ISLAMIC WORLDVIEW
Disusun Oleh :
2022/2023
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pelaksanaan
Untuk mengetahui perkembangan islam dahulu dengan islam sekarang melalui masjid-
masjid peninggalan kuno
Peninggalan Kerjaaan Mataram Islam yang masih kokoh berdiri hingga saat ini adalah
Masjid Sulthoni Wotgaleh. Masjid bersejarah ini berdiri di Mareden, Sedangtirto,
Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Masjid Wotgaleh yang dibangun pada abad ke-17 ini biasanya ramai dikunjungi para
peziarah pada hari Senin Kliwon. Dalam kompleks masjid ini terdapat sebuah
makam yang dikeramatkan oleh sebagian masyarakat.
Makam ini merupakan milik Pangeran Purbaya, seorang palima Mataram sekaligus putra
dari pendiri Kerajaan Mataram Islam. Dikutip dari berbagai sumber, Pangeran
Purbaya, yang memiliki nama kecil Raden Damar atau dikenal sebagai Joko
Umbaran, adalah putra Panembahan Senopati dan Rara Lembayung, putri dari Ki
Ageng Giring.
Pangeran Purbaya dikenal sebagai seorang putra raja yang pemberani dan dijuluki
Banteng Mataram, karena kiprah hebatnya di medan perang melawan penjajah Belanda.
Konon, Pangeran Purbaya kebal terhadap senjata apa pun dan hanya dapat dilukai ketika
terkena kotoran yang bersifat najis.
Tentu keberadaan makam ini juga diwarnai cerita-cerita mistis yang beredar di kalangan
masyarakat. Salah satu mitos paling terkenal tentang kawasan masjid dan makam ini
adalah, jika ada sesuatu yang melintasi di atas kawasan masjid dan makam, maka akan
jatuh.
Bahkan, lokasi masjid dan makam ini berada di sebelah selatan Bandara Adisutjipto
Yogyakarta. Konon, pesawat yang hendak mendarat di Bandara Adisutjipto Yogyakarta
rela untuk memutar, demi menghidari kawasan masjid dan makam ini.
Tidak hanya pesawat, burung dan kelelawar yang tak sengaja melintas di atas kawasan
masjid dan makam ini juga akan terjatuh. Sebab, para penjaga makam kerap menemukan
bangkai burung maupun kelelawar di sekitar kompleks pemakaman.
3. Sejarah Pemugaran
Masjid Sulthoni sebenarnya telah berdiri sejak abad ke 17 Masehi. Pada mulanya masjid
berukuran kecil sebagai tempat dimana pangeran Purboyo I mendalami agama
islam. Namun beriring perkembangan zaman dan bertambahnya jumlah jamaah yang
beribadah disana masjid pun mengalami beberapa renovasi.
Sehingga tidak heran jika saat ini masjid tersebut telah mengalami banyak perubahan.
Dari penggunaan cat yang bagus pada tembok hingga pemakaian marmer yang
terawat sebagimana perawatan yang dilakukan oleh jasa poles marmer berpengalaman.
Hal tersebut adalah bukti dari proses renovasi yang telah dilakukan.
Renovasi masjid pertama kali dilakukan pada tahun 1979 Masehi dengan mendapatkan
bantuan 7 juta rupiah dari Bina Graha Jakarta. Namun renovasi yang pertama
tersebut hanya dilakukan untuk meninggikan pintu masjid.
Renovasi kemudian dilanjutkan pada tahun 2010 Masehi dengan program utamanya
pelebaran masjid. Pelebaran yang telah dilakukan pada tahun tersebut adalah pada bagian
sayap selatan masjid. Dengan perubahan pertama tersebut sudah bisa mulai menampung
tambahan jamaah.
Renovasi selanjutnya dilakukan pada tahun 2012 masehi. Pada tahap ini renovasi yang
dilakukan semakin serius karena masjid akan dijadikan cagar budaya. Sehingga yang
dilakukan adalah memperbaiki atap, perluasan masjid hingga penataan lingkungan.
Semua pengerjaan ditanggung oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.