri yang berasal dari kampung Lawang Kidul Palembang.

Kemudian beliau dibantu, di daerah inilah proses mendalami ilmu agama terjadi,

karena beliau diangkat anak oleh saudagar disana. Setelah dewasa beliau berangkat

ke tanah suci Mekah dan belajar agama islam di sana sampai bertahun-tahun, setelah

itu beliau Kembali lagi ke Palembang dan menikah dengan seorang gadis yang

berasal dari tanah merah kertapati. Setelah beberapa tahun dipalembang beliau pergi

lagi ke tanah suci Bersama dengan K.H. Muara Ogan dan K.H. Sidik. Setelah

kepulangannya dari tanah arab K.H. Abdurrahman Delamat mulai menjadi juru

dakwah, menyiarkan islam sampai kepelosok daerah atau di setiap dusun sepanjang

sungai musi, sungai ogan, sungai lematang, dan beberapa tempat lainnya. Beliau

mendirikan beberapa masjid diantaranya masjid Rahmaniyah di Tangga Buntung

yang terletak di sebelah masjid kiai Marogan, dan masjid Al-Mahmudiyah di Suro

(30 ilir).37 Selanjutnya masjid yang dibangun Kiai Delamat yaitu Masjid Nurul Huda

Toman, Sejarah mencatat terdapat 28 masjid yang dibangun oleh K.H. Abdurrahman

37
Kemas H. Andi Syarifuddin. S.Ag. & H. Hendra Zainuddin. M.Pd.I . “101 ULAMA
SUMSEL Riwayat Hidup dan Perjuangan.”2013. Ar-Ruzz Media Yogyakarta: Forum Pondok
Pesantren Sumatera Selatan, hlm, 134

50
Delamet. Dalam penyebaran agama islam beliau menyebarkan ajaran dimulai dari

pinggir sungai musi sampai ke pelosok, dari satu desa ke desa lain, tujuan beliau

menyebarkan agama islam yaitu untuk mengislamkan orang yang benar-benar tidak

tahu dan tidak mengenal Islam.

Selanjutnya pada tahun 1313 Hijriah pada pertengahan tahun K.H.

Abdurrahman Delamat meninggal dunia di kediamanya di Dusun Sereka, dalam

kegiatan penyebaran agama islam, dengan Marga Punjung Musi Ilir dan dikebumikan

didalam perkarangan masjid Dusun III Toman, yang mana masjid ini merupakan

masjid yang beliau bangun sendiri. Akan tetapi semasa hidup beliau ia menitipkan

wasit kepada anak-anaknya untuk dimakamkan didalam masjid Suro atau masjid

Mahmudiyah, yang mana masjid ini juga masjid yang beliau bangun sediri.

Kemudian setelah beberapa tahun jenazah beliau di pindahkan ke masjid suro yang

ada di Palembang.38

Mendengar kabar bahwasanya makam Kyai Abdurrahman Delamat

dimakamkan di dalam masjid suro membuat para residen belanda tidak setuju dan

terjadi penolakan agar makam beliau dibongkar dan dipindahkan ketempat lain,

kuburan beliau digali kembali. Mula-mula dua orang mencoba mengangkat peti

jenazah beliau yang masih utuh akan tetapi tidak terangkat, bergeming pun tidak.

Kemudian dibantu oleh empat orang, delapan orang, sampai sepuluh orang.

Jangankan untuk terangkat bergerak pun tidak, yang mana peristiwa tersebut

disaksikan sendiri oleh orang belanda sehingga mereka merasa kebingungan lalu
38
https://saikdq.blogspot.com/2020/11/sejarah-waliyullah-bumi-sriwijaya.html?m=1

51
diperintahkan untuk mengambil rantai besi dan mesin derek, sejurus kemudian,

setelah dikaitkan kepeti, mesin mencoba mengangkat nya, dan yang terjadi malah

rantai-rantainya putus berantakan, sedangkan peti tidak tergoyang. Maka teringatlah

orang untuk meminta bantuan kepada kiyai Marogan, setelah tibanya beliau, serta

bejuar “wahai kyai Delamat? betul masjid ini wafatmu, tapi orang tidak suka

makammu disini, turutlah kemuan orang banyak, dan ridhalah hatimu untuk

dipindahkan ketempat lain! Tidak lama permintaan guru dipenuhi oleh Kiyai

Delamat, subahanalah peti menjadi ringan dan berbau harum dan dapat

dipindahkan oleh dua orang saja.”39

Berdasarkan penjelasan sejarah diatas dapat disimpulkan bahwasanya masjid

ini merupakan salah satu bukti, terdapat penyebaran agama islam yang terjadi di desa

Toman dan wilayah sekitarnya, yang dibawah langsung dan disebarkan oleh K.H.

Delamat, dibuktikan dengan didirikan Masjid oleh ulama bersejarah yaitu K.H.

Abdurrahman Delamat yang dikenal dengan nama Masjid Besar Nurul Huda Toman.

Pembuktian lebih jelasnya terdapat juga makom milik K.H. Abdurrahman Delamat di

dalam masjid ini yang terletak di dekat pintu utama bagian depan dekat serta dekat

halaman masjid. Selanjutnya menurut penjelasan diatas dapat juga penulis simpulkan

bahwa masjid ini dibangun oleh K.H Delamat yang memang benar berasal dari desa

Toman bermarga Punjung Musi Ilir.

39
Kemas H. Andi Syarifuddin. S.Ag. & H. Hendra Zainuddin. M.Pd. I . “101 ULAMA
SUMSEL Riwayat Hidup dan Perjuangan.”2013. Ar-Ruzz Media Yogyakarta: Forum Pondok
Pesantren Sumatera Selatan, hlm, 135

52
Selanjutnya dalam pembangunan masjid menggunakan konsep harta graha atau

segi delapan, untuk perkembangan bangunan masjid tidak terdapat banyak perubahan

sampai sekarang, hanya dilakukan perawatan dan dipoles apa yang rusak. Di masjid

ini terdapat tiga pintu utama, ketiga pintu tersebut memiliki simbol, yaitu merupakan

simbol Allah, Muhammad SAW, dan Nabi Adam. Makna dari ketiga simbol tersebut

yaitu berkaitan antara makhluk hidup dan zat sebagai suatu kesatuan utuh (Allah

dimaknai sebagai zat), dan adam sebagai yang (makhluk), serta Muhammad SAW

sebagai perwujudan makhluk dan zat). Bangunan panggung dalam masjid ini yang

digunakan ialah bangunan panggung tradisional yang bersifat sederhana, karena tiang

yang digunakan ialah menggunakan kayu unglen, bagian dinding bangunan masjid ini

menggunakan kayu unglen juga. Berdasarkan keterangan tersebut sumber dari bahan

bangunan ini secara keseluruhan didatangkan langsung dari desa sungai angit atas

inisiatif dari pasirah marga punjung kala itu atau yang dikenal dengan Pangeran Cek

Mad Jaya. Pada bagian atap masjid memiliki atap yang berbentuk limas bertingkat

tiga, serta pada bagian tengah tingkatan kedua tiang penyangga lebih tinggi dan

terlihat lebih condong ke arah dalam, dengan 12 tiang penyangga pada bagian dalam

masjid.

Menurut bapak herman selaku pengurus masjid dan kades setempat. Dari

kisah sejarah secara turun temurun, masjid ini didirikan pada tahun 1932 M, yang

didirikan oleh K.H. Abdurrahman Delamat. Jauh sebelum K.H Delamat datang lagi

ke desa toman, pada umumnya masyarakat setempat memeluk Islam, meskipun pada

53
saat itu di wilayah itu banyak yang tidak mengetahui apa itu Islam dan ada orang

yang beragama Islam tetapi tidak mengetahui ajaran Islam, serta ada yang belum

mengenal agama islam. Untuk itu peran K.H Delamat dalam penyebaran dakwah

ajaran agama islam sangat berpengaruh bagi masyarakat sekitar serta memiliki

manfaat baik diperoleh secara individu maupun kelompok.40

Dahulu belum terdapat bangunan masjid, yang diperuntukkan sebagai tempat

melaksanakan ibadah sholat lima waktu dilakukan secara berjamaah. Karena pada

kenyataannya dahulu daerah ini masih sangat terbatas mengenai sarana-prasarana

tempat untuk beribadah. Kegiatan beragama pada saat itu hanya dilakukan

masyarakat di balai-balai yang sederhana atau tempat yang alah kadarnya. Semenjak

kehadiran ulama K.H. Delamat masyarakat mulai mengenal ajaran islam bagi yang

belum tahu, dan bagi yang sudah tahu ia bisa mendalami ilmu agama melalui dakwah

yang beliau sampaikan. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan beliau dalam

pendirian masjid. Berdasarkan persoalan tersebut, sekarang masjid ini banyak

memiliki arti bagi masyarakat setempat tentunya dalam persoalan ibadah, berkat

beliau juga masyarakat setempat dalam kesehariannya bisa selalu mendengar

lantunan ayat suci Al-Quran yang dikeluarkan dari masjid, sehingga bisa menciptakan

wujud ketentraman serta meningkatkan bekal ilmu agama. K.H Abdurrahman

Delamat sangat berjasa dalam melakukan pembangunan masjid di Nurul Huda Desa

Toman.

40
Hasil wawancara dengan Bapak Herman, pengurus Masjid Nurul Huda Toman Kecamatan
Babat Kabupaten Musi Banyuasin, 15 Oktober 2022

54
Masjid Besar Nurul Huda Toman dibangun dengan perpaduan budaya Islam

tradisional yang dipadupadankan dengan budaya Cina-Melayu. Ide arsitektur

pembangunan masjid ini pada dasarnya melihat dari arsitektur yang berkembang pada

masa itu, untuk gaya arsitektur sendiri ulama K.H. Delamat merujuk pada bentuk

bangunan masa kerajaan Sriwijaya yaitu dengan bentuk limas bertingkat. Gaya

arsitektur ini tidak asing bagi masyarakat setempat dibandingkan dengan masjid-

masjid bersejarah lainnya di kawasan metropolitan Palembang. Masjid Agung

Palembang misalnya memiliki kesamaan arsitektural dengan Masjid Demak, namun

ada juga perbedaannya, seperti jumlah lantai di atap dan struktur dindingnya.

Umumnya masjid di Palembang pada masa itu dibangun dengan atap berlantai

dua atau tiga dan dindingnya dikelilingi tembok. Saat berada di dalam gedung masjid

Nurul Huda Toman beratap sama seperti masjid yang ada di Palembang yaitu

bertingkat tiga, akan tetapi masjid ini masih dikategorikan masjid tradisional karena

masjid secara dominan menggunakan berdinding kayu unglen, baik dinding masjid,

ventilasi masjid, jendela dan soko guru (tiang penyangga), serta atap yang bertingkat

tiga seperti ciri-ciri tipologi atap masjid mustaka, yang berbentuk limas bertingkat

tiga. Sekarang masjid ini sudah ada penambahan bangunan yaitu menara masjid

berjumlah satu, dan fasilitas lainya seperti tempat pengistirahatan, pagar masjid, serta

bagian halaman masjid yang sudah beralas batu semen.

Masjid Besar Nurul Huda Toman dijadikan sebagai sarana untuk

pengembangan dan pembinaan pengajaran agama Islam bagi masyarakat setempat.

55
Adapun ulama penerus dalam kegiatan pengembangan kadar muslim di masjid Nurul

Huda ini diantaranya, bapak H. Muslim Nurdin sebagai ketua masjid, dan bapak H.

Muhammad Rozi. Mc, dan bapak Muzakir, S.Pd. ketika bapak tersebut merupakan

imam-imam masjid yang sering dilakukan secara bergiliran, meskipun masih banyak

imam lainya tapi yang paling seriang mengimami masjid ini adalah beliau. Baik

dalam proses penerapan pengembangan agama islam, selalu dilakukannya upaya

berupa kegiatan rutin setiap habis sholat magrib, yaitu tausiyah secara bersama-sama

dengan anggota jamaah masjid pada waktu itu. Selain itu juga digunakan untuk Ibu-

ibu mengadakan pengajian di hari jumat atau minggu, kegiatan ini merupakan

kegiatan rutin yang dilakukan oleh ibi-ibu setempat, baik dalam jangka waktu sebulan

sekali atau seminggu sekali. Kegiatan tersebut biasanya juga selalu diadakannya di

masjid Nurul Huda Toman.

Bagi anak-anak kelompok belajar mengajar dikenal dengan IRMA (Ikatan

remaja masjid) Nurul Huda Toman. Dalam segi pendidikan anggota tersebut sering

mengadakan kegiatan belajar seperti mengaji, belajar menulis kaligrafi, serta melatih

skill anak-anak untuk berani tampil di depan anggota kelompok. Untuk

pengembanganya kelompok tersebut selalu menghadirkan kader-kader baru dalam

setiap jenjang masa kepemimpinan bertujuan agar bisa terus memakmurkan masjid.

