Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rusiyamsih

Kelas : 11-IPS

ARTIKEL MASJID ISTIQLAL

Ide Pendirian Masjid


Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan. Pada
tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI dan H.
Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah
tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari
Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana
pembangunan masjid.
Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah.
Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen
Nasional (Monas) dimulai. Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara
harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau
kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Pembentukan Panitia
Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar
Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk secara mufakat
sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal, meskipun beliau terlambat hadir karena
baru kembali ke tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang
membicarakan masalah pampasan perang saat itu.
Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana
pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik rencana
tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian
Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember
1954.
Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak
beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang
diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Pebruari 1955. Melalui
pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk
turut serta dalam sayembara itu.

Penentuan Lokasi
Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal.
Ir.H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat
untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini
menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan
masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.
Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid
Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di bawahnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan
dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat
dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-
daerah di Indonesia bahwa masjid selalu berdekatan dengan kraton.
Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan
biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekitar lokasi.
Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid
Istiqlal di Taman Wilhelmina bekas benteng Belanda.

Pemasangan Tiang Pancang


Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24
Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh
ribuan ummat Islam.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak
direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan.
Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif.
Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai
untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun
1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali.
Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan
mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham
Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Nama : Fadliyah Sukmawati
Kelas : 11-IPS

ARTIKEL MASJID ISTIQLAL

Sejarah singkat
Sejarah berdirinya Masjid Istiqlal dimulai dari pertemuan penting antara KH Wahid
Hasyim sebagai Menteri Agama RI dan Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam
untuk membahas pendirian sebuah masjid.
Hasil pertemuan itu direspons baik oleh Presiden Soekarno dan pembangunan
pertama dimulai pada 24 Agustus 1961 dengan pendirian tiang pancang.
Masjid Istiqlal resmi digunakan sebagai tempat ibadah umat Muslim pada 22 Februari
1978 yang ditandai sebuah prasasti dipasang di tangga pintu As Salam.
Berapa dana atau biaya yang diperlukan untuk membuat Masjid Istiqlal? Masjid ini
menghabiskan biaya dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar Rp 7
miliar atau 12 juta dollar Amerika.
Pada tahun itu, besaran biaya pembangunan Masjid Istiqlal sangat fantastis,
mengingat arsitek termuka Frederich Silaban melalui desain "Ketuhanan" berhasil menjadi
perancang atau arsitektur dengan hadiah emas 75 gram dan uang Rp 25 ribu.
Bisa dibayangkan saja, pemenang sayembara desain Masjid Istiqlal saja hadiahnya
hanya Rp 25 ribu yang waktu itu nominalnya memang sangat banyak. Kalau biaya
pembangunan mencapai Rp 7 miliar, bisa dibayangkan saat ini habis berapa triliun rupiah.

Keistimewaan
Ada banyak keistimewaan arsitektur Masjid Istiqlal yang tidak dimiliki masjid-masjid
paling istimewa di dunia lainnya. Apa saja? Berikut ulasan yang dirangkum Berberita.com
untuk Anda.
Masjid Istiqlal Jakarta dibangun bertepatan dengan peringatan Kelahiran Nabi
Muhammad SAW yang dikenal maulid nabi.
Istiqlal memiliki total menara setinggi 90 meter dengan rincian tubuh menara dibuat
dari marmer setinggi 66,66 meter dan menara baja antikarat 30 meter. Model bangunan
meruncing ke atas berfungsi untuk mengumandangkan adzan.
Keajaiban selanjutnya, Istiqlal adalah masjid terluas mencapai 4 hektare yang bisa
menampung jamaah hingga 61 ribu orang.
Tak hanya itu, bedug raksasa dengan panjang 3 (tiga) meter dan berat 2,3 ton,
diameter 2 meter pada bagian depan dan diameter 1,71 meter pada bagian belakang
menjadikan bedug raksasa ini sangat istimewa.
Yang luar biasa lagi, keajaiban bedug Masjid Istiqlal terletak pada bahan yang dibuat,
yaitu dari kayu meranti merah (dalam bahasa Inggris shorea wood) yang usianya mencapai
300 tahun diambil dari sebuah hutan di Kalimantan Timur.
Masjid Istiqlal juga memiliki 7 pintu gerbang masuk di mana masing-masing
diberikan nama yang diambil Asmaul Husna. Nama-nama Allah yang dipasang, antara lain
As Salam, Ar Rozzaq dan Al Fattah pada bagian pintu utama.
Pintu lainnya, antara lain bernama Al Malik, Al Quddus, Al Ghaffar, Ar Rahman.
Keistimewaan selain terletak pada nama Allah, tetapi juga melambangkan kosmologi alam
semesta atau langit yang memiliki tujuh lapis.

Ciri-ciri masjid Istiqlal


Masjid paling indah di Indonesia ini memiliki karakter dan ciri-ciri khas bergaya
Islam modern internasional di mana bentuknya jika dilihat dari kejauhan seperti persegi atau
kubus dengan dilengkapi kubah bola raksasa.
Sementara itu, satu kubah bola berukuran lebih kecil membuat kedua kubah tersebut
terlihat begitu agung dan istimewa.
Ciri-ciri selanjutnya, pada bagian dinding terdapat kerangka logam berlubang. Karena
itu, dilihat dari kejauhan terlihat bolong-bolong persegi yang menawan dan eksotis.
Bolongan itu memiliki fungsi dan kegunaan sebagai lubang udara, penyekat sekaligus
jendela. Keajaiban dan keindahan arsitektur Islam yang begitu indah.
Tak hanya itu, semua bangunan sebagian besar dibuat dari marmer putih yang dikenal
sebagai bahan bangunan paling mahal sejagad dan dilengkapi dengan baja antikarat (stainless
steel). Wow! Ajaib sekali, bukan
Nama : Febi Rahmadiana

Kelas : 11-IPS

ARTIKEL MASJID ISTIQLAL

Masjid Istiqlal adalah masjid nasional negara Republik Indonesia yang terletak di
pusat ibukota Jakarta dengan Imam Besarnya Prof.Dr.Nasaruddin Umar, M.A dan
Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal sekarang Bapak K.H. Muhammad
Muzammil Basyuni. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia
saat itu, Ir. Soekarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya
pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24
Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.
Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut
lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiriMonumen Nasional (Monas). Di seberang
timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima
lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan
lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama
masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar.
Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid
ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.
Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan
sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum.
Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan
wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan asing
yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah
sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun
demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi
pemandu.
Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru
Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj, Presiden Republik Indonesia selalu
mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara langsung melalui
televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.

Anda mungkin juga menyukai