Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. PROFIL YU SING LIEM


Dalam buku yang berjudul Mimpi Rumah Murah karya Yu Sing Liem
(2009), terdapat profil seorang Yu Sing Liem sebagai seorang Arsitek sebagai
berikut :

Gambar 2.1. : Figur Yu Sing Liem


Sumber : Mimpi Rumah Murah, Yu Sing Liem, 2009.

Yu Sing lahir di Bandung, Jawa Barat, Indonesia pada tahun 1976. Lulus
dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1999, jurusan Teknik Arsitektur. Pada
tahun yang sama ia memulai karirnya sebagai Arsitek dengan mendirikan Studio

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


9
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Genesis. Pada tahun 2008, ia mendirikan Studio Arsitektur independen miliknya


sendiri yang disebut Akanoma (Akar Anomali). Akar anomali menekankan
komitmen studio untuk terus berakar dalam konteks budaya, potensi, dan masalah
Indonesia. Yu Sing percaya bahwa Arsitektur bukanlah hak istimewa orang kaya,
sebaliknya Arsitektur harus mampu melayani semua lapisan sosial dengan sangat
besar. Oleh karena itu, Sudio Akanoma memulai desain untuk rumah yang
terjangkau, dengan biaya desain yang relatif lebih rendah, sehingga orang-orang
berpenghasilan menengah dan rendah dapat memperoleh manfaat dari rumah yang
dirancang dengan baik.
Dalam kiprahnya menjadi seorang Arsitek, Yu Sing juga aktif menulis di
blog dan media cetak. Selain itu, Dia juga telah memberikan lokakarya dan
seminar dibeberapa kota di Indonesia, seperti Bandung, Yogyakarta, Pontianak,
Banjarmasin, Lampung, dan lain-lain, yang melibatkan siswa, mahasiswa, dan
arsitek muda untuk melayani arsitektur untuk semua. Pada 2012, Yu Sing
bekerjasama dengan Prima Rusdi dan Mandy Marahimin melalui crowdfunding
wujudkan.com, ia memprakarsai proyek filantropis "Papan untuk Semua" yang
bekerja dibidang perumahan dan ruang publik untuk menjangkau masyarakat
berpenghasilan rendah.

Lokakarya Arsitektur yang Disampaikan :


1. Lokakarya Desain Rumah yang Terjangkau dan Kuliah Tamu tentang
Arsitektur Sosialisasi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 21-22 Oktober
2009
2. Kursus Arsitektur: Pengembangan Ruang Publik di Desa Urban (Pamulang
Barat), Institut Teknologi Indonesia, 3-5 Juni 2011
3. MAAN Kota Penambangan Mentok: Kota 'Pengasingan' sebagai Proses
Menuju Ekowisata yang Unik dan Spesifik, Mentok, Pulau Bangka, 20-28 Juli
2011
4. Studi Desain Bersama Indonesia-Jepang 2011, Desain Intervetion untuk
Perkotaan Perkotaan Megah Kepadatan Tinggi, Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Lembaga Penelitian Kemanusiaan dan

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


10
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Alam (RIHN) Kyoto, Universitas Chiba, Universitas Tokyo, Universitas Sains


Tokyo, 08-18 September 2011.

Dewan Juri Kompetisi Arsitektur :


1. Sayembara Rumah Rakyat 2009, Studio Habitat Indonesia, 2009
2. Sayembara Penataan Kampung Pinggir Kali Brantas, Malang, mahasiswa
Arsitektur area Jawa Timur, 2010
3. Sayembara Rumah Murah Sehat, Seri Rumah Ide dan Gramedia Pustaka
Utama, 2010
4. Sayembara Desain Rumah Tinggal di Kampung Kota, “Solusi Perumahan
untuk Kehidupan yang Lebih Baik di Pademangan”, Universitas Trisakti, 2010
5. Sayembara Balai Pekumpulan Warga Kampung Layur, Semarang, Universitas
Katolik Soegiyapranata, Semarang, 2011
6. Sayembara Rumah Tropis Nusantara di Kampung Kota, Universitas Brawijaya,
Malang, 2011
7. Sayembara Penataan Pedagang Kaki Lima di Monumen Perjuangan Rakyat
Jawa Barat, Bandung, Universitas Parahyangan, 2015.

Penghargaan yang Diperoleh :


Tahun 1999
1. Pemenang, kompetisi tertutup Gereja Kristen Indonesia Anugerah, Bandung;
tim: Yohan Tirtawijaya, Herjagus Kurnia, Anton Jo

Tahun 2004
2. Pemenang, kompetisi tertutup Sekolah Internasional BPK Penabur,
Bahureksa, Bandung
3. Juara 2, kompetisi Sekolah Internasional BPK Penabur, Singgasana Pradana,
Bandung

Tahun 2006
4. Juara 3, Lomba Desain Taman Rakyat Cimahi

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


11
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Tahun 2007
5. Finalis, kompetisi tertutup Sekolah Internasional BPK Penabur, Banda,
Bandung
6. Juara 6, Lomba Desain Taman Borobudur, Jakarta; tim: Oky Kusprianto
7. Pemenang, Kompetisi Desain Façade Pusat Desain Jakarta
8. Top 10, Kompetisi façade Rumah Ide

Tahun 2008
9. Juara 5, Lomba Desain Rumah Sakit Akademik Universitas Gajahmada,
Yogyakarta
10. Juara 3, Lomba Fasad Indogres dan Desain Interior, Tangerang

Tahun 2009
11. Pemenang, Holcim Award Indonesia 2009 untuk Konstruksi berkelanjutan;
kerja: Peningkatan Keluarga 'Desa' Caringin
12. Pemenang, Pusat Kompetisi Desain Gedung Akademik, Universitas Negeri
Makassar; bekerja: Menara Phinisi
13. Pemenang, kompetisi tanpa hadiah (www.rujak.org); pekerjaan: co-Housing:
1 rumah untuk 4 keluarga kelas menengah.

II.2. PENGERTIAN TEKTONIKA ARSITEKTUR


“Needless to say ,the role of the tekton leads eventually to the emergence of
the master builder or architekton.” (Frampton,1995,4).
Tektonika berasal dari kata tekton dan sering ditulis sebagai kata tektonamai
dalam bahasa Yunani yang secara harafiah berarti pertukangan kayu atau
pembangun. Dalam bahasa Sansekerta dapat disamakan dengan kata taksan yang
berarti seni pertukangan kayu yang menggunakan kapak. Istilah yang sama juga
ditemukan dalam puisi Vedic yang juga berarti pertukangan kayu. Kemudian
dalam Homer, istilah ini diartikan sebagai seni dari konstruksi secara umum.
Istilah tektonika kemudian mengarah pada estetika dibanding teknologi, komentar
Adolf Heinrich Borbein dalam studi psikologi tahun 1982 (Frampton, 1995:4),

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


12
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

bahwa tektonika menjadi seni dari pertemuan atau sambungan; seni dalam ini
ditekankan pada tekne, sehingga tektonika ternyata bukan hanya bagian dari
bangunan tetapi juga obyek atau sebagai karya seni pada arti yang lebih sempit.
Dengan perjalanan waktu, pengertian kata tektonik pada konstruksi cenderung
membuat karya seni, tergantung pada benar atau tidaknya penerapan tingkatan
kegunaan nilai seninya.
Menurut Muller dalam Handbuchder Archeologieder Kunst (Handbook of
the Archeology of Art) 1830 (Frampton, 1995:4), bahwa tektonika adalah
pengaplikasian pada sebentuk karya seni, seperti peralatan, bejana bunga,
pemukiman dan tempat pertemuan, yang dibentuk dan dikembangkan disatu sisi
pada penerapannya dan disisi lain untuk menguatkan ekspresi perasaan dan
pengertian atau buah pikiran seni. Kita menyebutnya rangkaian dari percampuran
tektonika, dimana puncaknya adalah arsitektur sebagai pemenuh kebutuhan dan
menjadi cerminan perasaan terdalam yang kuat.
Menurut Eko Prawoto (yang dikutip dalam Rembulan, 2013), tektonika
merupakan aspek arsitektur yang berkaitan dengan bagaimana mengolah dan
mempertemukan bahan bangunan serta mengartikulasikan penyelesaian
sambungan dalam kaitan dengan gaya konstruksi. Persoalan tektonika lebih dari
sekedar penyelesaian teknis statika bangunan. Sekalipun wujud akhirnya mungkin
sama, yaitu bangunan tidak ambruk, namun artikulasi tentang mekanisme yang
sebenarnya terja didalam penyaluran dan pengalihan bebandan gaya, serta
pengolahan bahan akan menentukan kualitas arsitekturnya secara keseluruhan.
Tektonika dalam studi tugas akhir Fabianus Sebastian (yang dikutip dalam
Rembulan, 2013), adalah bagaimana memahami sambungan (joint) atau
keterampilan dalam penangangan pertemuan bahan (detail sambungan), serta
mampu memunculkan moda representasional (structure symbolic) dalam berbagai
macam cara atau artikulasi pengolahan.
Memahami tektonika seperti merangkum pemikiran yang lengkap dan utuh
tentang arsitektur sehingga penyelesaian struktur dan konstruksi yang benar
(stabil) menjadi sumber keindahan suatu ruang yang diciptakan. Pekerjaan teknis
dalam suatu bangunan tidak lagi diselesaikan secara terpisah dengan citra ruang
yang biasa tampil melalui aspek estetika. Hingga kehadiran tektonika yang utuh

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


13
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

bias menciptakan karya arsitektural yang dalam, kaya akan makna, dan mampu
berpuisi.
Yu Sing Liem sendiri mengemukakan pengertian tektonika arsitektur
menurutnya yang bermakna sebuah aspek dalam arsitektur mengenai seni
membangun atau ketukangan, yaitu cara menyambung aneka bahan ke bangunan.
Menurut Semper (yang dikutip dalam Frampton, 1995), tektonika pada
bangunan diklasifikasikan menjadi dua prosedur yang mendasar, yaitu tektonika
dan stereotomik. Tektonika dari rangka ringan yang terdiri dari komponen-
komponen linier dikelompokan membentuk matrik spasial atau dengan kata lain
tektonika berarti sebuah struktur pada bangunan. Sedangkan stereotomik bagian
dasar dimana massa dan volume terbentuk dari elemen-elemen berat atau dengan
kata lain berarti pengisi tektonika.

