KOTA TASIKMALAYA
ARTIKEL ILMIAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Naskah Sejarah yang
diampu oleh Ibu Laely Armyati.,M.Pd
Oleh :
1
Edy Sedyawati, Budaya Indonesia: Kajian, Arkeologi, Seni Dan Sejarah (Jakarta: Balai Pustaka,
2006).
Masjid Agung Kota Tasikmalaya selesai dibangun pada tahun 1888 M atau 1307
H.
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan hasil
penelitian terdahulu oleh peneliti yang pernah penulis baca yaitu peneltian
terdahulu yang dilakukan Shofia Rahma dengan judul Masjid Agung Kota
Tasikmalaya. Permasalahan yang akan diabahas dalam penelitian ini adalah
tentang Sejarah Masjid Agung Kota Tasikmalaya dan Perkembangannya. Masjid
Agung yang dibangun pada tahun 1886-1888 ini menjadi perhatian dikarenakan
masjid yang terletak di Kota Tasikamalaya dan terletak di tanah wakaf milik
RAA. Suryaatmadja (1882-1919). Masjid yang dibangun dengan bentuk yang
sama dengan bentuk masjid yang sama seperti masjid pada umumnya, tetapi
sekarang masjid agung ini seperti masjid di Mekkah.
Luas tanah Masjid Agung Kota Tasikmalaya adalah 7.215 meter persegi,
sedangkan luas bangunan Majid Agung Kota Tasikmalaya adalah 2.456 meter
persegi. Masjid yang di disain oleh orang ITB, kala itu Bupatinya dipimpin oleh
H. Suryana Wirahadi Subrata 2001. Masjid Agung yang diresmikan oleh Wakil
Presiden Republik Indonesia Dr. H. Hamzah Haz pada tanggal 27 Agustus 2002.
Jumlah biaya yang digunakan merenovasi seluruh Masjid Agung mencapai Rp.
8,2 M. Masjid Agung Kota Tasikmalaya terdiri dari 2 lantai, jumlah karyawan
masjid dan pengurus ada 22 orang. Warna paling dominan di bangunan masjid
yakni warna putih dan kuning yang merupakan simbol dari kebesaran agama
islam. Didirikannya Masjid Agung Kota Tasikmalaya, dikarenakan pemilik tanah
wakafnya dan rata-rata masjid agung di kabupaten/kota biasanya terletak di dekat
rumah bupati, Suryana Wirahadi Subrata Bupati wilayah Sumedang Larang jadi
Tasikmalaya merupakan Kerajaan setelah Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran
runtuh dilanjutkan oleh Kerajaan Sumedang Larang.
Yang sering menjadi Imam di masji adalah K.H. Udin Sarudin, K.H.
Mustomi, K.H. Lukmanul Hakim. Acara yang sering dilaksanakan di masjid ialah
Pengajian dan Tablig Akbar, pengajian perempuan setiap hari rabu dan minggu
untuk pengajian bulanan. Sampai Ustad Yusuf Mansyur dan AA Gym pernah
berceramah di Masjid Agung Kota Tasikmalaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah dan perkembangan
Masjid Agung Kota Tasikmalaya, meneliti fungsi Masjid Agung Kota
Tasikmalaya serta untuk mengetahui arsitektur bangunan Masjid Agung Kota
Tasikmalaya.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode historis
atau metode sejarah yang meliputi pencarian dan pengumpulan data (heuristic),
kritik, interpretasi dan historiografi. Metode sejarah adalah suatu proses menguji,
menjelaskan, dan menganalisi secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan
masa lampau. Selain itu juga metode sejraha merupakan suatu metode yang
digunakan dalam proses penelitian terhadap data dan fakta yang diperoleh pada
masa lampau yang dilakukan secara kritis analitis dan sistematis yang disajikan
secara tertulis.2
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memaparkan berbagai langkah yang
akan digunakan dalam melakukan penelitian sehingga dapat menjadi karya tulis
ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan. Langkah-langkah yang digunakan
terbagi menjadi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan pelaporan penelitian.
