Anda di halaman 1dari 13

MENELISIK KEMBALI RUANGAN DAN FUNGSINYA DALAM MASJID GEDHE

KAUMAN YOGYAKARTA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Arkeologi yang
diampu oleh Dr. Dra. Siti Maziyah, M. Hum.

Disusun oleh:

Milatun Nazibah 13030122140087

Yusuf Evanda Natsir 13030122140121

Kelompok 13

Kelas B

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Menelisik Kembali Ruangan dan Fungsinya dalam Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Milatun Nazibah1, Yusuf Evanda Natsir

Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Jl. Prof Soedarto, S.H.,
Tembalang, Semarang-Indonesia
evan.natsir@gmail.com

Abstract

The Great Grand Mosque of Yogyakarta or the Gedhe Kauman Mosque is one of the historical
mosques that is still standing and still functioning today. The mosque, which was founded
during the leadership of Sultan Hamengku Buwono I, was established as a place of worship for
the people of Yogyakarta. This mosque also has other functions such as a gathering place for
ulama and solving problems. This historic mosque has unique rooms and has its own function.
This is the focus of writing this article about the Gedhe Kauman Mosque room in Yogyakarta.
The method used in this writing uses observation and literature study to dig up information
about the Gedhe Kauman Mosque room. The rooms in the Kauman Mosque have various
rooms such as liwan, mihrab, makruso, mosque foyer, library, and etc. These rooms have
different functions and philosophies with very unique meanings.
Keynote: Mosque, Room, Yogyakarta

Abstrak

Masjid Raya Agung Yogyakarta atau Masjid Gedhe Kauman merupakan salah satu masjid
bersejarah yang masih berdiri dan masih berfungsi hingga saat ini. Masjid yang didirikan saat
periode masa kepimpinan Sultan Hamengku Buwono I ini didirikan sebagai tempat beribadah
bagi masyarakat Yogyakarta. Masjid ini juga mempunyai fungsi lain seperti tempat
perkumpulan ulama, dan penyelesaian masalah. Masjid bersejarah ini mempunyai ruangan-
ruangan yang unik dan memiliki fungsinya sendiri. Hal ini menjadi fokus penulisan artikel ini
tentang ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penulisan
ini menggunakan observasi dan studi pustaka untuk menggali informasi tentang ruangan
Masjid Gedhe Kauman. Ruangan-ruangan yang terdapat di Masjid Kauman memiliki berbagai
ruangan seperti liwan, mihrab, makruso, serambi masjid, perpustakaan, dan dll. Ruangan-
ruangan tersebut mempunyai fungsi dan filosofi yang berbeda dengan makna yang sangat unik.
Kata Kunci: Masjid, Ruangan, Yogyakarta

2
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Pendahuluan

Masjid adalah tempat ibadah dalam agama Islam, tempat di mana umat Muslim berkumpul
untuk melakukan berbagai aktivitas keagamaan. Kata "masjid" berasal dari bahasa Arab yang
berarti "tempat sujud". Fungsi utama masjid adalah sebagai tempat untuk melaksanakan salat
(shalat) dan beribadah kepada Allah. Di dalam masjid, umat Muslim berkumpul untuk
melaksanakan salat lima waktu setiap hari, salat Jumat (salat yang diadakan setiap Jumat
sebagai ibadah khusus), serta ibadah-ibadah lain seperti salat tarawih pada bulan Ramadan,
tadarus Al-Quran (membaca Al-Quran bersama), dan pengajian keagamaan. Masjid juga sering
menjadi tempat untuk memberikan ceramah keagamaan, pendidikan Islam, serta kegiatan
sosial dan amal bagi umat Muslim.

Secara arsitektural, masjid memiliki ciri khas yang berbeda-beda di berbagai belahan dunia.
Namun, beberapa elemen umumnya meliputi mihrab (tempat yang menandai arah kiblat, yaitu
arah Makkah), mimbar (tempat berdirinya imam atau pemimpin untuk memberikan khutbah),
serta sajadah (tempat untuk sujud) bagi jamaah.

