Anda di halaman 1dari 40

IR. MARTIN BARON, IAI.

1
PENDAHULUAN
Provinsi Kepulauan Riau merupakan Provinsi ke 32 di Indonesia yang
pembentukannya disahkan pada tanggal 24 September 2002 berdasarkan UU
nomor 25 tahun 2002.
Sejak dibentuk, Provinsi Kepulauan Riau belum memiliki model Bangunan
Bergaya Arsitektur Melayu yang menjadi panduan dalam membangun
bangunan awam, Gedung Kantor dan Balai Adat.

Batas wilayah administrasi Provinsi Kepulauan Riau

PERAN DARI IKATAN ARSITEK INDONESIA (IAI) KEPULAUAN RIAU DALAM


MENYUSUN RANCANGAN BANGUNAN BERGAYA ARSITEKTUR MELAYU
KEPULAUAN RIAU

IR. MARTIN BARON, IAI. 2


Kegiatan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) daerah Kepulauan Riau dengan
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam mengidentifikasi dan merumuskan
bersama bangunan bergaya Arsitektur Melayu Kepulauan Riau :

A. Seminar Nasional Arsitektur Melayu : “Sebuah Upaya Peneguhan


Identitas”, sabtu 30 November 2013 di Harris Hotel, Batam Centre.

Mengundang pakar-pakar Arsitektur Melayu serumpun :

1. Prof. Madya Dr. Raja Nafida Raja Shahminan, dari Pusat Kajian
Alam Bina Dunia Melayu (KALAM) Universiti Teknologi Malaysia.
2. Prof. Syed Zain al-Abidin Idid, Dr.Eng (Tokyo) dari Urban Design &
Conservation Research Unit (UDCRU) Universiti Teknologi Malaysia.
3. Prof. Ir. Totok Roesmanto, M.Eng, Ketua Program Studi S1
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang dan
Ketua Tim Ahli Bangunan Cagar Budaya Jawa Tengah.
4. H. Maaz Ismail dari Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau.

B. Rekam Jejak Arsitektur Melayu tahun 2014, melakukan survey dan


kompilasi data bangunan rumah bergaya Arsitektur Melayu di beberapa
kota :

1. Johor – Malaysia, tanggal 1-6 Juni 2014.


2. Penyengat, Kota Tanjungpinang – Kepulauan Riau, tanggal 15 Juni
2014.
3. Daik dan Dabo Singkep, Kabupaten Lingga – Kepulauan Riau,
tanggal 28-31 Agustus 2014
4. Sambas dan Mempawah – Kalimantan Barat, tanggal 1-4 Oktober
2014.
5. Serdang Bedagai – Sumatera Utara, tanggal 28 Oktober-2 November
2014.

C. Simposium Arsitektur Melayu : Rekam Jejak Arsitektur Melayu, sabtu, 8


Desember 2014, Harris Hotel, Batam Centre.

Pembicara pada simposium ini :


1. Dra. Hj. Tengku Mira Sinar, Ketua Yayasan Kesultanan Serdang.
2. Prof. Ir. Totok Roesmanto, M.Eng, Ketua Program Studi S1
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang dan
Ketua Tim Ahli Bangunan Cagar Budaya Jawa Tengah.

IR. MARTIN BARON, IAI. 3


3. Ir. Martin Baron, IAI., R. Agung Sedayu, ST., IAI., Kezia Sari Dewi,
ST,. M.Sc. IAI., anggota Tim Survey dan anggota IAI Kepulauan
Riau.

D. Penerbitan Buku : Rekam Jejak Arsitektur Melayu tahun 2015.

E. Rekam Jejak Arsitektur Masjid Raya Sultan Riau, Pulau Penyengat,


survey dan kompilasi data Masjid Raya Sultan Riau, 15-16 Agustus 2015.

F. Seminar Arsitektur Melayu : Rekam Jejak Arsitektur Melayu Masjid Raya


Sultan Riau, Pulau Penyengat, Sabtu, 19 Desember 2015, Harris Hotel,
Batam Centre.

Pembicara pada seminar ini :

1. Raja Haji Abdurrahman SJ, Ketua Pengurus Masjid Raya Sultan


Riau, Pulau Penyengat.
2. Ir. Martin Baron, anggota Tim Survey dan anggota IAI Kepulauan
Riau

G. Penyusunan Naskah Akademik Bangunan Berciri Khas Melayu


Kepulauan Riau tahun 2017

Tim Penyusun :

1. Dr. Drs. H. Abdul Malik, M.Pd., Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjungpinang.
2. Ir. Supriyanto, MT. IAI dan Ir. Martin Baron, IAI. dari Ikatan Arsitek
Indonesia daerah Kepulauan Riau.