1. Persiapan penelitian
Tahap ini merupakam kegiaatan awal bagi penulis dalam melakukan
penelitian. Adapun beberapa langkah yang ditempuh penulis pada tahapan ini
adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan dan pengajuan tema penelitian
Pemilihan dan pengajuan tema penelitian merupakan ykegiatan yang paling
pendting dan harus pertama kali dilakukan dalam penelitian. Proses pemilihan
tema penulis lakaukan ketika sedang ada perkuliahan, serta membaca literature
atau buku yang bersangkutan dengan tema yang akan diajukan kepada dosen.
Penulispun mengadakan konsultasi dengan dosen terkait tema yang akan diteliti.
Setelah beberapa waktu mencari dan memilih tema dengan cara membaca
beberapa literature dan buku terkait tema yang akan diteliti. Sehingga akhirnya
penulis memeilih kajian mengenai Sejarah Perkembangan Masjid Agung pada
tahun 1888-2000.
2
Asifa Nurpadilah, ‘Madrasah Nizamiyah: Peranan K.H. Abdul Waduh Hasyim Dalam
Pembaharuan Pendidikan Islam Di Pesantren Tebuireng (1934-1953)’, 2019.
b. Penyusunan rancanagn penelitian
Setelah pengajuan judul ke dosen kemudian penulis menulis beberapa tahap
atau langkah dalam penulisan artikel ini sesuai dengan sitematika yang telah
diberikan dosen terhadap penulis. Setelah beberapa penulisan selelsai ditulis oleh
penulis akhirnya penulis konsultasi lagi dengan dosen untuk melakukan revisian.
c. Proses Bimbingan
Pada tahap ini, proses bimbingan yang dilakukan penulis terhadap dosen,
Ibu Laely Armyati M.Pd, dilaksanakan dengan baik dan sesuai dalam ketetapan
petunjuk dosen pembimbing. Proses bimbingan dilakukan ketika sedang
berlangsung perkuliahan dengan mata kuliah yang bersangkutan dengan penulisan
ini, hal ini penulis lakaukan agar lebih faham antara satu sama lain mengenai
permasalahan dalam penyusunan artikel ini.
2. Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan faktor terpenting dari penelitian dalam
rangka mendapatkan data da fakta yang diperlukan. Langkah awal dalam tahapan
ini dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu :
a. Heuristik (pengumpulan data)
Heuristik merupakan tahap awal dalam penelitian sejarah, yang meliputi
mencari, menemukan dan mengumpulkan fakta-fakta atau sumber-sumber yang
berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber yang dikumpulkan oleh
penulis mesti sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulisnya.3
Secara sederhana sumber dapat didapatkan berupa : sumber benda, sumber
tertulis dan sumber lisan. Selain itu juga bisa diklasifikasikan ke dalam sumber
primer dan sumber sekunder. Pada tahap ini penulis berusaha mengumpulkan data
yang relevan dengan permasalahan yang akan penulis teliti.
Pengumpulan data penulis lakukan dengan cara membaca dan mempelajari
hasil karya ilmiah karya orang lain, baik berupa buku yang sudah ditulis ataupun
artikel-artikel yang terdapat dalam internet. Usaha penulis dalam tahap
pengumpulan data yaitu pergi ke perpustakan, kegaitan penulis di perpustakaan
yaitu mengumpulkan sumber, mencarai tokoh-tokoh yang bersangkutan, mencari
peristiwa yang kejadiannya relevan dengan permasalahn yang sedang diteliti oleh
3
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013).
penulis. Sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari berbagai tempat yaitu,
Universotas Negeri Siliwangi, Perpustakaan kota dan Masjid Agung.
b. Kritik sumber
Setelah sumber sudah terkumpulkan, tahap berikutnya adalah verifikasi
atau kritik sejarah, atau keabsahan sumber. Pada tahap ini merupakan tahap yang
kedua dari metode sejarahatau historis, tahap ini dilakaukan untuk mengkritiki
sumber yang sudah terkumpul dari tahap heuristik.4
Pada tahap ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Kritik Ekstern
Kritik eksternal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan otentisitas
atau keaslian sumber sejarah dari penampilan luarnya (fisik). Kritik eksternal
dilakukan untuk melihat dan menilai kelayakan sumber yang dipakai peneliti
dalam melihat luarnya sebelum melihat isinya, supaya menghindari rasa
subyektivitas.5
Kritik eksternal dilakuakan terhadap sumber terrulis dengan melihat siapa
pengarangnya, tahun terbit dan lain sebagainya, sedangkan kritik eksternal
dilakukan terhadap sumber lisan dengan menulusuri dan membandingkan siapa
yang pantas untuk dijadikan narasumnber dalam penelitian ini.