Salah satu contoh masjid yang memiliki struktur dan bangunan yang unik adalah Masjid
Raya Yogyakarta atau yang dikenal dengan Kagungan Dalem Masjid Gedhe Kauman yang
terletak di Alun-Alun Keraton, Jl. Kauman, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Masjid Kauman didirikan pada 29 Mei 1773 M pada masa
kepimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Masjid ini mewarisi gaya arsitektur Masjid
Demak. Masjid ini diperluas bangunannya sekitar dua tahun sejak didirikan dikarenakan
jamaahnya yang banyak. Masjid ini juga dulu dipergunakan sebagai tempat penyelasaian
permasalahan hukum yang dilaksanakan di serambi masjid. Masjid Kauman juga difungsikan
berbagai pertemuan para ulama, pengajian dakwah oslamiyah, dan peringatan-peringatan hari
besar Islam. Masjid Kauman juga pernah dipergunakan semasa perjuangan kemedekaan
Indonesia dengan digunakannya sebagai salah satu tempat persinggahan para Tentara Nasional
Indonesia melawan agresi militer Belanda.

Masjid Gedhe Kauman didirikan sebagai bentuk simbol harmoniasasi kebudayaaan khas
Kerajaan Yogyakarta sebagai salah satu syarat akan perjalanan dan perkembangan religious
Islam masyarakat Yogyakarta. Masjid ini dirancah oleh Kiai Wiryokusumo yang ditandai
dengan adanya candra sengkala yang tertulis Gapura Trus Winayang Jalma yang terdapat pada
prasasti di serambi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.

3
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penyusunan artikel ini adalah obsevasi dan studi Pustaka.
Obsevasi atau pengamatam dilakukan secara langsung di Masjid Agung Yogyakarta. Studi
Pustaka merupakan metode yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan
informasi yang relevan dan benar adanya tentang topik yang akan diteliti. Informasi tersebut
bisa didapatkan dari buku-buku ilmiah, tesis, disertasi, buku tahunan, peraturan-peraturan, dan
sumber-sumber yang tertulis baik tercetak maupun elektronik lain (Kurniawan, 2013).

Pada tahap pengumpulan data melalui studi pustaka, peneliti mencari dan
mengumpulkan sumber yang relevan yang dibahas melalui beberapa jurnal, artikel, buku dan
masih ada banyak lagi. Pustaka-pustaka yang diperoleh kemudian di analisis dan di verifikasi
agar nantinya bisa mendapatkan sumber yang kredibel. Ini terbukti pada sumber dimana
peneliti mengambil dari sebuah buku online, maka buku yang diambil tersebut telah diakui
oleh berbagai pihak, seperti peneliti mencoba mengambil dari buku yang berjudul “Manusia-
manusia dan Peradaban Indonesia”. Lalu, pada tahap penyajian data, analisis akan disajikan
oleh peneliti menjadi sebuah tulisan yang berupa artikel penelitian agar dapat dipahami dengan
baik oleh pembaca.

Hasil dan Pembahasan

Masjid Gedhe Kauman yang berada di alun-alun Keraton Yogyakarta merupakan salah satu
masjid bersejarah yang masih berdiri hingga saat ini. Masjid yang mempunyai arsitektur dan
bentuk ruangan yang unik ini memiliki berbagai ruangan yang masing-masing memiliki ciri
khas dan fungsinya. Ruangan-ruangan tersebut juga memiliki filosofis yang unik. Hal tersebut
sangatlah menarik karena sangat jarang ditemukan pada masjid-masjid raya lainnya.

Pintu Utama Masjid

4
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Pintu gerbang Masjid Gedhe Kauman dibangun tidak bersamaan dengan dibangunnya masjid.
Pintu gerbang Masjid Kauman didirikan pada tahun 1840. Pintu gerbang masjid atau regol
dibangun berbentuk Semar Tinandhu. Semar Tinandhu adalah rumah adat Jawa yang memiliki
bentuk unik dan menarik. Semar Tinandhu diberi nama Gapuro yang berasal dari kata ghofuro
yang mempunyai arti ampunan dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Sedangkan Semar
Tinandhu mempunyai arti yang mengarah kepada sosok akan perilaku teladan yaitu Semar
yang merupakan tokoh punakawan dari Pewayangan Jawa yang mengasuh para ksatria dan raja
yang diperuntukkan dan layak untuk mendapat penghargaan setinggi-tingginya. Pintu gerbang
Masjid Gedhe Kauman juga mempunyai pagar yang bernama Cepuri. Cepuri mempunyai arti
pagar yang merupakan semacam benteng kecil yang berada di antara benteng dan gapura. Pada
bagian atas cepuri, terdapat sebuah ornamen ukiran buah labu.