Kajian-kajian akademik ini berkesimpulan mengusung bangunan-bangunan


peninggalan sejarah Arsitektur Melayu Lingga menjadi Dasar Perencanaan dan
Perancangan Bangunan Bergaya Arsitektur Melayu Kepulauan Riau.
DASAR PEMIKIRAN SEBAGAI DASAR LANDASAN PERANCANGAN
BANGUNAN BERGAYA ARSITEKTUR MELAYU KEPULAUAN RIAU
Dasar pemikiran adalah gagasan yang mendasari dibuatnya proses
perencanaan dan perancangan bangunan bergaya Arsitektur Melayu Kepulauan
Riau.
Batasan perencanaan dan perancangan bangunan bergaya Arsitektur Melayu
Kepulauan Riau, adalah :
A. Belum ditetapkannya bangunan bergaya Arsitektur Melayu Kepulauan
Riau sejak terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau hingga saat ini, sebagai

IR. MARTIN BARON, IAI. 4


acuan pembangunan gedung-gedung pemerintahan dan umum di wilayah
Kepulauan Riau.
B. Lingga sebagai Pusat Peradaban Melayu sejak berdirinya Kerajaan Johor-
Pahang-Riau-Lingga dan Riau-Lingga, Wilayah Peradabannya meliputi
seluruh Kepulauan Riau.
C. Rekam sejarah Arsitektur Melayu yang berkembang di wilayah
Kesultanan Johor-Pahang-Riau-Lingga dan Kesultanan Riau-Lingga,
menjadi bukti bahwa Arsitektur Melayu telah berkembang baik di tangan
pembesar-pembesar Kesultanan dan di tengah masyarakat Daik, Dabo,
Penyengat dan Bintan.
D. Karya Arsitektur yang menerapkan Arsitektur Melayu Riau-Lingga
generasi pertama yang terbangun di Daik Lingga dapat dipastikan adalah
bangunan-bangunan di dalam kompleks Istana Damnah dari Kesultanan
Melayu Riau-Lingga. (Roesmanto, 2013).
E. Obyek Kajian Perencanaan dan Perancangan meliputi Rumah-Rumah
Melayu di Daik dan Dabo Singkep, Kompleks Situs Istana Damnah, dan
Gedung Lembaga Adat Melayu Lingga.
F. Bangunan yang direncanakan mengikuti kaidah-kaidah dan filosofi
meliputi Adat Istiadat, Budaya dan Seni Bina Bangunan Bergaya
Arsitektur Melayu yang berkembang di Kepulauan Riau, khususnya di
Lingga.
G. Acuan perencanaan dan perancangan adalah bangunan-bangunan yang
terdapat di Kabupaten Lingga dan Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang.
Kedua tempat ini adalah merupakan pusat peradaban Melayu Lama sejak
zaman Kerajaan Riau-Lingga. Bahkan Lingga disebut juga sebagai Bunda
Tanah Melayu. Dengan mengambil landasan rancang bangun, bangunan
peninggalan Kesultanan Riau-Lingga berupa situs cagar budaya yang
masih ada, replika bangunan, bangunan-bangunan lainnya yang masih
ada sebagai bangunan pelestarian cagar budaya serta bangunan baru
terbangun yang menggunakan kaidah-kaidah seni bina bangunan Melayu
yang berkembang dari dulu hingga sekarang.
H. Obyek panduan yang menjadi landasan perencanaan dan perancangan
ini diantaranya adalah : Replika Istana Damnah, Situs Istana Damnah,
Gedung Lembaga Adat Melayu Lingga, Museum Lingga, Cagar Budaya
Rumah Melayu Lama dan Rumah-rumah Melayu yang masih terdapat di
Kabupaten Lingga. Sedangkan di Pulau Penyengat, situs bangunan Mesjid
Sultan menjadi obyek panduan dalam perencanaan.
I. Bangunan sebanyak mungkin mengikuti kaidah-kaidah dan filosofi seni
bina bangunan Arsitektur Melayu yang berkembang dan menjadi dasar
membangun bangunan di Lingga.
J. Sentuhan teknologi bangunan, meliputi konstruksi bangunan,
penggunaan material bangunan dan finishing ornamen disesuaikan
dengan kemajuan teknologi bangunan saat ini. Namun diharapkan tidak
menghilangkan unsur kaidah dan filosofi seni bina yang semestinya.