Seiring perkembangan pendidikan yang terjadi pada tahun 1997, Maka

daripada itu dibangunlah madrasah di sekitar masjid yang mana usaha tersebut

dipelopori oleh bapak H.Endang Hilwan Yusuf Selaku pendiri madrasah pertama di

56
Kecamatan Babat Toman. Bapak endang merupakan seseorang yang mendalami ilmu

agama kala itu, dan ia memiliki sifat yang dermawan dan tegas. Setelah masa

kemerdekaan pendidikan Itu dipindahkan ke jajaran Kementerian Agama pada masa

pemerintahan Musi Banyuasin. Selanjutnya madrasah dikembangkan menjadi

berbagai jenjang pendidikan, seperti adanya Madrasah Ibtidaiyah Tsanawiyah Nurul

Huda Kasmaran, dan Madrasah Aliyah (MA) banyak sekarang didirikan madrasah,

pendidikan tersebut berada di desa Kasmaran yang berlokasi di suatu lahan yang

sama. Sekarang madrasah ini dikembangkan oleh ibu Siti Uis selaku pemimpin

pondok pesantren yang ada desa setempat.

Masjid Besar Nurul Huda merupakan bangunan yang sangat penting bagi

masyarakat setempat. Adanya bangunan ini masyarakat dapat dengan mudah untuk

melaksanakan proses ibadah shalat dan mengerjakan ajaran agama Islam lainya.

Proses pengerjaan shalat dilakukam masyarakat dengan taat, sehingga masjid tersebut

merupakan tempat bagi individu untuk melakukan kegiatan spiritual kepada Allah.

Manfaat adanya masjid ini yaitu dapat dijadikan untuk kegiatan pengembangan ilmu

agama , selain diperuntukkan tempat shalat berjamaah, belajar mengaji, majelis

taklim, tempat diskusi musyawarah mufakat terkait persoalan agama, tak lupa juga

digunakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Sholat Ied, dan

terakhir biasanya juga digunakan untuk orang yang ingin melangsungkan kegiatan

akad nikah. Masjid Nurul Huda juga berfungsi untuk mengurus kesejarahan umat,

sedekah dan bayar zakat.

57
B. Arsitektur Masjid Besar Nurul Huda Toman

Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia masa lampau

dengan cara mengkaji secara sistematis material sisa. Studi sistematis melibatkan

penemuan, pendokumentasian, analisis dan interpretasi informasi dalam bentuk objek

(budaya, bahan seperti kapak batu, dan bangunan) dan ekofak (fitur lingkungan

seperti batuan, topografi, dan fosil) dan artefak. Fitur yang tidak bisa dipisahkan dari

website arkeologis.41

Salah satu tinggalan arkeologi adalah bangunan mirip masjid. Masjid ini

merupakan bukti peninggalan arkeologi yang monumental. Masjid memiliki fungsi

utama yaitu sebagai tempat beribadah bagi umat muslim. Pengembangannya Masjid

dijadikan menjadi salah satu konteks proses Islam di Indonesia, yang menjadi salah

satu proses penting Islamisasi di Nusantara, seperti yang terjadi di Palembang.

Palembang ada beberapa tinggalan arkeologi, salah satunya ialah masjid-

masjid bersejarah di Palembang. Dibuktikan dengan adanya masjid-masjid bersejarah

di kota Palembang seperti masjid agung palembang, masjid suro, masjid Lawang

kidul dan masih banyak lagi. Masjid tersebut merupakan masjid bersejarah dalam

konteks populer yang ada di wilayah kota Palembang, dilihat dari peristiwa sejarah

tentang penyebaran agama Islam melalui jalur perdagangan yang terjadi di pelabuhan

Palembang. Penelitian akan mengangkat salah satu masjid bersejarah yang terdapat di

41
Bonson Manalu, Pusat Studi dan Penelitian Arkeologi Kalimantan Barat, Volume No 2,
Tahun 2013, 17.

58
daerah wilayah kota Palembang, jauh dari perkotaan dan terdapat di pelosok tepatnya

di Desa Toman. Masjid ini merupakan salah satu bukti bersejarah keberadaan ulama

terkenal di bumi sriwijaya kala itu yaitu, K.H. Delamat, beliau kembali ke wilayah

kelahirannya untuk menyebarkan agama islam, Masjid tersebut dikenal dengan

Masjid Besar Nurul Huda Toman di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi

Banyuasin. Masjid ini merupakan masjid peninggalan bersejarah yang dimiliki oleh

Desa Toman, Karena masjid ini dibangun oleh Ulama setempat yang dikenal K.H.

Abdurrahman Delamat dengan marga Punjung musi ilir. Masjid ini berkonstruksi

berbahan dasar kayu unglen yang lebih dominan, dan berlantai semen dulunya dan

sekarang sudah dirubah menjadi lantai keramik, serta beratap limas dengan tiga

tingkatan.

Masjid Besar Nurul Huda Toman merupakan salah satu masjid tradisional

yang dimiliki desa Toman yang terus dipengaruhi oleh akumulasi budaya asing

namun tidak meninggalkan ciri khas budaya lokal nusantara. Perpaduan budaya asing

ini menjadi ciri khas arsitektur Masjid Besar Nurul Huda Toman selain itu juga

terdapat perpaduan budaya asing seperti Tionghoa, Melayu dan budaya lokal

tradisional. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Akulturasi Unsur Budaya Cina

Kedatangan orang-orang Tionghoa ke Nusantara menuju Palembang

telah berlangsung dalam waktu yang lama bahkan sebelum masa kerajaan

Sriwijaya. Hubungan yang terjalin antara Nusantara dan Tionghoa, ialah

59
melalui hubungan perdagangan. Hubungan ini telah terjalin semenjak masa

Dinasti Han (206 SM- 220 M). Banyak faktor-faktor yang menjadi pendorong

terjadinya migrasi orang-orang Tionghoa sampai ke Palembang. Beberapa

alasan tersebut seperti, adanya persaingan perdagangan di pesisir Laut Cina

sehingga membuat pendapatan ekonomi penduduk setempat semakin

berkurang.42 Salah satu pengaruh budaya cina dalam arsitektur masjid yaitu

terletak pada warna, yaitu berupa warna merah, kuning keemasan, seperti

masa kerajaan. Budaya cina ada pada masjid Besar Nurul Huda Toman yakni

terletak pada bagian bagian mimbar masjid yaitu terdapat ukiran sulur

tanaman berwarna keemasan dan juga terdapat ornamen lainnya seperti Bunga

yang berwarna kuning.

2. Akulturasi Unsur Budaya Islam Melayu

Berbagai variasi arsitektur masjid dengan pengaruh budaya islam

melayu sangat kental terjadi, dilihat dari wujud akulturasi Islam dan budaya

melayu. Masjid kuno nurul huda toman mengadopsi budaya melayu yakni

dapat dilihat dari bagian atap masjid yang berbentuk tumpeng limasan dengan

kubah di bagian atas, selain itu juga bermahkota wuwungan, ciri khas masjid

ini mengunakan mahkota yang menciri khas pada masjid yang ada di timur

tengah. Material kubah terbuat dari aluminium sedangkan bagian sirap

atapnya menggunakan kayu unglen. Atap masjid tersebut bersusun tiga

42
Nurani Soyomukti, Soekarno dan Cina: Nasionalisme Tionghoa Dalam Revolusi Indonesia,
Yogyakarta: Garasi, 2012, Hal. 164.

60
tingkatan, pada sisi atap tingkatan ketiga terdapat jendela kaca sebagai

pembatas leher dan kepala tumpengan.

3. Akulturasi Unsur Budaya Lokal

Secara fisik bangunan masjid sangat dipengaruhi budaya lokal karena

ia memiliki ciri-ciri seperti tipe masjid tradisional yaitu ditandai dengan

adanya, pertama pada bagian teratas diatap secara tradisional mempunyai

hiasan structural yang terbuat dari tembikar kayu, logam, kedua struktur atap

berbentuk limas bertingkat, Ketiga material bangunan masjid terbuat dari

bahan dasar alam seperti kayu unglen, keempat memiliki kuburan tokoh

masyarakat atau ulama, kelima memiliki tiang yang sejajar pada bagian

tengah masjid yang mana tiang pada masjid nurul huda ini terbuat dari kayu

juga.43 Kemudian pada bagian ornamen ataupun tulisan-tulisan arab yang

terdapat pada atas di setiap jendela dan tiga pintu utama dan pada mimbar

masjid itu memiliki perpaduan budaya lokal, karena tulisan arab tersebut

berlafaz Muhammad, Allah dan adam, serta terdapat ukiran salur-salur

tanaman merambat.

Kajian arkeologi penggunaan atap dengan tiga tingkatan pada masjid ini juga

merupakan hasil dari transformasi budaya yang berkembang kala itu. Hal ini dapat

menandakan adanya bukti sejarah bahwa wujud masjid Nurul Huda merupakan

43
Skripsi, Joni Apero. “Kajian Sosiologi Pada Transformasi Atap Masjid Di Kota Palembang
(Studi Atap Atap Tradisi dan Atap Kubah ).2018, Universitas Raden Fatah Palembang : Prodi Sejarah
Peradaban Islam, hlm.79-80

61
peleburan antara budaya lokal tradisional setempat dengan budaya cina-melayu.

Kemudian menghasilkan akulturasi budaya sehingga tampaklah masjid tersebut. Sisi

lain, pengaruh ajaran Islam juga mengubah pandangan masyarakat tentang atap

bertingkat tiga, namun pemahaman masyarakat Indonesia tentang atap bertingkat

disimbolkan dengan nilai-nilai dalam ajaran Islam yaitu bentuknya. pada dasarnya

Thariqah dan Makrifat.44

Menurut Marcus Pollio Vitruvius yang merupakan Bapak arsitektur dunia

yang dikenal lewat D'architecture ini menyatakan bahwa arsitektur adalah sebuah

kekuatan/kekokohan (virmitas), keindahan/estetika (venustas), dan kegunaan/fungsi

(utilitas). Selain itu, arsitektur juga merupakan ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu

lainnya serta dilengkapi dengan proses belajar. Salah satu cabang ilmu yang mesti

dipelajari dalam menelaah arsitektur adalah ilmu filsafat, terutama rasionalisme,

empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan

dekonstruktivisme. Semua hasil karya yang dihasilkan arsitektur adalah suatu karya

seni.

Menurut Banhart CL Dan Jess Stein mempunyai pendapat lain soal cabang

seni rupa ini. Menurut Stein, arsitektur merupakan seni dalam menegakkan bangunan,

dimana di dalam seni tersebut terdapat segi perencanaan, konstruksi, dan solusi

dekorasinya. Selain itu, sifat atau format bangunan, proses membangun, bangunan

dan kelompok lainnya adalah segi-segi lain yang juga ada di dalam arsitektur.

44
Tim penulis, Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, (Banda Aceh: Bidang Kementrian
Kebudayaan Prov. Kantor Wilayah Aceh, 2006), hlm 16.

62
Berdasarkan penjelasan ahli diatas dapat disimpulkan bahwasanya arsitektur

itu merupakan bentuk karya seni yang dipadupadankan dengan kebudayaan yang

berkembang pada masa itu, untuk perwujudan arsitektur biasanya terjadi pada bentuk

bangunan, salah satu yaitu terjadi pada bentuk bangunan masjid, serta dalam bentuk

atau pola arsitektur dapat diperoleh melalui proses belajar. Seperti yang

dikemukakan oleh Marcus Pollio Vitruvius bahwa salah satu cabang ilmu yang

menelaah arsitektur adalah ilmu filsafat. Demikian untuk mengetahui perkembangan

arsitektur masjid Besar Nurul Huda Toman penulis akan menjabarkan beberapa

bagian bangunan masjid serta komponen yang mendukung.

Bangunan masjid terdapat beberapa bagian bangunan, bagian pertama masjid

terdapat tiga pintu utama. Bagian ruang utama masjid berikutnya memiliki tiang

(tiang) dan komponen lainnya, kemudian mihrab Masjid Nurul Huda memiliki bentuk

yang agak unik, berbeda dengan masjid pada umumnya yang mihrabnya dibentuk

segi lima yang menandakan shalat lima waktu, dan memiliki ukuran yang hampir

sama dengan ruangan utama. Mihrab masjid Nurul Huda Toman memiliki ruang

terpisah dari ruang utama, yang tampak unik dari pada masjid umumnya, bagian

ruangan di sebelah mihrab terdapat mimbar. Mimbar pada masjid ini tidak pernah

diganti selama perkembangannya, ia masih tetap dipertahankan. Mimbar merupakan

tempat imam berdiri untuk memimpin shalat berjamaah dan mimbar juga digunakan

sebagai tempat dakwah bagi khatib. Bagian depan masjid dekat pintu masuk utama

bedug yang berukuran 1,5 meter dengan bahan dasar kayu, dan berbentuk bulat

63
seperti beduk pada umumnya, akan tetapi yang membuat bedung ini menarik karena

dia menggunakan bahan dasar kulit sapi yang terletak pada bagian tengah beduk, kulit

sapi sejak dari zaman nenk moyang memang selalu dimanfaatkan untuk alas

pementung beduk, karena I bersifat kuat dan tahan lama.

