i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Mesjid
1.1.1 Masjid Jami’ Bung Karno (Bengkulu)
Masjid Jami Satu ini sangat terkenal dan dikenal di Bengkulu sebagai kenang
kenangan manis dari Bung Karno, karena memang rancang bangun nya saat direnovasi
ditangani sendiri oleh beliau di masa pengasingannya di Bengkulu. Meskipun sebenarnya
masjid ini sudah dibangun jauh sebelum kedatangan Bung Karno ke tanah Bengkulen sebagai
tahanan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Namun bangunan yang kini berdiri
memang hasil guratan tangan Bung Karno sendiri. Awalnya masjid ini dibangun di kelurahan
Kampung Bajak, Bengkulu dekat dengan lokasi pemakaman Sentot Ali Basya, teman
seperjuangan Pangeran Diponegoro yang dibuang Belanda ke Bengkulu. Namun kemudian
masjid tersebut dipindahkan ke lokasinya sekarang ini di Jalan Soeprapto, Kota Bengkulu.
Sejarah mencatat presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno atau Bung Karno pernah
diasingkan di Bengkulu dalam kurun waktu 1938-1942. Pada masa itu, Bung Karno masih
berstatus sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia. Sebelum Bengkulu, sempat pula sang
proklamator berkelana menghabiskan masa pengasingan di Bandung (1928), Sukamiskin
(1930-1932), dan Flores (1934). Selama masa pengasingan di Bengkulu tersebut Bung Karno
merancang ulang Masjid Jami Bengkulu dan hasilnya masjid kebanggaan warga Bengkulu ini
masih dapat dinikmati hingga kini.
1
1.1.3 Masjid Jami’ Al-Yaqin
Masjid Jami’ Al – Yaqin merupakan masjid tertua (sudah ada sejak 1808 sebelum
Gunung Krakatoa meletus th. 1883) yang terletak di jalan utama / protokol Kotamadya
Bandar Lampung, tepatnya di Jalan Raden Intan, Tanjung Karang (sekarang masuk Kec.
Enggal). Menurut almarhum K.H. Ali Thasim, sebelum beliau meninggal dunia, kemudian
diperkuat oleh cerita almarhum H. Abdul Mukti serta dibenarkan oleh H. Daswin Zainuddin,
Drs. Muntaha dan Drs. Bhastian Hendra. Pada mulanya, sekitar tahun 1808 adalah sebuah
bangunan Surou berupa pelupuh bambu beratapkan rumbia (alang – alang) sifatnya hanya
dipergunakan untuk kepentingan pribadi, pada tahun 1882 (cikal bakal) diperluas hingga
menjadi bangunan berbentuk Mushola, yang letaknya persis disimpang 4 (empat) Pasar
Bawah (sekitar kurang lebih tahun 1980an tempat tersebut diganti / ditempati Pos Polisi
pertama Kota Tanjung Karang), dibangun oleh orang – orang Bengkulu yang merantau di
Tanjung Karang.
Pada tahun 1912 tepatnya bulan September bangunan tersebut dipindah dengan cara
digotong beramai – ramai bersama warga kampung sekitar (dahulu bernama kampung
Enggal) dimana Surou / Mushola dipindahkan menempati tanah negara yaitu dipinggir kali
(tempat wudhu yang sekarang) yang bersebelahan dengan tanah milik alm. H. Muchyiddin
(Suku Lampung) dan alm. H. Muhammad Yaqin (Suku Bengkulu), yang kemudian alm. H.
Muchyiddin dan H. Muhammad Yaqin sepakat untuk mewakafkan tanah mereka untuk
kepentingan Surou / Mushola tersebut, sehingga pada tahun 1923 diperbesar menjadi sebuah
bangunan Masjid, dengan tanah berukuran ± 30 × 37 m dan luas ± 1.107 M². Ketika itu,
bentuk bangunannya masih semi permanen (berdinding setengah bata setengah papan, lantai
semen, dengan atap genteng) tanpa kubah dan menara, Diberi nama Masjid Enggal Perdana.
Pada 1965, atribut masjid ini kembali diubah menjadi Masjid Jami’ Al – Yaqin hingga
sekarang. Pemberian nama tersebut juga tidak terlepas dari usul yang dilayangkan Konsulat
Jenderal kedutaan Kerajaan Arab Saudi H. Umar Murot, Menurut almarhum H. Abdul Mukti.