Serambi Masjid

Menurut Mafisah (2012) menyatakan bahwa Serambi Masjid Agung Yogyakarta yang juga
dikenal dengan nama Al Mahkamah Al Kabirah merupakan bagian penting dari Masjid Gedhe
Kauman Yogyakarta. Semabi masjid mengalami perbaikan dengan dilakukan bongkar pasang
Pembangunan. Pertama, pada masa kepemimpinan Sunan Hamengkubuwono I pada tahun
1775 dimana Masjid Agung Yogyakarta terus mengalami perkembangan dengan bertambahnya
jumlah jamaah, sehingga diputuskan untuk membangun serambi masjid yang lebih luas yang
kemudian dinamakan Seambi Gedhe. Kedua, pada tahun 1867 terjadi gempa bumi yang
menyebabkan hancurnya serambi masjid dan gerbang depam atau gapura masjid. Oleh karena
itu, serambi masjid mengalami perbaikan kembali pada tahun 1868 pada masa kepemimpinan
Sultan Hamengkubuwono VI.

5
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Pembangunan kembali serambi masjid ini juga sekaligus memperluas dua kali lipat dari
luas serambi sebelumnya. Pada bagian depan serambi masjis terdapat bangunan yang
berbentuk kuncung yang disebut dengan pasucen. Pasucen dahulu hanya digunakan oleh sultan
dan keluarganya, namun kini dapat digunakan untuk semua jamaah masjid (Widya dan Bidari,
2020).

Pada serambi Masjid Agung Yogyakarta juga ditemukan tiang masjid yang dicat
menggunakan kombinasi 5 warna dan di prada emas, terdapat juga gambaran daun dan bunga.
Terdapat juga tulisan kaligrafi Ar-Rahman dan Muhammad, dan atapnya berbentuk limasan.
Arsitekturnya serambi masjid ini dibangun tanpa dinding, bentuknya empat persegi panjang.
Bangunan tanpa dinding ini mengandung makna ruang yang bersifat profan, menjalin
hubungan sosial yang selaras. Ornamen daun dan bunga pada tiang serambi ini digambarkan
sebagai simbol estetika Tuhan yang tentunya berkaitan dengan sifat-sifat-Nya. Kemudian tiang
yang terdapat pada ruang serambi berbentuk persegi empat, bentuk ini menggambarkan
ketidaksempurnaan manusia. Lantai pada ruangan serambi lebih rendah dari lantai ruang
utama, sehingga mempunyai makna bahwa ruang ini kurang sakral.

Menurut Muhadiyatiningsih dkk (2020) menyatakan serambi masjid tersebut berfungsi


sebagai tempat penyelesaian permasalahan hukum Islam khususnya permasalahan perdata,
tempat untuk acara pengajian atau pernikahan, dakwah Islam dan merayakan peristiwa-
peristiwa penting Islam. Pembangunan masjid ini diawasi oleh Kiai Wiryokusumo dan
bercirikan unsur budaya Islam Jawa, seperti penggunaan desain atap tradisional Jawa yang
disebut Tajug LambingTeplok. Masjid serambi terbuka berbentuk limas berbentuk segi empat
ini dibangun pada tahun 1189 H dan berfungsi sebagai aula serba guna. Masjid ini telah menjadi
situs sejarah dan religi, terutama berfungsi sebagai markas Perang Sabil Ashkar pada masa
perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan serbuan tentara Belanda. Masjid ini juga menjadi
tempat makam para pahlawan yang gugur pada zaman ini. Arsitektur masjid dan berbagai
elemennya membawa makna simbolis yang mendalam, mencerminkan kekayaan warisan
budaya dan agama tradisi Islam Jawa.