Masjid Besar Nurul Huda sangat terjaga keeksistensian, buktinya masjid

tersebut masih dipergunakan untuk tempat beribadah untuk melaksanakan shalat

berjamaah lima waktu dalam sehari semalam, dan juga shalat Jum’at dan sholat pada

hari besar Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu, masjid ini juga digunakan

sebagai tempat sholat oleh ibu-ibu setempat yang rutin diadakan pada hari Jumat dan

Minggu. Kegiatan masyarakat lainnya merupakan wadah untuk memikirkan kegiatan

sosial yang merugikan kepentingan kelompok masyarakat. Selanjutnya, pada bulan-

bulan tertentu masjid ini juga sering mengadakan kegiatan seperti Isra mi'raj maupun

urusan keislaman lainnya. Terdapat juga masyarakat yang memanfaatkan masjid

untuk diselenggarakannya kegiatan sosial, contohnya masyarakat yang memiliki

usaha tani di sentral perkebunan biasanya sering mengadakan acara sedekah bumi.

Sedekah Bumi ini merupakan perwujudan rasa syukur masyarakat terhadap hasil

panen yang mereka dapatkan dari proses bercocok tanam. Kebanyakan masyarakat

setempat mengadakan acara tersebut setelah musim panen tiba dan selalu

diselenggarakan di masjid Nurul Huda ini.

Dewasa ini untuk mengetahui penjelasan tentang konstruksi bangunan masjid,

dapat dibahas yaitu mengenai luas bangunan masjid, secara keseluruhan sekitar

64
115,28 m², yang mana bangunan masjid terdiri atas tiga unsur yakni alas, badan dan

atap. Konstruksi Masjid berbentuk persegi delapan, diberi atap merupakan konsep

dari harta graha dan ditunjang dengan empat Suko guru yang berukuran besar serta

ditambah dengan delapan anak tiang penyangga yang berukuran lebih kecil. Sebelah

timur laut terdapat bangunan yang mencolok keluar yang berbentuk segi lima yang

merupakan bangunan tempat imam sholat, dan di samping mihrab terdapat mimbar

yang pada bagian mimbar terdapat anak tangga berjumlah lima.

Pada bagian depan masjid terdapat bedug yang berfungsi untuk memanggil

sholat untuk para kaum muslimin, alat yang digunakan masih menggunakan cara

yang tradisional, karena pada bagian pembentuk bedug terbuat dari kayu, serta alas

bedug menggunakan kulit sapi, serta secara keseluruhan bedug terbuat dari kayu.

Ketika hari besar Islam datang seperti pada bulan ramadhan dan pengunjung bulan

ramadhan sering dimanfaatkan sebagai lantunan untuk mengiringi takbiran.

Selanjutnya untuk lebih jelas tentang gambaran umum masjid, dilihat dari

ukuran masjid dan ditinjau dari segi arkeologis, untuk melihat pola arsitektur Masjid

Besar Huda Toman, untuk itu penulis menjelaskan dari berbagai bagian bangunan,

seperti atap bangunan, badan bangunan, dan pondasi bangunan, serta komponen-

komponen lainya yaitu sebagai berikut:

65
1. Atab Masjid

Gambar 3.1 Bagian Atap Masjid


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Masjid Besar Nurul Huda Toman memiliki atap tingkat tiga atau dalam kajian

nusantara ialah “punden berundak” yang merupakan bentuk asli dari Austronesia

(nusantara). Pundek merupakan tempat suci yang berkaitan dengan penggunaan orang

yang dianggap mulia, banyak jasa, berkuasa, atau dalam tindakan semasa hidupnya

memberi dampak yang berarti bagi masyarakat.45 Arsitektur atap masjid termasuk ke

pola tipologi atap mustaka dengan Limas bertingkat tiga, atau hiasan duri-duri,

berleher dengan penutup bidang miring mengikuti pola masjid Agung. Masjid

tradisional bertingkat tiga dimaknai, tingkatan pertama adalah syariat, tingkatan

kedua adalah hakikat, dan ketiga marifat.46 Atap masjid biasanya berfungsi sebagai

tempat berteduh dari terik matahari dan hujan. Atap masjid Besar Nurul Huda terbuat

dari logam mamel, pada bagian puncak masjid mempunyai hiasan struktural yang

terbuat dari tembikar kayu unglen dan logam mamelo. Material bahan berdasar bahan

45
Mukhlis Paeni Sejarah Kebudayaan Indonesia; Arsitektur, hlm.22
46
Uka Tjandrasasmita (ed), Ziarah Masjid dan Makam, (T.tp: Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata, t.tn), hlm. 1139

66
kayu yang diperoleh dari alam sekitar tepatnya dari desa sungai angit dan

menggunakan kayu unglen.

Adapun denah atap Masjid Nurul Huda toman beratap Limasan bertumpang

tiga, tumpang tersebut merupakan ruang kecil yang berbentuk segi delapan dengan

ukuran sebagai berikut:

Ukuran Denah Luar:

Panjang : 7,5 meter

Lebar : 7,5 meter

Ukuran Denah Dalam (ruang dalam) :

Panjan : 7 meter

Lebar : 7 meter

Dinding Ruang Atas (tumpang):

Tinggi dinding : 4 meter

Lebar dinding : 7,5 meter

Tebal dinding : 0,9 meter

Atap tumpang berukuran sebagai berikut:

Panjang pinggir atap bawah : 10 meter

67
Panjang sudut ke mustaka : 2 meter

Garis tengah : 2,1 meter

2. Badan bangunan masjid

Gambar 3.2 Bagian Samping Badan Masjid


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada bagian badan bangunan masjid ini biasanya terdiri dari berbagai bagian

seperti pintu, dinding, jendela, kolom, ventilasi dan ruangan dengan imam dan bagian

informasi doa. Masjid ini dalam segi badan bangunan memiliki bentuk segi delapan

yang hampir sama dengan masjid pada umumnya yang membedakan hanyalah

komponen-komponen yang ada di masjid ini, seperti :

a. Pintu

Gambar 3.3 Pintu Utama Depan


Sumber: Dokumentasi Pribadi

68
Pintu merupakan akses untuk keluar dan masuk masjid. Pintu masjid

memiliki tiga pintu utama yaitu terletak di bagian depan, bagian samping,

serta bagian belakang dekat tempat wudhu. Pintu terbuat dari bahan kayu

unglen. Jika dilihat dengan seksama pintu ini berbentuk seperti jendela yang

terbelah dua dan di bagian tengah terdapat ventilasi. Ketiga pintu tersebut

memiliki arti dan makna tersendiri yang berkembang di kalangan

masyarakat. Ketiga pintu tersebut merupakan perwujudan Allah, Nabi

Muhammad SAW dan Nabi Adam. Pada dinding sebelah tenggara, sebelah

barat daya, dan barat laut pada badan masjid terdapat pintu masuk sebanyak

tiga Buah. Ketiga pintu tersebut pada bagian tengahnya terdapat ornamen

kaligrafi yaitu tulisan Arab yang dilas berbentuk lafaz Allah, Muhammad

SAW, dan Adam. Ketiga pintu tersebut berukuran sama yaitu:

Tinggi pintu : 3 meter

Lebar pintu : 2 meter

Lebar daun pintu : 1 meter

Pada sisi pintu terdapat ventilasi yang secara keseluruhan terbuat dari kayu,

serta memiliki ukuran sebagai berikut:

Tinggi pintu : 3 meter

Lebar lubang pintu : 2 meter

Tinggi ventilasi : 3.5 meter

Lebar ventilasi : 0,4 meter

69
b. Dinding

Gambar 3.4 Dinding Bagian Dalam Masjid


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dinding Masjid secara keseluruhan menggunakan bahan dasar kayu,

yang berasal dari kayu unglen. Dinding memiliki fungsi untuk menutup

badan bangunan agar bersih dari kotoran dan debu. Dinding pada masjid ini

berbentuk persegi menyesuaikan bentuk bangunan masjid yang berbentuk

persegi delapan, dalam konstruksi bangunannya setiap sisi menggunakan

ventilasi sebagai penghubung antar sisi dinding yang satu dengan dinding

yang lainya. Adapun ukuran dinding tersebut sebagai berikut:

Panjang dinding : 25 meter

Lebar dinding : 25 meter

Tinggi dinding : 5 meter

Tebal dinding : 0,5 meter

70
c. Jendela

Gambar 3.5 Jendela Tampak Luar


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jendela merupakan akses untuk keluar masuknya udara ke dalam

ruangan masjid, jendela berfungsi agar memberikan kenyamanan bagi

masyarakat muslim yang berkunjung untuk melaksanakan ibadah. Karena

kenyamanan merupakan hal yang sangat penting untuk melakukan kegiatan

ibadah, diharapkan supaya seseorang yang melakukan shalat dapat

dilaksanakan dengan khusyu dan fokus. Adapun jumlah jendela yang

terdapat dalam Masjid Nurul Huda Toman yaitu berjumlah empat 15 jendela,

ke 15 jendela itu mengelilingi sisi masjid, bagiannya yaitu pertama, tiga

jendela dekat sisi pintu utama bagian depan, dan sisi yang kedua terdapat

dua jendela arah kiri jika dilihat dari bagian depan luar masjid, dan di sisi

ketiga terdapat dua jendela yang mengapit pintu utama bagian samping, dan

di sisi keempat terdapat terdapat satu jendela, sisi kelima pada bagian pintu

utama bagian belakang terdapat dua jendela yang mengapit pintu, sisi

71
keenam terdapat dua jendela, sisi ketujuh terdapat satu jendela di ruangan

tempat imam sholat, dan sisi terakhir di samping mimbar terdapat dua

jendela. Adapun struktur bangunan jendela masjid Nurul Huda Toman sama

seperti bentuk bangunan jendela yang ada di kampung Arab Al-Munawar di

Palembang, berbentuk seperti persegi empat memanjang dengan panjang

jendela berukuran 3 meter, dan lebar 2 meter dengan menggunakan bahan

dasar kayu unglen, serta pada struktur jendelanya berbentuk seperti anak

tangga, kemudian jendela apabila dibuka jendela terbelah menjadi dua

bagian. Jendela yang terdapat pada dinding sekeliling dinding masjid

memiliki ukuran yang sama, masing-masing memiliki ukuran yang sama

yaitu:

Tinggi jendela : 3 meter

Lebar jendela : 2 meter

d. Tiang

Gambar 3.6 Tiang Suko Guru Dalam Masjid


Sumber: Dokumentasi Pribadi

72
Tiang bangunan Masjid Besar Nurul Huda Toman memiliki empat

suko guru (tiang penyangga) yang berbentuk bulat pada bagian tengah

masjid yang berfungsi untuk menyangga atap bangunan masjid dan ditambah

dengan delapan tiang penyangga yang lebih kecil ukurannya. Keempat

Sukoguru memiliki konektor yang digunakan di tengah ruangan agar terlihat

persegi panjang. Tiang sukoguru diberi warna hijau dan coklat (coklat

menandakan bahwa tiang ini terbuat berdasar kayu unglen), walaupun

sekarang pada bagian luar tiang sudah di lapisan dengan bahan semen, tetapi

pada bagian dalamnya masih menggunakan bahan dasar kayu unglen.

Sedangkan tiang penyangga kecil terbuat dari kayu uglen juga, hanya

menopang balok plafon, dengan ukuran yang sebagai berikut :

Ukuran Tiang Besar : Ukuran tinggi keseluruhan tiang dari lantai ke ruang

atas (ruang tumpang) Sekitar 10,5 meter.

Tinggi dari lantai ke plafon : 8,5 meter

Garis tengah bawah : 0,8 meter

Garis tengah alas : 1.2 meter

Lebar landasan tiang : 1 meter

Panjang landasan tiang : 1 meter

Tebal bawah tiang : 0,6 meter

Ukuran Tiang Kecil : 4.5 meter

Garis tengah masing-masing : 0,09 meter

73
Lebar landasan bawah tiang : 0,5 meter

Panjang landasan bawah tiang : 0,5 meter

e. Ventilasi

Gambar 3.7 Ventilasi Masjid


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ventilasi Masjid Besar Nurul Huda Toman, menurut bapak Herman

setiap bangunan baik dinging ventilasi ia masih berbahan kayu unglen. Maka

ventilasi masjid ini menggunakan bahan kayu unglen dengan jumlah

ventilasi yang terbilang banyak hampir di setiap sisi.

f. Ruangan tempat imam dan pada bagian makmum sholat.