2) Kritik Intern
Kritik internal merupakan kebalikan dari krtik intern, yaitu mengkritik dan
menganalisis sumber data yang terkait dengan isinya. Pada tahap ini peneliti
memebaca semua sumber yang didapatkan dan membandingkan dengan sumber
yang lain, supaya menghasilkan sumber data yang relevan terhadap permaslahan
yang diteliti penulis.
3) Interpretasi
Tahap interpretasi merupakan kelanjutan dari tahap kritik sumber, tahap ini
diartikan sebagai penafsiaran. Selesai tahap kritik dengan membandingkan
sumber satu dengan dengan yang lainnya selanjutnya dilanjutkan penafsiran
suapaya menghasilkan sumber yang relevan. Setelah itu mendapatkan fakta-fakta
dari kririk sumber dan menajdi satu kesatuan yang utuh sebagai hasil dari
penafsiran peneliti.
4
Ibid. hlm 77
5
Ibid. hlm 90
c. Historiografi
Langkah terakhir yang dialakukan penulis untuk meneylesaikan penelitian
ini yaitu historiografi. Menurut Asifa Nurpadilah dalam skripnya yang dikutip
dari buku Sjamsuddin, hitoriografi merupakan langkah akhir dari keseluruhan
prosedur penulisan karya ilmiah sejarah, yang merupakan kegiatan intelektual dan
cara utama dalam memahami sejarah.tahap ini merupakan kemapuan penulis
dalam mengarahkan kemapuan menganalisis dan mengkritisi sumber yang
diperoleh dan kemudian terwujud menjadi sebuah artikel yang berjduul :
Perkembangan Masjid Agung Kota Tasikmalaya pada tahun 1888-2000.6
C. Hasil dan Pembahasan
1. Sejarah Berdirinya Masjid Agung Kota Tasikmalaya
Tasikmalaya merupakan sebuah kota dan kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Barat, pada zaman dahulu di tasikmalaya berdiri sebuah kerajaan-
kerajan slaahsatunya yaitu kerajaan Galunggung yang brediiri pada tanggal 13
Bhadrapada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan penguasa pertamanya yaitu
Batari Hyang, berdasarkan Prasati Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit
Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari.
Selain itu Tasikmalaya terkenal dengan kota santri, karena banyaknya
pesantren. ketika kita berkunjung atau melihat Tasikmalaya ada sebuah mesjid
yang sangat indah dan strategis yang bernuansa seperti masjdil harom. “Masjid
Agung Tasikmalaya” itulah nama dari masjid yang sangat strategis di tengah-
tengah persimpangan antara Jl. KH Zainal Mustofa, Jl Dr. Soekarjo, Jl
Yudanegara dan juga Jl Otto Iskandar Dinata.
Masjid di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa kata masjid disebut duapuluh
delapan kali, secara harfiah masjid berasal dari kata bahasa arab yaitu sajada,
yasjudu, sujudan. Dalam kamus almunawair (1997: 610), berarti membungkuk
dengan khidmat. Dari penjelasan kata tersebut dapat disimpulkan bahwa masjid
adalah tempat sujud, sujud dalam ilmu sharaf disebut isim makan, dimana sujud
merupakan sebuah tempat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang
kemuadian sujud menjadi masjid, 7.
6
Ibid. hlm 38
7
(Kurniawan, 2014:170)
Gambar ini merupakan tulisan langsung dari Bupati Sumedang yang sudah
dicetak ulang, gambar di atas menceritakan tentang awal mula pendirian Masjid
Aguung Tasikmalaya. Sejarah awal berdirinya Masjid Agung Tasikamalaya
peratama kali dibanagun pada tahun 1886 dan selesai pada tahun 1888, masjid ini
dibangun oleh bupati Sumedang, Raden Tumenggung Aria Surya Atmadja,
kemungkina pada waktu itu bupati Sumedang atau orang-orang sumedang
mengausai Tasikmalaya, dan mendirikan masjid agung ini. Ketika masjid agung
didirikan oleh Bupati Sumedang keadaan pemerintahnya masih kerajaan
salahsatunya yaitu keraajaan Galuh. (wawancara ustadz Ubay).