II.3. ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


Menurut Lintang Rembulan (2013) dalam studi tugas akhirnya, terdapat 4
(empat) aspek yang mendasari rancangan tektonika arsitektur yang baik, yaitu
kejujuran struktur, sistem struktur ringan, aspek fisika bangunan, dan prinsip
lokalitas terhadap lingkungan binaan.

II.3.1. Kejujuran Struktur


Kejujuran berarti apa adanya, berlaku benar sehingga segala hal
ditunjukkan dengan terbuka. Kejujuran dalam sistem struktur berarti
membangun dengan struktur yang benar dan memperlihatkan dengan
terbuka bagaimana bangunan itu berdiri. Keterbukaan ini menuntut kerja
struktur yang benar dan penyelesaian yang rapih juga bercitra sehingga
struktur dapat dinikmati sebagai keindahan bangunan. Struktur bangunan
diperlihatkan dengan jujur dari sistem struktur atap tanpa plafon dan
ekspos struktur atap seperti usuk, reng, kuda-kuda, dan talang. Struktur
badan bangunan seperti kolom, balok, dan penyelesaian sambungan juga
diekspos, termasuk beberapa bagian pondasi.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


14
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Struktur bangunan yang diperlihatkan tersebut membuat penghuni


tahu benar tentang bangunan yang melingkupinya sehingga dalam
pertumbuhan atau renovasi bangunan nantinya, penghuni diharapkan dapat
melakukannya secara mandiri karena telah mengetahui dan memahami
struktur bangunan milikinya dari apa yang terlihat. Hal ini menumbuhkan
pula hubungan yang erat antara manusia dengan yang melingkupinya.
Struktur dengan logika sederhana yang diadopsi dari kebenaran-kebenaran
alam menjadi pilihan tepat juga kegiatan mengekspos tekstur material
sesuai dengan fitrahnya semakin mempererat kesatuan manusia dengan
alam.
Heinz Frick dan Pujo L. Setiawan dalam buku Ilmu Konstruksi
Struktur Bangunan (2001) berpendapat bahwa struktur bangunan dapat di
bagi menjadi 4 (empat ) yaitu struktur di bawah permukaan tanah
(pondasi), struktur di atas permukaan tanah (dinding dan kolom),
konstruksi lantai dan pelat lantai, serta struktur atap.

II.3.1.1. Struktur di Bawah Permukaan Tanah (Pondasi)


Pondasi merupakan bagian bangunan yang
menghubungkan bangunan dengan tanah, yang menjamin
kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban berguna, dan
gaya-gaya luar terhadap gedung seperti tekanan angin, gempa
bumi, dan lainya. Pondasi berfungsi sebagai berikut :
1. Sebagai kaki bangunan atau alas bangunan
2. Sebagai penahan bangunan dan meneruskan beban dari atas ke
dasar tanah.
3. Sebagai penjaga agar kedudukan bangunan stabil (tetap).

Pondasi bangunan dapat dibedakan menurut bahan yang


dipergunakan dalam pembuatannya. Biasanya bahan bangunan
terkait erat dengan bentuk pondasi, seperti konstruksi kayu untuk
pondasi rumah panggung atau tiang pancang, batu kali, bata
merah atau beton berbatu (cyclopean concrete) untuk pondasi

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


15
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

lajur, beton bertulang untuk pondasi setempat, pelat beton bertulang, tiang
pancang atau pemboran dan baja untuk tiang pancang.

Pondasi Batu Kali


Pondasi dari batu kali dibuat dengan batu pecahan yang cukup
besar. Mengatur siar antara batu kali sehingga selalu berselang-seling dan
diisi rapat dengan mortar (1 bagian kapur : 1 semen merah : 3 pasir, atau ½
bagian semen portland : 1 kapur : 7 pasir) guna menghindari gerakan yang
mengakibatkan retak pada dinding dan menghindari ruang hidup untuk
rayap.

Pondasi Batu Bata


Pondasi batu bata dapat dibuat hanya jika terdapat batu bata yang
bermutu tinggi sehingga tidak akan hancur dalam waktu singkat di dalam
tanah yang lembab. Tinggi pondasi batu bata minimal adalah lima lapisan
batu dengan siar melintang yang teratur benar.

Pondasi Beton
Pondasi beton yang itdak bertulang atau beton berbatu kali
(cyclopean concrete) pada umumnya digunakan hanya untuk gedung
bertingkat walaupun biayanya sedikit berbeda dengan pondasi batu kali.
Pondasi beton tanpa tulangan ini menerima gaya tekan saja. Mutu beton
sebagai bahan bangunan pondasi minimal adalah kelas II, K 125.

Pondasi Kayu
Kayu dapat digunakan sebagai pondasi lajur maupun tiang pancang
di daerah rawa-rawa atau di dalam air. Kayu sebagai bahan pondasi
memiliki daya tahan lama jika selalu terendam dalam air karena
kekurangan oksigen justru menghindarkan kebususkan.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


16
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

II.3.1.2. Struktur di Atas Permukaan Tanah (Dinding dan Kolom)


Dinding dapat diartikan sebagai bagian struktur bangunan yang
berbentuk bidang vertikal dan yang berguna untuk melingkungi,
membagi, atau melindungi. Di daerah tropis, dinding memenuhi berbagai
fungsi seperti :
1. Membagi ruang yang luas atas ruang yang ukurannya lebih nyaman.
2. Mencegah masuknya debu atau air hujan dan sekaligus
memungkinkan pengudaraan ruang dalam
3. Menyediakan tempat teduh, segar, dan nyaman serta memberi
kebebasan (privacy) dan perlindungan bagi penghuni.

Pengaruh Luar Terhadap Dinding


Kolom merupakan elemen linear dan dinding merupakan elemen
dalam bangunan yang vertikal. Dinding adalah konstruksi yang berfngsi
sebagai pembagi ruang (umum/pribadi), faktor pengamanan maupun
fungsi mistik (mikrokosmos/makrokosmos). Jenis-jenis pengaruh luar
terhadap dinding dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.1 : Pengaruh Luar Terhadap Dinding


Fungsi dan
Permasalahan
Pengaruh Luar

Dinding penutup luar


berfungsi sebagai
Perasaan kenyamanan
pemisah luar dan
dalam

Perlindungan o Refleksi sinar matahari


terhadap radiasi o Sifat menyimpan panas
matahari o Sifat penghantar panas
o Sifat harus rapat air
Perlindungan o Tahan air/kelembapan (memungkinan
terhadap hujan adanya pergerakan kelembapan tanpa
merusak dinding)

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


17
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Perlindungan Siar harus rapat angin dan Konstruksi harus


terhadap angin kuat terhadap gaya angin
Dinding harus dapat menerima beban
(tekanan sentris maupun eksentris dari atas)
Kestabilan terhadap
Dinding harus menjaga kestabilan dalam
beban mati dan beban
bidang (tekukan dan perjendulan) maupun
hidup
alam ruang (kerja sama dengan pondasi
maupun pelat lantai)
Daya menanggul suara/kebisingan dari luar
(lalu lintas dan lainnya)
Daya menanggul
Daya menanggul suara/kebisingan dari dalam
suara / kebisingan
(instalasi teknik dan lainnya)
Mengatur kebisingan dari dalam (akustik)
Daya tahan terhadap Bahan bangunan harus memiliki kemampuan
tekanan uap air mengalirkan uap air
Daya tahan terhadap Bahan bangunan harus tahan api atau bahan
kebakaran tersebut tidak dapat membakar

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.


Setiawan, 2001.

Bahan Bangunan Dinding dan Pelapis Dinding


1. Batu Merah
Batu merah yang digunakan untuk bahan bangunan harus
empunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang-bidang sisi harus
datar tidak memiliki retak-retak, tidak mudah hancur atau patah dan
tidak mudah mengalami perubahan bentuk yang berkelebihan.
Permukaan batu merah harus kasar, warnanya merah seragam
(merata) dan bunyinya nyaring bila diketok (Ilmu Konstruksi Struktur
Bangunan, Heinz Frick, 2001). Ukuran-ukuran panjang, lebar dan
tebal batu merah (batu bata) mempunyai standar seperti pada tabel
berikut ini :

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


18
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.2 : Ukuran Standar Batu Bata.


Jenis Jenis
Ukuran Toleransi
Besar Kecil
240 230 ± 3%. Selisih ukuran terbesar dan
Panjang
mm mm terkecil maksimum 10 mm
115 110 ± 4%. Selisih ukuran terbesar dan
Lebar
mm mm terkecil maksimum 5 mm
52 50 ± 5%. Selisih ukuran terbesar dan
Tebal
mm mm terkecil maksimum 4 mm

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.


Setiawan, 2001.