Gambar 3.8 Ruang Mihrab dan Mimbar Masjid


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ruangan Imam pada masjid memiliki ruang terpisah untuk ia

mengimami sholat, ruangan ini berbentuk seperti segi lima yang memiliki

74
sudut tepi lima sisi, sehingga terciptalah ruangan ini, di beberapa bagian

ruangan ini terdapat Mihrab dan sebelahnya terdapat mimbar. Fungsi mihrab

itu sendiri tempat berdiri imam ketika ingin mengerjakan sholat lima waktu.

dan mimbar berfungsi sebagai tempat untuk orang menyampaikan ceramah,

dakwah, kajian atau tausiyah. Biasanya pada bagian dalam merupakan

ruangan yang berfungsi sebagai tempat sembahyang atau shalat lima waktu,

Adapun ukuran ruangan serta ukuran mihrab yaitu sebagai berikut:

Lebar ruangan : 15, 6 meter

Panjang ruangan : 15,6 meter

Lebar mihrab : 2,5 meter

Panjang mihrab : 2,3 meter

Lebar mimbar : 1 meter

Tinggi mimbar : 2.5 meter

3. Ornamen Masjid

Ornamen adalah hasil karya manusia yang berupa menenun, menulis di atas

kain nyanyian, mengukir dan mengukir di atas kayu, yang disebut ornamen. Hiasan

atau ornamen memiliki desain yang berbeda-beda tergantung dari pengalaman orang

yang membuatnya. Desain hias atau dekoratif yang sering digunakan pada bangunan

masjid adalah tulisan Arab dan tumbuhan. Ornamen diperkenalkan ke dalam

kehidupan manusia dari zaman prasejarah, Hindu-Buddha dan Islam dan akhirnya

mengalami berbagai perubahan hingga saat ini. Ragam hias yang diciptakan

75
masyarakat tidak hanya sebagai ekspresi estetika, tetapi juga terkait dengan variabel

sosial, budaya, dan agama. Pada dasarnya ornamen atau hiasan sudah begitu akrab

dalam kehidupan masyarakat. Ornamen hadir dalam kehidupan masyarakat sebagai

ekspresi emosional dalam bentuk visual dan dipengaruhi oleh budaya yang

berkembang di masyarakat sekitar. Selain itu, hadirnya ragam hias juga bertujuan

untuk melengkapi seni, yang memberikan nilai estetis pada setiap bangunan dan

mengandung makna tertentu yang diungkapkan melalui ragam hias, yang bertujuan

menghiasi sesuatu agar menjadi indah sehingga objek yang ditampilkan dapat

menyampaikan maknanya. perasaan orang yang melihatnya.47

Hiasan yang digunakan pada Masjid Besar Nurul Huda Toman merupakan

bentuk-bentuk untuk mewujudkan keindahan atau ekspresi masyarakat setempat,

yang diukir pada beberapa masjid dan katedral masjid untuk memperindah bangunan

masjid. Hiasan apa yang memberikan kesan ekspresi berupa keindahan alam yang

terlihat pada ruangan Masjid Nurul Huda Toman. Hal ini terlihat pada dekorasi yang

ditampilkan di masjid berupa flora, geometri, dan kaligrafi Arab.

Flora adalah hiasan yang disajikan dalam bentuk tanaman. Penggambaran

motif tumbuhan dalam seni hias dilakukan dengan berbagai metode perancangan

ragam hias dan biasanya berbentuk alas bunga yang disamarkan dengan bentuk lain,

misalnya alas bunga. Seperti bunga teratai, bunga matahari, bunga melati, tanaman

merambat, tanaman merambat, dll. Kemudian ada juga ornamen atau ornamen yang
47
Muhammad Khalid Anwari Dan Muhammad Abi Taufani, Kumpulan Kaligrafi Arab
Dengan Bacaaan Huruf Latin Dan Artinya, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, t. T.), hlm. 5.

76
ditampilkan dalam bentuk seni Islami. Dalam masyarakat Islam, simbolisme

keagamaan ini biasanya direpresentasikan dalam bentuk hiasan bulan, bintang, dan

kaligrafi. Kaligrafi atau biasa disebut khat merupakan ciri seni yang berkembang

pesat di dunia Islam. Dalam seni kaligrafi, menurut perkembangan Islam berabad-

abad yang lalu, kaligrafi Arab juga berkembang menurut tempat dan waktu. Ada

beberapa model kaligrafi Arab yang berkembang di dunia Islam. Adapun susunan

Arab terbagi atas beberapa bagian-bagian seperti khat Naskhi, Thuluth, Kufi, Rihani,

Mashga, Muhaqqahq, Thaliq. Adapun penjelasan mengenai pengertian kaligrafi

tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Mashga adalah seni kaligrafi yang berkembang di Mekah dan Madinah

pada abad pertama era Islam.

b. Kufic terbagi menjadi dua bagian yaitu Square Kufic dan Eastern Kufic.

Square Nuffic adalah gaya tulisan tangan kaligrafi Arab yang

dikembangkan di Kuffa selatan Baghdad dan paling umum digunakan

oleh orang Irak pada abad ke-9. Kufi Timur lebih kompleks daripada

Persia, terutama pada garis vertikal ke atas, seni kaligrafi ini

berkembang sejak akhir abad ke-11.

c. Thuluht adalah seni kaligrafi yang berkembang pada abad ke-8. Jenis

tulisan ini sangat populer dan banyak digunakan sebagai hiasan

arsitektur masjid, sampul buku dan dekorasi interior.

77
d. yaitu Naskhi merupakan seni kaligrafi yang relatif paling mudah untuk

ditulis dan dibaca, oleh karena itu sering digunakan untuk menulis ayat-

ayat Alquran.

e. Muhaqqiq merupakan seni kaligrafi yang hampir sama dengan seni

kaligrafi Naskhi.

f. Rihani adalah seni kaligrafi berupa perpaduan antara Thuluht dan

Naskhi.

g. Thaliq adalah seni kaligrafi berbentuk gantung. Ahli kaligrafi Persia

mengembangkan seni kaligrafi ini pada abad ke-9. Salah satu variannya

disebut nostalgia. Diperkenalkan pada abad ke-15, itu menjadi bentuk

paling umum dalam dokumen tertulis Persia.48

Kaligrafi yang digunakan di masjid adalah kaligrafi Thuluth. Kaligrafi ini

adalah gaya kaligrafi Islam yang populer, huruf-hurufnya berupa garis-garis panjang

dan jarak dari satu kalimat ke kalimat berikutnya terlihat. Masjid Nurul Huda Toman

memiliki hiasan religi di setiap pintu dan jendela dengan kalimat yang berbunyi: La

ilaha Illallah Muhammadarrasulullah ya Allah ya Muhammad.

Pada masjid Nurul Huda Toman terdapat pula pelafalan bahasa arab pada

pintu depan masjid yang terletak pada tiga pintu utama masjid ini. Kata tersebut

merujuk kepada ilmu ketahuitan dan umat Islam yaitu lafaz Allah, Nabi Muhammad

48
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim,2000. Yogyakarta:
Gajah Mada Universitas Press,hlm. 19

78
SAW dan Nabi Adam. Dengan demikian, ungkapan bahasa Arab tersebut secara

implisit memiliki arti yang sangat sakral bagi masyarakat setempat bahkan bagi umat

Islam, dan turunnya ungkapan tersebut berarti bahwa masjid adalah rumah Allah di

muka bumi dan didirikan oleh para utusan Allah. Masjid sebagai tempat ibadah bagi

Allah SWT.Bagi masyarakat juga ketiga pintu utama yang ada di masjid Toman

memiliki makna dan simbol tersendiri yaitu Allah yang merupakan zat pencipta, Nabi

Adam sebagai makhluk, serta nabi Muhammad Saw sebagai perwujudan makhluk

dan zat. Maka dari itu di masjid ini d buat tiga pintu utama untuk umat Islam

mengakses keluar masuk masjid, dapat dilakukan dengan tiga sisi, akan tetapi

tujuannya sama yaitu untuk beribadah agama.

Pada umumnya ragam hias berkembang pada masyarakat Palembang banyak

sekali bentuknya, selain bentuk flora ada juga kaligrafi, motif ukiran khas dari

budaya asing seperti cina, eropa,dan arab islami. Hal ini disebabkan karena dalam

agama Islam yang berkembang kala itu Diharamkan menggunakan wujud makhluk

hidup, larangan ini termaktub dalam hadis H.R Bukhari dan Muslim artinya dari Ibnu

Umar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa pembuat patung akan disiksa pada

hari kiamat dimana mereka berada . mengatakan hidup apa yang Anda lakukan.

Berdasarkan hadits tersebut, dapat dikatakan bahwa menampilkan lukisan dalam

bentuk makhluk hidup merupakan larangan yang tegas dengan sanksi yang berat

sebagaimana yang tertera dalam hadits tersebut. Berdasarkan hadits tersebut, dapat

dikatakan bahwa menampilkan lukisan dalam bentuk makhluk hidup merupakan

79
larangan yang tegas dengan sanksi yang berat sebagaimana yang tertera dalam hadits

tersebut. Jadi ini adalah alasan utama bagi umat Islam untuk melakukan hal ini tidak

menggambar dan melukis objek yang sesama makhluk hidup yang bernyawa, baik

dalam bentuk apapun. Dengan adanya ketetapan tersebut bisa menjadi salah satu

faktor yang menghambat berkembangnya seni lukis Islami, seperti pada karya-karya

seniman Islam terdahulu, ukuran dengan subjek makhluk hidup sangat jarang

ditemukan.

Estetika dan makna simbol ornamen yang terdapat pada elemen-elemen

masjid yang ada di Nurul Huda Toman perlu untuk diapresiasi. Karena ini menjadi

salah satu pusat perhatian dalam penelitian ini. Ornamen yang terdapat di masjid

Nurul Huda Toman memiliki keindahan tersendiri dari segi motifnya. Motif itu

merupakan bagian dari ornamen untuk terciptanya suatu keindahan. Demikian dari

keindahan yang tampak biasa nya muncul makna simbol.

Menurut Guntur (2004) secara garis besar ornamen dapat dikategorikan ke

dalam fungsi simbolis dan fungsi profan (estetis). Pembahasan tentang fungsi

ornamen ini didasarkan pada elemen-elemen pembentuknya, khususnya motif.49

Fungsi simbolis dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pelambangan, menjadi

lambing, mengenai lambing seperti lukisan-lukisan, dan sebagainya.50 Fungsi profan

lebih ditekankan pada motif sebagai elemen estetik atau unsur hias pada suatu objek.

49
Guntur. Ornamen Sebuah Pengantar (Surakarta: P2AI bekerjasama dengan STSI Press,
2004), hlm.55
50
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Erlangga,2008), hlm.14

80
Motif sebagai unsur hias berfungsi sebagai pemikat atau sebagai penggugah perasaan

indah.51 Menurut Francis DK Ching (2008) warna juga sangat mempengaruhi bentuk

visual. Penataan warna dalam desain ornamen memiliki peran penting, karena dapat

mempengaruhi orang-orang yang melihatnya. Tampilan warna juga memiliki simbol,

untuk itu penerapan warna pada masjid Nurul Huda Toman didominasi dengan warna

khas yaitu kuning keemasan.52

C. Makna Simbol Arsitrktur Masjid Besar Nurul Huda Toman

Penjelasan diatas mengenai berbagai bentuk pola arsitektur masjid Besar

Nurul Huda Toman, terdapat makna khusus yang terkandung didalamnya. Misalnya

dalam bentuk ornamen masjid yang dijadikan elemen pendukung untuk menunjang

keindahan yang tampak, baik dari segi motif, warna, dan bentuk. Hal tersebut

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena motif merupakan unsur

hias yang dapat memikat. Dengan kata lain ornamen memiliki nilai tersendiri.

Misalnya ornamen dengan bentuk flora, seperti tumbuhan, salur-salur tanaman bunga,

seperti bunga matahari, yang terdapat pada bagian mimbar, dinding di atas mihrab

tempat imam masjid, kemudian bagian lainnya yang mendukung keindahan masjid

Nurul Besar Huda Toman, untuk mengetahui makna simbol arsitektur masjid dilihat

dari desain interior dan eksterior dalam masjid Nurul Huda Toman, dapat dijelaskan

seperti table di bawah ini:

51
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka
,2002), hlm.1066
52
Francis DK, Ching, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Tatanan. (Jakarta: Erlangga,2008), hlm.14

81
1. Makna Simbol Pada Mimbar

No Penanda Fungsi dan makna simbol Gambar

1 Mimbar Mimbar tempat imam

menyampaikan dakwah.

Bagian ini hanya terdapat

beberapa bentuk ornamen,

mimbar ini belum pernah

diganti semenjak awal

pembuatannya sampai

sekarang. Mimbar in

secara keseluruhan terbuat

dari bahan dasar kayu jati.

2 Bendera Bendera warna hijau

berjumlah dua, memiliki

makna tumbuh dengan

nilai keberanian.

3 Motif Secara komparatif motif

Bunga melayu Ini tidak memiliki

arti khusus, sebagai

bentuk keindahan, kalo

82
secara denotatif motif ini

merupakan gambaran

bentuk geometri sebagai

penambahan keindahan,

dan secara konotatif motif

ini memiliki makna

matahari sebagai sumber

kehidupan manusia. Kalo

pengertian tentang bunga

matahari itu sendiri

dijadikan sebagai simbol

semangat dan optimisme.

3 Warna Menandakan seakan

berhasil membangkitkan
Kuning
hidup yang ceria, kreatif,

dan semangat.

83
4 Warna Menandakan sebagai

coklat simbol natural yang

menunjukan kelembutan

dan sifat kehangatan.

Warna ini merupakan

warna sederhana yang

menunjukan ia terbuat

dari bahan kayu,

merupakan tanda bahwa

ia berusia sudah lama.