6
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Liwan/Ruang Utama Solat

Menurut Muhadiyatiningsih, dkk (2022) menyatakan bahwa arsitektur ruang sholat utama
Masjid Agung Yogyakarta ini memiliki bentuk bujur sangkar, bentuk ruangan ini tentunya
berkaitan dengan konsep Jawa berupa kiblat papat lima pancer, ruang sholat utama ini juga
memiliki simbol kesetaraan dan kekuatan empat arah. Ruangan ini disanggah oleh 36 tiang
yang terbuat dari lonjoran kayu jati secara utuh tanpa adanya sambungan. Kemudian terdapat
saka guru atau tiang utama sebanyak 4 tiang dengan tinggi 12meter pada setiap tiangnya.
Menurut para ahli peneliti tiang kayu jati tersebut sudah berusia 400-500 tahun. Dinding masjid
tersebut terbuat dari batu putih, sedangkan lantai masjidnya terbuat dati marmer yang berasal
dari negara tetangga yaitu Italia. Kemudian terdapat keunikan dari bangunan dimana pintu dan
jendela tidak menggunakan paku melainkan menggunakan pasak kayu (Masfiah, 2012)

Maksuro

Maksuro merupakan tempat khusus yang disediakan oleh Masjid Gedhe Kauman untuk Sri
Sultan ketika menunaikan ibadah sholat di Masjid tersebut. Maksura terletak di dalam ruangan
solat tepatnya di sebelah selatan mihrab yang terbuat dari lantai yang lebih tinggi dan terdapat

7
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

bilik kecil yang menutupinya. Hal ini mempunyai makna tersendiri yaitu seorang sultan
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada masyarakat, karena Sri Sultan merupakan
seorang pemimpin bagi masyarakat Yogyakarta. Maksura dihiasi ukiran bertuliskan kaligrafi
Allah dan Muhammad yang berlapiskan emas.

Mihrab

Mihrab masjid adalah ceruk setengah lingkaran yang berada di posisi paling depan masjid
untuk menunjukkan arah kiblat dan tempat imam memimpin salat berjamaah. Selain itu,
mihrab juga dapat digunakan sebagai tempat khutbah atau ceramah pemuka agama pada masjid
tersebut. Mihrab memiliki makna penting dalam masjid, menandakan arah kiblat dan menjadi
tempat utama untuk imam memimpin salat berjamaah. Selain itu, mihrab juga memiliki makna
simbolis dan spiritual dalam Islam, yang melambangkan tempat khusus untuk ibadah

Mihrab pada Masjid Gedhe Kauman memiliki lebar 2 x 3,5. Mihrab ini juga memiliki
desain kaligrafi pada lengkungan mihrab dengan kaligrafi yang berasal dari Surah Al Imran
ayat 39. Mihrab Masjid Gedhe Kauman pada sebelah kanan mempunyai tulisan kaligrafi yang
berisi tentang sabda Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang mengutamakan pergi
ke masjid untuk menunaikan ibadah solat Jumat dan pentingnya solat tersebut karena akan
mendapatkan pahala yang setara dengan berhaji.

Pada bagian kiri mihrab juga terdapat tulisan kaligrafi yang bertuliskan tentang Hadist
Nabi Muhammad SAW tentang pentingnya persiapan solat Jumat seperti mandi besar,
berangkat tidak mengendarai kendaraan dan duduk dekat imam serta tidak berbicara yang jika
dilakukannya akan mendapat pahala setara dengan puasa dan solat selama satu tahun.

8
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Perpustakaan

Menurut Yunianto (2021) menyatakan bahwa Masjid Gedhe Kauman merupakan bagian
penting dari Kesultanan Yogyakarta, dan pada masa awal Kesultanan Yogyakarta, masjid ini
juga digunakan untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan hukum Islam. Selain itu, di
dalam Masjid Kauman terdapat perpustakaan yang diberi nama Perpustakaan Masjid Gedhe
yang menyediakan berbagai buku ilmu pengetahuan. Gedung perpustakaan Masjid Agung
Yogyakarta atau dikenal juga dengan sebutan Masjid Gedhe Kauman. Perpustakaan Masjid
Gedhe Kaumah Yogyakarta ini dimulai pada tahun 1982 oleh Takmir Masjid Gedhe Kauman
Yogyakarta. Pada tahun 1995 perpustakan tersebut juga mendapatkan penghargaan dengsn
nominasi perpustakaan terbaik pada tingkat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman mempunyai berbagai program rutin seperti bedah
buku, literasi Tatar dan eksperimen seperti membuat robot sederhana dari sikat gigi, serta
mendidik anak-anak. Generasi muda juga banyak yang bergabung untuk menyukseskan
kegiatan-kegiatan yang ada di perpustakaan, mulai dari siswa SMA hingga pengelola
perpustakaan. Dengan demikian, Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta berperan
penting dalam menunjang pendidikan jamaah dan masyarakat sekitar, serta melestarikan
sejarah dan budaya Islam di wilayah tersebut. Perpustakan ini juga memiliki peran penting
lainnya dalam mencerdaskan masyarakat dan menciptakan masyarakat yang mempunyai
literasi informasi dan cerdas dalam memilih berbagai aspek informasi.