2. Batako (dari tras dan kapur) dan Conblock (dari pasir dan semen)
Pemakaian batako maupun conblock, bila dibandingkan dengan
batu merah, mengurangi jumlah batu yang dibutuhkan per m2 luas
dinding secara kuantitatif. Terdapat pula penghematan dalam
pemakaian mortar <75%, semen 60% dan bobotnya <50% lebih
ringan sehingga mengurangi beban pada pondasi. Jika kualitas batako
atau conblock baik, maka tembok tersebut tidak perlu di plester (Ilmu
Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick, 2001). Adapun ukuran-
ukuran pada batako dan Conblock adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 : Ukuran Batako


Ukuran Nominal (mm) Tebal Kelopak Minimum (mm)
Dinding Pemisah
Jenis Panjang Lebar Tebal Dinding Luar
Lubang
Tipis 390 ± 3 190 ± 3 100 ± 3 20 15
Sedang 390 ± 3 190 ± 3 150 ± 3 20 15
Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.
Setiawan, 2001.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


19
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

3. Beton
Yang dimaksudkan dengan beton ialah campuran yang terdiri
dari perekat, bahan tambahan (agregat), dan air. Tugas perekat adalah
mengikat biji pasir dan kerikil serta mengisi lubang-lubang di
antaranya. Seneb portland tergolong sebagai bahan pengikat hidrolis,
yaitu bila semen dicampur dengan air, maka terjadilah proses
pengerasan. Pada pembangunan biasanya digunakan kelas dan mutu
beton berikut :

Tabel 2.4 : Kelas dan Mutu Beton.

2
ơ bk (N/mm ) ơ bm Tujuan Pengawasan Terhadap
Kelas Mutu Mutu Kekuatan
Minimum (N/mm2) Pemakaian
Agregat Tekan
I B0 _ _ Nonstruktural Ringan Tanpa
B1 _ _ Struktural Sedang Tanpa
K-125 12,5 20 Struktural Ketat Kontinu
II
K-175 17,5 25 Struktural Ketat Kontinu
K-225 22,5 30 Struktural Ketat Kontinu
III K>225 >22,5 >30 Struktural Ketat Kontinu
Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.
Setiawan, 2001.

4. Lapisan dinding dari kayu


Penggunaan papan dari kayu sebagai lapisan dinding luar
tergantung pada konstruksi dinding rangka yang dipilih. Pemasangan
papan dinding dapat secara vertikal, horizontal, atau diagonal (yang
secara konstruktif termasuk papan horizontal). Berikut pemasangan
papan dinding vertikal :

Tabel 2.5. : Pemasangan Papan Dinding Vertikal


a. Papan dinding bercelah terbuka
(misalnya pada konstruksi gevel)

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


20
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

b. Pemasangan papan din-ding dengan


bilah pelin-dung : papan di paku di
tengah saja berjarak 60-90 Cm. Tebal
papan >20mm dan lebar <160mm.

c. Pemasangan papan bersponing


dengan celah konis juga
menggunakan sekrup sehingga
melengkungnya papan terhindar.
Harus dipasang sedemikian se-hingga
angin dan hujan tidak dapat masuk
alur-nya.

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick & Pujo L.


Setiawan, 2001.

Pemasangan papan dinding horizontal :

Gambar 2.1. : Pemasangan Papan Dinding Vertikal


Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick & Pujo
L. Setiawan, 2001.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


21
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

II.3.1.3. Struktur Lantai dan Penutup Lantai


Lantai Plesteran dan Lantai Beton
Lantai plesteran kapur-pasir dengan adukan 2 bagian (volume)
pasir : 1 bagian kapur atau kapur tras dengan adukan 1 bagian kapur : 5
bagian tras dengan tebal ± 5 Cm, dilapisi dengan bubur semen (slurry)
setebal 2mm. Landasan adalah tanah yang dipadatkan atau tanah yang
distabilisasi (misalnya dengan 1 bagian kapur : 3 bagian tanah atau 1
bagian semen portland :20 bagian tanah dan sebagainya.

Penutup Ubin Semen dan Ubin Teraso


Lantai beton yang kedap air dan kelembapan tanah dapat dilapisi
dengan ubin semen portland atau ubin teraso yang dipasang dengan
mortar semen setebal 1-3cm. Ukuran ubin dalam perdagangan dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.6. : Ukuran Ubin Dalam Perdagangan.


Ubin Semen Ubin Teraso Tebal Minimal
150 x 150 mm _ 14 mm
200 x 200 mm 200 x 20 mm 20 - 25 mm
300 x 300 mm 301 x 300 mm 30 mm
400 x 400 mm s/d 300
35 mm
_ x 600 mm

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.


Setiawan, 2001.

Penutup Papan Kayu


Konstruksi lantai kayu yang paling sederhana ialah papan-papan
yang langsung dipasang dan dipaku di atas sloof atau balok loteng.
Ukuran papan yang digunakan adalah tebal minmal 20 mm, lebar 90-140
mm dengan sistem sambungan sebagai berikut :

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


22
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.2. : Sambungan Dengan Lidah Lepas


Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.
Setiawan, 2001.

Gambar 2.3. : Sambungan Dengan Alur Lidah


Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.
Setiawan, 2001.

II.3.1.4. Struktur di Atas Permukaan Tanah (Atap)


Atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, yang
melindungi gedung dan penghuninnya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos). Permasalahan atap tergantung pada
luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih,
dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah satu
bagian terpenting. Fungsi dan bagian atap dapat di lihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel 2.7. : Komponen dan Fungsi Atap

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


23
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.


Setiawan, 2001.

Tabel 2.8. : Bagian Atap

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


24
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.


Setiawan, 2001.

Atap merupakan perlindungan terhadap ruangan yang ada di


bawahnya, yaitu terhadap panas, hujan, angin, binatang buas dan
keamanan lainnya. Bentuk dan macamnya tergantung dari pada sejarah
peradabannya serta perkembangan segi arsitekturnya maupun
teknologinya, Petunjuk Praktek Bangunan Gedung, DPMK, Jakarta.
Besarnya kemiringan atap tergantung dari pada bahan yang dipakainya
seperti berikut :

Tabel 2.9. : Kemiringan Atap

No. Penutup Atap Kemiringan


1 Genteng Biasa 30o-35
2 Genteng Istimewa 25-30
3 Sirap 25-40
4 Umbia 40
5 Seng 20o-25o
6 Semen Asbes Gelombang 15o-25o
7 Beton 1o-2o
8 Kaca 10o-20o

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.


Setiawan, 2001.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


25
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Bentuk Atap
Adapun bentuk-bentuk atap yang umum digunakan dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 2.10. : Bentuk-bentuk Atap

1. Atap Datar
(plat dagg)

2. Atap Sengkuap/Sandar
(Lessenaar)

3. Atap Pelana

4. Atap Tenda

5. Atap Perisai

6. Atap Mansard

7. Atap Piramida

8. Atap Menara

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.


Setiawan, 2001.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


26
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Penutup Atap


1. Atap Genteng
Atap genteng ini banyak digunakan diseluruh indonesia, karena
relatif murah, awet, memenuhi syarat terhadap daya tolak bunyi,
panas maupun dingin disamping itu tidak banyak perawatanya. Yang
banyak di pakai adalah atap genteng bentuk S, karena genteng ini
berpenampang cekung dalamnya 4-5 cm dan tepi kanan menekuk
cembung. Tebal genteng berkisar antara 8-12 mm. Pada bagian bawah
tepi atas dibuatkan hubungan sebagai kait untuk reng yang berjarak
antara 21-25 cm tergantung dari ukuran genteng.

Gambar 2.4. : Bentuk Penampang Atap Genteng


Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.
Setiawan, 2001.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


27
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Untuk ukuran genteng dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.11. : Ukuran Atap Genteng

Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.


Setiawan, 2001.

2. Sirap
Penutup sirap dibuat dari kayu belian Sumatra dan Kalimantan,
kayu onglen dan jati. Jawatan kehutanan juga membuat sirap dari
kayu jati berukuran panjang 35 cm, lebar 14,5 cm, tebal tepi atas 0,4
cm tepi bawah 2 cm, bobot 28 kg/m2. Sirap ini tidak baik karena
mudah membilut dan cekung. Sedangkan untuk ukuran sirap dari kayu
belian, onglen ialah lebar papan 8-9 cm, panjang 60 cm, tebal 4-5 mm.

Gambar 2.5. : Ukuran Sirap Ulin


Sumber : sirap-bdc.blogspot.com, diakses pada 11 Januari 2019.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


28
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.6. : Ukuran Sirap Merbau


Sumber : sirap-bdc.blogspot.com, diakses pada 11 Januari 2019.

Untuk pemasangannya di atas reng dengan paku kecil jarak reng


adalah lebih kecil dari 1/3 pankang sirap. Perletakannya harus
sedemikian rupa sehingga dimana-mana terbentuk 3 lapis atau
pada/diatas reng terdapat 4 (empat) lapis. Deretan sirap yang satu
harus menggeser setengah lebar sirap dari daerah deretan dibawahnya.
Coklat pada warna sirap kemudian beralih menjadi coklat tua, lambat
laun menjadi hitam. Sirap dapat bertahan antara 30-40 tahun.
Bubungannya ditutup dengan besi plat disepuh putih (digalvaniseer)
menumpang di atas papan setebal 2 cm. Sedangkan bentuk dari
bubungannya sesuai dengan kehendak kita atau direncanakan.