5 Salur-salur Ornamen ini berbentuk

tanaman melengkung, bagiannya

merambat terdiri dari tangkai, daun,

bunga, dan buah.

Biasanya berupa tanaman

merambat bersifat melata

dan beringin. Untuk

fungsinya adalah untuk

memberikan kesan

keindahan dan kesakralan.

84
6 Kubah Simbol motif kubah

memiliki makna kekuatan

serta kebesaran tuhan

yang maha esa dan

memberi petunjuk bahwa

masjid memiliki identitas

islam secara terbuka,

sopan, tenang, toleransi,

serta keyakinan yang

optimis bagi umat

muslim.

85
2. Makna Simbol pada Mihrab

No Penanda Makna simbol Gambar

1. Mihrab Mihrab tempat imam

mengimami shalat, ia

berbentuk seperti cekung

yang memiliki setengah

lingkaran. Sebagian

ulama mengatakan

bahwasanya mihrab ini

merupakan tempat

seseorang memerangi

hawa nafsu setan.

Memiliki simbol

ketaatan.

2 Motif salur - Ornamen salur-salur

salur tanaman tanaman, yang masih

muda yang berbentuk

melengkung, bagiannya

terdiri dari tangkai, daun,

bunga, dan buah.

Biasanya berupa

86
merambat atau tanaman

yang bersifat melata dan

beringin. Fungsinya

adalah memberikam

kesan keindahan dan

kesakralan. Motif ini

sangat menjadi daya

Tarik tersendiri.

3 Warna kuning Menandakan seakan

berhasil membangkitkan

hidup yang ceria, kreatif,

dan semangat.

4 Warna Putih Memiliki mana bersih,

suci dan berkharisma.

Warna putih sangat

identic dengan perbuatan

baik manusia

87
3. Makna Simbol pada jendela

No Penanda Makna simbol Gambar

1 Lafaz Lafaz Muhammad memiliki

Muhammad arti “Dia yang terpuji”

sebagaimana dilandaskan

pada Nabi Muhammad yang

merupakan makhluk yang

menyampai akhlak yang

mulia, karena mulai dari

perbuatan dan tingkah laku

beliau merupakan sosok

yang mulia. Lafaz ini juga

menurut masyarakat

setempat merupakan

perwujudan seorang

makhluk dan zat yang diutus

oleh Allah SWT.

88
2 Motif Merupakan motif ornamen

geometris yang berbentuk geometri

dengan titik garis yang

dibuat menyilang secara

zing-zang, dan ini terbuat

dari kayu juga

3 Warna kuning Warna yang digunakan ialah

berwarna kuning yang

memiliki simbol kecerahan ,

dan optimism.

4 Kaca putih Warna putih memiliki

simbol kesucian, kemurnian,

adapun dalam islam sendiri

warna putih disimbolkan

untuk kebaikan serta

keindahan yang dijelaskan

dalam Q.S Ali Imran ayat

106.

89
4. Makna simbol pada Suko Guru

No Penandaan Makna simbol Gambar

1 Suko guru Suko guru merupakan

utama empat tiang penyangga

utama yang terletak

dalam bangunn masjid

Nurul Huda Toman, yang

berfungsi untuk

menopang bangunan atap

masjid. Empat tiang

utama memiliki makna

simbolis penting dan

dianggap sebagai wujud

kekerabatan. Ruang

dibawahnya dipercaya

sebagai ruang sakral

karena digunakan untuk

kegiatan tertentu. Adapun

dalam filosofinya empat

tiang penyangga bagi

umat islam, yakni Al-

90
Quran, Hadist, Ijma dan

Qiyas.

2 8 tiang anak Kedelapan anak tiang ini

suko guru merupakan tiang-tiang

penunjang yang berdiri

diatas tumpak. Kedelapan

tiang ini memiliki fungsi

sebagai penopang.

3 Kayu unglen Kayu unglen memiliki

simbol ketahanan,

kekuatan, yang sangat

baik. Karena pada

dasarnya kayu ini kuat

akan perubahan suhu

yang terjadi dilingkungan

sekitar. Kayu unglen

hampir sama fungsinya

dengan besi.

Sumber gambar: Dokumentasi pribadi pada 15 Oktober 2022

91
Adapun faktor lainya yang memiliki makna sebagai wujud keindahan dari

masjid ini yaitu dilihat dari desain interior maupun eksteriornya. Sebagai faktor lain

yang mendukung keindahan Masjid Besar Nurul Huda Toman. Untuk itu penulis

akan menyelamatkan beberapa bagian pendukung lainnya mengenai desain interior

dan eksterior, yaitu :

1. Desain interior, merupakan faktor pendukung yang bisa mempercantik

ruangan pada bagian dalam bangunan masjid. Biasanya desain interior ini

berupa furniture, penata ruangan pemilihan cat, dan lainnya. Berdasarkan

penjelasan tersebut penulis menjelaskan ke berbagai komponen benda, yaitu :

a. Jam

Gambar 3.9 Jam Masjid


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jam merupakan waktu pertanda seseorang bisa memperkirakan kapan

masuknya waktu sholat wajib. Untuk itu ini merupakan furniture yang

dimiliki masjid Nurul Huda Toman.

92
b. Lampu Utama Masjid Besar Nurul Huda Toman

Gambar 3.10 Lampu Utama Masjid


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lampu Masjid terletak di bagian tengah masjid, lampu ini berukuran

sangat besar dan terbuat dari kaca kristal dengan tingkatnya, lampu ini

berwarna putih. Lampu tersebut merupakan hal yang paling mencuri

perhatian pengunjung ketika baru pertama masuk, karena ia terletak di

depan pintu masuk, baik dari ketiga pintu langsung bisa melihat lampu

ini.

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai desain interior masjid, selanjutnya

peneliti akan menyinggung sedikit mengenai desain eksterior masjid Nurul Huda

Toman, yang mana desain eksterior merupakan kebalikan dari interior yaitu bentuk

penataan yang terjadi di luar masjid Nurul Huda Toman, yaitu hanya terdapat serambi

tempat beristirahat bagi para pengunjung, dan adanya kursi dan tempat lesehan untuk

berleha-leha menghilangkan rasa penat dan letih.

93
D. Fungsi Masjid Besar Nurul Huda Toman

Dinas Pendidikan Agama Kabupaten Musi Banyuasin mengakui,

pembangunan Masjid Besar Nurul Huda Toman sudah berperan penting di dalamnya.

Nilai yang terkandung di dalamnya adalah bahwa pengajaran sejarah memiliki nilai

keilmuan, pendidikan dan budaya. Sebaliknya, Masjid Toman merupakan warisan

budaya atau warisan masa lalu yang memiliki nilai dan makna informasional,

simbolik atau asosiatif dan ekonomis. Oleh karena itu, Masjid Besar Nurul Huda

Toman memiliki nilai informasi dan signifikansi karena merupakan cagar budaya

yang memiliki banyak informasi tentang kapan dibangun, bagaimana teknologi atau

alat yang digunakan.

Rasulullah SAW secara sungguh-sungguh telah mengajarkan agar manusia

sebagai makhluk berusaha menciptakan hubungan baiknya kepada Allah SWT selaku

penciptanya, untuk mewujudkan bentuk penghormatan melalui kegiatan ketaatan

dan kepatuhan terhadap Allah SWT, sehingga dapat melakukan tuntutan ibadah dan

memenuhi segala perintahnya. Hal itu untuk dapat mewujudkan hubungan yang baik

itu tentunya manusia harus mengikuti segala ketetapan yang telah di atur Allah SWT

didalam Al-Qur’an dan Hadist. Dalam Hal itu, maka sejalan dengan peringatan Allah

SWT sebainya secara tegas Islam telah menyuruh dan mengatur hubungan manusia

dengan Allah SWT (hablun minallah) dan hubungan manusia dengan manusia

94
(hablun minanas).53 Dengan demikian manusia bisa memgupayakan untuk kemudian

dapat mengimplementasikan dua sistem yang saling terkait. Sebaiknya sebagai

manusia yang hidup dalam masyarakat tentunya harus dapat memelihara hubungan

yang baik sesama manusia, dan konsisten dalam hubungan dengan Allah SWT. Salah

satu bentuk pengungkapnya yaitu memakmurkan tempat ibadah sebagai upaya

peningkatan keimanan dan ketaqwaa. Salah satu upaya tersebut adalah

mengoptimalkan berbagai aktifitas ibadah dan muamalah secara terus menerus

dengan memanfaatkan atau memakmurkan Masjid, baik sebagai pusat ibadah maupun

dalam hal pembinaan umat.

Masjid adalah tempat bersujudnya manusia kepada Allah SWT selaku

pencipta bumi dan alam semesta. Umumnya masjid merupakan wujud penampilan

dan isi masjid mencerminkan derajat hubungan manusia dengan Allah SWT, dan

hubungan antara manusia dengan manusia. Sejak 14 abad silam, Rasulullah SAW

telah menunjukkan tuntunannya dalam hal pemakmuran masjid, begitu pula di zaman

keemasan Islam sejak abad ke 6-13 M atau selama 7 abad, umat Islam berhasil

menjadikan masjid sebagai markas pelaksanaan hubungan antara manusia dengan

Allah SWT sebagai tempat (ibadah) dan hubungan manusia dengan manusia

(muamalah).54 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara ideal, Masjid

memilikiperan dan berfungsi sebagai Pusat Ibadah serta Pembinaan umat.

53
https://muslim.or.id/60805-hubungan-seorang-hamba-dengan-allah.html
54
Sofyan Safri Harahap, " Menejemen Masjid, suatu pendekatan teoritis dan Organisatoris,"
(Yogyakarta: PT Dhana Bakti Wakaf, 1993), hlm. 28.

95
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai fungsi Masjid Besar Nurul Huda

Toman, dapat diketahui sebagai berikut:

1. Sebagai Pusat Ibadah

Masjid merupakan tempat untuk umat muslim melaksanakan ibadah shalat.

Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata “sajada-sujud”, yang artinya

patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan ta’dhim. Meletakkan dahi, kedua

tangan, dan kedua kaki ke bumi yang kemudian dinamai sujud oleh syariat adalah

bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. Itulah sebabnya

mengapa bangunan bangunan yang dikhususkan untuk sholat dinamai masjid, yang

artinya tempat bersujud.55

Kehidupan umat Islam yang tetap cenderung mempertahankan eksistensinya

sebagai hamba Allah SWT dengan memanfaatkan masjid sebagai sarana

melaksanakan ibadah menunjukkan betapa peranan masjid sangat strategis bagi

masyarakat, khususnya berkaitan dengan fungsi-fungsi masjid sebagai Pusat Ibadah.

Fungsi yang dimaksud, adalah sebagai berikut :

a. Fungsi masjid sebagai tempat sujud

Sujud atau penghambaan diri kepada Sang Khaliq-Allah SWT, dalam

ayat Al-Quran pada surah Al- Baqarah ayat 125 menyebutkan “Dan ingatlah

ketika kami menjadikan rumah (ka’bah) sebagai tempat berkumpul dan

55
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 459

96
tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat

shalat. Dan telah kami perintahkan pada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah

rumah-ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang

rukuk dan orang yang sujud.” (Q.S Al-Baqarah: 125).

Surat tersebut menyebutkan peran masjid adalah sebagai tempat sering

menyebut nama Allah (tempat berdzikir), tempat beri'tikaf dan tempat shalat.

Pendapat lain juga ditegaskan dalam hadits riwayat Tirmidzi tentang Abi

Sa'id Al-Khudri yang berbunyi: bahwa setiap potongan tanah itu adalah

masjid. Kemudian dalam hadist yang lain Nabi Muhammad saw juga

menerangkan, “telah dijadikan tanah itu masjid bagiku, tempat sujud”.

Dimana Masjid yang berasal dari kata sajada/sujud memiliki maksud bahwa

kami mengikuti maupun menyesuaikan diri dengan ketetapan Allah SWT

akan seluruh keterkaitan yang ada di alam raya ini. Dalam perkembangannya

saat ini masjid sudah memiliki pengertian khusus dalam segi tata bahasanya,

yakni suatu bangunan yang berfungsi dipergunakan sebagai tempat shalat,

baik shalat lima waktu, shalat jumat maupun shalat hari raya menurut “Sidi

Gazabla. Kemudian mengenai masjid yang peneliti temukan di Desa Toman,

sebagian besar masyarakat juga memanfaatkan fungsi masjid sebagai tempat

ibadah. Jika dikaitkan dengan kata mesjid dalam bahasa Indonesia menjadi

istilah yang baku, sehingga orang awam sering mengira bahwa kata mesjid

adalah untuk kegiatan keagamaan seperti sholat jum'at.

97
b. Fungsi masjid sebagai tempat I’tikaf

I'tikaf digunakan di masjid sebagai keheningan yang disengaja. Tujuan

I'tikaf hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Kegiatan tersebut meliputi

kegiatan dzikir dan pembacaan Al-Qur'an. Dalam prakteknya, I'tikaf bisa

dilakukan kapan saja dan kapan saja, namun bisa dicadangkan untuk bulan

Ramadhan, karena ini sangat dianjurkan, terutama pada sepuluh malam

terakhir. Berdasarkan sebuah hadist, Rasulullah SAW menyatakan jika

I’tikaf di sepuluh malam terakhir bagai beri’tikaf dengan beliau (Rasulullah

SAW).