Keberadaan Masjid Jami’ Al – Yaqin sejak 1912 di Tanjungkarang diyakini sebagai
cikal bakal pusat kegiatan umat. Bukan hanya dalam syiar agama, melainkan juga menjadi
wadah kekuatan dalam menentang Belanda. Salah satu tokoh yang berpengaruh dalam
perkembangan syiar dan perjuangan di masjid itu ialah K.H. Ali Tasim. Sebagai salah satu
santri K.H. Gholib, Ali Tasim juga menjadi panglima Hizbullah Tanjungkarang pada masa
agresi Belanda I 1946. "Pergerakan Hizbullah yang merupakan perkumpulan penentang
penjajahan bernuansa Islam itu, merupakan salah satu kelompok yang paling sering terlibat
bentrok dengan penjajah," kata seorang putra K.H. Ali Tasim, Drs. Muntaha. Seiring semakin
kuatnya persatuan umat muslim saat itu, pada agresi militer Belanda II tahun 1948, pejuang
di Masjid Al Yaqin bertahan. Walaupun sempat kocar-kacir akibat serangan Belanda yang
menggunakan senjata canggih, ulama bersama umat mampu mempertahankan markasnya.
Media yang paling menonjol dari kegiatan umat Islam di Al Yaqin adalah pengajian. Halakah
itu menjadi wahana dalam rangka mengumpulkan umat muslim untuk bersatu melawan
penjajah. Setelah merdeka, Al Yaqin menjadi pusat syiar Islam. Bahkan, tidak jarang ulama
datang dari luar Lampung berceramah di masjid itu yang dulunya dikenal dengan Masjid
Enggal Perdana itu.
2
Gambar 1.2.1 Lokasi Mesjid Jami’ Bung Karno
3
1.2.3 Mesjid Jami’ Al-Yaqin
Lokasi Mesjid Jami’ Al-Yaqin berada di Gg. Masjid No. 11, Tj. Karang, Engal, Kota
Bandar Lampung, Lampung 35127
Kode koordinat H7P5 + 56 Tj. Karang. Kota bandar Lampung, Lampung.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arsitektur Mesjid
2.1.1 Mesjid Jami’ Bung Karno
Ketika pertama kali dibangun, masjid jami ini hanya menggunakan konstruksi kayu
beratap rumbia. Konstruksi bahan masjid dari material yang cepat lapuk tersebut
menyebabkan masjid juga cepat mengalami pelapukan, sehingga sering bocor dan becek pada
musim hujan. Bangunan masjid yang ada sekarang merupakan hasil rancangan Soekarn,
dengan mengubah beberapa bagian bangunan masjid. Bangunan. Bagian yang dipertahankan
adalah dinding dan lantai. Tapi dinding tersebut ditinggikan lagi 2 meter dan lantainya 30 cm.
sehingga lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan bagian yang dirancang ulang oleh
Soekarno adalah atap dan tang masjid. Atap masjid rancangan baru ini berbentuk tiga lapis
yang melambangkan Iman, Islam dan Ihsan. Masjid ini juga dihiasi dengan ukiran ayat al-
Qur’an dan pahatan berbentuk sulur dengan cat warna kuning emas gading.
Bangunan masjid terdiri dari tiga bagian : ruang utama untuk sholat, serambi masjid
dan tempat berwudhu. Bangunan utama berukuran 14.65x14.65m, dilengkapi dengan tiga
buah pintu masuk. Di dalam bangunan utama tersebut, terdapat mihrab berukuran lebar 1.60
meter dan panjang 2.5 meter. Pada sebelah kanan mihrab, juga terdapat mimbar dengan corak
istambul. Pada bagian atapnya terdapat dua buah kubah dari seng alumunium. Untuk naik ke
atas mimbar, terdapat empat buah anak tangga. Masjid ini memiliki corak arsitektur Jawa dan
Sumatra.
Di luar bangunan utama, terdapat serambi yang berbentuk persegi panjang dengan
ukuran 11.46 x 7.58 meter. Di serambi terdapat sebuah bedug yang berdiameter 80 cm.
bangunan lainnya yang melengkapi masjid adalah tempat berwudhu yang berbentuk persegi
panjang, berukuran 8.8x5.55 meter, dengan konstruksi dari batu biasa dan batu karang.
Terahir sebagaimana masjid masjid lainnya di Indonesia, masjid jami ini juga dilengkapi
dengan halaman yang cukup luas. Saat ini, halaman tersebut dilengkapi pagar besi dengan
pilar dari batu, di halaman tersebut juga terdapat banyak pohon dan tanaman rindanga dan
indah, sehingga udara di sekitar masjid terasa sejuk dan segar.
Gambar Arsitektur dan keadaan Mesjid Jami’ Bengkulu
5
2.1.2 Mesjid Jami’ Al-Anwar
Masjid yang berdiri di atas lahan seluas 6.500 meter ini telah mengalami dua kali
renovasi, yakni tahun 1962 dan 1997. Semula masjid ini hanya mampu menampung 300-400
jamaah. Tahun 1962 masjid diperluas dengan tambahan serambi selatan, utara, dan timur.