Gambar 2.6. : Pemasangan Sirap


Sumber : Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L.
Setiawan, 2001.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


29
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

II.3.2. Sistem Struktur Ringan


Sistem struktur ringan adalah bagaimana mengatasi kebutuhan
ruang dengan keadaan lahan, material, dan potensi sekitar dengan struktur
yang benar, wajar, efisien, hemat energi sehingga menjadi ringan.
Bangunan menggunakan sistem struktur ringan melalui konsep rumah
panggung dengan sistem struktur atas (atap) berupa material ringan seperti
kayu, bambu, papan yang dilanjutkan perkuatan massif pada bagian
bawahnya (kolom beton, bearing wall, pondasi umpak). Sistem struktur
ringan dengan bagian bawah bangunan yang lebih berat daripada yang
diatasnya membuat bangunan lebih stabil dan tahan gempa.
Sistem struktur atap berbentuk limasan dan segitiga majemuk.
Penutup atap berupa genteng tanah liat dan asbes semen. Atap asbes
semen dengan sistem jepit seng menjadi sistem struktur atap ringan yang
menjawab bentuk atap segitiga majemuk. Atap asbes semen sedikit panas
sehingga membutuhkan perlubangan dinding yang lebar di bawah
bubungan atap.
Penggunaan sistem struktur kayu menggunakan papan kayu ukuran
3/20 yang ramping pada penerapannya membawa kesan ringan dan
ekologis karena menciptakan ruang bernafas bagi balok lantai kayu.
Material yang dipakai diolah dan disusun sesuai dengan fitrahnya dan
digunakan sesuai fungsi sehingga efisien. Dinding bangunan didominasi
papan dari kayu lapis, anyaman bambu, dan perlubangan dinding yang
menghasilkan ruang pencahayaan dan penghawaan alami.
Ringan juga berarti hemat energi, tahan lama, dan berasal dari
material yang dekat dengan lingkungan sehingga cara mendapat dan
proses pengolahan dapat lebih efisien. Energi dari transportasi material
dan bahan dapat ditekan.
Menurut Lippsmeier dalam Bangunan Tropis (1980), terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai bangunan yang stabil dan
tahan gempa sebagai berikut :

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


30
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Lokasi Bangunan
Pondasi harus kuat dan homogen (material batu karang adalah yang
terbaik), karena gempa dapat mencairkan tanah sehingga pondasi tidak
lagi memiliki pegangan

Perancangan Bangunan
o Bentuk bangunan sebaiknya sederhana dan simetris (baik horisontal
maupun vertikal) agar distribusi bebannya merata. Bentuk L, T, dan U
dihindari atau dapat juga dibagi dalam bentuk-bentuk sederhana dengan
sambungan-sambungan.
o Konstruksi harus seringan mungkin, karena kekuatan gempa
berbanding lurus dengan berat bangunan. Titik berat bangunan harus
serendah mungkin, seperti lantai dasar yang berat dengan tingkat atas
dan konstruksi atap yang ringan.
o Pondasi dengan kedalaman yang sama (tidak bertangga). Pondasi jalur
dengan rangka yang kontinyu. Bangunan didirikan diatas plat atau
pondasi pancang sampai mencapai batuan pada tanah yang lunak.
o Dinding sebisa mungkin diatur simetris dan memiliki sambungan yang
kuat dengan bagian bangunan didekatnya. Selain itu juga dilakukan
peningkatan stabilitas dinding dengan penguat silang. Sementara untuk
pintu dan jendela disarankan untuk menghindarkan penggunaan pintu
dan jendela yang lebar, terutama di sudut bangunan.
o Atap seringan mungkin dari bahan yang kuat, fleksibel, dan terhubung
erat dengan konstruksi pemikul. Sementara bentuknya disarankan
simetris dengan jarak tumpuan sekecil mungkin
o Memiliki hubungan yang kuat dengan bagian-bagian bangunan yang
menjorok keluar seperti balkon, parapat, cerobong asap, tanki air, dan
lain-lain jika memang diperlukan atau tidak dapat dihilangkan.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


31
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Konstruksi
o Dengan konstruksi pondasi yang tepat dan dimensi serta kerangka yang
cukup untuk bagian-bagian struktural, konstruksi beton bertulang dapat
tahan terhadap gempa.
o Konstruksi baja lebih baik jika dibandingkan dengan konstruksi beton
bertulang karena pada pembangunannya hanya sedikit kesalahan yang
dapat ditimbulkan dan pengawasan kualitas dapat mudah dikontrol.
o Bangunan monolit dari blok tanah, beton, batu bata, dan batu alam
sangat peka terhadap gempa sehingga diperlukan stabilisasi dengan
rangka kayu atau beton bertulang serta penggunaan bata dan adukan
beton dengan kualitas yang baik. Selain itu, struktur dinding yang
melengkung sangat tidak dianjurkan.
o Konstruksi cangkang (shell) beton bertulang biasanya bertahan terhadap
gempa dengan distribusi beban yang merata, bentuk yang simetris,
dimensi tulangan yang tebal dan berkualitas baik serta stabil.

Bahan atau Material


o Sebisa mungkin menggunakan bahan atau material yang ringan agar
gaya gempa lebih kecil. Selain itu bahan atau material juga sebisa
mungkin elastis untuk meneyerap tubrukan tanah.
o Bahan bangunan organik dilindungi terhadap perusak biologis untuk
menghindari melemahnya bahan secara perlahan-lahan seperti serangga
(rayap, nyamuk, lalat, dan lain-lain), binatang (tikus, kelelawar, burung,
dan lain-lain), dan jamur.

II.3.3. Aspek Fisika Bangunan


Aspek fisika bangunan yang mencakup penghawaan, pencahayaan,
struktur dan konstruksi, ekologis, struktur tahan gempa adalah langkah
mengatasi keadaan alam. Aspek ini dibutuhkan agar bangunan selaras
dengan alam dan segala energinya baik cahaya matahari, suhu, gerak
angin, curah hujan, gerakan tanah juga kelembapan udara. Eksplorasi alam

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


32
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

sekitar site atau lingkungan sangat diperlukan untuk mengetahui bangunan


seperti apa yang selaras dibangun ditempat tersebut. Bangunan dengan
konsep rumah panggung dan terdiri dari beberapa gugus/massa kecil
menjadi pilihan tepat untuk tanah berkontur karena tidak perlu cut and fill
begitu luas. Gugus kecil dan terpisah mengakomodasi gerakan angin dan
cahaya lebih banyak, juga menjadi solusi bagi gempa bumi karena
bangunan gugus kecil yang saling terpisah secara struktur lebih stabil jika
terjadi goncangan. Gugus bangunan kecil efektif untuk tanah dengan
eksisting pepohonan atau vegetasi yang banyak sehingga bangunan dapat
tumbuh bersama vegetasi tanpa perlu banyak memangkas pohon.
Mengoptimalkan pepohonan eksisting baik untuk barier panas dan debu
pada bangunan.
Aspek fisika bangunan juga dikemukakan oleh Y. B.
Mangunwijaya dalam Pengantar Fisika Bangunan (1980) mengenai
struktur sebuah bangunan sebagai berikut.

II.3.3.1. Struktur Kepala Bangunan (Atap)


Dari segi fisika bangunan, tugas utama atap adalah tugas
payung, yakni pelindung terhadap :
Matahari : panasnya dan kesilauannya
Hujan : kelembabannya dan hempasannya.

Atap Sebagai Pelindung


a. Fungsi selaku perisai yang menangkis radiasi panas dari
matahari. Dari sebab itu atap sendiri janganlah mudah
menjadi sumber radiasi panas yang meneruskan lagi sebagian
besar radiasi panas yang diterimanya dari matahari ke dalam
ruang yang harus ia lindungi. Itu sangat berhubungan dengan
sifat daya penghantaran panas dari bahan atap yang dipakai.
Atap besi seng misalnya, yang ditir hitam di atasnya atau
beton tipis sangat mudah menyerap dan mengalirkan panas.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


33
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Sedangkan sirap kayu atau atap alang-alang relatif tidak


mudah menyerap dan menghantarkan panas, walaupun sirap
ulin berwarna hampir segelap tin seng. Selain itu masalah
konveksi udara di atas maupun di bawah penutup atap sangat
perlu diperhatikan. Diusahakan agar selalu terdapat arus
udara yang mengusir udara yang telah menjadi panas karena
penyentuhan dengan penutup atap: dan diganti dengan udara
dingin. Demikian konveksi udara di dalam hubungannya
dengan penutup atap membantu fungsi perisai yang
ditugaskan pada atap.
b. Selain terhadap matahari, atap berfungsi besar sebagai
pelindung terhadap pencurahan hujan. Hujan membawa
kebasahan yang berguna bagus untuk sawah-ladang, tetapi
untuk kediaman rumah jelas mengganggu.
c. Selain faktor kebasahannya, hujan yang jatuh dari langit
tropika disini sangat lebat dan keras, sehingga daya mekanis
penghempasan air bisa merusak banyak. Maka atap berfungsi
sebagai perisai juga terhadap segala itu. Oleh karena itu,
biarpun banyaklah macam atap, setiap atap yang berfungsi
baik di daerah tropika lembab seperti di tanah air kita harus
memenuhi syarat-syarat tersebut. Itu antara lain berarti,
bahwa atap di daerah kita harus punya sistim pokok di bawah
ini, yang terdiri dari ketiga fungsi tersebut:
1) Menangkis sebanyak mungkin radiasi matahari
2) Menjamin kerapatan terhadap hujan dan kelembaban, dan
3) Menahan hempasan hujan

Ketiga fungsi itu dapat dipersatukan di dalam satu


lapisan penutup atap. Misalnya pelat-pelat aluminium yang
selain kuat, dapat dikatakan 100% kerapatannya terhadap air
hujan. Bagaikan cermin ia sangat banyak juga memantulkan
kembali panas radiasi matahari. Begitu banyak yang

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


34
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

dipantulkan sehingga cukup menjamin kesejukkan di


bawahnya, walaupun aluminium itu sendiri merupakan bahan
penghantar panas yang baik. Tetapi aluminium masih sangat
mahal. Selain itu bagi orang yang berdiri di luar, kilauan
penutup atap aluminium sangat menyakitkan mata. Kecuali
apabila ia hanya dipakai sebagai atap yang sangat datar,
sehingga tidak kelihatan dari bawah. Fungsi perisai panas dan
fungsi perisai hujan, dapat dikerjakan oleh satu unsur lapisan
penutup atap. Tetapi mengingat proses pemanasan dan
pelembaban yang cukup rumit, seyogyanya kedua fungsi itu
dipisahkan satu dari yang lain, meskipun nantinya keduanya
berpadu dalam satu keseluruhan yang di sebut global, yaitu
atap.