Menurut Yuliana (2017) menyatakan bahwa pada tahun 2015 para relawan
Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman menghadapi tantangan bagaimana mengajak masyarakat
Kauman dan sekitarnya datang ke perpustakaan guna untuk menggerakan masyarakat untuk
berkarya serta memajukan literasi masyarakat di Yogyakarta. Menurut data divisi pelayanan,
pengunjung perpustakan terbanyak yaitu anak-anak. Sehingga pihak perpustakaan membentuk

9
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Little Scientist Clup (LSC), anak-anak dapat belajar tentang sains seperti membuat robot,
membuat roket air, dan sebagainya. Oleh karena itu, pihak perpustakaan Masjid Gedhe
Kauman ini meresmikan Kids Corner Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman pada tanggal 29
oktober 2017. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan fasilitas yang baik dan nyaman untuk
mengembangkan minat dan bakat anak-anak.

Makam

Menurut Mafiah (2012) menyatakan bahwa Masjid Gedhe Kauman di Yogyakarta merupakan
situs sejarah dan budaya yang penting. Masjid tersebut masih mempunyai keterkaitan dengan
sejarah kerajaan Mataram dan penyebaran Islam di Pulau Jawa. Masjid ini terletak di dekat
makam para pendiri kerajaan Islam Mataram, antara lain Ki Gede Pemanaha, Panembah
Senapati dan Panembah Hanyakrawati, serta makam Sultan Hamengku Buwono II, Pangeran
Adipati Pakualam I dan anggota kerajaan lainnya. keluarga.

Masjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645), masjid ini
telah direnovasi dan diperbaiki selama bertahun-tahun, termasuk setelah kebakaran pada tahun
1919. Masjid ini juga dikaitkan dengan peristiwa sejarah penting seperti penggunaannya
sebagai markas Tentara Nasional Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan. Selain itu,
masjid ini merupakan bagian dari cagar budaya Kotage dan dikelola oleh masyarakat setempat
yang melakukan pemeliharaan dan pembersihan makam secara berkala.

Menurut buku Ensiklopedia Kraton Yogyakarta (2009) menyampaikan bahwa


kebanyakan kerajaan islam khususnya kraton di Yogyakarta mempunyai kelengkapan yang
berkaitan dengan keagamaan berupa bangunan masjid dan makam. Pada masa Kerajaan
Mataram, Masjid Agung yang terletak di pusat kota Kerajaan berfungsi sebagai atribut seorang
raja. Menurut Natalia dan Endah (2019) menyatakan bahwa pada tradisi jawa adanya masjid
dan makam dapat diambil makna dan pandangan sebagai berikut:

10
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

1. Aspek fungsional antara masjid dan makam ini berfungsi sebagai tempat untuk
melaksanakan sholat dan penguburan. Keterkaitan dengan Kerajaan yaitu sebagai
tempat untuk pelaksanaan upacara-upacara Kerajaan.

2. Aspek sosial masjid dan makam ini membentuk sebuah jaringan sosial. Jamaah masjid
dan para penziarah merupakan sekumpulan Masyarakat yang berkaitan dengan tempat-
tempat suci dan para pemimpinnya.

