Anda di halaman 1dari 6

DAFTAR PUSAKA

http://xccholish.blogspot.co.id/2015/02/perkembangan-arsitektur-
1.html
http://mediaindonesia.com/news/read/28720/keunikan-rumah-
adat-minahasa/2016-02-14
https://odeammooa.wordpress.com/2015/06/09/kondisi-masa-kini-
arsitektur-tradisional-rumah-adat-minahasa-sulawesi-utara-dan-
rumah-adat-suku-dayak-kalimantan-timur/
ANALISIS ASPEK TEKTONIKA RUMAH ADAT
MINAHASA

A. INFORMASI UMUM
Rumah adat minahasa yang berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara. Rumah Wale atau
Rumah Waloan, begitu sebutan untuk rumah adat Minahasa ini. Rumah adat Minahasa
berbentuk rumah panggung yang dibangun di atas tiang dan balok yang di antaranya
terdapat balok yang tidak boleh disambung.
Rumah adat minahasa difungsikan sebagai rumah tinggal dengan hanya terdapat satu
kepala keluarga. Pada bagian depan bangunan terdapat emperan (setup), pada bagian
dalamnya terdapat ruang tamu (leloangan), ruang tengah (pores), dan kamar tidur.
Ciri khas rumah minahasa ini adalah rumah panggung yang mempunyai 16-18 tiang
penyangga yang memberikan kesan estetika. Selain itu, rumah ini juga memiliki tangga
kembar pada bagian depan bangunan.

B. GAGASAN ARSITEKTURAL
a. Guna
Rumah yang berbentuk panggung ini mempunyai konstruksi yang kuat agar tidak
rubuh saat gempa. Selain itu, alasan mengapa berbentuk rumah panggung ialah agar
bagian bawah rumah dapat digunakan sebagai tempat menyimpan hasil panen,
menghindari serangan hewan buas, dan jika terjadi bencana banjir, air tidak akan masuk
kedalam rumah. Material kayu yang digunakan untuk membangun rumah ini juga memiliki
karakteristik khusus.
Ruang paling depan atau setup berfungsi untuk menerima tamu bila terdapat upacara
keluarga dan dapat digunakan sebagai tempat makan untuk tamu. Ruang tengah (pores)
difungsikan untuk menerima kerabat dekat dan ruang tidur untuk orang tengah dan anak
perempuan. Pada bagian belakang rumah terdapat balai-balai yang befungsi sebagai
tempat penyimpanan peralatan dapur, serta tempat mencuci. Dan sisi atas rumah atau
loteng (soldor( difungsikan sebagai tempat penyimpanan hasil panen.
Di bagian depan rumah, terdapat dua tangga kembar. Tangga sebelah kiri digunakan
untuk tamu yang berkunjung. Selesai berkunjung, tamu akan keluar dan meninggalkan
rumah lewat tangga sebelah kanan. Jika tamu turun dari tangga sebelah kiri, itu pertanda
tamu yang memiliki niatan buruk.
Tangga kembar juga berperan khusus saat terjadi pinangan secara adat minahasa.
Pihak laki-laki yang ingin meminang gadis yang tinggal dirumah itu, harus masuk dengan
menaiki tangga sebelah kiri. Jika keluarga laki-laki keluar dari rumah dengan menuruni
tangga kanan, itu artinya pinangan mereka diterima. Sedangkan, jika keluarga laki-laki
turun melewati tangga kiri, itu artinya pinangan ditolak tuang rumah. Setiap anak tangga
juga mengartikan tingkatan jumlah harta untuk mempelai wanita.