Atap panas
Atap sebenarnya tidak lain dari pada pembatas atau
dinding ruangan di sisi atas. Oleh karena itu, dalam beberapa
perkara, ia mengandung masalah-masalah juga seperti dinding ,
yang menjadi pemisah antara ruangan dalam yang dianggap
hangat dengan ruangan-luar yang dianggap dingin atau
sebaliknya. Perbedaan suhu antara luar dan dalam beserta
akibatnya pada kadar uap air di luar dan dalam, timbulnya air
kondensasi beserta masalah per-nafasan dinding harus mendapat
perhatian khusus. Soal-soal tersebut menimbulkan empat
kemungkinan jenis atap (seperti dinding juga), yaitu :
o Atap yang masih dapat bernafas
o Atap berongga
o Atap berbahan kedap-air
o Atap yang diselaputi bahan kedap air.
Namun seumumnya orang membagi atap dalam dua jenis
saja yang sudah mencakup keempat macam tersebut, yaitu atap
panas dan atap dingin.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


35
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.7. : Prinsip Atap Panas


(Sumber : Pengantar Fisiska Bangunan, Y. B. Mangunwijaya, 1980.)

Atap terdiri dari beberapa lapisan yang dapat terbuat dari pelbagai
macam bahan, namun saling melekat langsung dan yang secara prinsip
selalu memiliki fungsi :
1) Kulit luar
2) Isolasi kalor
3) Isolasi penahan uap-air/air.
4) Konstruksi pendukung
5) Lapisan dalam penyerap kelembaban

Atap Dingin
Dari persoalan atap panas ternyata, bahwa penyaluran uap-air hasil
kondensasi dalam bahan atap merupakan salah suatu soal yang penting.
Oleh karena itu orang lalu mengambil prinsip atap dingin, yakni bentuk
atap yang terdiri dari dua lapisan yang terpisah oleh suatu bantalan atau
rongga udara. Tidak selalu dapat dikatakan, bahwa atap dingin lebih baik
dari atap-panas. Itu tergantung dari kebutuhan-kebutuhan kongkrit se
tempat. Tetapi memanglah, bila tidak ada pertimbangan-pertimbangan
khusus yang harus ikut diperhatikan, prinsip atap dingin lebih mudah dan
lebih aman dalam usaha mengatasi masalah air kondensasi ini. Penting
pada sistim ini ialah, bahwa ruangan antara dua lapisan atap itu harus
bebas-hujan.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


36
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.8. : Prinsip Atap Dingin


(Sumber : Pengantar Fisiska Bangunan, Y. B. Mangunwijaya, 1980.)

Keuntungan Dari Atap Panas :


Keamanannya terhadap penghuni tikus. Rongga dan saluran-saluran (yang
cukup besar untuk tikus) dalam sistim atap dingin yang mengundang tikus
memang tidak menguntungkan. Dari pertimbangan kesulitan tikus,
memanglah kita masih harus rajin mencari dan mencoba konstruksi-
konstruksi sistim atap panas yang tepat murah dan mudah pengerjaannya.

Kesimpulan
Sebenarnya langit-langit bukanlah hanya penutup kuda- kuda belaka demi
keindahan ruang. Namun punya fungsi yang bersatu dengan penutup atap
dan keseluruhan konstruksi. Bahkan langit-langit dalam pengertian sistim
atap dingin masih tergolong atap, dan berfungsi sebagai unsur atap dalam
soal-soal pengendalian kesejukan/panas ruangan dalam, penguapan uap
air, penyelesaian air kondensasi dan sebagainya. Maka sebaiknyalah
pengertian atap kita perluas dan kita utuhkan demi perencanaan,
pelaksanaan, dan ekonomi pembangunan yang sebaik mungkin.
Demikianlah maka atap dalam pengertian kita yang lengkap terdiri dari
tiga unsur utama, yaitu :

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


37
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

 Penutup atap
 Konstruksi pengemban penutup atap, dan
 Langit-langit.

Kemiringan Atap

Gambar 2.9. : Pedoman Kemiringan Atap.


(Sumber : Pengantar Fisiska Bangunan, Y. B. Mangunwijaya, 1980.)

II.3.3.2. Struktur Kaki Bangunan (Pondasi)


Beban-beban dari bangunan bagian atas yang disalurkan
ke bawah melalui unsur-unsur pemikul tadi harus mendapatkan
sendi, alas, atau pondasi. Pondasi, alas, sendi bertugas
meneruskan beban-beban dari semua unsur bangunan yang
dipikulkan padanya kepada tanah, tempat bangunan itu didirikan.
Sebenarnya, tugas sendi/pondasi secara pinsip tidak jauh berbeda
dari tugas tiang, dinding, dan unsur-unsur pemikul lain, yakni
selaku "pundak" pemikul beban. Hanya pondasi lazim disebut

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


38
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

pondasi/sendi/alas karena kedudukannya ada pada tanah atau di


dalam tanah.
Penerusan beban itu harus bersifat penyebar luasan beban
yang diterimanya kepada bidang tanah seluas mungkin, sehingga
dengan penyebarluasan itu beban per satuan luas (cm2) yang
diberikan kepada tanah cukup ringan untuk kemampuan daya
dukung tanah. Oleh karena itu pondasi/alas selalu bermaksud,
agar luas kontak dengan tanah, adalah sebesar mungkin, sesuai
dengan yang diminta oleh tanah pendukung di bawah dan di
sampingnya. Rumus umum dari setiap pondasi ialah: P=F.A
P adalah beban yang berasal dari beban-beban semua di
atas dan yang harus diteruskan kepada tanah, tempat alas
diletakkan. F adalah luas, bidang pendukung dan (sigma) adalah
kemampuan pendukung dari tanah itu per kesatuan luas cm2.

II.3.3.3. Struktur Badan Bangunan (Dinding)


Dinding-dinding bangunan dari segi fisika bangunan
mengemban beberapa fungsi atau kombinasi dari sekian fungsi di
bawah ini :

Fungsi Pemikul Beban di Atasnya


a. Sebagai pemikul, dinding harus kuat bertahan terhadap tiga
kekuatan pokok, yakni, Tekanan vertikal dari beban, baik
beban diri sendiri maupun beban yang dipundakkan dari atas
(atap, lantai loteng, balok lain, dan sebagainya).
b. Tekanan horisontal vang datang dari pelbagai hal, seperti
misalnya komponen tekanan atap emperan yang menekan dari
samping, dari sekur-sekur, bagian-bagian tanah pada tebing
tekanan air bila dinding berfungsi mirip dinding bak air, dan
sebagainya dan tekanan-tekanan mckanis dari barang-barang
dalam gedung. Biasanya tekanan horisontal tidak besar, tetapi

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


39
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

dapat menimbulkan daya momen yang dapat menjebolkan.


Dinding jangan sampai diibebani tekanan-tekanan horisontai,
yang sebaiknya dialihkan kepada kerangka atau tiang kayu.
Atau pun dinetralisir dengan penyanggah-penyanggah khusus,
sehingga ditiding bebas dari tekanan horisontal maupun
momen-momen yang mengganggu. Hal itu harus sangat
diperhatikan, terutama pada dinding-dinding yang memikul
bahan penting dari atas.
c. Beban vertikal sering jauh melampui ukuran tebal atau tipis
dinding, sehingga timbullah daya tekuk. Oleh karena itu
dinding-dinding harus dibuat cukup tebal, walaupun dari segi
kemampuan pemikulan beban bisa dibuat tipis. Baik dari
pembebanan ke arah vertikal maupun pertimbangan bahaya
tekuk, dinding-dinding batu dibuat tebal di bagian bawah dan
semakin tipis pada lantai atas. Dinding batu yang mendukung
beban tidak boleh dibuat dari batu setebal kurang dari satu
batu. Seumumnya dinding di bawah satu batu hanya boleh
berfungsi sebagai penutup atau pemisah ruangan saja. Demi
penghematan semakin banyak sekarang orang membuat
dinding bata% batu sebagai pemikul beban. Selama pondasi
benar-benar stabil dan hanya dibebani atap rumah sederhana
saja, hal itu masih bisa ditolerir. Tetapi untuk daerah-daerah
yang aktif gempa bumi atau pun sangat kencang angin
taufannya, dan untuk tanah yang rata-rata kurang kuat, hal itu
harus dihindarkan.
d. Bahaya tekuk biasanya diatasi dengan pemasangan pilar-pilar
satu batu di antara dinding-dinding yang kurang dari satu batu,
atau dengan dinding-dinding yang melintang. Susunan denah
dinding pun sangat menen-tukan kemampuan dinding sebagai
pemikul beban. Semakin banyak din-ding-dinding melintang,
semakin kuatlah susunan dinding bangunan, yang bersama-
sama merupakan suatu struktur yang kuat menghadapi

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


40
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

kekuatan-kekuatan horisontal, vertikal dan kekuatan tekanan.