Artinya: “Siapa yang ingin beri”tikaf bersamaku, maka beri”tikaflah pada

sepuluh malam terakhir.” (HR Ibnu Hibban)

c. Fungsi masjid untuk kegiatan ibadah sosial keagamaan

Kegiatan seperti adanya Biro Amil Zakat yang dimaksud di sini adalah

lembaga pengelola dan penyaluran Zakat Infaq dan Shadaqah yang bertugas

menghimpun dan menyalurkan Zakat. Kantor amil zakat infaq dan shadaqah

ini juga memiliki informasi tentang orang-orang yang berhak menerima

zakat kemudian zakat yang dipungut masyarakat meliputi zakat fitrah, zakat

pertanian, zakat tanah, zakat usaha dll.

Herman mengatakan: “Selaku Jama’ah masjid mengetahui laporan

pengelolahan keuangan masjid seperti zakat, infaq dan shadaqoh, karena

98
pengelolah dan pengurus selalu menginformasikan dimasjid atau melalui

laporan keuangan dipapan pengumuman yang terdapat didinding masjid.”56

Berdasarkan pengamatan di lapangan, Laporan Keuangan Masjid

Besar Nurul Huda Toman sudah memuat informasi tersebut untuk

masyarakat sehingga masjid dapat berdiri secara optimal bagi masyarakat

sekitar.

2. Sebagai Sarana Pembinaan Umat

Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam dalam arti khusus (mahdhah) juga

merupakan tempat beribadah secara luas, selama dilakukan dalam batas-batas

syari‟ah. Masjid yang besar, indah dan bersih adalah dambaan umat Islam, namun itu

semua belum cukup apabila tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan memakmurkan

masjid yang semarak. Kegiatan ibadah shalat berjamaah yang merupakan salah satu

bentuk kemakmuran masjid dan juga merupakan indikator kereligiusan umat Islam di

sekitarnya. Selain itu kegiatan-kegiatan sosial, dakwah, pendidikan dan lain

sebagainya juga akan menambah kesemarakan dalam memakmurkan masjid.57

Berdasarkan observasi lapangan Masjid Besar Nurul Huda Toman yang dikaji

oleh peneliti, masjid ini memiliki potensi terbesar untuk mengoptimalkan peran

56
Herman, Pengurus Masjid Besar Nurul Huda Toman, interview pada tanggal, 10 Februari
2023.
57
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), hal. 33

99
masjid sebagai sarana dakwah umat, sehingga dapat dioptimalkan dengan

karakteristik masjid sebagai berikut:

a. Fungsi persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah islamiyah merupakan

pondasi dalam membangun ummat yang kuat. Dahulu Nabi Muhammad

SAW pernah membentuk pemerintahan islam yang kuat sehingga mampu

menaklukkan beberapa negeri adidaya saat itu. Umat Islam saat ini tidak

akan mampu kembali jaya seperti dahulu kecuali dengan cara kambali

menempuh jalan yang pernah ditempuh orang-orang terdahulu. Sungguh

umat islam memang sangat butuh ukhuwah, khususnya di zaman ini ketika

perselisihan dan perpecahan begitu sering terjadi di tubuh kaum

muslimin.58 Nabi Muhammad SAW membangun peradaban baru di

Madinah, dimulai dengan ukhuwah kaum Muhajir dan Anshar, setelah itu

beliau membangun Masjid Nabawi sebagai tempat shalat, meditasi, latihan

militer dan lainnya. Masjid pada dasarnya berperan besar dalam

membangun ukhuwah karena merupakan tempat berkumpulnya umat untuk

sholat berjamaah. Amalan yang dapat mempererat rasa persaudaraan

adalah dengan menjadikan masjid sebagai tempat mabit (malam) dimana

kegiatan amal seperti qiyamul lail dilakukan. Perbuatan tersebut

memperkuat rasa persaudaraan dan cinta akan kebaikan dan bukan

58
https://wahdah.or.id/peran-masjid-dalam-membangun-ukhuwah/ (Diakses
pada 15 Februari 2023

100
perbuatan yang haram atau makruh. Kata lain Ukhuwah islamiyah

Maksudnya adalah dengan menghimpun umat Islam dalam shalat

berjamaah di masjid, maka seluruh umat Islam dan muslimah akan

dibimbing untuk memperkokoh keutuhan persatuan dan persaudaraan.

b. Fungsi mesjid sebagai nilai-nilai pendidikan agama Islam, hal ini tercermin

dari permintaan masyarakat terhadap pemanfaatan mesjid, selain digunakan

sebagai tempat ibadah, mesjid juga berfungsi sebagai tempat doa. Kegiatan

belajar mengajar untuk memperdalam ilmu agama Islam. Dimana

menempatkan masjid sebagai tempat pengajaran, pendidikan Islam dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Artinya masjid digunakan untuk

kegiatan belajar agama. Misalnya, anak belajar membaca Al-Qur'an dan

ibu melakukan kegiatan pengajian.

c. Fungsi masjid sebagai tempat dakwah, selain masjid sebagai tempat

beribadah kepada Allah SWT. Masjid ini juga menjadi pusat kegiatan

dakwah, seperti Masjid Raya Nurul Huda di kampung Toman. Dengan

adanya masjid komunitas ini dapat dimajukan ke arah yang lebih baik.

Keagamaan melalui peringatan hari besar Islam dan kegiatan rutin lainnya,

sering diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat setempat.

Berdasarkan pernyataan tersebut, Da'it (Muballigh dan Muballighat) dapat

menggunakan masjid untuk mengeluarkan fatwa atau nasihat agama

kepada seluruh umat Islam di dalam area masjid.

101
d. Sebagai perangkat lunak pengumpul informasi dan fasilitas perpustakaan.

Masjid Besar Nurul Huda Toman sebagai tempat belajar membaca, Masjid

Besar Nurul Huda Toman memiliki beberapa perpustakaan buku yang tidak

begitu besar, namun meskipun tidak sedikit anak-anak dan bapak-bapak

yang berminat membaca untuk menimba ilmu. .

Sudriadi menjelaskan:“perpustakaan disini terkendala kekurangnya

atau minimnya buku-buku bacaan yang ada sehingga minat jama’ah

untuk membaca masih sangat kurang.”59

e. Masjid bertindak sebagai tempat untuk memikirkan masalah orang yang

berbeda. Dalam perkembangan umat Islam saat ini, kita tahu bahwa banyak

sekali masjid yang digunakan oleh umat Islam untuk membahas berbagai

persoalan umat. Misalnya di Palestina, di mana masjid berfungsi sebagai

tempat perjuangan kemerdekaan dan sebagai tempat untuk membentuk

gerakan. Selain itu, di Indonesia sendiri, beberapa masjid difungsikan

sebagai ruang terbuka untuk berdiskusi tentang kehidupan sehari-hari.

Masjid hadir sebagai jembatan yang menghubungkan manusia dengan

Tuhan dan manusia dengan manusia.

59
Sudriadi, Jama’ah Masjid, Interview pada tanggal 10 Februari 2023

102
3. Sebagai Pusat Kebudayaan

Di masa Nabi saw ataupun di masa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau

sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahanpun mencakup:

ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan, dan kemiliteran dibahas dan dipecahkan

di lembaga masjid. Masjid berfungsi pula sebagai pusat pengembangan kebudayaan

Islam, terutama saat gedung-gedung untuk itu belum didirikan. Masjid juga sebagai

ajang halaqah atau diskusi, tempat mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu agama

ataupun umum. Pertumbuhan remaja masjid, dewasa ini juga termasuk upaya

memaksimalkan fungsi kebudayaan yang diemban masjid.60

Beberapa pengertian kebudayaan menurut Mundzirin Yusuf, sebagaimana yang

tercantum dalam buku Islam Budaya Lokal (Pokja UIN Suka, 2005), diantaranya

yaitu:

Menurut Koentjaraningrat (1981), kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan

yang meliputi tindakan, perbuatan, tingkah laku manusia, dan hasil karyanya yang

didapat dari belajar. Sedangkan menurut Selo Soemardjan (1979), kebudayaan

merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Kedua definisi inilah yang

banyak mempengaruhi masyarakat dalam mengartikan kebudayaan. Sedangkan

kebudayaan menurut E.B. Taylor adalah sebagai berikut: kebudayaan merupakan

suatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum ada-

60
Moh. E. Ayyub, dkk., Manajemen Masjid, cet. VII (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm.
1-2

103
istiadat, kesenian, dan kemampuan-kemampuan lain, serta kebiasaan yang didapat

oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Para ahli kebudayaan di Indonesia lebih banyak menganut yang bersifat

idealistic, sehingga melihat kebudayaan sebagai pedoman bertindak dalam

memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian kebudayaan

adalah seperangkat pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, kesenian, yang

dijadikan pedoman bertindak dalam memecahkan persoalan yang dihadapi dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.61

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dipersatukan secara

sosial, oleh anggota suatu masyarakat, sehingga suatu kebudayaan bukan sekedar

akumulasi dari kebiasaan dan tingkah laku tetapi merupakan suatu sistem tingkah

laku yang terorganisir. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya menjadi acuan

sikap dan perilaku manusia sebagai makhluk individu yang tidak lepas dari

hubungannya dengan kehidupan masyarakat dengan orientasi budayanya yang khas.

(Berger & Luckmann, 1991).

Salah satu tradisi masyarakat yang sering mengadakan hubungan harmonis

antara individu dengan nenek moyang atau alamnya adalah Sedekah Bumi. Sedekah

bumi merupakan salah satu bentuk kearifan lokal berupa upacara atau tradisi sebagai

bentuk komunikasi antara manusia dengan alam dan leluhurnya dan juga erat

61
Mundzirin Yusuf, dkk., Islam Budaya Lokal (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005), hlm.7-8.

104
kaitannya dengan kebesaran masyarakat terhadap ridho Allah SWT.62 Hal inilah

yang menjadi salah satu faktor mengapa Tradisi Sedekah Bumi memiliki ruang

bersama yang sangat bermanfaat di Desa Toman Kecamatan Babat Toman Kabupaten

Musi Banyuasin.

Menurut Yunus (2013:105) menyatakan bahwa dalam setiap kebudaya

terutama masalah pokok dalam kehidupan manusia yaitu hakikat kehidupan, hakikat

pekerjaan, hakikat waktu, hakikat hubungan manusia dengan manusia dan hakikat

manusia. Hubungan dengan lingkungan.63 Dari sudut pandang ini dapat dilihat bahwa

tradisi sedekah di bumi merupakan salah satu yang tidak terpisahkan dalam ruang dan

waktu kehidupan manusia, bahkan ketika disadari seringkali dikaitkan dengan

kehidupan manusia itu sendiri.

Tradisi sedekah bumi mengandung lima hal utama dalam kehidupan manusia.

Pertama adalah inti dari makna, tradisi sedekah bumi mengajarkan kita untuk selalu

membantu, bekerja bahu membahu dan bekerja sama dalam hal apapun untuk

kebaikan bersama. Selain itu dalam tradisi ini mengajarkan bahwa setiap manusia

harus selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa untuk selalu diberikan keberkahan

hidup berupa mata air yang masih mengalir, hasil panen dan ternak. Dengan demikian

tradisi sedekah bumi yang masih rutin dilakukan setiap tahun memberikan anggapan

62
Wignjosoebroto, Soetandyo. (2007). Budaya Daerah dan Budaya Nasional. Jurnal:
Menggali Filsafat Dan Budaya Jawa. Jakarta: Prestasi Pustaka. hlm. 47
63
Yunus, R. (2013). “Transformasi Nilai-Nilai Budaya Lokal sebagai Upaya Pembangunan
Karakter Bangsa (Penelitian Studi Kasus Budaya Huyula di Kota Gorontalo)”hlm.105 Jurnal
Penelitian Pendidikan, 1(14), 65-77.)

105
bahwa masyarakat Toman merupakan wujud rasa syukur atas keberkahan yang

melimpah dengan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa. Upacara Sedekah Bumi

merupakan salah satu tradisi yang menjadi bukti nyata bahwa negara Indonesia

memiliki budaya yang sangat beragam.

Sedekah Bumi merupakan budaya yang sering dilakukan oleh masyarakat

Jawa. Dibandingkan dengan tradisi budaya lainnya. Tradisi sedekah merupakan

warisan turun-temurun. Sehingga belum ada yang tahu pasti kapan pelaksanaan

pembagian tanah itu pasti akan dimulai. Orang hanya bisa mengartikan bahwa

memberi sedekah ke bumi berarti memberi ke bumi dengan cara yang aman atau

bersyukur.

