Anda di halaman 1dari 28

Strategi Pengembangan Konsep Smart Village

di Desa Lokus Bidang Permukiman Tahap I & II


HALAMAN JUDUL

Oleh
Rifqi Firdaus Maajid
18/429744/GE/08929

DEPARTEMEN GEOGRAFI PEMBANGUNAN


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Kegiatan .................................................................................................. 2
1.4 Target atau Sasaran ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
2.1 Indeks Desa Membangun (IDM) ........................................................................ 3
2.2 Smart village ....................................................................................................... 3
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 6
3.1 Pemilihan Lokasi Kajian ..................................................................................... 6
3.1.1 Pemilihan Lokasi Lokus Bidang Permukiman Tahap I .......................... 7
3.1.2 Pemilihan Lokasi Lokus Bidang Permukiman Tahap II ......................... 8
3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 9
3.2.1 Variabel Analisis Data ............................................................................ 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 10
4.1 Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang Permukiman Tahap I......................... 10
4.2 Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang Permukiman Tahap II ....................... 15
4.3 Saran Pengembangan Smart Village Tahap I dan II ......................................... 21
4.3.1 Smart Government ................................................................................ 21
4.3.2 Smart Community ................................................................................. 21
4.3.3 Smart Economy ..................................................................................... 21
4.3.4 Smart Environment ............................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................. 23
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Smart city dan Smart village……………………… 4


Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Analisis Data…………………………. 9
Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang Permukiman
Tahap I………………………………………………………… 10
Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang Permukiman
Tahap II………………………………………………………. 15
Tabel 4.3 Checklist Hasil Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang
Permukiman Tahap I & II berdasarkan Indikator Smart village.. 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Kajian Lokus Bidang Permukiman Tahap I………………… 7


Gambar 3.2 Peta Kajian Lokus Bidang Permukiman Tahap II………………. 8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan desa memiliki peranan penting dalam pembangunan skala
nasional. Desa memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam menjaga stabilitas
nasional dari ancaman krisis ekonomi. Setiap desa di Indonesia memiliki potensi
dan permasalahan yang berbeda sehingga untuk menanganinya diperlukan
perlakuan sesuai kemampuan setiap desa. Perlakuan pengembangan desa tersebut
dapat dibantu dengan beberapa konsep pengembangan desa, salah satunya adalah
implementasi smart village.
Konsep smart village memungkinkan pemerintah, akademisi, industri,
maupun masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan desa dalam aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Smart village dapat dilakukan juga melalui
pemanfaatan Information, Communication, and Technology (ICT) (Rachmawati
dkk., 2018a). Konsep smart village dalam penerapannya diantaranya
memerlukan dukungan ICT terkait dengan infrastruktur, sumber daya manusia,
modal sosial, dan faktor lingkungan (Nurdin dan Rachmawati, 2017). Perbaikan
ekonomi merupakan kebutuhan utama pembangunan masyarakat desa yang dapat
juga dilakukan dengan memanfaatkan ICT (Rachmawati, 2019). Salah satunya
dapat dengan mengembangkan sumberdaya ekonomi lokal dalam konteks
pengembangan smart village (Rachmawati dkk., 2018b).
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Tramsmigrasi
(Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, menyatakan bahwa program smart
village/desa cerdas yang saat ini tengah diinisiasi harus berkelanjutan. Adapun
definisi desa cerdas menurut Kemendes PDTT (2021) merupakan desa yang
mampu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat melalui
pemanfaatan teknologi dalam berbagai aspek pembangunan desa. Program ini turut
dibantu oleh adanya UU Nomor 6/2014 yang berdampak pada percepatan
pembangunan desa. Hal ini dapat diidentifikasi dari meningkatnya jumlah desa
mandiri, serta berkurangnya jumlah desa tertinggal. Desa Mandiri merupakan desa
yang memiliki Indeks Pembangunan Desa (IPD) lebih dari 75 dalam skala 1 sampai

1
100. Data terakhir dari survei Kemendes PDTT tahun 2021, dari 74.961 desa, hanya
3.269 desa yang berstatus sebagai Desa Mandiri. Tercatat per-2021, jumlah desa
mandiri mencapai 3.269 desa atau 4%, ini meningkat dari 2020 yang hanya 1.741
desa mandiri atau 2.49% dari 74.961 desa seluruh Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diidentifikasi dalam kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja indikator yang harus dipenuhi untuk mengimplementasikan
konsep smart village?
2. Bagaimana strategi pengembangan yang dapat digunakan untuk
mendukung optimalisasi penerapan konsep smart village?

1.3 Tujuan Kegiatan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi desa potensial berdasarkan indikator pengembangan
smart village.
2. Mengidentifikasi strategi pengembangan yang tepat untuk mendukung
optimalisasi penerapan konsep smart village.