Apakah dinding-dinding dibuat sebagai pemikul beban atau
bukan, hal itu tergantung juga dari susunan balok-balok dan
konstruksi atap diatasnya. Untuk rumah sederhana yang
mempunyai kap kayu yang baik dengan muurplaat yang kuat,
dinding tidak lagi memikul banyak. Harus .diingat juga, bahwa
pilar/tiang batu-batu setebal satu batu sering hanya berfungsi
sebagai pemikul kuat dengan kerja sama dengan dinding bata
disekelilingnya atau di kanan kirinya.
e. Untuk daerah-daerah kita yang kaya gempa bumi, seyogyanya
kita berusaha jangan memilih konstruksi dinding pemikul yang
panjang atau luas,iika tidak dibutuhkan sungguh-sungguh.
Sebaiknyalah kita pakai din-ding di dalam kerangka.
Kerangkalah yang memikul, sedangkan dinding-dinding hanya
bertugas sebagai pengisi dinding dan pemisah ruangan.
Sehingga seandainya pun dinding diambil keluar, kerangka
masih tetap kuat memikul beban dari atas. Tetapi sering
kerangka bersama dengan dinding pengisiannya memikul
beban. Dimana itu tidak diminta sungguh-sungguh, misalnya
demi ekonomi pembiayaan yang kurang dan sebagainya,
sebaiknyalah untuk daerah kita, fungsi kerangka dan fungsi
dinding penutup ruang dipisahkan saja. Itu pun menambah
kesempatan perubahan-perubahan pada dinding yang sering
harus kita lakukan dalam perkembangan pemakaian bangunan
dengan aman.

Fungsi Penutup Atau Pembatas Ruangan


a. Fungsi penutup atau pembatas ruangan dapat kita lihat sehari-
hari pada dinding. Pertama penutupan/pembatasan itu
menyangkut penglihatan (visuil) sehingga berkat dinding
manusia dapat terlindung dari pandangan orang lain yang tidak
sepantasnya, sehingga kepribadian dan martabat manusia

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


41
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

terjamin. Tidak segala hal dalam kejadian keluarga atau


perorangan pantas dilihat dan tidak segala hal yang kurang
sedap, misalnya jemuran pakaian atau tempat pembuangan
sampah layak masuk dalam pandangan mata. Perlindungan
terhadap pandangan orang yang tidak dikehendaki dalam
bahasa Inggris disebut privacy dan semakin hangsa kita
menginjak ke peradaban kota yang padat rumah, privacy
sernakin menjadi soal yang perlu mendapat perhatian penuh.
b. Dinding biasanya menutupi pandangan mata ke suatu ruangan,
te-tapi sebenarnya cara penutupan itu sendiri harus
berkebudayaan juga. Dengan kata lain dinding itu sendiri juga
harus sedap dipandang mata, tidak jorog atau rnenusuk
perasaan halus. Dinding kamar-mandi WC pun harus bersifat
demikian: menghalang-halangi pandangan mata, akan tetapi
dengan cara yang indah luwes. Maka dinding selain bersifat
pelin-dung privacy, sekaligus harus komunikatip juga,
bersahabat dengan pan-dangan manusia lain.
c. Sering kita tidak perlu menutup sesuatu ruangan dengan
dinding yang tak tembus pandang. Sering cukup pandangan
mata disaring sedikit, dengan dinding kerawang-kerawang
beton misalnya atau kerai, kisi-kisi, tirai semerawang dan
sebagainya. Bahkan sering tembus pandang juga bolch, seperti
dalam hal dinding atau panil kaca. Di sini pembatasan itulah
yang terpenting, bukan penghalangan pandangan.
d. Kerap kali kita butuh perlindungan juga terhadap bunyi atau
suara-suara yang mengganggu atau sebaliknya agar suara di
dalam suatu ruangan jangan keluar. Di sini pun dinding
berfungsi sebagai penutup atau pun pembatas ruang
pendengaran (auditip). Kita lalu memakai dinding pembatas
yang seratus prosen mengurung bunyi atau hanya disaring
diperlambut saja. Sebaiknya pernbatasan dan pengurungan
bunyi diusahakan semaksimal mungkin, karena suara tetangga

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


42
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

seumumnya tidak boleh didengar oleh tetangga lain. Batas


pendengaran antara tetangga seumumnya tidak boleh kurang
dari pada 48-50 foon.
e. Selanjutnya pelajarilah sekian banyak kemungkinan antara lain
fungsi hiasan, vang dapat kita manfaatkan dari dinding-
dinding. Dinding dalam arti selaput pemisah ruangan belaka
dapat kita pelajari contohnya dari gambar-gambar gaya
ruangan Jepang (gambar 172). Dinding-dinding sejenis ini
tidak harus rapuh. Tetapi keuntungannya yang terbesar adalah
di saat gempa bumi, yang membuktikan diri peri hal
keamanannya.

Menghadapi Alam Luar Dan Ruangan Dalam


a. Radiasi sinar cahaya dan sinar kalor dari matahari
b. Radiasi surnber-sumber kalor dari dalam
c. Isolasi atau penghalang kalor yang datang dari luar
d. Perneliharaan suhu yang diminta dalam ruangan
e. Pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dari luar
f. Pengatur derajad kelembaban di dalam ruangan
g. Pelindung terhadap arus angin luar
h. Pengaturan ventilasi di dalam ruangan.

Fungsi Keamanan
Dinding selalu diartikan oleh manusia selaku unsur
bangunan demi keamanan. Hal itu mudah dapat kita mengerti.
Akan tetapi kita harus ingat, bahwa keamanan rumah tidak hanya
tergantung dari kekuatan din-ding, seolah-olah semakin mirip
dinding benteng, rumah kita lalu dengan sendirinva aman.
Keamanan tergantung dari unsur rumah yang paling lemah, bukan
yang paling kuat. Bila kita punya benteng yang sangat kuat
dinding maupun pintu-jendelanya, akan tetapi ternyata bagian
atap dan plafond mudah sekali dimasuki pencuri, maka sia-sialah

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


43
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

saja dinding/pintu yang sangat kuat itu. Terlalu sering orang-


orang kita terlalu banyak menilai kekuatan dinding sebagai
ukuran terakhir akan keamanan, sehingga orang belum bisa puas
sebelum punya rumah dari batu-bata. Kekuatan dinding hanyalah
salah satu dari sekian banyak mata rantai keamanan bangunan-
bangunan kita. Tetapi bukan satu-satunya dan bukan juga yang
paling penting. Jikalau kita punya rumah dengan dinding bambu
misalnya, toh harta kita tetap bisa arnan, karena disimpan dalam
suatu peti yang sangat kuat dan yang sulit dihampiri pencuri tanpa
kelihatan.
Cara-cara lain masih banyak bisa dicari derni keamanan.
Namun benarfah, bahwa dinding-din-ding merupakan unsur
keamanan yang wajar. Tetapi batu-bata belum ten-tu lebih
menjamin keamanan dari bambu. Soalnya, membuat lubang
dalam dinding batu-bata jauh lebih tidak kentara dan tanpa suara
dari pada membuat lubang di dalam dinding bambu. Begitu juga
banyak bank besar di luar negeri sekarang menempatkan almari
hartanya tidak seperti dulu di ruangan di bawah tanah yang tak
bisa dilihat orang luar, tetapi justru di ruang hall muka yang
berdinding kaca, sehingga dapat dilihat oleh sctiap orang yang
lalu di jalan. Di sini dinding kaca ternyata lebih mengamankan
dari pada dinding tebal di bawah tanah, karena psikologis, orang-
orang khalayak ramai di luar bank ikut menjaga pula. Bila ada
perampok ingin membuka almari uang itu, setiap orang yang
lewat atau tetangga langsung bisa melihatnya dan segera bisa
tilpon ke polisi. Dari sebab itu benarlah, bahwa bahan dinding
yang kuat memuaskan sebagai pelindung kearnanan, akan tetapi
janganlah hendaknya kita menilai ber-lebihan kemampuannya
sebagai penjamin keamanan. Begitulah dinding pagar halaman
yang tebal tinggi dan rapat pandang belum tentu lebih aman dari
pagar yang tembus pandang.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


44
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Masalah-Masalah Fisika Bangunan Dinding Luar


a. Masalah-rnasalah fisika-bangunan yang menyangkut dinding-
luar sudah kita perhatikan lebih dalam. Kita harus waspada
menghadapi konstruksi-konstruksi baru yang semakin
mendesak cara-cara lama. Apa yang dikatakan di sini tentang
dinding luar berlaku juga untuk atap, Iebih lagi atap-datar,
tetapi tidak berlaku untuk dinding-dinding yang diletakkan di
dalam rumah atau bangunan. Dinding luar mempunyai
beberapa fungsi pokok, yang berlaku untuk segala macam dan
bentuk dinding dari bahan apapun, di luar fungsi pemikul
beban yang sudah diterangkan dalam pasal-pasal yang lalu
(dan yang lebih berkisar dalam bidang statika dari pada fisika-
bangunan dalam arti yang khusus). Seharusnya bahan dinding
berlapis tunggal diharapkan dapat menjawab tuntutan-tuntutan
fungsionil dinding-Iuar. Akan tetapi hal itu jarang mungkin,
karena sifat bahan tertentu boleh jadi sangat bagus mengatasi
persoalan fungsi yang satu, tetapi kurang tepat untuk fungsi
yang lain. Jadi orang terpaksa mengambil cara: beberapa bahan
yang disatukan, sehingga bermacam-macam bahan dapat
mengatasi secara bersama persyaratan sebanyak mungkin.
Dengan kata lain, kita akan terdorong untuk membuat dinding-
dinding yang terdiri dari pelbagai lapisan, atau dinding-
berlapis-majemuk.
b. Dalam perkembangan teknologi yang sedang datang, dari
pabrik akan ditawarkan bermacam-macam model dinding
berlapis majemuk. Tetapi dari praktek kita sehari-haripun kita
sudah bisa membuat sendiri dinding-dinding .majemuk.
Misalnya dinding batu-bata yang diplester dan dicat, papan-
kayu yang dilapisi tir, dinding atas alias atap yang terdiri dari
langit-langit dan penutup atap dan sebagainya. Tetapi yang
dimaksud sebenarnya dalam istilah dinding berlapis majemuk
ialah dinding yang berlapis-lapis secara langsung. Tetapi

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


45
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

secara prinsipiil permasalahannya sama, karena dalam kasus


atap konvensionil bertutup genting misalnya, hawa-udara di
antara genting dan langit-langit bisa dianggap sebagai dinding
berupa bantalan hawa-udara.
c. Tetapi untuk selanjutnya kita hanya akan membicarakan
dinding-dinding berlapis majemuk yang lapisan-lapisannya
melekat langsung atau hanya dengan jarak yang sangat pendek.
Atau lebih tepat bila kita katakan, bahwa kita harus mengenal
dulu fungsi-fungsi fisika bangunan apa yang dibebankan
kepada dinding. Baru kita nanti menentukan kebijaksanaan,
sistim dinding yang mana yang agaknya paling tepat untuk
suatu keperluan atau tempat tertentu.
d. Pertama kita akan cenderung untuk mencari dinding-dinding
yang setipis dan seringan mungkin, karena tentulah lebih
ekonomis, terutama bila kita menghadapi masalah bangunan
bertingkat-banyak atau kita ting-gal di kepulauan agak jauh
dari pusat-pusat perdagangan, sehingga faktor biaya
pengangkutan sangat tinggi. Tetapi barangkali juga
memanglah dalam alam modern ini kita ingin fleksibel dalam
pngaturan atau perluasan rurnah dan sebagainya. Maka
perlulah kita untuk mengetahui beberapa persoalan pokok
fungsi dinding dari segi fisika bangunan.