IR. MARTIN BARON, IAI. 5


Output perencanaan dan perancangan bangunan Arsitektur Melayu Kepulauan
Riau adalah Usulan Gambar Arsitektur dengan sentuhan Arsitektur Melayu
Kepulauan Riau.

TINJAUAN SEJARAH : PERAN KESULTANAN JOHOR – PAHANG – RIAU -


LINGGA DAN RIAU - LINGGA DALAM PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
MELAYU KEPULAUAN RIAU

Wilayah Administrasi Kabupaten Lingga – Kepulauan Riau

Sekilas sejarah Lingga


Wilayah Daik-Lingga pada awalnya didiami oleh Suku Laut pimpinan seorang
Batin (kepala suku). Mereka mendiami perairan Lingga, hidup di atas perahu
beratapkan Kajang.
Sejak tahun 1405-1511M, wilayah ini masuk ke dalam Kesultanan Melaka.
Tahun 1511-1824M, wilayah ini masuk ke dalam Kesultanan Johor-Pahang-
Riau-Lingga.
Setelah perjanjian di London pada 17 Maret 1824, wilayah Kepulauan Riau
menjadi wilayah Kesultanan Riau-Lingga dengan pusat Kerajaan di Daik-Lingga.

IR. MARTIN BARON, IAI. 6


Lingga dikenal juga sebagai Bunda Tanah Melayu, karena pada masa jayanya
telah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga, menjadi pusat
perdagangan, perekonomian, seni dan budaya.
SEJARAH KEPEMIMPINAN KESULTANAN JOHOR-PAHANG-RIAU-LINGGA
DAN KESULTANAN RIAU-LINGGA
A. Silsilah sultan-sultan johor-pahang-riau-lingga :

1. 1722-1760M : Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I atau Raja Sulaiman


atau Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XIII.
2. 1760-1761M : Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah atau Raja Abdul Jalil
atau Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XIV.
Memerintah di Hulu Riau, Bintan.
3. 1761M : Sultan Ahmad Riayat Syah atau Raja Ahmad atau Yang
Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XV.
4. 1761-1812M : Sultan Mahmud Syah III atau Raja Mahmud atau Yang
Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XVI. Pemerintahan
dijalankan oleh Yamtuan Muda III, Daeng Kamboja dan Raja Haji
Fisabilillah atau Engku Kelana. Sultan Mahmud Syah memerintah di
Hulu Riau, Bintan. Pada tahun 1787 memindahkan pusat Kerajaan ke
Daik-Lingga. Beliau mangkat tahun 1812, dimakamkan di belakang
Masjid Jami’ Sultan Lingga di Daik.
5. 1812-1824M : Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah atau Tengku Abdul
Rahman atau Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke XVII.
Menjadi Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga terakhir,
setelah Kerajaan Johor-Pahang-Riau-Lingga dibagi dua pada tahun 1824,
karena Perjanjian London tanggal 17 Maret 1824.

B. Silsilah sultan-sultan riau-lingga :

1. 1824-1832M : Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah atau Tengku Abdul


Rahman atau Yang Dipertuan Besar Riau-Lingga ke I. Menjadi Yang
Dipertuan Besar Riau-Lingga ke I, setelah Kerajaan Johor-Pahang-Riau-
Lingga dibagi dua pada tahun 1824, karena Perjanjian London tanggal 17
Maret 1824.
2. 1832-1835M : Sultan Muhammad Muazzam Syah atau Tengku Besar
Muhammad atau Yang Dipertuan Besar Riau-Lingga ke II.
3. 1835-1857M : Sultan Mahmud Muzaffar Syah atau Tengku Mahmud atau
Yang Dipertuan Besar Riau-Lingga ke III. Pada tahun 1857 beliau
dimakzulkan oleh Belanda, meninggalkan Lingga dan mangkat di Pahang.
4. 1857-1883M : Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II atau Yang Dipertuan
Besar Riau-Lingga ke IV.
5. 1883-1885M : Sultanah Tengku Embung Fatimah atau Yang Dipertuan
Besar Riau-Lingga ke V. Beliau adalah Putri Sultan Mahmud Muzaffar
Syah.

IR. MARTIN BARON, IAI. 7


6. 1885-1911M : Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah II atau Raja Abdul
Rahman atau Yang Dipertuan Besar Riau-Lingga ke VI. Beliau adalah
Sultan Kerajaan Riau-Lingga yang terakhir. Tahun 1900, beliau
memindahkan pusat Kerajaan ke Pulau Penyengat. Tanggal 3 Februari
1911, Sultan dimakzulkan oleh Residen Belanda (in absentia) di Tanjung
Pinang. Selanjutnya Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah II beserta
keluarga Diraja pindah ke Singapura. Secara resmi Belanda menguasai
dan memerintah langsung Riau-Lingga sejak tahun 1913. Maka
berakhirlah Kesultanan Riau-Lingga.

C. Silsilah yang dipertuan muda (yamtuan) riau-lingga :

1. 1772-1728M : Yamtuan I Daeng Meraweh. Memerintah di Tanjung


Pinang, Bintan. Dilantik oleh Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah.
2. 1728-1748M : Yamtuan II Daeng Celak. Memerintah di Tanjung Pinang,
Bintan. Dilantik oleh Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah.
3. 1748-1777M : Yamtuan III Daeng Kamboja Ibni Daeng Perani.
Memerintah di Tanjung Pinang, Bintan. Dilantik oleh Sultan Sulaiman
Badrul Alam Syah.
4. 1777-1784M : Yamtuan IV Raja Haji Fisabilillah Ibni Daeng Celak.
Memerintah di Tanjung Pinang, Bintan. Dilantik oleh Datuk Bendahara
Tun Abdul Majid di Pahang mewakili Sultan Mahmud Syah ke III.
5. 1784-1806M : Yamtuan V Raja Ali Ibni Daeng Kamboja. Memerintah di
Pulau Penyengat. Dilantik oleh Sultan Mahmud Syah III.
6. 1806-1831M : Yamtuan VI Raja Ja’far Ibnu Raja Haji. Memerintah di
Pulau Penyengat. Dilantik oleh Sultan Mahmud Syah III.
7. 1831-1844M : Yamtuan VII Raja Abdul Rahman Ibni Raja Haji.
Memerintah di Pulau Penyengat. Dilantik oleh Sultan Mahmud Syah III.
8. 1844-1857M : Yamtuan VIII Raja Ali Ibni Raja Haji. Memerintah di Pulau
Penyengat. Dilantik oleh Sultan Mahmud Muzaffar Syah.
9. 1857-1858M : Yamtuan IX Raja Haji Abdullah. Memerintah di Pulau
Penyengat. Dilantik oleh Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II.
10. 1858-1899M : Yamtuan X Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi.
Memerintah di Pulau Penyengat. Dilantik oleh Sultan Sulaiman Badrul
Alam Syah II. Lembaga Yamtuan Muda dihapuskan oleh Sultan Abdul
Rahman Muazzam Syah II pada tahun 1900. Sultan juga memindahkan
pusat Kerajaan Riau-Lingga dari Daik ke Pulau Penyengat dan
menjadikan Pulau Penyegat sebagai pusat Kerajaan Riau-Lingga pada
tahun 1903-1911.

PERAN SULTAN DALAM PERKEMBANGAN ARSITEKTUR LINGGA


Beberapa Sultan yang berperan besar dalam perkembangan Arsitektur Melayu
Lingga, diantaranya adalah :

IR. MARTIN BARON, IAI. 8


A. Sultan Ibrahim Syah (1677-1685M), beliau membangun pusat
pemerintahan di Hulu Riau, Bintan dan membangun pelabuhan di sungai
Carang.

B. Sultan Mahmud Riayat Syah atau Sultan Mahmud Syah III, Yang
Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga XVI (1761-1812M), beliau
membangun pusat pemerintahan di Daik-Lingga pada tahun 1787M.
Beliau juga membangun Pulau Penyengat sebagai mas kawin ketika
menikahi Engku Putri. Pada masa pemerintahannya, beliau membangun
Mesjid Jami’ Sultan Lingga yang terletak di tengah-tengah kota Daik.
Selain Mesjid Jami’, Sultan juga membangun Mesjid di Kampung Pahang,
namun karena keadaan tanah kurang bagus, Mesjid hanya dipakai sekali
Jum’at.

C. Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah atau Tengku Abdul Rahman atau
Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga XVII dan Yang
Dipertuan Besar Riau-Lingga I (1812-1832M), pada masa
pemerintahannya, Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdul Rahman Ibni
Raja Haji (1831-1844M) yang memerintah di Pulau Penyengat melakukan
pembangunan ulang Masjid Raya Sultan Riau, Pulau Penyengat pada 1
Syawal 1284H (1832M).

D. Sultan Muhammad Muazzam Syah II atau Yang Dipertuan Besar Riau-


Lingga II (1832-1835M), beliau sangat menggemari Arsitektur,
merencanakan pembangunan Istana Bilik 44 untuk Museum Kerajaan,
tetapi tidak selesai dikarenakan beliau mangkat.

E. Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II atau Yang Dipertuan Besar Riau-


Lingga IV (1857-1883M), di masa pemerintahan beliau, Riau-Lingga
mencapai zaman keemasannya, salah satu keberhasilan beliau adalah
dengan membuka pertambangan Timah di Dabo Singkep pada tahun
1860, tahun 1889, Singkep Tin Maatschappij dibentuk atas rekomendasi
Sultan. Sultan juga membuka jalan dari Dabo ke Jagoh dan membuat
kapal untuk ekspor hasil Timah keluar Kesultanan. Dabo Singkep
berkembang pesat sebagai kota tambang Timah. Pada masa
pemerintahannya, beliau membangunan Istana Damnah, di kompleks
Istana Damnah. Membangun Mercusuar atau Menara Api untuk
keselamatan pelayaran di selat Berhala, dibangun pada 24 November
1858 atas permintaan Mr. Versteegh utusan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda di Batavia (Jakarta).

F. Sultanah Tengku Embung Fatimah (1883-1885M), Daik Lingga


berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan dengan
banyaknya pendatang dari Sulawesi, Kalimantan, Siak, Pahang, Bangka,

IR. MARTIN BARON, IAI. 9


Belitung, Cina, Padang dsb. Beliau membangun Istana Robat atau sebagai
Istana Peradun atau Istana Pribadi.

G. Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah II atau Raja Abdul Rahman atau
Yang Dipertuan Besar Riau-Lingga VI (1885-1911M), beliau
memindahkan pusat pemerintahan ke Pulau Penyengat tahun 1900. Pada
3 Februari 1911, beliau dimakzulkan oleh Residen Belanda (in absentia)
di Tanjung Pinang. Selanjutnya beliau beserta keluarga Diraja pindah ke
Singapura. Untuk menghindari pemanfaatan bangunan-bangunan megah
Kesultanan Riau-Lingga yang tersebar di Daik dan Pulau Penyengat untuk
digunakan Belanda, Sultan memerintahkan semua bangunan untuk
dimusnahkan, kecuali Masjid.

IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL LINGGA SEBAGAI KEKUATAN


MEMBANGUN IDENTITAS ARSITEKTUR MELAYU KEPULAUAN RIAU
Hingga saat ini, masih terdapat banyak situs peninggalan Kerajaan Riau Lingga
yang tersebar di bekas wilayah pemerintahannya di Lingga dan Pulau
Penyengat. Pemerintah Kabupaten Lingga sudah berusaha mempertahankan
bangunan-bangunan cagar budaya peninggalan Kerajaan Riau Lingga, bahkan
membuat Replika bangunan Istana Damnah dan membangun beberapa
bangunan yang berciri khas Arsitektur setempat.
Usaha ini patut diapresisasi sebagai upaya mempertahankan kemurnian
bentuk Arsitektur Melayu kebanggaan masyarakat Lingga dan Kepulauan Riau.
Beberapa upaya yang telah dilakukan dan patut kita apresiasi untuk diangkat
kembali menjadi ikon bangunan bergaya Arsitektur Melayu Kepulauan Riau,
diantaranya :

A. Situs Istana Damnah - Daik

Sejarah awal Kesultanan Riau-Lingga ditandai pada masa Pemerintahan


Sultan Mahmud Syah yang naik sebagai Sultan di Kesultanan Johor,
Riau-Lingga dan Pahang (Kesultanan Johor) pada tahun 1761. Ketika
memerintah, beliau memindahkan pusat Pemerintahan Kesultanan
Melayu Riau dari Riau Lama (Ulu Riau di Pulau Bintan) ke Daik di Pulau
Lingga pada tahun 1788 (Hikmat Ishak, 2001 : 52).
Istana Damnah didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi, Yang
Dipertuan Muda Riau X (1857-1899M). Beliau mendirikan Istana Damnah
pada tahun 1860M untuk kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah
II. Sebelumnya Sultan ini tinggal di Istana Kota Baru. Kemudian Istana

IR. MARTIN BARON, IAI. 10


Damnah ini juga ditempati oleh Sultan Mahmud Muzaffar pada masa
pemerintahannya.
Sampai saat ini di area kompleks Istana damnah masih dapat dijumpai
puing-puing yang dapat dijadikan bukti yang memperkuat kenyataan
tentang keberadaan Istana Damnah tersebut di masa lampau.
Terdapat 2 tangga naik menuju Istana Damnah. Tangga ini sejajar
menghadap Balai Rung Sari di depannya. Tangga ini sangat kokoh dan
memiliki gaya arsitektur yang cukup unik dengan seni tinggi untuk
ukuran saat itu. Bangunan Istana ini berbentuk panggung dengan
diperkuat tonggak semen yang berjumlah 22 buah.
Lokasi Istana terletak di Kampung Damnah, Lingga, Kepulauan Riau.

Lokasi Istana Damnah

Balairung dan Istana

IR. MARTIN BARON, IAI. 11


Tangga utama Istana Damnah

Tongkat Istana

IR. MARTIN BARON, IAI. 12


B. Replika Istana Damnah - Daik

Tampak depan Istana

Hiasan jerajak

IR. MARTIN BARON, IAI. 13


Hiasan tiang jerajak

Hiasan ujung bendol

IR. MARTIN BARON, IAI. 14


C. Situs Istana Kota Baru - Daik

D. Situs Masjid Sultan Abdurrahman Muazzam Syah - Daik

Lokasi Masjid

Sisa reruntuhan Masjid

IR. MARTIN BARON, IAI. 15


E. Masjid Jami’ Sultan Lingga - Daik

Lokasi dan tampak Masjid

F. Masjid Raya Sultan Riau – Penyengat

Lokasi dan tampak Masjid

G. Gedung Lembaga Adat Melayu Lingga

Gedung Lembaga Adat Melayu Lingga adalah bangunan baru yang


dibangun pemerintah untuk aktifitas Lembaga Adat Melayu (LAM) Lingga.
Bangunan ini banyak mengadopsi bagian-bagian bangunan yang terdapat
di Istana Damnah, termasuk ornamen-ornamennya. Kaidah dan filosofi
arsitektur Melayu Lingga pun sudah diterapkan dengan sangat baik pada

IR. MARTIN BARON, IAI. 16


bangunan ini. Ada beberapa filosofi dasar yang juga akan digunakan pada
perencanaan dan perancangan Arsitektur Melayu Kepulauan Riau
nantinya mengacu pada desain Gedung ini. Tentunya juga akan
dilakukan perubahan disesuaikan dengan filosofi awal rumah Melayu.

Tampak bangunan

IR. MARTIN BARON, IAI. 17


Detail ujung bendol dan hiasan rasuk

Detail listplank dan tunjuk langit

IR. MARTIN BARON, IAI. 18


Detail daun jendela, jerajak dan lubang angin

Detail tongkat bangunan

Pelataran serambi melambai dan serambi ibu

IR. MARTIN BARON, IAI. 19


Rumah ibu dengan tiang seri

H. Rumah Datuk Laksemana Jalan Datuk Laksemana, Daik-Lingga

Datuk Laksemana adalah pejabat Kesultanan Riau-Lingga pada masa


pemerintahan Sultan Abdurrahman Syah (tahun 1812-1832) di daik,
Lingga. Rumah kediaman Datuk Laksemana sudah berusia 200 tahun,
sehingga terdapat beberapa perubahan dari bentuk awalnya ketika
dibangun. Karena hampir semua material bangunan yang digunakan dari
kayu.

Tampak bangunan

IR. MARTIN BARON, IAI. 20


Tipologi denah. a. Serambi Melambai (dahulunya terdapat serambi
melambai), b. Serambi luar, c. Serambi Ibu, d. Rumah Ibu, e.
Telo/selang (ruang penghubung), f. Penanggah/pelimbahan

I. Rumah alm. So’od H. Alim, Teluk Ru, Dabo Singkep-Lingga

Menurut ibu Suaidah, anak dari bapak So’od H. Alim, rumah ini sudah
berumur lebih dari 80 tahun. Pak So’od adalah seorang staff bagian
gudang di PT. Timah, Dabo Singkep. Rumah ini secara umum memiliki 3
(tiga) Bandung, beratap kombinasi Limasan dan atap Lipat Kajang. Letak
selasar rumah berada di samping pintu masuk ke serambi dalam.

IR. MARTIN BARON, IAI. 21


Tampak bangunan

Tipologi denah

IR. MARTIN BARON, IAI. 22


Struktur tongkat dan tiang rumah

\
Struktur atap dan penutup atap

Struktur dinding

IR. MARTIN BARON, IAI. 23


J. Rumah Said Hamid (Daik-Lingga)

Susunan ruang Rumah Said Hamid secara garis besar terdiri dari Serambi
Ibu, Rumah Ibu, Rumah Tengah atau Selo dan Penanggah atau Dapur. Di
bagian depan rumah bagian luar masih terdapat bekas tiang untuk
Serambi Luar atau Serambi Melambai yang terpisah dari rumah Ibu dan
letaknya jauh menjorok ke luar.

Tampak bangunan

IR. MARTIN BARON, IAI. 24


Teban layar

K. Rumah Haji Abdullah Bujang (Dabo Singkep-Lingga)

Rumah yang dibangun di jalan Pelajar, Sekop Darat, Dabo Singkep-Lingga


ini merupakan tipikal Rumah Melayu Tradisional yang banyak dijumpai
di daerah Dabo Singkep. Merupakan rumah tinggal yang menggunakan
bubungan atap kombinasi dua lipat kajang. Umumnya rumah seperti ini
banyak dijumpai di pesisir pantai dengan penutup atap dari daun nipah
atau daun rumbia. Bentuk atap lipat kajang adalah struktur atap
sederhana yang biasa disebut atap pelana.

IR. MARTIN BARON, IAI. 25


Lokasi dan tampak bangunan

Teban layar

IR. MARTIN BARON, IAI. 26


Teban layar

L. Beberapa rumah lingga di dabo singkep, biasa disebut rumah kajang

IR. MARTIN BARON, IAI. 27


KAJIAN TEORITIS KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BERGAYA
ARSITEKTUR MELAYU KEPULAUAN RIAU
A. Konsep lansekap (tata hijau)

Bangunan Arsitektur Melayu Kepulauan Riau memiliki konsep penataan


lansekap (ruang luar) dengan halaman yang luas, sebagai area terbuka hijau
yang sejuk, asri dan nyaman, ditumbuhi tanaman buah-buahan, tanaman
hias dan hamparan rumput menutupi tanah. Bangunan berada di tengah
tapak.

IR. MARTIN BARON, IAI. 28


B. Konsep rumah bubung melayu, rumah belah bubung atau rumah
perabung

Fasade bangunan = anatomi tubuh manusia

C. Konsep atap bangunan

1. Lipat kajang, sudut 45 derajat dan atap layar 22 derajat

IR. MARTIN BARON, IAI. 29


2. Perabung panjang (atap sejajar jalan)

D. Konsep dan filosofi tata ruang dalam

Konsep penataan ruang : SERAMBI MELAMBAI dan SERAMBI IBU


(pelataran terbuka penerimaan tamu), RUMAH IBU (ruang utama), RUMAH
TENGAH (ruang aktifitas) dan PELIMBAHAN (area service)

IR. MARTIN BARON, IAI. 30


Tata ruang
1. Serambi melambai dan serambi ibu

Berfungsi sebagai main entrance, pelataran penerima tamu sebelum


masuk ke dalam bangunan

2. Rumah ibu

 Berfungsi sebagai hall utama bangunan, ruang beraktifitas privasi.


 Ruangan kegiatan penting adat istiadat : upacara adat, kenduri
adat dan lain-lain.
 4 (empat) tiang di tengah bangunan adalah tiang seri, merupakan
struktur tiang menerus dari tongkat bangunan sampai atap.
 Terdapat 1 (satu) tiang diantara 2 pintu utama yang disebut tiang
penghulu
 Bisa berlantai lebih dari 1 (satu).
 Merupakan Hierarki tertinggi di dalam Bangunan Rumah Melayu.
Ditunjukkan dengan level lantai paling tinggi dari bangunan rumah
melayu.

3. Rumah tengah

IR. MARTIN BARON, IAI. 31


 Berfungsi sebagai ruang aktifitas publik, menerima tamu, area
sirkulasi side entrance dan ruang penghubung antara rumah ibu
dan pelimbahan.
 Bisa berlantai lebih dari 1 (satu).
 Merupakan Hierarki tertinggi kedua di dalam Bangunan Rumah
Melayu. Ditunjukkan dengan level lantai sedikit lebih rendah dari
rumah ibu.

4. Pelimbahan

 Berfungsi sebagai service area, termasuk di dalamnya diletakkan


dapur, lavatory, gudang penyimpanan dan pintu belakang.
 Merupakan hierarki terendah di dalam bangunan rumah Melayu.
Ditunjukkan dengan level lantai paling rendah.

E. Konsep gubahan massa

Konsep tata ruang yang dipilih membentuk 3 (tiga) perabung pada massa
bangunan yang disebut juga 3 (tiga) bandung, di luar perabung serambi.
Semua dalam satu kesatuan massa bangunan.

Konsep tiga bandung

F. Konsep tongkat dan tiang bangunan

IR. MARTIN BARON, IAI. 32


Tongkat dan tiang bangunan

 Bentuk tongkat, balok segi empat diberi profil pada bagian ujung atas
dan bawah.
 Sedangkan tiang bangunan tidak berprofil.
 Pola, dimensi, tinggi dan jarak tongkat dan tiang disesuaikan dengan
perencanaan dan perhitungan struktur bangunan.
 Ruang terbuka diantara tongkat bangunan tetap dipertahankan,
sehingga pemanfaatan kegiatan pada kaki bangunan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kegiatan ruang terbuka.

G. Konsep dinding bangunan

Material dinding bermotif kayu, dipasang tegak lurus dengan susunan


tindih kasih atau dengan susunan lidah pian.

H. Konsep elemen sirkulasi vertikal bangunan

1. Tangga utama (main entrance)

Tangga utama replika tangga Istana Damnah

IR. MARTIN BARON, IAI. 33


 Tangga Utama terdapat di kiri dan kanan samping depan serambi
melambai.
 Mengambil bentuk Tangga Utama pada Bangunan ISTANA
DAMNAH Lingga.

2. Anak tangga

Terdapat beberapa anak tangga di serambi dan di dalam bangunan, yang


terbentuk karena perbedaan ruang dan hierarki ruang. Jumlah anak
tangga pada setiap perbedaan ketinggian ruang selalu ganjil.

Anak tangga serambi


3. Tangga samping

IR. MARTIN BARON, IAI. 34


Tangga samping

I. Konsep ornamental

Beberapa ornamen-orneman Melayu, ragam hias dalam seni bina Bangunan


Bergaya Arsitektur Melayu Kepulauan Riau, dipilih dari khasanah ornamen
khas Melayu yang berkembang di masyarakat Melayu Kepulauan Riau.
Fungsi, penggunaan dan kaedah filosofi yang terkandung pada masing-
masing ornamen disesuaikan penempatannya pada bangunan.

J. Konsep tunjuk langit

Konsep penggunaan Tunjuk Langit mengacu kepada ketetapan yang


dikeluarkan oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam, Kepulauan Riau.
Terdapat 2 (dua) tipe Tunjuk Langit yang digunakan : menempel di listplank
dan didudukkan di atas balok atap.

IR. MARTIN BARON, IAI. 35


Tunjuk Langit

IR. MARTIN BARON, IAI. 36


GAMBAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN AWAM RUMAH
ADAT BERGAYA ARSITEKTUR MELAYU KEPULAUAN RIAU

Tampak depan

Tampak samping depan serambi melambai

Tampak samping serambi melambai

IR. MARTIN BARON, IAI. 37


Detail replika tangga depan istana damnah

Tampak samping

Tampak samping rumah ibu

IR. MARTIN BARON, IAI. 38


Detal tongkat rumah ibu

Tampak samping depan

“Bird eye view”

IR. MARTIN BARON, IAI. 39


Tampak samping belakang

DAFTAR PUSTAKA

Naskah Akademik Bangunan Bergaya Arsitektur Melayu Kepulauan Riau, Dinas


Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, tahun 2017.

Abdul Malik, dkk, Sejarah Kejuangan dan Kepahlawanan Sultan Mahmud


Riayat Syah, Yang Dipertuan Besar Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang, 1761-
1812. Pemkab Lingga, tahun 2012.

Amin Yacob, Sejarah Kerajaan Lingga: Johor-Pahang-Riau-Lingga, Universitas Press,


2004.

Website BPNB Tanjungpinang, Sejarah Kerajaan Riau Lingga, Kepulauan Riau.


Artikel 8 Juni 2014.

IR. MARTIN BARON, IAI. 40

Anda mungkin juga menyukai