Raden Aria Surya Atmadja lahir pada tanggal 11 Januari 1851 di Sumedang.
Ayah Raden Aria Surya Atmadja merupan seorang bupati yang memerintah sejak
tahun 1836 yang beranama Pangeran Suria Kusumah Dinata (pangeeanran Sugih).
Sedaangkan ibunya putrid dari Demang Somawaliga Jakasa Sumedang yang
bernama Raden Ayu Ratna Ningrat. Sewaktu masih anak-anak Raden Arya Surya
Atmadja biasa dipanggil “Aom Sedeli”. Raden Arya Surya Atmadja mempunyai
saudara yang seayah-seibu berjumlah empat orang. Perjalanan karirnya Raden
Arya Surya Atmadja menjad pangreh raja (inlandsche bestuur). Dua tahun
kemudian ia menjadi wedana ciawi. Putra dari ayah Surya Atmadja yang paling
tua menjadi patih afdeling Tasikmalaya, tetapi kurang memenuhi syarat oleh
pemerintah Hindia Belanda ini terbukti dengan dikeluarkannya besulit tahun 30
Desember 1882, isi besulit ini menyatakan bahwa Raden Surya Atmdja diangkat
menjadi bupati Sumedang yang baru.8
8
Edy Sedywati, op.cit. hlm 44-45
gunung Galunggung yang berada di Kabupaten Tasiknalaya. Walaupun jaraknya
jauh namun segala dampak dari meletusnya gunung Galunggung dapat sampai ke
masyarakat kota dan bangunan-bangunan lain. Tentu saja ini sangat berdampak
pada rusaknya masjid ini. Kubah masjid dan menara-menara tertutupi oleh
tebalnya abu vulkanik. Selain itu, renovasi pada tahun ini juga karena pecahan
gempa pada tahun 1977 yang belum bisa dirapatkan.
Renovasi yang terakhir dilakukan pada tahun 2000, renovasi ini merupakan
pembongkaran secara keseluruhan Masjid Agung Kota Tasikmalaya. Renovasi ini
dilakukan dengan alasan bahwa banyaknya tamu dari luar kota yang datang ke
Tasikmalaya dan ingin mengunjungi masjid Agung pada saat itu tidak
menemukan Masjid Agung Kota Tasikmalaya dikarenakan arsitektur Masjid
Agung Tasikmalaya terlihat seperti bukan bangunan masjid tetapi terlihat seperti
bangunan pabrik. Maka dari itu golongan muda Masjid Agung Kota Tasikmalaya
mengusulkan adanya pemugaran dan perubahan arsitektur pada bangunan Masjid
Agung Kota Tasikmalaya agar kedepannya jika banyak wisatawan maupun tamu
yang datang ke Tasikmalaya tidak kesulitan untuk menemukan Masjid Agung
Kota Tasikmalaya ini. Pemugaran masjid ini dilakukan sekitar 2 bulan lamanya
sedangkan waktu merenovasian dari awal hingga selesai kurang lebih sekitar 2
tahun lamanya.
Gambar diatas merupakan gambar Masjid Agung Kota Tasikmalaya tempo
dulu. Yang mana telah dijelaskan bahwa bangunan masjid pada saat itu terlihat
seperti bangunan pabrik. Masjid ini kemudian di renovasi dan dibuatkan desain
arsitektur yang kontemporer dan perenovasiannya di arsitekturi oleh Ir. Slamet
Wirasonjaya.
Gambar diatas adalah desain inti dari bangun Masjid Agung Tasikmalaya,
dalam gambar desain tersebut akan dibangun tempat ibadah di bagian dalam dan
di bagian luar akan terdapat halaman kecil dan koridor, tempat penitipan barang,
tempat wudhu dan toilet yang akan dipisahkan antara wanita dan pria
Gambar diatas adalah desain kontemporer atap Masjid Agung Kota
Tasikmalaya. Dalam desain atap tersebut akan dibangun 4 menara setinggi 33
meter, kubah masjid sebanyak 5 buah, dan satu kubah masjid besar. Dan desain
atap ini bukan tanpa alasan namun memiliki arti tersendiri.