Fungsi-Fungsi Dinding Luar


a. Dinding luar menghadapi soal radiasi matahari. Maka dinding
luar harus bagus memantulkan kembali atau
menyerap/meneruskan radiasi matahari dari luar, menurut
kebutuhan. Di sini timbul soal cahaya-matahari. Hal itu
menjadi penting, apabila dalam selera modern sekarang ini,
kita semakin senang dengan gaya-arsitektur terbuka dengan
penggunaan bidang-bidang kaca yang luas.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


46
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.10. : Skema Fungsi Dinding Luar.


(Sumber : Pengantar Fisiska Bangunan, Y. B. Mangunwijaya, 1980.)

b. Dari pihak lain, menghadapi persoalan ruangan dalam, kitapun


dihadapi soal radiasi yang berasal dari sumber-sumber radiasi
di dalam ruangan. Di dapur misalnya atau didalam kamar-
tidur, perapian dan manusia merupakan sumber-sumber kalor
juga. Begitu juga lampu-lampu bergclombang panjang maupun
pendek. Di sini timbullah masalah kondensasi atau embun di
luar atau di dalam ruangan, bahkan di dalam bahan dinding itu
sendiri. Maka perlulah di sisi dalam ada lapisan yang cukup
higroskopis, artinya menyerap. kelembaban pada saat-saat
tertentu dan mengembalikan kelem-baban itu pada saat-saat
lain, tanpa menimbulkan air kondensasi. Jelaslah, bahwa
persoalan plesteran, cat atau lapisan kertas hias sebagai lapisan
paling luar dari dinding yang ada di sisi di dalam ruangan

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


47
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

bukanlah soal yang boleh diambil gampang. Plesteran beton


misalnya yang mengganti plesteran kapur yang higroskopis,
seperti yang dilakukan di dalam pembangunan sekarang,
bukanlah soal netral belaka. Terutama bila kita membangun di
daerah-daerah yang dingin di pegunungan dan lemba h .
c. Masalah ketiga menyangkut soal suhu, penghalang kalor dan
sebagainya yang datang dari luar. (lihat pasal 6). Semakin
dinding menjadi tipis, semakin kecil juga daya penghalang
pemasukan kalor dari luar yang bisa membuat ruangan sangat
panas. Din-ding semen-asbes misalnya atau genting keramik
yang tipis mudah sekali membuat ruangan menjadi panas bila
tidak ditambahi lapisan peng-halang panas yang efisien. (Ingat
fungsi langit-langit dan rongga hawa-udara di antara langit-
langit dan genting). Perhatikan juga, di mana sebaiknya lapisan
isolasi panas dari luar itu diletakkan. Tidak di sisi dalam tetapi
di sisi luar, di bawah dipasang penghalang kelembaban dan air
hu-jan dari luar
d. Masalah keempat masih menyangkut soal suhu, tetapi terhadap
kea-daan di dalam ruangan. Keadaan suhu di dalam ruangan
sebaiknya jangan mudah tergoncang-goncang oleh pergantian
suhu udara luar, siang atau malam. Juga bila dinding diisi yang
langsung terkena matahari, dinding harus bisa mengatur atau
merupakan bantalan "elastis" yang mengurangi kegoncangan
yang sangat terasa bagi penghuni rumah. Dengan kata lain,
dinding harus memiliki daya penampung kalor atau daya
penggunaan kalor, agar pada saat suhu tiba-tiba menurun,
ruangan tidak terlalu lekas menjadi dingin. Dan sebaliknya,
bila suhu tiba-tiba naik, ruangan jangan terlalu cepat harus
mengikuti suhu luar. Bila dinding semakin tipis, hal itu sulit
diatasi. Sebab, dinding teballah yang merupakan tempat
penumpukan kalor dari luar atau pun tabungan kalor yang
diperl ukan dalam saat- saat dingin.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


48
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

e. Dinding punya tugas juga melindungi penghuni atau barang-


barang tertentu dari hempasan angin maupun hujan. Dalam
soal ini, bahan din-dinglah yang memegang peranan penting
bersama dengan atap. Dinding kaca misalnya sangat bagus
untuk melindungi ruangan dalam dari angin tanpa
mengorbankan pemandangan keluar. Akan tetapi kaca sangat
peka terhadap kotoran dan selalu harus dibersihkan agar tidak
kelihatan kotor. Ukuran kaca harus diperhatikan untuk
menahan daya tekanan/hisapan angin. Suatu diagram yang
praktis untuk menentukan tebal kaca yang mamadai tekanan
angin pada luas bidang tertentu dapat anda pakai sebagai
pegangan. Tetapi hal itu selalu harus dicocokan lagi dengan
pengalarnan praktek, karena masalah konstruksi yang memakai
kaca akan bersua dengan soal suhu, pemuaian dan sebagainya.
Sering dinding-dinding tua atau yang sudah sangat sulit
diperbaiki perlu ditutupi dengan suatu "sarung" atau baju
dinding kedap air seperti semen asbes, seng dan sebagainya.
Perlu diperhatikan di sini ialah jalan ventilasi dan peredaran
hawa udara di belakang "sarung" atau baju dinding tersebut.
Hempasan hujan yang sering datang dengan sudut datar sekali
dan menghembus ke dalam ruangan juga harus dihalangi oleh
suatu dinding, walaupun tipis sekali pun. Disini kisi-kisi atau
dinding-dinding yang tidak rapat bisa menghalangi hempasan
juga, berkat konstruksinya yang khusus. Dinding-dinding yang
terbuat dari bahan kayu dan yang kerap men-dapat hempasan
angin lembab atau hujan perlu dicat agar tidak lekas busuk.
Selain itu bagian dinding yang bagus sebaiknya diletakkan
minimal 60 cm di atas tanah, agar tidak terkena cipratan air-
hujan dan menjadi sangat kotor/busuk. Dinding yang setengah
tembus pandang dan yang bisa melindungi juga terhadap
angin/hujan sampai taraf tertentu adalah rambatan-rambatan
tanaman yang lebat, seperti bougainville dan sebagainya.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


49
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

f. Masalah keenam masih menyangkut kelembaban ruangan yang


ditutup oleh dinding luar itu. Suatu lapisan penghalang arus
kelembaban harus dipasang di dalam dinding, apabila suatu
ruangan tertentu (misalnya temOt cucian atau ruangan kamar-
mandi) terlalu basah dan banyak kemungkinan uap-air akan
mengarus dari dalam ke dinding dan begitu bisa merusak
dinding karena gejala kondensasinya. Itu selalu terjadi apabila
di sisi luar yang merupakan daerah dingin malam hari)
dipasang suatu lapisan penghalang angin atau kelembaban (air-
hujan) yang terlalu rapat, sehing-ga mendekati kedap-air. Hal
itu tidak terjadi, apabila dinding dibuat homogen dan arus uap-
air dapat langsung berdifusi keluar.
g. Masalah ketujuh menyangkut arus angin dari luar. Terutama di
tempat-tempat pegunungan tinggi yang berhawa dingin, arus
angin yang merembes ke dalam melalui dinding dapat
membuat ruangan sangat dingin. Ditambah dengan pengaruh
konveksi hawa-udara di dalam dinding, daya penghangatan
ruang bisa sangat menurun tanpa mudah dikontrol. IJntuk
mengatasi itu harus dipasang suatu lapisan rapat-angin di luar.
Akan tetapi jangan terlalu rapat sehingga menghalang-halangi
pernafasan dinding.
h. Masalah ke delapan masih menyangkut persoalan arus hawa
udara, tetapi dilihat dari ruang dalam. Jelaslah, walaupun
dinding bertugas un-tuk menghalang-halangi angin masuk
ruangan, akan tetapi di dalam daerah tropik lembab kita ini,
dinding sekali-gus merupakan pengatur ventilasi yang mutlak
perlu. Atau lebih tepat dikatakan kerapatan din-ding harus kita
atur, agar tetap memiliki bagian-bagian yang berlobang demi
pengaturan pergantian hawa udara. Dari segi pandangan ini
dinding bilik bambu benar-benar ideal. Dari pihak satu dinding
bilik cukup melindungi manusia dari angin, akan tetapi masih
memungkinkan ventilasi alami di dalam niangan.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


50
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

II.3.4. Prinsip Lokalitas terhadap Lingkungan Binaan


Bangunan selalu mendasar pada kondisi lingkungan sekitar
menyangkut sumber daya alam, manusia, potensi dan budaya. Sehingga
muncul pada keputusan penggunaan konstruksi beserta materialnya,
pemberdayaan tukang dari warga sekitar, pemilihan bentuk dan citra
bangunan. Bangunan mendasarkan diri dengan budaya dan kebijakan
sekitar sehingga bangunan melebur dan harmonis dengan lingkungan.
Material diambil dari potensi lingkungan sehingga tukang atau ahli
yang mengolah juga warga sekitar, lokalitas ini mampu meningkatkan
kinerja warga dan menumbuhkan keakraban antar manusia. Bangunan juga
memiliki ruang bersama yang mampu mengakomodasi aktivitas bersama
warga sekitar, hal ini justru membuat bangunan terus berdiri dalam waktu
yang lama karena warga merasa saling memiliki.
Y. B. Mangunwijaya dalam Pengantar Fisika Bangunan (1980)
mengemukakan faktor pemilihan bahan atau material bangunan yang
berkaitan dengan prinsip lokalitas terhadap lingkungan binaan sebagai
berikut.

