Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ISLAMIC WORLDVIEW

Dosen Pembimbing : M. Zainal Abidin, M.Pd., M.H

Disusun Oleh :

Tasya Maulina (22141005)


Syafiq Sahasika Soesetyo (22141009)
Siti Aminah (22141012)
Sepasthika Sakanti Kharis (22141015)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TERPADU YOGYAKARTA

2022/2023
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid adalah sebuah tempat dimana ibadah dan penghambaan di dalamnya


lebih baik dan lebih utama dari tempat-tempat lain, dan memakmurkannya adalah
ibadah dan penghambaan yang sangat mulia. Keberadaan masjid di suatu tempat
layaknya sumber air di daerah yang sangat kering. Disadari atau tidak kehidupan yang
kita lalui di bumi, dulu, kini dan nanti akan terasa terpenuhi dari segala sisi jika hati
kita selalu terpaut dengan masjid. Ketenangan hati adalah salah satu bukti nikmat
Allah yang diberikan kepada insan yang dekat dengan masjid. Layaknya air segar
yang mengalir di depan mata yang menentramkan dan yang dapat membasahi
tenggorokan kita di kala kehausan, keberadaan kita di dalam masjid seolah dapat
menghilangkan segala permasalahan kita bahkan masalah yang paling berat sekalipun.

B. Tujuan Pelaksanaan
Untuk mengetahui perkembangan islam dahulu dengan islam sekarang melalui masjid-
masjid peninggalan kuno

C. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi (Pengamatan)
Hakikatnya, observasi adalah kegiatan yang di lakukan dengan menggunakan
pancaindera, bisa berupa penglihatan, penciuman, pendengaran untuk memperoleh suatu
informasi atau data yang di perlukan untuk menjawab masalah suatu penelitian
b. Wawancara (Komunikasi)
Wawancara adalah suatu proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
suatu data atau informasi dengan cara tanya jawab antara seorang peneliti dengan seorang
informan atau subjek dari penelitian.
c. Dokumentasi (Gambar, Surat, Jurnal, dsb)
Hakikatnya, suatu data atau informasi bisa di dapatkan melalui dokumentasi yang
tersimpan dalam bentuk surat, gambar atau foto, catatan harian, hasil rapat, cenderamata,
jurnal kegiatan dan lain sebagainya. Suatu penelitian jika menggunakan dokumentasi ini
bisa di gali lagi untuk menemukan suatu informasi atau data pada masa silam atau masa
lampau.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Profil Masjid
1. Letak Geografis
Masjid Sulthoni Wotgaleh berada di Jalan Raya Berbah, Sendangtirto, Berbah,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Sejarah Berdirinya Masjid Sulthoni Wotgaleh

Peninggalan Kerjaaan Mataram Islam yang masih kokoh berdiri hingga saat ini adalah
Masjid Sulthoni Wotgaleh. Masjid bersejarah ini berdiri di Mareden, Sedangtirto,
Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Masjid Wotgaleh yang dibangun pada abad ke-17 ini biasanya ramai dikunjungi para
peziarah pada hari Senin Kliwon. Dalam kompleks masjid ini terdapat sebuah
makam yang dikeramatkan oleh sebagian masyarakat.

Makam ini merupakan milik Pangeran Purbaya, seorang palima Mataram sekaligus putra
dari pendiri Kerajaan Mataram Islam. Dikutip dari berbagai sumber, Pangeran
Purbaya, yang memiliki nama kecil Raden Damar atau dikenal sebagai Joko
Umbaran, adalah putra Panembahan Senopati dan Rara Lembayung, putri dari Ki
Ageng Giring.

Pangeran Purbaya dikenal sebagai seorang putra raja yang pemberani dan dijuluki
Banteng Mataram, karena kiprah hebatnya di medan perang melawan penjajah Belanda.
Konon, Pangeran Purbaya kebal terhadap senjata apa pun dan hanya dapat dilukai ketika
terkena kotoran yang bersifat najis.

Tentu keberadaan makam ini juga diwarnai cerita-cerita mistis yang beredar di kalangan
masyarakat. Salah satu mitos paling terkenal tentang kawasan masjid dan makam ini
adalah, jika ada sesuatu yang melintasi di atas kawasan masjid dan makam, maka akan
jatuh.