3. Aspek psikologis masjid dan makam tersebut yang dapat membangun aura yang
berkaitan dengan kejiwaan manusia.

4. Aspek simbolis masjid dan makam ini merupakan bangunan yang berhubungan dengan
keagamaan dan kebudayaan.

Tempat Wudhu

Masjid Agung Yogyakarta atau Masjid Gedhe Kauman juga mempunyai tempat wudhu yang
memiliki desain yang sangat baik. Meskipun desain tempat wudhu mempunyai desain modern
tetapi hal ini sangat membantu para jemaah masjid yang ingin menunaikan ibadah solat di
Masjid Gedhe Kauman. Tempat Wudhu Masjid Gedhe Kauman mempunyai keran yang tidak
sedikit jumlahnya. Tempat wudhu yang terdapat di Majid Gedhe Kauman mempunyai
kebersihan yang baik dengan dibuktikannya lantai yang tidak licin dan kotor. Jalan untuk
menuju ke tempat wudhu di Masjid Gedhe Kauman ini terletak di sebelah timur untuk laki-laki
dan di sebelah barat untuk tempat wudhu Perempuan.

11
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Simpulan

Penelitian tentang Masjid Agung Yogyakarta atau juga dikenal dengan Masjid Gedhe Kaunan
ini memberikan informasi bahwa Sultan Hamengkubuwono I merupakan pendiri awal masjid
tersebut. Masjid Gedhe Kauman ini didirikan pada tanggal 29 mei 1773 M dan terletak di Alun-
alun Kraton, Jl. Kauman, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Masjid ini juga mengalami bongkar pasang bangunan dikarenkan beberapa
peristiwa salah satunya pada tahun 1867 dimana terjadi bencana alam berupa gempa bumi yang
menyebabkan rusaknya beberapa bagian masjid. Masjid Gedhe Kauman sendiri memiliki
beberapa elemen umum seperti mihrab, mimbar, serta sajadah. Masjid Kauman juga memiliki
beberapa pembagiajn ruangan seperti serambi yang berfungsi sebagai awla serba guna, Liwan
atau ruang sholat utama berfungsi sebagai tempat sholat, tempat wudhu, Mi’rab, pintu utama,
perpustakaan, serta makam. Fungsi utama Masjid Agung Yogyakarta sebagai tempat beribadah
sudah terjadi sejak awal didirikan sampai sekarang. Kini fungsi Masjid Kauman tidak hanya
sebagai tempat ibadah namun sekarang lebih dominan sebagai tempat kajian keilmuan, sebagai
tempat penyelesaian permasalahan hukum Islam khususnya permasalahan perdata, tempat
untuk acara pernikahan, dakwah Islam, serta merayakan peristiwa-peristiwa penting Islam
sebagai sarana pelestarian budaya.

12
Historiografi Ruangan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Referensi

Masfiah, Umi. 2012. Arsitektur dan Peran Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Dalam Lintasan
Sejarah. Peneliti Balai Litbang Agama Semarang.
https://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/view/3890

Masjid Gedhe Kauman. 2014. https://mesjidgedhe.or.id/maksura-mihrab-mimbar-khutbah/

Muhadiyatiningsih, dkk. 2022. Makna Filosofis Bangunan Masjid Agung Keraton Kasunanan
Surakarta dan Masjid Gede Kraton Yogyakarta. Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin Vol 22(1),
Hal 41.

Natalia D, Tisnawati. 2019. Tipologi Masjid Dalem di Imogiri, Bantul. Seminar Ikatan Peneliti
Binaan Bangsa. Universitas Teknologi Yogyakarta.

Widya L N, Bidari A. 2022. Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta: Sejarah dan


Karakteristiknya.Kompas.com.https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/07/10000
0179/masjid-gedhe-kauman-yogyakarta

Ningsih, Widya Lestari, Febi Nurul Safitri. 2022. Masjid Gedhe Kauman, Wujud Harmonisasi
Budaya dan Agama.
https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/06/150000579/masjid-gedhe-kauman-
wujud-harmonisasi-budaya-dan-agama?page=all

Yuliana, Nana. 2017. Menyongsong Kopdarnas Penggiat Literasi: Perpustakaan Masjid Gedhe
Kauman Yogyakarta. Majelis Perpustakaan dan Informasi.
http://mpi.muhammadiyah.or.id/artikel

Yunianto, D. 2021. Optimalisasi Metode Al-Marisi dalam Program Tafhim Al-Qur’an di


perpustakaan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia. Hal 97-
99.https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle

Yogyakarta, D.K. (2009). Ensiklopedia Kraton Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan


dan Pariwisata Propinsi Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai