Anda di halaman 1dari 8

Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, A 219-226

https://doi.org/10.32315/sem.1.a219

Perpaduan Gaya Arsitektur Eropa dan Timur Tengah pada


Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta
Fatimatuz Zahra

Teori, Sejarah, dan Kritik Arsitektur, Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut
Teknologi Bandung.
Korespondensi : fatimatuzzahra12@gmail.com

Abstrak

Perkembangan keragaman desain masjid di Indonesia mayoritas diadaptasi dari gaya arsitektur
Timur Tengah. Namun berbeda halnya dengan Masjid Istiqlal, masjid ini memadukan gaya arsitektur
Timur Tengah dengan Eropa. Perpaduan ini dapat terlihat pada beberapa bagian, yaitu bangunan
utama, bangunan pendahulu, teras, kubah, dan minaret sebagai terapan dari arsitektur Timur
Tengah dan bentuk yang kotak-kotak, massif, kokoh, serta seimbang dengan elemen vertikalnya
yang menunjukkan gaya arsitektur Eropa modern. Perpaduan seperti ini dapat ditemukan salah
satunya pada bangunan Masjid Istiqlal Jakarta.

Kata-kunci : arsitektur eropa, arsitektur islam, arsitektur timur tengah, Jakarta, masjid istiqlal

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami
proses akulturasi (proses bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-
bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Ajaran Islam
mulai masuk ke Indonesia sekitar abad Penyebaran awal Islam di Nusantara dilakukan pedagang-
pedagang Arab, Cina, India dan Parsi. Setelah itu, proses penyebaran Islam dilakukan oleh kerajaan-
kerajaan Islam Nusantara melalui perkawinan, perdagangan dan peperangan.

Keberadaan Timur Tengah sebagai pusat peradaban Islam di dunia menjadi ikon bagi umat muslim
di dunia, khususnya pada tempat peribadatannya, yaitu masjid. Oleh karena itu, perkembangan
keragaman desain masjid di Indonesia banyak dipengaruhi oleh tipologi gaya arsitektur Timur
Tengah untuk memperkuat ciri keislaman pada arsitekturnya. Akan tetapi, terdapat hal yang
berbeda dalam desain bangunan Masjid Istiqlal. Desain bangunan masjid ini menggunakan gaya
arsitektur Eropa yang dipadukan dengan gaya arsitektur Timur Tengah.

2. Tujuan

Adapun penulisan dari makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca terkait
bangunan Masjid Istiqlal, juga dapat menambah wawasan pembaca tentang gaya arsitektur Timur
Tengah dan arsitektur Eropa. Selain itu, makalah ini juga dapat memaparkan bahwa gaya arsitektur
Timur-Tengah dan arsitektur Eropa terdapat pada desain bangunan Masjid Istiqlal.
Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 219
ISBN 978-602-17090-5-4 E-ISBN 978-602-17090-4-7
Perpaduan Gaya Arsitektur Eropa dan Timur Tengah pada Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta
A. Masjid Istiqlal di Indonesia

1. Sejarah

Pasca kemerdekaan Indonesia, gagasan-gagasan besar untuk mendirikan masjid negara mulai
berkembang. Gagasan tersebut tercetus empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Awal mula terciptanya gagasan tersebut dilatar belakangi oleh tradisi bangsa
Indnesia yang pernah membangun monumental keagamaan yang dapat melambangkan
kejayaan negara. Seperti pada zaman kerajaan Hindu-Buddha, bangsa Indonesia telah
menunjukkan eksistensinya dengan membangun candi Borobudur dan Prambanan. Oleh karena
itu muncul lah ide untuk mewujudkan masjid agung yang megah dan pantas untuk menyandang
predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Pada tahun 1950, bertepatan pada saat KH. Wahid Hasyim menjabat sebagai Menteri Agama

Gambar 1. Masjid Istiqlal Jakarta pada masa awal dibangun


Sumber : sites.google.com

Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan
pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan
Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan itu dipimpin oleh KH.
Taufiqurrahman dan membahas tentang rencana pembangunan masjid ini. Gedung tempat
pertemuan tersebut kini tinggal lah sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur
saat pembangunan proyek Monumen Nasional (Monas).

Pada pertemuan tersebut, H. Anwar Tjokroaminoto secara mufakat disepakati untuk menjadi
ketua Yayasan Masjid Istiqlal serta ketua panitia pembangunan masjid tersebut. Lalu pada
tahun 1953, Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI) melaporkan rencana pembangunan
masjid tersebut kepada kepala negara dan disambut baik oleh Ir. Soekarno yang menjabat
sebagai Presiden Indonesia pada saat itu. Bahkan Presiden Soekarno akan membantu
sepenuhnya pembangunan.
A 220 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Fatimatuz Zahra
Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana pembangunan
masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik rencana tersebut, bahkan
akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal
disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.

Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk
sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui
surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut,
para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam
sayembara itu.

Dalam menentukan rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal, terjadi perdebatan antara Drs.
Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) dengan Ir. Soekarno (Presiden RI). Drs. Mohammad
Hatta berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut
adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Hal tersebut diiringi
dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan saat itu
belum ada bangunan di atasnya.

Sedangkan Ir. Soekarno mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina
yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan
pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai
dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid harus
selalu berdekatan dengan kraton atau alun-alun. Pada saat itu, Taman Medan Merdeka
dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu, ia juga ingin masjid ini berdampingan
dengan Gereja Katedral Jakarta untuk memacu semangat persaudaraan, persatuan, dan
toleransi beragama sesuai pancasila. Setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi
pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi masjid ini,
bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837
dibongkar. Sampai akhirnya bangunan ini didirikan pada tanggal 24 Agustus 1951.

2. Makna di Balik Nama Istiqlal

Pemberian nama Istiqlal pada masjid ini diadaptasi dari bahasa arab yang artinya “merdeka”.
Setelah jaman perang kemerdekaan Indonesia tercetuslah sebuah ide gagasan pembangunan
masjid kenegaraan, yaitu sebuah masjid agung yang megah dan yang pantas menyandang
sebagai masjid negara.

3. Deskripsi Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal terletak di Jakarta, Indonesia merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Pembangunan Masjid Istiqlal diprakarsai oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951.
Arsitek Masjid Istiqlal ini adalah Frederich Silaban. Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid
Istiqlal diharapkan dapat menampung jamaah dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu
arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis, yaitu prinsip yang mengutamakan fungsional dan
efisiensi. Dalam bentuknya pun Masjid Istiqlal juga menerapkan konsep minimalis karena
bentuknya tidak rumit, sederhana, dan tetap terlihat organik. Prinsip minimalis ini diturunkan
dari arsitektur modern yang berasal dari Eropa.

Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara
jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan salat yang berada di lantai utama

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 221


Perpaduan Gaya Arsitektur Eropa dan Timur Tengah pada Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta
dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama
dengan tiang-tiang dengan bukaan lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk
memudahkan sirkulasi udara dan penerangan yang alami.

4. Bagian-Bagian Masjid Istiqlal

Adapun bagian-bagian dari Masjid Istiqlal meliputi :

a. Gedung Induk
- Tinggi : 60 meter, 5 tingkat sebagai simbol dari shalat 5 waktu
- Panjang : 100 meter
- Lebar : 100 meter
- Tiang pancang : 2.361 buah

Gambar 2. Penampakan dari keseluruhan bangunan Masjid Istiqlal Jakarta


Sumber : riaubook.com

b. Kubah

Kubah besar dengan diameter 45 meter terbuat dari rangka baja stainless steel dari Jerman
Barat dengan berat 86 ton sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45
meter merupakan simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan sesuai dengan
nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang
dibuat oleh K.H Fa’iz. Bagian dalam di bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat
Alfateha, Surat Thaha ayat 14, Ayat Kursi, dan Surat Al Ikhlas.

Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan
Bintang yang terbuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton. Dari
A 222 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Fatimatuz Zahra
dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 12 meter, angka
ini merupakan simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal. Seluruh
bagian di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung
seluas 36.980 m2. Lantainya ditutupi karpet merah sumbangan dari pemerintah Kerajaan
Arab.

c. Gedung Pendahulu dan Emper Samping


- Tinggi : 52 meter
- Panjang : 33 meter
- Lebar : 27 meter

Bagian memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit 2 sayap
teras. Luas lantainya 36.980 m2 dengan dilapisi 17.300 m2. jumlah tiang pancangnya
sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada sebuah kubah kecil. Fungsi utama dari gedung
ini setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga bisa
dimanfaatkan sebagai perluasan shalat bila gedung utama penuh.

d. Teras Raksasa

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 m2 terletak di sebelah kiri belakang gedung induk.
Teras ini dibuat untuk menampung jamaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Arah

Gambar 3. Tampak Teras dari Masjid Istiqlal Jakarta


Sumber : abouturban.com

poros teras ini mengarah ke Monument Nasional menandakan masjid ini adalah masjid
nasional. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai tempat acara-acara keagamaan seperti
MTQ dan pada emper tengah dahulu biasa digunakan untuk manasik (latihan) haji.

e. Emper Keliling

Emper ini mengelilingi teras raksasa dan emper tengah yang sekelilingya terdapat 1800
pilar guna menopang bangunan emper.

- Panjang : 165 meter


- Lebar : 125 meter

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 223


Perpaduan Gaya Arsitektur Eropa dan Timur Tengah pada Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta
Menara / Minaret

- Tinggi : 66,66 meter


- Diameter : 5 meter

Gambar 4. Tampak Minaret dari Masjid Istiqlal Jakarta


Sumber : islamgram.blogspot.co.id

Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai tempat Muadzin


mengumandangkan Azan. Di atasnya terdapat banyak pengeras suara yang dapat
menyuarakan azan ke kawasan sekitar masjid. Puncak menara yang meruncing dirancang
berlubang-lubang terbuat dari kerangka baja tipis. Angka 6666 merupakan symbol dari
jumlah ayat yang terdapat dalam Al-Quran.

f. Halaman dan Air Mancur

Halaman masjid Istiqlal seluas 9,5 hektar. Halaman ini dapat menampung kurang lebih 800
kendaraan sekaligus melalui 7 buah pintu gerbang masuk yang ada. Di halaman masjid
terdapat tiga jembatan yang panjangnya sekitar 21 sampai 25 meter. Di dalam kompleks
masjid di sebelah selatan terdapat air mancur yang berada di tengah-tengah kolam seluas
¾ hektar. Air mancur ini dapat memancarkan air setinggi 45 meter. Halaman masjid Istiqlal
dikelilingi pepohonan yang rindang agar suasana masjid terasa sejuk sehingga akan
menambah kekhusukan jamaah beribadah di masjid ini.

5. Arsitektur Timur-Tengah

Arsitektur bergaya Timur Tengah belakangan ini kembali digandrungi di tanah air, hal ini
karena karakteristik bangunan Timur Tengah ini memiliki detail-detail Ornamen Islami yang
sangat kuat dan kekuatan ini mampu menyihir imaginasi seni yang bernuansa religi bagi
yang memandangnya.
A 224 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Fatimatuz Zahra
Kekuatan bergaya Timur Tengah terletak pada tata eksterior dan interiornya yang dinamis.
Sentuhan itu dapat ditemukan mulai bentuk-bentuk lengkung atau kubah berornamen pada
bagian jendela atau lorong rumah, pemilihan desain kolom, dan material lantai. Semua hal
tersebut bisa menjadi aksen unik.

Selain memakai banyak motif pada kaca patri, yang menjadi ciri khas lain gaya Timur Tengah
adalah pemakaian motif pada lantai dan langit-langit. Selain itu, tatanan pilar dengan atap
kubah kian menguatkan gaya Timur Tengah. Satu lagi yang menjadi kekhasan Timur Tengah
adalah ketersediaan kolam dan air mancur. Kehadiran sebuah kolam dengan mozaik keramik
kecil-kecil bermotif lengkap dengan nat yang diwarnai menjadi ciri khas. Kolam biasanya
diletakkan di area foyer, ruang tengah, atau area-area umum lainnya.

6. Arsitektur Eropa

Arsitektur Eropa modern tampak tidak berbeda jauh dengan gaya minimalis. Bentuk-bentuk
tegas menjadi salah satu ciri khas dari arsitektur ini. Akan tetapi ada beberapa perbedaan.
Salah satunya adalah penerapan ornamen. Pada gaya minimalis, ornamen sangat dilarang.
Tapi pada arsitektur gaya Eropa, ornamen masih dimaklumi.

Gaya arsitektur Eropa sendiri mengacu pada arsitektur Yunani. Akan tetapi kini gaya
tersebut berkembang. Variasinya menjadi lebih banyak seperti arsitektur gaya Renaissance,
gaya Gotik, gaya Barok dan Rococo. Pada gaya Renaissance, tiang-tiang bergaya klasik
menjadi ciri khas utamanya. Tiang-tiangnya penuh dengan ornamen dan tampak dekoratif.
Tapi umumnya gaya ini lebih sering diterapkan pada bangunan-bangunan pemerintahan.
Arsitektur ini juga dapat disulap menjadi arsitektur Eropa modern yang lebih minimalis.

Pembahasan

Masjid Istiqlal ini pun memiliki konsep minimalis yang mana merupakan ciri khas dari arsitektur
modern. Konsep minimalis ini mengutamakan fungsional dan efisiensi. Dalam bentuknya pun Masjid
Istiqlal menerapkan konsep minimalis karena bentuknya tidak rumit, sederhana, dan tetap terlihat
organik. Selain itu, pada fasad bangunan lebih banyak memainkan bentuk kotak-kotak yang disusul
garis-garis vertikal. Permainan garis ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Eropa yaitu bangunan
dengan bentuk kotak-kotak, permainan garis vertikal, dengan kesan yang kaku, massif, dan kokoh.
Secara keseluruhan, masjid ini sangat menunjukkan konsep minimalisnya yang tidak biasa
diterapkan pada sebuah bangunan masjid. Selain konsep minimalis, masjid ini juga tetap memegang
prinsip-prinsip arsitektur tropis dengan konsep keterbukaan untuk memungkinkan sirkulasi udara
dan pencahayaan alami.

Gaya arsitektur Timur Tengah diimplementasikan dalam kubah yang terdapat di Masjid Istiqlal ini.
Bidang kotak–kotak memberikan kesan sederhana, keteraturan, dan juga konsistensi masjid ini
sebagai bangunan dengan konsep minimalis. Lebih dari itu, bisa juga mengandung filosofi tertentu
yang berhubungan dengan aspek keagamaan, seperti misalnya kesan agung dan luas. Lalu adanya
pilar-pilar yang mempertegas unsur vertikal dari fasad ini juga dipengaruhi oleh gaya arsitektur
Yunani. Selain itu, dengan adanya air mancur, minaret, dan lorong memperkental ciri khas arsitektur
Yunani yang dibawakan.

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 225


Perpaduan Gaya Arsitektur Eropa dan Timur Tengah pada Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta
Kesimpulan

Awal pembangunan Masjid Istiqlal diinisiasi dengan tercetusnya ide untuk membuat masjid negara
bagi Indonesia. Penempatan pembangunan masjid ini berlokasi di Jakarta, tepatnya di Jalan Wijaya
Kusuma berdasarkan beberapa pertimbangan. Masjid ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu
bangunan utama, bangunan pendahulu, teras, kubah, minaret, dan lain-lain. Elemen-elemen
tersebut dipengaruhi Timur Tengah, yang terlihat dari kubah, air mancur, minaret, dan filosofi yang
dibawakan. Gaya arsitektur Eropa juga berpengaruh dalam desain bangunan ini, khususnya gaya
modernisme yang terlihat dari bentuk bangunan yang kotak-kotak, massif, kokoh, serta seimbang
dengan elemen vertikal yang diterapkan pada fasad bangunan ini.

Ucapan Terima Kasih

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas berkah nikman iman
dan nikmat sehat yang telah dilimpahkan dalam penyusunan tulisan makalah ini. Dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini, terdapat Maka dari itu, tak luput penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Bambang Setia Budi, ST., MT., Ph. D. selaku dosen mata kuliah
Arsitektur Kolonial yang telah memberikan dedikasinya untuk membimbing penulis dalam upaya
penyelesaian artikel ini.

Daftar Pustaka

Sejati, I.K. (2015). Menyusuri Pesona Keindahan Masjid Istiqlal Jakarta.


http://direktori-wisata.com/wisata-heritage-masjid-istiqlal-jakarta/
Okezone. (2008). Eksotisme Arsitektur Timur Tengah.
http://lifestyle.okezone.com/read/2008/09/03/30/142315/eksotisme-arsitektur-timur-tengah
Marsela, M. (2014). Pendekatan Kritik Arsitektur.
http://mayamarsela.blogspot.co.id/2014/01/tugas-1-pendekatan-kritik-arsitektur.html
Lamudi. (2013). Arsitektur Gaya Eropa.
http://www.lamudi.co.id/journal/arsitektur-gaya-eropa/

A 226 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Anda mungkin juga menyukai