Berdasarkan hal tersebut untuk dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan

tradisi Sedekah Bumi yang diadakan oleh masyarakat Toman, sebagai wujud rasa

syukur mereka terhadap hasil panen yang mereka dapatkan, maka dapat dijelaskan

dalam beberapa poin penting sebagai berikut:

1. Latar belakang sedekah bumi

Menurut Bapak Noerdin (wawancara tanggal 12 Februari 2023)

mengatakan bahwa, latar belakang Tradisi Sedekah Bumi bermula dari

datangnya orang-orang Jawa ke-berbagai wilayah yang terdapat di Kecamatan

Babat Toman pada saat sebelum berkembangnya wilayah ini. Orang Jawa

zaman dahulu percaya kalau Sedekah Bumi itu pedoman hidup bagi

masyarakatnya secara turun temurun yang dilaksanakan setiap tahun baru

106
Hijriah. Kemudian menurut Bapak wagino berpendapat, Sedekah Bumi

diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu, yang mana mayoritas ulama terdahulu

ber-suku jawa, Sekarang bisa dibuktikan dengan keberadaan masyarakat jawa

yang dikenal dengan Desa Talang Jawe yang terletak di kecamatan Babat

Toman ini. Akan tetapi untuk dapat mengetahui ketetapan kapan

dilaksanakannya Sedekah Bumi, tidak ada bukti tertulis di kertas untuk

mengetahuinya. Hal tersebut tetapi sudah jelas bahwa Sedekah Bumi selalu

dilaksanakan berangsur-angsur setiap tahun baru Hijriah.

2. Tata Cara dan Ritual Upacara Sedekah Bumi di Desa Toman

Setiap upacara adat biasanya memiliki ritual yang harus dilakukan.

Seperti halnya upacara Sedekah Bumi, ada tiga ritual yaitu penyembelihan

sapi, pesta dan seni wayang. Suku Jawa memiliki budaya yang khas dimana

sistemnya melibatkan ritual untuk menyampaikan pesan atau nasehat. Seperti

simbol-simbol yang dapat ditemukan dan tentunya mengandung nilai-nilai

yang dapat dijadikan cermin kehidupan bermasyarakat.

Waktu pelaksanaan upacara Sedekah Bumi di desa Toman seringkali

bertepatan dengan pergantian tahun baru Hijriyah atau tahun baru Islam di

masyarakat. Mengenai masalah waktu, masyarakat desa Toman memutuskan

bahwa Sedekah Bumi akan dilakukan untuk menyambut tahun baru, yang

diartikan bahwa kehidupan manusia dapat lebih baik di tahun berikutnya dan

mensyukuri apa yang telah dicapai. Tahun lalu. Tahapannya yaitu

penyembelihan sapi, keduri dan kesenian wayang sebagai berikut:

107
a) Pada umumnya jemaah sering melakukan musyawarah mufakat yang

tujuannya untuk merencanakan kegiatan Majelis Penghulu Masjid

Nurul Huda Toman. Tujuan pertemuan ini adalah untuk mencapai

hasil dan keputusan bersama.

b) Pembagian kerja dan seleksi Panitia Acara untuk memastikan berjalan

lancar dan sesuai harapan.

c) Sedangkan kegiatan pertama yaitu penyembelihan sapi atau hewan

ternak lainnya untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat atas

hasil panen dan hewan yang telah dilakukan, kegiatan ini biasanya

dilakukan oleh para pembesar dan pemuda setempat.

d) Usai penyembelihan sapi, kelompok ibu-ibu memasak bersama,

kegiatan tersebut dapat mempererat silaturahmi antar warga dan

memanfaatkan kegiatan ini untuk lebih mendekatkan diri dan

menciptakan sikap gotong royong.

e) Kemudian dilanjutkan kegiatan keduri, kegiatan ini merupakan

kegiatan makan bersama. Sebelum makan, warga setempat

mengadakan kegiatan syukuran dan mendoakan apa yang telah mereka

terima, dengan harapan bisa lebih baik dari tahun lalu. Dan selalu

bersyukur atas nikmat Allah SWT.

f) Terakhir, pertunjukan wayang merupakan salah satu media dakwah

yang digunakan oleh salah satu anggota Wali Songo untuk

menyebarkan dakwah Islam. Selain sebagai sarana menanamkan

108
ketaqwaan Islam, juga bertujuan untuk menghibur. Menurut Bapak

Herman, juru kunci Masjid Besar Nurul Huda, sangat disayangkan

kegiatan ini sangat jarang ditemukan karena lama kelamaan hancur

dan tidak ada yang melestarikannya. Pertunjukan ini dulunya ada

ketika saya masih kecil, tapi itu sudah lama sekali.

3. Keterlibatan Masyarakat dalam Tradisi Sedekah Bumi di Desa Toman

Menurut Bapak Noerdin (wawancara tanggal 12 Februari 2023),

masyarakat di sekitar kawasan Masjid Besar Nurul Huda Toman selalu

berbaur dengan setiap kegiatan masjid. Misalnya di sedekah Bumi, mereka

sangat menghargai budayanya, bahkan ada yang bolos kerja dan minta ijin

kerja kalau dia salah satu penyelenggara acara. Niatnya adalah agar dia bisa

menghadiri acara ini.

Bapak Wagino (wawancara 12 Februari 2023) mengatakan bahwa

orang-orang yang terlibat dalam tradisi ini semuanya campur aduk, komunitas

di Almozo Tero benar-benar aktif. Bahkan saat pertama kali digelar, hanya

belasan orang yang bisa menyukseskan Sedekah Bum dengan ritual

penyembelihan sapi, pesta, dan pementasan wayang.

Tradisi sedekah Bumi telah menjadi aset budaya masyarakat Jawa, dan

masyarakat Jawa percaya bahwa sedekah bumi mengandung nilai-nilai kearifan lokal.

Tradisi adalah milik masyarakat, sehingga masyarakat yang menciptakannya harus

109
ikut merawat, memelihara dan melestarikannya. Peran umat dalam pelestarian dapat

diwujudkan dengan memperhatikan budaya atau tradisi sedekah bumi, khususnya

kepada pemuda generasi penerus. Maka peran orang tua sangat penting untuk

memberikan pendidikan budaya kepada anaknya agar budaya tetap terjaga.

Berdasarkan uraian di atas, sudah saatnya kita mengoptimalkan peran masjid

secara keseluruhan, baik sebagai pusat ibadah, sarana bersilaturahmi, maupun sebagai

pusat kebudayaan yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Al-Qur'an berisi

banyak ayat tentang ibadah, muamalah, masyarakat, ekonomi, hukum dan keadilan

dan hubungan antara si kaya dan si miskin, dll. Oleh karena itu, mengembalikan

peran masjid menjadi hal yang sangat penting. Pemahaman yang keliru terhadap

Dienul Islam serta bagaimana mengembalikan peranan masjid harus kita luruskan

sehingga masjid kembali berperan dalam mengembangkan nilai –nilai ukhrawi dan

duniawi yang Islami, dan pada gilirannya mampu pula berperan sebagai pengendali

perubahan sosial dan budaya masyarakat sesuai zamannya. 64

Selain itu, ada beberapa bagian masjid yang memiliki fungsi penting terkait

makna simbolisnya, yaitu gendang. Bedug menjadi daya tarik tersendiri karena

memiliki arti penting. Pada zaman dahulu, gendang digunakan sebagai alat musik

untuk menandakan datangnya adzan dan menyampaikan informasi penting kepada

masyarakat. Misalnya saat terjadi musibah, orang meninggal dan informasi lainnya,

64
Journal, Syaifuddin Mustaming, S.Ag. Fungsi Masjid Dan Peranannya Sebagai Pusat
Ibadah Dan Pembinaan Umat.
https://sultra.kemenag.go.id/files/sultra/file/file/Tulisan/zeam1328534716.pdf

110
hingga saat ini bedug masjid ini masih digunakan sesuai fungsinya, bedug masjid ini

juga terlihat sangat tradisional karena terbuat dari kayu, dan bentuk bedug serta

pemahat dan bagian-bagiannya Bagian bawah gendang yang ingin dipasang adalah

kulit sapi atau kerbau. Masjid sangat jarang menggunakan kulit ini sebagai bahan

dasar, meski dikatakan sangat kuat dan tahan lama.

E. Aktivitas Keagamaan Masyarakat Desa Toman

Aktivitas kegiatan keagamaan yang dilakukan jamaah di Masjid Besar Nurul

Huda Toman,berupa usaha kegiatan dakwah yang bertujuan untuk memusnahkan hal-

hal yang berkaitan dengan kejahatan, begitu pula usaha tersebut untuk menutupi jalan

pertumbuhan, adapun bentuk usaha dakwah yang harus dilakukan dalam segala segi

kehidupan, yang mencakup bidang sosial, pendidikan, ekonomi, kebudayaan, politik

dan sebagainya. Atas dasar itulah, maka usaha-usaha yang bermaksud memberantas

kebodohan, kemelaratan, ketidakadilan, kepalsuan, penipuan, perkosaan, kezaliman,

permusuhan, kesombongan, kefakiran, riba pencurian dan lain sebagainya merupakan

usaha dakwah, yang tidak saja harus dilakukan, tetapi wajib dilaksanakan oleh setiap

muslim. Hal-hal yang mungkar adalah semacam penyakit masyarakat, yang apabila

tidak diusahakan pencegahan dan pemberantasannya akan berakibatkan musnahnya

masyarakat itu. Oleh karena itulah, dimanapun dan kapanpun, umat Islam diwajibkan

untuk melenyapkan yang mungkar itu.65

65
A. Rosyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, Suara Muhammadiyah, (Yogyakarta: Surya
Sarana Grafika, 2010), hlm. 18

111
Sebagai umat muslim tentunya menyadari bahwasanya pedoman dalam hidup

yaitu didasarkan pada Al Qur’an dan Hadist. Begitu pula dalam penerapan aktivitas

keagamaan, segala tindakan dan tingkah laku dan perbuatan hendaknya bersesuaian

dengan pedoman umat Islam yakni Al-Qur’an dan hadis. Dengan bersandarnya kita

kepada kedua pedoman tersebut, maka akan membawa kita pada jalan yang diridhoi

Allah SWT. Al-Qur’an merupakan landasan utama dan terutama, ajaran yang

terkandung dalam Al-Qur’an mencakup dimensi kehidupan masyarakat. Sedangkan

hadits merupakan sumber kedua. Hadis disini sebagai pelaksana dari hubungan-

hubungan yang terkandung dalam Al-Qur’an yang berisikan petunjuk/ pedoman

untuk kemaslahatan hidup umat agar menjadi manusia seutuhnya.66

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang melakukan

kegiatan keagamaan dapat dinilai berdasarkan pola perilakunya, sedangkan yang

mencerminkan akhlak yang baik harus berdasarkan Al-Quran dan Hadist. Mengapa

demikian, karena seseorang yang memiliki pemahaman yang cukup tentang masalah

agama harus memahami hubungan dengan Allah SWT. Orang yang memahami

hubungannya dengan Allah yakin bahwa dalam hidupnya selalu memenuhi perintah-

Nya untuk shalat lima waktu sehari semalam, karena pemenuhan kegiatan tersebut

biasanya dilakukan di masjid.

Seperti yang terlihat, Masjid Besar Nurul Huda Toman sekarang

dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dimana ritual sholat seperti waktu sholat, subuh,
66
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Penerjemah
/Penafsiran Al-Qur’an, 1990), hlm. 23.

112
zuhur, ashar, maghrib dan isya dilakukan lima kali sehari. Kemudian tidak hanya

sedikit yang difungsikan sebagai masjid dalam kegiatan sosial yang sangat luas,

misalnya dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lain-lain. Pada

umumnya kegiatan utama yang dilakukan bersifat mendidik, khususnya mengadakan

TPQ komunitas anak-anak yang dilakukan rutin pada sore hari setelah pendidikan

formal. Selain itu, bapak-bapak juga memakainya pada musyawarah taqlim yang

sering diadakan setelah salat Isya. Selain digunakan untuk sholat, warga biasanya

menggunakan masjid untuk melakukan kegiatan zakat, infak, dan sedekah. Kegiatan

ini rutin diselenggarakan setiap ada acara keagamaan, misalnya di akhir bulan

Ramadhan. Di akhir bulan, masyarakat biasanya mengikuti norma agama Islam untuk

menyisihkan sebagian hartanya untuk disumbangkan. dan mensucikan diri, maka ada

kegiatan zakat yang dikenal dengan zakat fitrah, sedekah bagi orang yang telah

meninggal dalam bentuk sedekah.

113
BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Masjid merupakan pusat hubungan komunikasi antara manusia dengan

penciptanya, dapat dilakukan dengan kegiatan shalat. Namun dalam kenyataannya

peran manusia dalam kegiatan beragama masih tergolong rendah, maka dari pada itu

perlunya ilmu pengetahuan agama, agar dapat memiliki pedoman hidup dalam

kegiatan sehari-hari, yang dilandaskan dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Pada penelitian yang dilakukan di Masjid Besar Nurul Huda Toman,

mengenai sejarah masjid dan perkembangan arsitektur masjid dilihat juga dari

aktivitas sosial keagamaan. Maka dapat ditarik kesimpulan Sebagai Berikut :

1. Masjid Besar Nurul Huda Toman merupakan masjid yang berperan penting

dalam menyebarkan agama islam di kawasan Kecamatan Babat Toman.