b. Citra

Tangga kembar pada bagian depan


rumah memiliki filosofi tersendiri bagi
masyarakat minahasa. Menurut kepercayaan
nenek moyang, perletakan tangga tersebut
adalah apabila ada roh jahat yang mencoba
naik dari salah satu tangga, maka roh jahat
itu langsung tersebut akan kembali turun di
tangga yang sebelahnya.
Selain itu, arah orientasi rumah ditentukan oleh Tonaas, yaitu yang memperoleh
petunjuk dari Empung Walian Wangko atau Tuhan. Tiang pada rumah ini juga memiliki
kedan estetika tersendiri.
Keunikan pada rumah adat minahasa ini juga terlihat pada ornamen dan ragam hias
yang digunakan. Ornamen dan ragam hias digunakan sedikit mungkin yang menyiratkan
karakteristik orang Minahasa yang bersahaja dan cenderung lebih fokus pada praktis
kehidupannya.
Corak ragam hiasnya bersumber dari bentuk-bentuk alamiah (flora dan fauna) yang
menunjukkan tingginya apresiasi masyarakat Minahasa atas lingkungam alami yang di
pandang sebagai berkah dari sang Opo Empung (Tuhan). Corak ornamentasi dan dekorasi
geometris menunjukkan tingkat ketertarikan masyarakat Minahasa yang tinggi terhadap
corak budaya yang datang dari pendatang asing, selama budaya tersebut di pandang
positif.
Ornamen-ornamen yang berada pada rumah adat Minahasa ini memiliki arti.
Ornamen yang berbentuk naga di samping kanan dan kiri rumah mengartikan bahwa
masyarakat Minahasa tidak gentar dan tidak takut. Selain itu, warna merah pada ornamen
hiasan mengartikan keberanian
Selain dari tangga, arah orientasi, ragam hias, maupun ornamen, pada material atap
juga terdapat filosofi tersendiri. Bahan atap tidak menggunakan bahan genteng, karena
menurut masyarakat Minahasa tidak baik jika hidup dibawah tanah, karena genteng
berbahan dasar tanah yang kotor. Mereka beranggapan bahwa hanya orang yang
meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah tanah.

C. MATERIAL
Bahan material yang di gunakan pada rumah adat ini adalah kayu dari pohon yang
diambil dari hutan, yaitu kayu besi, linggua, jenis kayu cempaka utan atau pohon wasian,
jenis kayu nantu, dan kayu maumbi. Material kayu besi digunakan untuk tiang, kayu
cempaka untuk dinding dan lantai rumah, dan kayu nantu untuk rangka atap.

D. STRUKTUR
a. Pondasi

Bagian pondasi bangunan menggunakan material batu, beton, dan kayu atau kayu
kelapa. Ukurannya tergantung oleh volume bangunan rumahnya.
Konstruksi knockdown dan kancing dobel digunakan pada bagian pondasi dan balok
tanpa adanya paku. Dengan material kayu kelapa yang berusia minimal 10 tahun lebih dan
tinggi pohon minimal 15 m, serta berdiameter 18-20.

b. Kolom
Untuk kolom atau tiang, materialnya menggunakan kayu besi atau bisa kayu eboni.
Hubungan tiang dan balok dikancing antara 2 ruas kayu dengan pasak dan pen. Terdapat
16-18 tiang penyanggah dengan tinggi tiang sekitar 1,5 m-2,5 m dan berukuran 50-80 cm.
Kolom dibuat terus bersambung dan tidak terputus. Hampir semua rangka pemberi bentuk
saling terpaut.
Banyaknya kolom pada rumah adat ini memberikan suatu estetika tersendiri pada
rumah.

Kolom yang memberikan


kesan estetika

c. Badan Bangunan (Dinding)


Material dinding terbuat dari kayu lunak seperti kayu cempaka dan kayu merah.
Dinding ini menggunakan sistem sambungan pen.

Sambungan antara balok


dan dinding
d. Atap
Rangka atapnya adalah gabungan bentuk pelana dan limas dengan konstruksinya
berupa konstruksi kayu atau bambu batangan yang diikat dengan tali ijuk pada usuk dari
bambu. Materialnya menggunakan rumbia.

Pembuatan rangka atap

Sambungan pada atap

Anda mungkin juga menyukai