1.4 Target atau Sasaran


Target atau sasaran dalam kajian ini ditujukan kepada Direktorat Pembangunan
Sarana dan Prasarana Desa dan Perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indeks Desa Membangun (IDM)


Indeks Desa Membangun (IDM) merupakan Indeks Komposit (kombinasi)
yang dibentuk berdasarkan tiga indeks, yaitu Indeks Ketahanan Sosial (IKS),
Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE), dan Indeks Ketahanan Ekologi (IKL) yang
diatur dalam Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 2 Tahun
2016 tentang Indeks Desa Membangun. Perangkat indikator yang dikembangkan
dalam Indeks Desa Membangun (IDM) dikembangkan berdasarkan konsepsi
bahwa untuk menuju desa maju dan mandiri perlu kerangka kerja pembangunan
berkelanjutan di mana aspek sosial, ekonomi, dan ekologi menjadi kekuatan yang
saling mengisi dan menjaga potensi serta kemampuan desa untuk mensejahterakan
kehidupan desa
Status kemajuan dan kemandirian Desa yang ditetapkan berdasar Indeks Desa
Membangun ini diklasifikasi dalam 5 status Desa yakni:
1. Desa Mandiri, atau bisa disebut sebagai Desa Sembada;
2. Desa Maju, atau bisa disebut sebagai Desa PraSembada;
3. Desa Berkembang, atau bisa disebut sebagai Desa Madya;
4. Desa Tertinggal, atau dapat disebut Desa PraMadya; dan
5. Desa Sangat Tertinggal, atau dapat disebut Desa Pratama.

2.2 Smart Village


Smart village merupakan suatu konsep desa pintar yang mengadopsi
komponen komponen atau indikator dari konsep smart city untuk diterapkan pada
wilayah pedesaan diantaranya untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan yang lebih baik terhadap masyarakat (Rachmawati, 2020).
Pengembangan smart village sebagai bentuk pembangunan partisipatif
dilaksanakan dengan memperkenalkan bidang ICT (Information Communication
and Technology) kepada masyarakat terutama untuk meningkatkan produktivitas,
meningkatkan perekonomian, membuka kesempatan bagi penyaluran informasi ke
komunitas pedesaan, serta mendukung pengembangan daerah pedesaan

3
(Rachmawati, dkk, 2017 dalam Rachmawati, 2018). Smart village pada dasarnya
mengadopsi komponen atau indikator dari konsep smart city, namun menggunakan
skala yang lebih kecil guna terwujudnya pemerintahan dan pelayanan yang lebih
baik (Praja, 2021).
Tabel 2.1 Perbedaan Smart city dan Smart village
Aspek Smart city Smart village
Pendekatan Top-Down Bottom-Up
Posisi Regulator Fasilitator
Pemerintah
Posisi End-User Customer
Masyrakat
Proses Koleltivitas dan integrasi Penguatan, kesadaran, dan
Pengembangan elemen dasar smart city partisipasi terhadap elemen
smart village
Prioritas Masyarakat dengan mobilitas Masyarakat menengah, miskin,
Sasaran tinggi dan belum terberdayakan
Prasyarat Pendekatan teknologi Pendekatan sosio-kultural
Keberhasilan menjadi basis utama di mana menjadi basis utama. Adanya
setiap teknologi informasi identifikasi yang valid
sebagai dasar keberhasilan terhadap berbagai nilai,
smart city karakter, norma, dan masalah
yang ada di masyarakat
menjadi dasar keberhasilan
smart village
Tujuan Terwujunya teknologi Terwujudnya pemberdayaan,
informasi yang mampu penguatan kelembagaan, dan
menceritakan pertumbuhan peningkatan kesejahteraan
ekonomi, kemudahan akses masyarakat perdesaan yang
informasi, dan layanan dasar, didasarkan atas pemanfaatan
sehingga menciptakan teknologi informasi.
peningkatan kualitas hidup
masyarakat perkotaan.

4
Sumber: (Herdiana, 2019)

Konsep smart village diukur dengan melihat perubahan kinerja pengelolaan


sumberdaya desa yang menjadi semakin efisien, berkelanjutan, serta melibatkan
beragam elemen masyarakat desa dalam pelaksanaannya (Huda, Suwaryo, &
Sagita, 2020). Pengembangan smart village pada praktiknya harus dikaitkan dengan
aspek kearifan lokal dan budaya desa. Hal ini sejalan dengan tujuan SGD’s Desa
ke-18, yaitu kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif, sekaligus juga
acuan bagi proses pembangunan desa berkelanjutan yang digagas oleh Kemendesa
PDTT. Pengembangan smart village terbagi atas beberapa dimensi yaitu 1) smart
government, 2) smart community, 3) smart economy, dan 4) smart environment.
Adapun implementasi smart mobility, smart transportation dan smart people dirasa
kurang sesuai jika diimplementasikan pada pencapaian dalam smart village
(Rachmawati, 2018).
Hingga saat ini belum ada satu kesepahaman mengenai konsep smart
village, namun suatu desa dapat diklaim sebagai desa cerdas apabila desa tersebut
dapat secara inovatif menggunakan teknologi informasi untuk mencapai
peningkatan kualitas hidup, efesiensi, dan daya saing dalam aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan (Ramesh, 2018). Konsep smart village yang diterapkan secara
berbeda-beda di satu desa dengan desa lainnya di Indonesia, hal ini berimplikasi
pada inkositensi capaian keberhasilan program tersebut (Herdiana, 2019).