Masjid ini didirikan oleh Kyai Haji Abdurrahman Delamat bin Syarifuddin

pada tahun 1932 Masehi. Kyai Delamat dilahirkan pada tahun 1820 Masehi di

Dusun Babat Toman. Dahulunya masjid Toman pertama dibangun di Dusun

VI Toman, kemudian pada tahun 1942 M dipindahkan di Dusun III Toman,

sampai sekarang masih utuh berdiri. Nama masjid sekarang dikenal dengan

sebutan masjid Toman atau Tuman. Fungsi masjid Besar Nurul Huda Toman

bagi masyarakat yaitu:

a. Sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, yaitu shalat wajib dan

sunah.

114
b. Sebagai sarana pembinaan umat ilsam, tempat pendidikan pengajaran

agama islam. Misalnya siaran dakwah dan membaca Al-Qur’an.

c. Sebagai tempat berlangsungnya acara keislaman seperti, yasinan,

maulid Nabi Muhammad, sedekah bumi, dll.

d. Sebagai tempat pengajian Ibu-ibu dan majlis taklim bapak-bapak.

e. Sebagai pusat kebudayaan bagi umat.

2. Masjid Besar Nurul Huda Toman menunjukan gaya arsitektur seni bangunan

lama atau bangunan tradisional nusantara dengan atap limasan bertingkat tiga

mengikuti tipologi atap mustaka. Struktur bangunan masjid secara

keseluruhan berdasar bahan kayu unglen yang diperoleh dari alam sekitar

tepatnya dikirim langsung dari desa Sungai Angit. Bentuk oranamen Masjid

Nurul Huda Toman terdiri dari dekorasi kaligrafi Arab dan tumbuh-tumbuhan.

Varietas dekoratif bermotif salur-salur tanaman merambat dan bunga

matahari, dan terdapat juga kaligrafi yang dipadupaankan dengan tanaman

bentuk kaligrafi berlafaz arab dengan nama “Muhammad” dengan paduan

motif geometris. Aktivitas kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh jamaah

di Masjid Besar Nurul Huda Toman, berupa usaha kegiatan dakwah

Islamiyah, dilihat dari keadaan sekarang, masjid Besar Nurul Huda Toman

berrfungsi sebagai tempat ibadah, warga juga memanfaatkan masjid sebagai

tempat untuk melakukan kegiatan zakat, infaq, dan shadaqah.

115
B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran

yang berisi persoalan yang dapat dipertimbangkan untuk dapat ditinjau langsung guna

menjadikan Masjid Besar Nurul Huda Toman sebagai tempat beribadah yang ramai

didatangi oleh pengunjung masjid untuk melakukan kegiatan ibadah. Saran-saran

tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Peneliti sangat berharap agar pihak terkait dapat terus menjaga dan

melestarikan Masjid Besar Nurul Huda Toman agar peninggalan arkeologi

Islam dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.

2. Peneliti juga mengharapkan bahwa otoritas terkait berperan aktif dalam

pemrosesan lisensi situs peninggalan sejarah tersebut. Agar mengindari

adanya validasi dari oknum yang tidak bertangung jawab.

3. Peneliti juga berharap agar peneliti selanjutnya lebih kreatif lagi dalam

mengumpulkan bahan informasi untuk kegiatan penelitian mengenai

peningalan-peninggalan arkeologis Indonesia terkhususnya di Kota

Palembang.

116
DAFTAR PUSTAKA

A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta; Ombak, 2012).

A. Rosyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, Suara Muhammadiyah, (Yogyakarta:

Surya Sarana Grafika, 2010).

Akmal Maulid, Tesis ”Dominasi Perempuan Dalam Sistem Kekerabatan Bilateral

(Studi Kasus Di Kabupaten Pemalang)”,Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2018.

Ali Imron, “Sistem Kekerabatan Dalam Pengantar Sosiologi”, Surabaya 2005

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif ,(Yogyakarta : Diva

Press, 2012)

Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, "Bahasa Musi". Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan

Bonson Manalu, Pusat Kajian dan Penelitian Arkeologi Kalimantan Barat, volume

No.2 Tahun 2013, 17.

Data Morfologi Kelurahan Babat Kecamatan Babat Toman Tahun 2022

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Penerjemah

/Penafsiran Al-Qur’an, 1990).

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. “Masjid dan Makam

Bersejarah di Sumatera”. 2008

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Erlangga,2008).

117
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka ,2002).

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Pt. Logos Wacana Ilmu,

1999).

Francis DK, Ching, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Tatanan. (Jakarta: Erlangga,2008).

Guntur. Ornamen Sebuah Pengantar (Surakarta: P2AI bekerjasama dengan STSI

Press, 2004).

Hasan Usman, “Metode Penelitian Sejarah”1986. Jakarta; Departemen Agama.

Dokumentasi Kelurahan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2022.

Kemas H. Andi Syarifuddin. S.Ag. & H. Hendra Zainuddin. M.Pd.I . “ 101 ULAMA

SUMSEL Riwayat Hidup dan Perjuangan.”2013. Ar-Ruzz Media Yogyakarta :

Forum Pondok Pesantren Sumatera Selatan.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990).

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah,Terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta; UI Press,

1980)

Muhammad Khalid Anwari Dan Muhammad Abi Taufani, Kumpulan Kaligrafi Arab

Dengan Bacaaan Huruf Latin Dan Artinya, (Surabaya: Pustaka Agung

Harapan, t. T.).

Mukhlis Paeni Sejarah Kebudayaan Indonesia; Arsitektur.

Nurani Soyomukti, Soekarno dan Cina: Nasionalisme Tionghoa Dalam Revolusi

Indonesia, Yogyakarta: Garasi, 2012.

Prof. Widagdo. Desain Seni Rupa.2010 hal : 2 Universitas Teknologi Bandung

118
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Metode Penelitian

Arkeologi, (Jakarta Selatan, 2008).

Retno,dkk, “Peta Budaya Indonesia”,( Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2013).

Sarwini, “Nilai Penting Masjid Kuno Nurul Huda Bagi Masyarakat Pulo Kambing

Aceh Selatan, Skripsi, (Banda Aceh: Fakultas Adab UIN Ar-Raniry,2013)

Sumardjo, dkk. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta Penebar

Swadaya.

Tim penulis, Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, (Banda Aceh: Bidang penamas

Kanwil Depag Prov. Aceh, 2006).

Uka Tjandrasasmita (ed), Ziarah Masjid dan Makam, (T.tp: Departemen Kebudayaan

dan Pariwisata, t.tn).

Wawancara dengan Bapak H.Muslim Nordin, Imam Masjid Nurul Huda Toman

Kecamatan Babat Kabupaten Musi Banyuasin, 16 Oktober 2022.

Wawancara dengan Bapak Herman Selaku Kades Desa Toman pada, 2 November

2022

Wawancara di Kantor kepala desa Toman pada 21 mei 2022

Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim,2000.

Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.

Skripsi :

Skripsi Joni Apero, “Kajian Sosiologi Pada Transformasi Atap Masjid Di Kota

Palembang” Skripsi Palembang: Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas

119
Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2018),hlm. 62 & Jhony Siregar dan Rifai

Abu (ed), Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Selatan.

Skripsi, (Palembang: Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Raden

Fatah Palembang, 2015), & Husni Rahim, Sistem Otoritas & Administrasi

Islam-Studi Tentang Pejabat Agama Masa Kesultanan dan Kolonial di

Palembang, (Ciputat: Logos, 1998).

Skripsi, Joni Apero. “Kajian Sosiologi Pada Transformasi Atap Masjid Di Kota

Palembang (Studi Atap Atap Tradisi dan Atap Kubah ).2018, Universitas

Raden Fatah Palembang : Prodi Sejarah Peradaban Islam.

Jurnal dan Website:

Journal, Syaifuddin Mustaming, S.Ag. Fungsi Masjid Dan Peranannya Sebagai Pusat

Ibadah Dan Pembinaan Umat.

Ryan Prayogi dan Endang Danial, “Pergeseran Nilai-nilai Budaya Pada Suku Bonai

Sebagai Civic Culture di Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan

Hulu Provinsi Riau”, Jurnal Humanika, Vol. 23, No. 1, 2016.

http://giwang.sumselprov.go.id/budaya/detail/186

https//kebudayaan.kemdikbut.coid

https://muri.org/Website/rekor_detail/pagelarantarimantangparaolehpelajarterbanyak

https://saikdq.blogspot.com/2020/11/sejarah-waliyullah-bumi-sriwijaya.html?m=1

https://sultra.kemenag.go.id/files/sultra/file/file/Tulisan/zeam1328534716.pdf

https://muslim.or.id/60805-hubungan-seorang-hamba-dengan-allah.html

120
PEDOMAN WAWANCARA

Nama Narasumber : Herman

Umur : 49 Tahun

Status/Jabatan : Pengurus Masjid Sekertaris/ Kadus Desa Toman

1. Sejarah berdirinya Masjid Besar Nurul Huda Desa Toman menurut

pengetahuan masyarakat

2. Alasan mengetahui, dari mana informasi tetang Masjid Desa Toman

3. Perkembangan Masjid bersejarah desa Toman sehingga dapat

dikembangkan dan dilestarikan.

4. Kontrusi bangunan Masjid Besar Nurul Huda Desa Toman dilihat dari

sarana dan prasarana bagunan masjid.

Nama Narasumber : H. Muslim Nurdin

Umur : 64 Tahun

Status/ Jabatan : Ketua Imam Masjid/ Tokoh Masyarakat

1. Sejarah Masjid kuno dan Masjid bersejarah di masyarakat Toman

2. Perangkat desa telah melestarikan sejarah Masjid dengan baik

3. Pola hubungan masyarakat desa sudah melibatkan peran masyarakat dalam

pelestarian Masjid

121
4. Keistimewaan peninggalan bersejarah Masjid Desa Toman yang tidak

dimiliki oleh daerah lain di Kabupaten Musi Banyuasin

5. Kesadaran pemuda Desa Toman terhadap peninggalan masjid bersejarah.

Nama Narasumber : H. M. Rozi, Mc

Umur : 62 Tahun

Status/ Jabatan : Tokoh Masyarakat/ Imam Masjid Nurul Huda Toman

1. Perkembangan pengetahuan sejarah masjid yang menyimpan sejarah islam

dari generasi ke generasi menurut masyarakat

2. Peran dan fungsi Masjid Desa Toman terhadap masyarakat

3. Nilai sejarah masjid dalam pandangan masyarakat Babat Toman.

Nama Narasumber : Sudriadi

Umur : 28 Tahun

Status/ Jabatan : Marbot Masjid

1. Makna sejarah masjid bagi masyarakat Babat Toman

2. Nilai kindahan masjid dan lingkungan disekitar masjid

3. Alasan masjid dijadikan sebagai tempat untuk kegiatan sosial keagamaan

4. Sanksi yang diberikan kepada masyarakat apabila menyalah artikan

kegunaan masjid, misalkan dijadikan sebagai kegiatan nongkrong oleh

anak-anak remaja.

122
Nama Narasumber : Juwita

Umur : 49 Tahun

Status/ Jabatan : Masyarakat Desa Toman

1. Makna khusus masjid bagi ibu-ibu pengajian masyarakat desa Toman

2. Kegiatan rutinitas masyarakat setempat mengenai peran masjid dalam

masyarakat

3. Kegunaan masjid bagi masyarakat apakah memiliki peran dan fungsi yang

baik.

Nama Narasumber : Danu

Umur : 10 Tahun

Status/ Jabatan : Masyarakat Desa Toman / Anak SD

1. Manfaat belajar mengaji di masjid Nurul Huda Toman

2. Perasaan dalam proses menimbah ilmu pengetahuan yang didapatkan apakah

memiliki makna penting bagi adik-adik

123
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Dokumentasi Foto Penelitian

Gambar. 1 Wawancara dengan Bapak Herman


Selaku Pengurus Masjid

Gambar. 2 Papan Informasi Masjid Toman Gambar. 3 Sisi bagian utara bagian depan

124
Gambar. 3 Sebelah sisi bagian Barat daya Masjid Gambar. 4 Serambi Masjid bagian BL

Gambar. 5 Sebelah sisi bagian Utara Masjid Gambar. 6 Serambi Masjid Bagian Depan

Gambat. 7 Mihrab Imam Majid Nurul Huda Toman Gambar.8 Jendela Masjid Toman

125
Gambar. 9 Shaff Sholat Perempuan Gambar. 10 Dinding Masjid Toman

Gambar. 11 Mihrab Masjid Nurul HudaToman Gambar. 12 Pintu Masuk Masjid Toman

Gambar. 14 Tampak sisi belakang Masjid Gambar. 15 Kubah Masjid Tipe atap
Mustaka

126
Gambar. 13 Tempat Wudhu Masjid Toman Gambar. 14 Lesehan Tempat Istirahat

Gambar. 17 Tiang Suko Guru Masjid Toman Gambar. 18 Makom K. H Abdurrahman


Delamat

127

Anda mungkin juga menyukai