II.3.4.1. Sifat Fisik


Setiap bahan punya sifat fisik, ciri-ciri kelakuan, dan
reaksi terhadap pengaruh-pengaruh luar. Kita harus teliti dan jujur
dalam pemakaian dan penempatan mereka. Kita harus menangkap
apa koderat mereka dan daerah pemakaian mereka yang wajar.
Batu alam misalnya ataupun batu beton memang bahan yang
sungguh-sungguh kuat dan tahan terhadap daya tekan, akan tetapi
tidak tahan terhadap daya-daya tarik. Oleh karena itu penempatan
bahan batu juga harus cocok dengan sifat fisikalis itu:
ditempatkan di tempat-tempat, di mana tenaga-tenaga tekan
paling merajai. Dan jangan dijadikan misalnya batang-tarik
sesuatu kuda-kuda. Sebaliknya kabel baja sangat tahan terhadap
daya tarik dan karena itu dipakai untuk tali-tali jembatan gantung
yang bisa mengangkat beban sangat berat. Akan tetapi kabel baja

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


51
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

tidak bisa dipakai untuk dijadikan tiang, yang harus menahan


tenaga-tenaga tekan. Tetapi kayu sangatlah luwes. Ia bisa
bertahan dan baik dipakai untuk unsur-unsur bangunan yang
rnendapat beban tekanan, seperti tiang, alas dan sebagainya. Akan
tetapi ia juga bertahan terhadap daya-tarik, sehing-ga batang tarik
kuda-kuda dari kayu sangat tepat. Begitu juga terhadap dava
lenturan ia cukup elastis, sekali pun terbatas. Namun ia kalah ber-
tahan terhadap daya-tarik dari pada batang baja.
Seumumnya pemilihan bahan yang ingin kita pakai
pertama harus menjawab pertanyaan seperti :
 Unsur material harus dapat bertahan terhadap daya dan/atau
tenaga apa (daya tarik, daya tekan, daya lentur, dan lain-lain.)
 Berapa beban maksimal tarik-tekan-lentur yang tidak boleh
dilampaui bila memakai bahan tersebut.

II.3.4.2. Ekonomi Penyediaan Bahan


Perlu ditanyakan juga, apakah bahan-bahan tertentu
mudah terdapat di dalam daerah itu ataukah harus mencarinya
jauh sekali. Apakah pertimbangan pengangkutan bahan itu jauh
atau dekat? Seumumnya kita wajib memanfaatkan bahan-bahan
yang paling dekat terdapat dalam suatu tempat. Pemakaian bahan
lain yang jauh dan mahal pengangkutannya mungkin bisa saja
kita usahakan, akan tetapi dari segi kebudayaan arsitektur dan
metode kerja jelaslah salah. Setiap pemakaian bahan asing dan
yang sulit didapat dalam daerah lokal, sekaligus akan
menurunkan nilai arsitektural (kebudayaan) gedung tersebut.

II.3.4.3. Kemampuan Tukang dan Pekerja Lokal


Pemakaian tenaga tukang asing yang berkelebihan
menurunkan nilai budaya gedung itu dan sebenarnya tidak susila
juga. Terutama bagi suatu negara yang banyak sekali
pengangguran. Tetapi sering untuk tujuan-tujuan tertentu kita

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


52
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

harus membawa tukang yang tidak "pribumi" untuk daerah


pembangunan tertentu. Itupun harus selalu dis-ertai dengan
kebijaksanaan, agar hanya tukang-tukang inti saja yang nriernang
sulit diganti, dipekerjakan sebagai "tukang impor". Sedangkan
tenaga tukang atau pekerja lainnya yang tidak mutlak demi
kelancaran karya, harus kita ambil dari daerah lokal di situ. Selain
dalam hal tenaga atau tukang, juga dalam hal teknik pengerjaan
karya kita harus sejauh mungkin menyesuaikan diri dalam
pemilihan bahan. Itu tidak berarti, bahwa kita tidak boleh
memasukkan teknik-teknik dan cara-cara pengerjaan baru atau
pun memilih bahan-bahan baru yang belum lazirn dipakai. Baik
pemilihan bahan maupun pengolahannya kita harus progresip,
selalu maju dan serba meremajakan, memperbaharui diri.

II.3.4.4. Ungkapan Bahasa Budaya Dari Bahan Yang Dipilih


Pernilihan bahan harus selaras juga dengan ungkapan
bahasa apa yang ingin dilahirkan oleh sesuatu bahan atau ko.
nstruksi. Misalnya bahan batu-alam selalu membahasakan
keteguhan, kestabilan, sesuatu yang berat, padat, tahan serangan,
benteng perlindungan dan sebagainya. Sedangkan kaca mem-
bahasakan sesuatu yang membatasi, namum terbuka, tanpa tedeng
aling-aling, namun tidak campur-baur. Jendela berkaca
menunjukkan sikap penghuni yang memang juga demikian
jiwanya, sadar ke dalam narnun suka rnelihat ke luar. Bangunan
dengan kaca-kaca besar dan luas jelas lebih mcngesankan sikap
pemakainya yang lebih terhuka dan meng-harapkan kesatuan
karya dengan orang-orang di luar gedung (kantor pelayanan
masyarakat misalnya) dari pada benteng pertahanan yang jelas
tidak akan memakai jendela-jendela kaca yang luas. Benteng akan
me-makai jendela-jendela yang sangat sempit kecil dan
keseluruhannya serba tertutup dan memang bahasa yang
diucapkan dalam bahan maupun pengerjaannya mengatakan

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


53
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

scsuat u pertahanan, sesuatu permusuhan. Bahan yang dipakai


tentulah beton-baja atau jendela berdaun baja, dan bukan kaca
atau pun kayu. Begitu juga bahan yang dipakai untuk atap sangat
berbicara. Atap dari seng atau dari sirap jelas menunjukkan dua
dunia yang berlainan. Demikian juga pagar-halaman terdiri dari
dinding tinggi rapat dan dari anyaman bambu- bambu yang jarang
berlainan bahasanya. Setiap bahan punya bahasa masing-masing
dan kita harus belajar peka terhadap warta dan watak bahan
bangunan. Tidak semua bahan bangunan cocok dengan bangunan
yang ingin kita dirikan. Bangunan Taman Kanak-kanak punya
watak dan warta sendiri yang lain dari pada suatu paberik
misalnya. Begitu juga masjid atau gereja ingin rnembahasakan di
dalam bahan bangunannya, sesuatu yang tidak terdapat dalarn
misalnya hotel atau gedung bioskop. Pemilihan bahan untuk
gedung-gedung semacarn itu harus berhati-hati dan selaras. Dan
sean-dainya pun dibuat dari bahan yang sama, seyogyanya
penggarapannyalah yang berlainan. Detnikianlah kita jujur dan
berbudaya dalam mem-bangun. Tidak asal pakai ini itu tanpa.
pertimbangan yang lebih rohani dan dalam. Barulah nanti kita
akan menghayati, .bahwa bahan dan bangunan pun punya bahasa
masing-niasing, punya warta, tentang tugas bangunan itu sendiri,
namun juga tentang siapa dan untuk siapa bangunan dibuat.

II.3.4.5. Kemungkinan Pengontrolan dan Pemeliharaan


Salah suatu faktor pertimbangan penting dalam pemilihan
bahan adalah juga faktor kemungkinan-kemungkinan
pengontrolan dan peme-liharaan dalam jangka waktu sesudah
pembangunannya. Ada bahan-bahan yang sangat bagus dan tepat
bila dipilih dan dikerjakan dalam suatu pembangunan. Akan
tetapi pemeliharaan selanjutnya bahan itu membutuhkan kontrol
yang sangat teliti dan ketat. Apakah tidak lebih bijak-sana untuk
memilih bahan bangunan lain dengan cara pemeliharaan yang

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


54
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TINJAUAN PUSTAKA

lebih sederhana dan tidak teramat peka terhadap erosi keawetan


oleh perjalanan waktu? Hal-hal semacam itu sering praktis
dituntut dari sicuasi dan kondisi suatu daerah yang jauh serta sulit
dicapai. Terutama dalam keadaan kita masih kekurangan ahli dan
tukang-tukang yang terlatih.

II.4. KESIMPULAN TINJAUAN PUSTAKA


Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat disimpulkan teori yang menjadi
landasan penelitian adalah 4 (empat) aspek yang mendasari rancangan tektonika
arsitektur yang baik menurut Rembulan (2013), yaitu :
 Kejujuran Struktur
 Sistem Struktur Ringan
 Aspek Fisika Bangunan
 Prinsip Lokalitas terhadap Lingkungan Binaan.

Keempat aspek diatas akan menjadi landasan teori dalam studi lapangan
atau observasi dengan teori-teori pendukung pada tinjauan pustaka.

KAJIAN ASPEK TEKTONIKA ARSITEKTUR


55
PADA RUMAH TINGGAL KARYA ARSITEK YU SING LIEM

Anda mungkin juga menyukai