Kini, dapat menampung 1.500 sampai 2.000jamaah. Terakhir, renovasi masjid ini dibutuhkan
dana sekitar Rp400 juta. Renovasi masjid ini diharapkan oleh pengurus yayasan dapat
menjadi kenyataan, karena Masjid Al-Anwar yang berusia tua dan bemilai sejarah dapat
dijadikan barometer penegakan ajaran Islam di Bandar lampung
Gambar Arsitektur dan keadaan Mesjid Jami’ Al-Anwar
6
2.1.3 Mesjid Jami’ Al-Yaqin
Pada tahun 1991, tepatnya tanggal 14 Agustus 1991 tanah dimana Masjid Jami’ Al –
Yaqin berdiri sekarang resmi menjadi tanah wakaf bersertifikat dengan Nomor Akta Wakaf
No. 728 / pt. Desa Pelita atau No. Sertifikat Pertanahan (Agraria/Bpn) Wakaf No.
08.01.05.06.1.00728. Dimana di dalam Akta tersebut diterangkan : Merupakan tanah wakaf
dengan luas ± 1107 M² dari 2 (dua) orang yang bernama : Hi. Muchyiddin Dan Hi. M.
Yaqin. Dan para Nazir yang terdiri dari 5 (lima) orang yang bernama : K.H. Ali Thosim, Hi.
Amin Thosim, Hi. Ali Dengi, Ki Agus M. Thoyib dan Abdul Mukti. Sehingga secara
otomatis resmi terjadi penggantian Nazir dan kelima Nazir pengganti tersebut adalah anggota
dari Yayasan Masjid Al – Yaqin. Dulu, lokasinya berada di simpang 4 Pasar Bawah, Bandar
Lampung. Bentuknya menyerupai surau, terbuat dari bambu beratapkan alang-alang, dan
digunakan untuk kepentingan pribadi. Kemudian pada 1882, mulai diperluas menjadi
mushola. Berlanjut September 1912, masyarakat sekitar gotong royong memindahkan
bangunan tersebut ke lokasi yang didiami saat ini. Barulah pada 1923, mulai diperluas
menjadi sebuah bangunan masjid, dengan bantuan tanah wakaf dari masyarakat setempat.
Ketika itu bangunannya masih semi permanen; berdinding setangah bata, setengah papan,
lantai semen, atap genteng, juga tanpa kubah dan menara. Kubahnya baru berdiri pada 1952,
dengan bentuk susun tiga ke atas mirip kubah Masjid Agung Demak.
Gambar Arsitektur dan Keadaan Mesjid Jami’ Al-Yaqin
7
2.2 Kondisi Sekarang
2.2.1 Masjid Jami’ Bengkulu
Mesjid Jami’ Bengkulu merupakan mesjid kebanggaan orang bengkulu dan termasuk
mesjid tertua di bengkulu. Kondisi mesjid saat ini sangat cantik dan dan tentunya
pembangunan yang dilakukan dari tahun-ke tahun untuk perbaikan dan indahnya mesjid.
8
2.2.3 Mesjid Jami’ Al-Yaqin
Mesjid Jami’ Al-Yaqin merupakan mesjid kebanggaan orang Lampung dan termasuk
mesjid tertua di Lampung. Kondisi mesjid saat ini sangat cantik dan dan tentunya
pembangunan yang dilakukan dari tahun-ke tahun untuk perbaikan dan indahnya mesjid.
2.3.3 Al-Yaqin
Mesjid Jami’ Al-Yaqin merupakan mesjid tua yang dibanggakan warga Lampung.
Mesjid ini menggunakan pendekatan arsitektur yang bergaya desain seperti mesjid agung
demak dan mesjid ini hampir mirip dengan masjid agung demak, dibangun untuk
kepentingan bersama warga sekitar.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bangunan bersejarah yang sangat berarti bagi ummat islam diantaranya adalah mesjid tua
yang memiliki sejarah sejarah penting. Seperti Mesjid Jami’ Bengkulu, Mesjid Jami’ Al-
Anwar, Mesjid Jami’ Al-Yaqin dan yang lainnya merupakan bangunan bersejarah. Banyak
perjuangan dan peristiwa berarti yang terjadi dalam proses pembangunan bersejarah ini.
Arsitektural yang digunakan juga beragam dan memilki nilai seni yang sangat indah.
Bangunan bersejarah ini menjadi salah satu cagar budaya yang harus tetap kita jaga.
3.2 Saran
Saya berharap para pembaca dapat memahami dan lebih mengenal mesjid-mesjid
bersejarah ini, dan saya juga menerima kritik dan saran dari teman-teman semua
10
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Baqir Zein. 1999. Masjid Masjid Bersejarah di Indonesia. Jakarta. Gema Insani Press.
djarumbeasiswaplus.org - Bung Karno dan Cagar Budaya Bengkulu
ngarsitek.blogspot.com - jejak-arsitektur-soekarno-di-bengkulu
dinkeslebong.net - Bung Karno di Bengkulu
Nasaruddin Umar, Ka’bah Rahasia Kiblat Dunia, PT Mizan Publika : Jakarta, 2009
https://duniamasjid.islamic-center.or.id/1049/masjid-jami-al-anwar-lampung/
https://duniamasjid.islamic-center.or.id/1056/masjid-jami-al-yaqin-bandar-lampung/
11