Bahkan, lokasi masjid dan makam ini berada di sebelah selatan Bandara Adisutjipto
Yogyakarta. Konon, pesawat yang hendak mendarat di Bandara Adisutjipto Yogyakarta
rela untuk memutar, demi menghidari kawasan masjid dan makam ini.

Tidak hanya pesawat, burung dan kelelawar yang tak sengaja melintas di atas kawasan
masjid dan makam ini juga akan terjatuh. Sebab, para penjaga makam kerap menemukan
bangkai burung maupun kelelawar di sekitar kompleks pemakaman.
3. Sejarah Pemugaran

Masjid Sulthoni sebenarnya telah berdiri sejak abad ke 17 Masehi. Pada mulanya masjid
berukuran kecil sebagai tempat dimana pangeran Purboyo I mendalami agama
islam. Namun beriring perkembangan zaman dan bertambahnya jumlah jamaah yang
beribadah disana masjid pun mengalami beberapa renovasi.

Sehingga tidak heran jika saat ini masjid tersebut telah mengalami banyak perubahan.
Dari penggunaan cat yang bagus pada tembok hingga pemakaian marmer yang
terawat sebagimana perawatan yang dilakukan oleh jasa poles marmer berpengalaman.
Hal tersebut adalah bukti dari proses renovasi yang telah dilakukan.

Renovasi masjid pertama kali dilakukan pada tahun 1979 Masehi dengan mendapatkan
bantuan 7 juta rupiah dari Bina Graha Jakarta. Namun renovasi yang pertama
tersebut hanya dilakukan untuk meninggikan pintu masjid.

Renovasi kemudian dilanjutkan pada tahun 2010 Masehi dengan program utamanya
pelebaran masjid. Pelebaran yang telah dilakukan pada tahun tersebut adalah pada bagian
sayap selatan masjid. Dengan perubahan pertama tersebut sudah bisa mulai menampung
tambahan jamaah.

Renovasi selanjutnya dilakukan pada tahun 2012 masehi. Pada tahap ini renovasi yang
dilakukan semakin serius karena masjid akan dijadikan cagar budaya. Sehingga yang
dilakukan adalah memperbaiki atap, perluasan masjid hingga penataan lingkungan.
Semua pengerjaan ditanggung oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.

B. Analisis Potensi Masjid Untuk Menghadapi Perkembangan Zaman.

C. Sistem Kepengurusan Takmir

Pengurus Takmir Masjid Sultoni Wotgaleh


Ketua : Bidron Darsono. Spd
M. Asrori
Sekretaris : Bowo
Budi Suranto
Bendahara : Zainal
Haryanto
Seksi Pemb : Afnan
Seksi Humas : M. Sabari
Seksi Dakwah : Tukijan
Syawal
BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran Masjid Dulu dan Sekarang


Fungsi masjid ini masih urth, yaitu sebagai tempat ibadah umat muslim di sekitarnya.
Selain itu, ada juga yang berziarah ke makam Panembahan Purbaya I.
B. Tradisi Kegiatan Keagamaan Dulu dan Sekarang
Sama seperti masjid-masjid lainnya, masjid ini statusnya masih masjid keagungan
dalem pada masa mataram.
C. Struktur/Arsitektur Bangunan Masjid
Masjid Sulthoni Wotgaleh dibangun pada abad ke-17, dan sejak saat itu telah
mengalami beberapa kali renovasi, Antara lain pada 1979, 2010, 2012, dan 2015. Nama
Wotgaleh sendiri berasal dari kata wot ing penggalih, yang artinya jembatan hati menuju
ketenteraman. Arsitektur mirip Masjid Agung Demak dn masuk dalam kategori bangunan
cagar budaya bernuansa religi. Oleh karena itu, setiap renovasi harus mendapat izin dari
Pengageng Sriwandowo Keraton Yogyakarta, selaku pemilik, dan Dinas Kebudayaan
Kabupaten, Sleman, sebagai pihak berwenang. Sebagai bangunan cagar budaya, renovasi
masjid tidak diperkenankan mengubah bentuk aslinya yang berbentuk limasan.
D. Nilai-nilai Filosofi Dalam Masjid
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai