BAB III
Tinjauan Kebijakan Regional
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dalam Pasal
40 menyatakan bahwa dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) antara lain mencakup analisis isu-isu strategis. Dalam upaya menganalisis
isu-isu strategis tersebut maka digunakan metode analisis kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman atau lebih dikenal dengan metode analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats). Terkait dengan kajian rencana zonasi kawasan industri, maka
dapat disimpulkan isu strategis pada RPJPD Kabupaten Serdang Bedagai 2005-2025, yaitu
sebagai berikut :
A. Peluang (Opportunities)
2) Karena pengaruh kondisi dan kualitas prasarana jalan dan pelabuhan dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat
demikian tinggi dan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam
iklim persaingan global tidak mungkin ditawar-tawar lagi maka agar ekonomi
B. Ancaman (Threats)
Untuk dapat dipergunakan dalan SIG, data spasial perlu dikonversi ke dalam format
digital. Dalam format digital, terdapat dua model representasi yaitu model vektor dan
model raster. Kedua model mampu menyimpan detail informasi tentang lokasi serta
atributnya. Perbedaan mendasar antara kedua model tersebut terletak pada
penyimpanan serta representasi sebuah obyek geografis.
A. Sosial Budaya
B. Ekonomi
1) Kondisi sebagian besar jalan-jalan di seluruh wilayah Serdang Bedagai baik yang
berstatus jalan provinsi maupun berstatus jalan kabupaten berada dalam keadaan
yang kurang baik. Oleh karena itu, dibutuhkan pembangunan dan pemeliharaan
atas prasarana jalan khususnya di jalan-jalan yang berada di wilayah kantong-
kantong produksi.
2) Pasokan air minum/ bersih masih tetap mengalami defisit. Eksploitasi air bawah
tanah sebagai sumber air bersih untuk keperluaan air industri dan rumah tangga
dari beberapa cekungan yang telah mendekati titik kritis dan telah menimbulkan
intrusi air laut terhadap air bawah tanah. Jika masalah ini tidak dicegah maka
potensi ketersediaan air tawar di beberapa bagian wilayah Serdang Bedagai akan
menjadi masalah serius.
1) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Serdang Bedagai harus mengacu
pada RTRW Propinsi Sumatera Utara dan RTRW Nasional dan mampu
menjabarkan arahan pengembangan sesuai potensi daerah serta mampu
menjembatani suatu konsep rencana menuju pada bentuk rencana detail sebagai
implementasi pengaturan zona kawasan pembangunan dan deliniasi kawasan
sesuai pola ruang dan struktur ruang yang telah ditetapkan.
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
sumber moral dan akhlak yang baik untuk menunjang kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
7. Membangun kerja sama antar daerah dan kerja sama pemerintah daerah dengan
pihak swasta, serta membangun kerja sama regional dan internasional melalui
partisipasi Kabupaten Serdang Bedagai di berbagai kegiatan kerjasama
pembangunan.
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi Serdang Bedagai sebagaimana telah dirumuskan
diatas, maka arah pembangunan jangka panjang harus mencakup kaidah dan strategi
pelayanan umum pemerintah dan pelayanan dasar yang menjadi tanggung jawab dan
kewajiban Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai.
Dapat disimpulkan tujuan/ sasaran visi RPJPD Kabupaten Serdang Bedagai 2005-2025
dalam kaitannya dengan kajian rencana zonasi kawasan industri, yaitu sebagai berikut :
3.1.4 Arah dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai 2005-2025.
Arah dan Prioritas RPJPD Kabupaten Serdang Bedagai 2005-2025, terkait dengan
kegiatan ini, dapat disimpulakan antara lain :
1) Menumbuhkan daya saing Kabupaten Serdang Bedagai dalam bidang ekonomi, sosial
budaya yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Untuk menciptakan pembangunan yang merata dan dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai, pembangunan daerah diarahkan pada
pemanfatan potensi sumberdaya daerah dan keunggulan produk daerah
Kabupaten Serdang Bedagai secara efektif untuk meningkatkan kualitas hidup
dan pemerataan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai.
3) Mewujudkan Kabupaten Serdang Bedagai yang asri dan lestari di seluruh wilayah
termasuk diperdesaan.
dan kebutuhan air pada setiap kegiatan yang membutuhkan sumberdaya air serta
memperkokoh kelembagaan sumberdaya air untuk meningkatkan keterpaduan
dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.
3.1.5 Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Serdang
Bedagai 2005-2025.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) juga menjadi salah satu fokus perhatian
yang akan mewarnai arah pembangunan ketenagakerjaan di Kabupaten Serdang
Bedagai yang hingga pada tahun 2009 menunjukkan angka sebesar 6,93 %.
Meskipun demikian problema ini lebih diakibatkan adanya kelesuan perekonomian
global. Oleh karena itu, beberapa tahun yang akan datang diupayakan perbaikan
dalam meminimalisasi tingkat pengangguran. Adapun kinerja Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai berkaitan dengan menekan angka pengangguran
terbuka hingga tahun 2015 yaitu hingga ke tingkat 5 %. Indikasi ini justru berada di
atas target yang ditetapkan baik di tingkat Provinsi (7 %) dan tingkat Nasional
(10,3 %). Capaian ini juga menunjukkan konsistensi Kabupaten Serdang Bedagai
dalam upaya menjadi Kabupaten Terbaik.
2) Ekonomi.
Isu-isu strategis di Kabupaten Serdang Bedagai yang dapat dikaitkan dengan kajian
kegiatan ini antara lain :
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan isu yang paling
relevan dengan karakteristik wilayah kabupaten Serdang Bedagai. Dengan
panjang garis pantai mencapai + 55 Km yang terdapat pada 5 (lima) kecamatan
pesisir (Perbaungan, Pantai Cermin, Teluk Mengkudu, Tanjung Beringin dan
Bandar Khalipah) menjadikan kabupaten Serdang Bedagai wilayah yang sangat
potensial dalam pengembangan perikanan tangkap dan budidaya. Selain potensi
tersebut, kabupaten Serdang Bedagai memiliki pulau yang merupakan salah satu
pulau terluar di Indonesia, yaitu Pulau Berhala. Kawasan Pulau Berhala melalui
RTRW Kabupaten Serdang Bedagai 2010-2030 telah ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis Nasional bidang Pertahanan dan Keamanan; Kawasan Konservasi Laut
Daerah (KKLD Penyu) dan Kawasan Pariwisata yang berwawasan lingkungan.
2) Bencana Alam.
Antisipasi dan peringatan dini tentang bahaya banjir, tanah longsor, gempa bumi,
tsunami dan angin.
2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang religius, berdaya saing, inovatif
dan profesional.
Tujuan Kabupaten Serdang Bedagai yang akan diwujudkan pada tahun 2010 - 2015
mendatang, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Untuk mendukung pencapaian tujuan diatas, maka ditetapkan sasaran sebagai berikut :
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/ kota atau beberapa kecamatan,
b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala Kecamatan atau beberapa desa.
Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan kabupaten, kecamatan yang merupakan Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) di kabupaten Serdang Bedagai adalah:
Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
Jalan kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor meliputi jalan kolektor primer dan jalan
kolektor sekunder. Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah,
sedangkan jalan kolektor sekunder dalam skala perkotaan.
Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Jalan kolektor sekunder menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Jalan Kolektor K2 dan K3 yang merupakan Jalan Provinsi kolektor yang ada di Kabupaten
Serdang Bedagai :
Ruas jalan yang melintasi desa Bartong Kecamatan Sipispis menuju Kecamatan Raya
Kahean di Kabupaten Simalungun (K3);
Ruas jalan desa Tarean Kecamatan Silinda menuju Kabupaten Simalungun yang (K3);
Ruas jalan Kota Tebing Tinggi dan Kecamatan Sipispis (K3);
Ruas jalan Kota Kecamatan Kotarih menuju batas Kabupaten Deli Serdang (K3);
Ruas jalan Kota Kecamatan Silinda menuju batas Kabupaten Deli Serdang (K3);
Ruas jalan Tanjung Beringin – Pelabuhan Tanjung Beringin (K3).
Jalan lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dan jalan lingkungan sekunder. Jalan
lingkungan primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan
seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten, sedangkan jalan lingkungan
sekunder merupakan jalan lingkungan dalam skala perkotaan seperti di lingkungan
perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.
Untuk menunjang pergerakan manusia, serta barang dan jasa maka diperlukan terminal
sebagai pengumpul sebelum bergerak ke tujuan masing-masing. Terminal adalah
pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan
keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan
moda angkutan. Rencana pengembangan terminal di Kabupaten Serdang Bedagai
mencakup :
b. Rencana Pembangunan Terminal Type C di Kecamatan Dolok Masihul, Sei Rampah dan
Perbaungan.
1. Rencana pengembangan jalur angkutan umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP),
melintasi ruas jalan :
Berdasarkan Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 -
2031 dikembangkan lokasi pelabuhan di Kabupaten Serdang Bedagai meliputi :
Mengingat kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi yang aman, cepat dan
murah serta mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat pesisir yang berada di
pantai timur, Kabupaten Serdang Bedagai mendukung Program Pengembangan Coastal
Marine di Sumatera Utara.
Adapun jalur alur pelayaran yang akan dikembangkan di Kabupaten Serdang Bedagai
adalah melalui rencana pelabuhan Pantai Cermin – rencana pelabuhan Sialang Buah –
pelabuhan Tanjung Beringin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup hutan
lindung pantai di sepanjang pesisir pantai timur Sumatera.
3.4.1 Kondisi Kawasan Mangrove di Pesisir Pantai Timur Kabupaten Serdang Bedagai
Dari hasil studi literatur dan cross check pengamatan di lapangan diidentifikasi
9 (Sembilan) jenis mangrove yang ada dikawasan mangrove Kabupaten Serdang Bedagai,
yaitu jenis: nipah (Nypa fruticans), api-api (Avicennia marina, Avicennia lanata), perepat
(Sonneratia alba), Tanjang (Bruguiera cylindrical), Bakau (Rhizophora apiculata), Waru
(Hibiscus tiliaceus), Truntun (Lumnitzera littorea), Buta-buta (Excoecaria agallocha) dan
Lenggade. Yang paling banyak dijumpai di lokasi kajian adalah mangrove jenis api-api
(Avicennia marina, Avicennia lanata) dan jenis Bakau (Rhizophora apiculata).
Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap
digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah
lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir
berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicennia alba) di
zona terluar atau zona pionir ini. Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang
tinggi, biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera
spp.) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui
nipah (Nypa fruticans) maupun pidada (Sonneratia caseolaris). Pada bagian yang lebih
Gambar
Kondisi Kawasan Hutan Mangrove di Kabupaten Serdang Bedagai
bersifat tradisional. Hal ini terkait dengan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang
masih rendah dan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurang maksimalnya
pemanfaatan mangrove dengan cara yang lebih baik lagi.
Gambar
Pemanfaatan Kayu Bakar dari Hutan Mangrove
Gambar
Kerajinan daun Nipah
Gambar
Pola Empang Parit (Sylvofishery)
Gambar
Kepiting dan Kepah
Gambar
Kerupuk Jeruju
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai
fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung
garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan
(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan
(spawning ground) bagi aneka biota perairan, tempat berlindung dan berkembang biak
berbagai jenis burung, mamalia, reptil maupun serangga serta sebagai pengatur iklim
mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga
(kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan makanan, obat-obatan), penghasil keperluan
industry (bahan baku kertas/pulp, tekstil, penyamak kulit, pewarna), dan penghasil bibit
ikan, nener udang, kepiting, kepah serta sebagai pariwisata, penelitian dan pendidikan
(Santoso dan H.W. Arifin, 1998).
3.4.4 Kesimpulan
Potensi dan Pengembangan Hutan Mangrove di Kabupaten Serdang Bedagai ini dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang unik dan khas
yang bernilai ekologis dan ekonomis;
2. Luas hutan mangrove di Kabupaten Serdang Bedagai adalah seluas 3.691,6 hektar
Kondisi hutan mangrove yang merupakan kategori baik seluas 919,89 hektar (24,8%),
kondisi rusak sedang seluas 576,49 hektar (15,6%), dan kondisi rusak berat seluas
2.204,22 (59,6%);
3. Vegetasi tumbuhan mangrove yang ada disepanjang pantai timur serdang bedagai (9
jenis) yaitu jenis: nipah (Nypa fruticans), api-api (Avicennia marina, Avicennia lanata),
perepat (Sonneratia alba), Tanjang (Bruguiera cylindrical), Bakau (Rhizophora
apiculata), Waru (Hibiscus tiliaceus), Truntun (Lumnitzera littorea), Buta-buta
(Excoecaria agallocha) dan Lenggade. Yang paling banyak dijumpai di lokasi kajian
adalah mangrove jenis api-api (Avicennia marina, Avicennia lanata) dan jenis Bakau
(Rhizophora apiculata);
4. Saat ini tumbuhan mangrove jenis tertentu saja yang dikelola oleh masyarakat, dan
pengelolaannyapun masih dengan cara yang sederhana dan sangat terbatas
dikarenakan keterbatasan informasi dan pengetahuan yang diperoleh tentang
mangrove;
3.5 TINJAUAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU - PULAU KECIL (WP3K)
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI – SUMATERA UTARA
Visi Kabupaten Serdang Bedagai dalam mendukung pengolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil adalah “Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten Serdang Bedagai Secara Terpadu dan Berkelanjutan Bagi Sebesar-Besarnya
Kemakmuran Masyarakat”.
Selain berdasarkan visi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Serdang Bedagai sendiri, kebijakan untuk pengembangan kawasan kelautan dan
perikanan sejalan dengan RTRW Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 – 2031 yaitu
“Mewujudkan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kawasan Perdagangan Bebas Berbasis
Industri, Pariwisata, Kelautan dan Perikanan melalui Optimasi Pemanfaatan Ruang yang
Terintegrasi serta Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan”.
Kegiatan pemanfaatan ruang pesisir dan wilayah laut di Kabupaten Serdang Bedagai
merupakan zonasi minapolitan. Wilayah yang ditetapkan untuk menjadi kawasan
minapolitan adalah Kecamatan Teluk Mengkudu dan Tanjung Beringin. Arahan
pemanfaatan ruang pesisir tersaji dalam Tabel 3.1.
Tabel III.1.
Arahan Pemanfaatan Ruang Pesisir Minapolitan Kabupaten Serdang Bedagai
Hasil analisis rencana pengembangan kegiatan pada zona dan subzona Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada arahan Pemanfaatan
ruang pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai yang disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel III. 2
Matrik Rencana Pengembangan Kegiatan pada Zona dan Subzona
Luas
No Kawasan Zona Sub-Zona Komoditi/Jenis Lokasi
( Ha )
Kec. Pantai Cermin, Tanjung
Perikanan Beringin, Teluk Mengkudu,
Perikanan 25.710
Tangkap Skala Ikan segar Perbaungan, Bandar
tangkap Khalifah
Kecil
Pantai Wisata
Pariwisata Jasa kelautan 30 Kec Pantai Cermin,
Umum
Kec. Pantai Cermin, Tanjung
Beringin, Teluk Mengkudu,
4.879,7
Pemukiman Pemukiman Perumahan rakyat Perbaungan, Bandar
Pemanfaatan Khalifah
I.
Umum
Kec. Perbaungan, Tanjung
Industri Hasil 8,36 Beringin, Teluk Mengkudu,
Industrri Ikan olahan
Perikanan Pantai Cermin
Pangkalan
Tanjung Beringin, Teluk
Pelabuhan Pendaratan Ikan segar 4
Mengkudu
Ikan (PPI)
Kec. Pantai Cermin, Tanjung
Beringin, Teluk Mengkudu,
Sawah Padi 11.654 Perbaungan, Bandar
Khalifah
Pertanian
Kec. Pantai Cermin, Tanjung
Perkebunan, Beringin, Teluk Mengkudu,
Non Sawah Tegalan, Kebun 27.517 Perbaungan, Bandar
Campuran Khalifah
Konservasi
Pesisir dan Pulau Berhala Kec. Tanjung
KKLD Pulau Berhala
Pulau Pulau Beringin
Kecil
Kec. Pantai Cermin, Tanjung
Beringin, Teluk Mengkudu,
Sempadan Sempadan Mangrove dan Perbaungan, Bandar
1.349
Pantai Pantai tumbuhan pantai Khalifah
Perbatasan
Pulau Berhala, Kec. Tanjung
IV KSNT dan PPK Pulau kecil terluar
Beringin
Terluar
3.5.3 Usulan Pengembangan Kegiatan Pada Zona dan Sub Zona Sebagai Hasil
Konsultasi Publik
Setelah dilakukan konsultasi publik, perlu ditambahkan data primer dan data sekunder
tahun terbaru, peta-peta, dan analisis arahaan Pemanfaatan ruang pesisir Minapolitan di
Kabupaten Serdang Bedagai.
Tabel 3.3
Arahan Pemanfaatan Ruang Pesisir di Kawasan Minapolitan
Luas
No Kawasan Zona Sub-Zona Komoditi/Jenis Lo k a s i
( Ha )
Perikanan Perikanan
Desa Sekiang, Bogak Besar,
tangkap Tangkap Skala Ikan segar 7.436
Pematang Kuala
Kecil
Pemanfaatan
I. Pertambakan Tambak Udang, Desa Bogak Besar,
Umum 1.141
Perikanan Bandeng Pematang kuala
budidaya Pembenihan Benh ikan laut dan
4,2 Desa Sialang Buah
budidaya air payau
Pemukiman Pemukiman Ds. Sungai Buluh, Liberia,
Mantapao, Makmur,
Pematang Seterak, Pasar
Perumahan rakyat 665 Baru, Pematang Gantung,
sialang buah, pekan Sialang
buah, Sencang, Bogok
Besar, Pematang Kuala
Industrri Industri Hasil Ikan olahan
0,8 Desa Sialang Buah
Perikanan
Pelabuhan Pangkalan
Pendaratan Ikan segar 2 Desa Sialang Buah
Ikan (PPI)
KKLD Perlindungan
Pulau Kecil Terumbu Karang dan 51 Pulau Berhala
Penyu
Sempadan Sempadan Mangrove dan
251 Pematang kuala, Sencang
Pantai Pantai tumbuhan pantai
II Konservasi
Desa Sialang Buah, Sencang,
Bogok besar, Pematang
Mitigasi
a. Banjir 3.318 Setarak, Makmur, Pematang
Bencana
gantung, Pekan sialang
buah, Pematang kuala.
Perekonomian nasional yang kuat dan terkendali merupakan modal utama dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera
sesuai dengan cita-cita bangsa. Pembangunan harus dilaksanakan secara menyeluruh di
segala bidang melalui skala prioritas, seperti pembangunan kegiatan ekonomi bersifat
kerakyatan yang mampu menopang kegiatan ekonomi hilir yang lebih besar, sehingga
diharapkan memperoleh nilai tambah (NTB) yang lebih besar pula. Pembangunan sarana
perhubungan dan komunikasi sebagai tuntutan efisiensi dan globalisasi dalam
berkomunikasi antar wilayah dan akhirnya dapat memperlancar proses kegiatan ekonomi
untuk menghasilkan barang atau jasa. Pembangunan sumber daya manusia yang cukup
handal melalui pencetakan mutu pada sistem pendidikan nasional, sehingga SDM yang
dihasilkan benarbenar berkualitas dan lebih kreatif serta inovatif dalam menggali sumber
sumber daya yang dimiliki dan lain sebagainya.
Membuka dan menarik kesempatan yang seluas-luasnya bagi para investor untuk
menanamkan modalnya serta memberikan jaminan kestabilan keamanan dan keselamatan
untuk menjalankan kegiatan bisnisnya di daerah ini, baik investor yang berasal dari luar/asing
maupun lokal.
Menstabilkan nilai tukar kurs Rupiah terhadap US Dollar sebagai alat pertukaran sistem
perdagangan internasional ekspor maupun impor. Dengan kestabilan tersebut diharapkan
para pelaku bisnis tidak mudah tergoyahkan dalam perencanaan kegiatannya kedepan.
Sektor industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara, semenjak terjadinya krisis
ekonomi pertengahan tahun 1997 hingga saat ini jumlahnya mengalami penurunan dan
kenaikan yang tidak beraturan . Hal ini perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari
kalangan pemerintah karena menyangkut lapangan pekerjaan, dimana sektor ini
termasuk urutan kedua terbanyak dalam penyerapan tenaga kerja setelah sektor
pertanian. Tenaga kerja sektor industri banyak mengalami PHK akibat imbas dari
kepailitan perusahaan yang tidak mampu menanggung biaya input yang besar untuk
melakukan proses produksi, sementara keterbatasan kapital dan harga jual yang serba
rendah. Banyak perusahaan sektor industri pengolahan yang mampu bertahan, tetapi
banyak pula perusahaan yang harus memaksakan diri sehingga mengalami perubahan
status menjadi kecil atau mengalami tutup sementara bahkan tutup permanen.
Pada tahun 2009 banyaknya perusahaan industri besar dan sedang yang bergerak di
sektor pengolahan di Sumatera Utara adalah 1044 perusahaan yang terkonsentrasi di
3 (tiga) daerah Kabupaten/Kota yaitu Deli Serdang, Medan, dan Asahan. Kabupaten Deli
Serdang merupakan daerah yang paling banyak industri besar dan sedang mencapai 350
perusahaan atau 33,52 persen dari total perusahaan seluruhnya, diikuti Kota Medan
sebanyak 166 perusahaan atau sebesar 15,90 persen dan Kabupaten Asahan terdapat
123 perusahaan atau sebesar 11,78 persen dari total perusahaan di Sumatera Utara.
Daerah yang paling sedikit jumlah perusahaannya adalah Kota Sibolga yang hanya ada
1 (satu) perusahaan. Daerah lain adalah Kabupaten Mandailing Natal sebanyak 1 (satu)
perusahaan, Kabupaten Nias sebanyak 1 (satu) perusahaan dan Kabupaten Tapanuli
Utara dengan jumlah industri sebanyak 1 (satu) perusahaan. Daerah Tingkat II yang sama
sekali tidak mempunyai kegiatan industri pengolahan skala besar dan sedang adalah
Kabupaten Pakpak Barat, Samosir, Nias Utara, Nias Barat dan Gunung Sitoli. Sektor
industri sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja yang diharapkan akan
mengurangi pengangguran, dari 1044 perusahaan yang ada di Sumatera Utara bisa
menyerap tenaga kerja sebanyak 140.019 orang dengan upah tenaga kerja yang
dibayarkan sebesar 2,98 triliun rupiah, semakin banyak jumlah perusahaan, penyerapan
tenaga kerja juga akan lebih besar. Di Sumatera Utara penyerapan tenaga kerja terbesar
berada di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 47.749 orang dengan upah tenaga
kerja sebesar 805,694 miliar rupiah, penyerapan tenaga terbesar kedua berada di Kota
Medan yaitu sebanyak 36.102 orang dengan upah yang dibayarkan sebesar 923,065 miliar
rupiah, di Kabupaten Asahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.358 orang, dan upah
yang dibayarkan sebesar 82,365 miliar rupiah. Sedangkan penyerapan tenaga kerja yang
terkecil berada di Kabupaten Nias yaitu sebanyak 25 orang dengan upah yang dibayarkan
sebesar 508,3 juta rupiah.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, secara
keseluruhan, industri besar dan sedang yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai
pada tahun 2009 berjumlah 55 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja total sebanyak
7.734 orang dan upah yang dibayarkan sebesar 182,848 miliar rupiah.
Secara rinci, industri besar dan sedang yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai
diuraikan sebagai berikut :
1) Industri Pengolah dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan, Sayuran, Minyak dan
Lemak; berjumlah 9 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3.875 orang.
2) Industri Penggilingan Padi, Tepung dan Makanan Ternak serta Makanan Lainnya;
berjumlah 13 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 370 orang.
3) Industri Penggergajian dan Pengawetan Kayu dan Alas Kaki; berjumlah 3 perusahaan
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 102 orang.
4) Industri Barang-Barang Dari Kayu; berjumlah 3 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 1.482 orang.
5) Industri Karet dan Barang Dari Karet dan Barang-Barang Kimia Lainnya; berjumlah
7 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1.291 orang.
6) Industri Barang Porselin dan Pengolahan Tanah Liat, Semen, Kapur, Gips dan Barang–
Barang dari Semen dan Kapur Lainnya; berjumlah 16 perusahaan dengan jumlah tenaga
kerja sebanyak 317 orang.
Rencana Tahapan pelaksanaan program MP3EI terdiri atas 3 (tiga) fase, yaitu; Fase
Implementasi Quick Wins (2011-2015), Memperkuat Basis Ekonomi dan Investasi (2015-
2020) , dan Fase Melaksanakan Pertumbuhan Berkelanjutan (2020-2025).
“Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”
Adapun tujuan program yang akan dilaksanakan pada koridor sumatera ini diakibatkan
beberapa faktor, antara lain :
- Pertumbuhan kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi (share 20 persen dari
PDRB koridor) yang sangat rendah dengan cadangan yang semakin menipis;
- Infrastruktur dasar yang kurang memadai untuk pengembangan industri, antara lain
jalan yang sempit dan rusak, rel kereta api yang sudah rusak dan tua, pelabuhan laut
yang kurang efisien serta kurangnya tenaga listrik yang dapat mendukung industri.
Terkait dengan Rencana Zonasi Kawasan Industri Tanjung Beringin (KITB) di Kabupaten
Serdang Bedagai, maka KITB ini berada pada koridor sumatera dengan tema
pengembangan yang disesuaikan dengan program MP3EI, yaitu sebagai sentra produksi
hasil bumi dan lumbung energi nasional.
Ditinjau dari akses pelabuhan laut yang mutlak harus dimiliki sebuah kawasan industri,
Kawasan Industri Tanjung Beringin (KITB) juga merencanakan pelabuhan laut yang akan
dikembangkan kedepan, walaupun saat ini telah ada pelabuhan tanjung beringin yang
masih kurang berfungsi dengan baik.
Melihat posisi Kawasan Industri Tanjung Beringin (KITB) yang strategis, dimana berada
pada jalur pelayaran hubungan internasional dan berada diantara Pelabuhan Belawan
dan Pelabuhan Kuala Tanjung. Sebagai pelabuhan pengumpan, rencana Pelabuhan KITB
ini juga sangat berpotensi untuk menjadi faktor utama dalam pengembangan KITB.
Sehingga KITB dapat dikembangkan sebagai kawasan industri hulu maupun hilir,
mengingat Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan pelabuhan yang digunakan sebagai
akses bagi PT. Indonesia Asahan Aluminium dan Kawasan Industri Sei Mangkei.
PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) merupakan jenis industri hulu yang
menghasilkan aluminium batangan dengan berat perbatangnya adalah 22,7 Kg. Produk
Inalum menjadi komoditi ekspor ke Jepang dan juga dalam negeri dan digunakan sebagai
bahan baku industri hilir seperti ekstrusi, kabel dan lembaran aluminium.
Dengan akan berakhirnya masa kontrak kerja sama/ konsorsium dengan negara Jepang
pada tahun 2013, Pemerintah melalui Kementrian BUMN akan menghentikan ekspor
aluminium dari PT. Inalum, dan hanya dimanfaatkan oleh industri dalam negeri saja. Atau
dengan kata lain, dengan menguasai Inalum secara penuh, pemerintah bisa memutuskan
strategi bisnis perusahaan di Sumatera Utara tersebut, termasuk untuk memprioritaskan
kebutuhan aluminium ke pasar dalam negeri. Kepemilikan penuh Inalum membuat
pemerintah bisa menentukan strategi ekspansi perusahaan.
Hal ini akan berpengaruh positif bagi investor yang ingin mengembangkan usaha di
bidang perindustrian, khususnya pada industri turunan aluminium. Terkait dengan
adanya perencanaan Kawasan Industri Tanjung Beringin (KITB) ini, diharapkan dapat
menjadi kawasan pendukung pengembangan industri di Indonesia.
Begitu juga dengan keterkaitan Kawasan Industri Tanjung Beringin (KITB) dengan
Kawasan Industri Sei Mangkei, sebagai kawasan industri hilirisasi khususnya industri
turunan CPO, maka keterkaitannya dengan perencanaan Kawasan Industri Tanjung
Beringin (KITB) yaitu dapat dijadikan kawasan pendukung berupa industri hulu sebagai
sumber bahan baku.