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pemilihan Lokasi Kajian


Berdasarkan Undang – Undang Desa No 6 Tahun 2014, dijelaskan bahwa tujuan
dari pembangunan desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Adapun dasar
pemilihan desa-desa tersebut, turut mempertimbangkan beberapa kriteria diantaranya:
1. Desa kajian berstatus sebagai Desa Mandiri ((>) dari 0,8155) .dan/atau Desa
Maju ((≤) 0,8155 dan lebih besar (>) dari 0,7072). Adapun penentuan status ini
diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Tahun 2016 tentang Indeks Desa
Membangun.
2. Desa kajian termasuk ke dalam daerah Destinasi Super Prioritas (DSP)
dan/atau Desa Prioritas.
Pemilihan lokasi kajian bersumber dari progress lokus bidang permukiman tahap I dan II.

6
3.1.1 Pemilihan Lokasi Lokus Bidang Permukiman Tahap I

Gambar 3.1 Peta Kajian Lokus Bidang Permukiman Tahap I

7
3.1.2 Pemilihan Lokasi Lokus Bidang Permukiman Tahap II

Gambar 3.1 Peta Kajian Lokus Bidang Permukiman Tahap II

8
3.2 Metode Pengumpulan Data
Kajian dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun basis empiris
pengembangan smart village yang digunakan dalam kajian ini mencakup fungsi
pemerintahan desa, struktur masyarakat desa, dan dukung lingkungan perdesaan agar
kajian yang dihasilkan lebih komprehensif. Data yang digunakan berupa data sekunder
yang pada data Direktorat Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa dan Perdesaan,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

3.2.1 Variabel Analisis Data


Variabel dan Indikator yang digunakan dalam kajian ini antara lain mencakup:

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Analisis Data


No. Dimensi Smart Indikator
Village
1 Smart Government 1. Penyelenggaraan Pemerintahan berbasis TIK
(1A)
2. Partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintah (2A)
2 Smart Community 1. Partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan masyarakat (1B)
2. Kelembagaan masyarakat desa (2B)
3 Smart Economy 1. Pengembangan kewirausahaan desa dan e-
commerce (3A)
2. Pengembangan dan pemanfaatan BUMDES
(3B)
4 Smart Environment 1. Pengelolaan lingkungan berbasis teknologi
(4A)
2. Pengelolaan SDA berbasis Teknologi (4B)

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang Permukiman Tahap I


Berdasarkan hasil identifikasi terkait pengembangan aspek smart village di desa pilihan Lokus Bidang Permukiman Tahap I yang berlokasi
di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat diantaranya sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang Permukiman Tahap I
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
1. Lombok Sikur Kembang 0.7208 Desa 038/POW- Homestay 1. Pengembangan smart village
Timur Kuning (+0.00 Maju PPK.4/PS baru ditandai oleh dibuatnya
% dari PDP/VI/2 website resmi Desa Kembang
tahun 021 Kuning.
2021) 2. Pengembangan aspek wisata
terangkum dengan cukup baik
dalam website resmi Desa.
Adapun pengembangan

10
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
UMKM pada komoditas
unggulan masih dapat
dikembangkan lebih baik lagi.
2. Pringgabaya Seruni 0.8851 Desa 039/POW- Kios/Resto 1. Pengembangan smart village
Mumbul (+4.94 Mandiri PPK.4/PS Apung baru ditandai oleh dibuatnya
% dari PDP/VI/2 website resmi Desa Seruni
tahun 021 Mumbul bekerjasama dengan
2021) Kemenparekraf.
2. Praktik Desa Seruni Mumbul
sebagai desa wisata sudah
berjalan dengan cukup baik,
ditandai dengan terjadinya
pendapatan masyarakat
perkapita diatas rata-rata
Kabupaten dan memberikan
kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Desa.

11
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
3. Sembalun Sembalun 0.7944 Desa 040/POW- 1. Jalan 1. Pengembangan smart village
Bumbung (+6.58 Maju PPK.4/PS 2. Toilet baru ditandai oleh dibuatnya
% dari PDP/VI/2 3. Rehabilita website resmi Desa Sembalun
tahun 021 si Balai Bumbung bekerjasama dengan
2021) Kesenian Kemenparekraf dan telah
terintegrasi.
2. Pengembangan dimensi smart
environment dengan
melakukan berbagai kegiatan
zero waste management.
3. Desa Wisata telah memiliki
jaringan Internet yang baik dan
situs yang menampilkan
dayatarik produk dan jadwal
aktivitasnya serta mampu
untuk melakukan pemesanan
tiket masuk, memilih paket

12
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
wisata, tempat pondok wisata
(homestay) dan alamat dan
kontak yang jelas dan mudah
dihubungi serta masih aktif
4. Sembalun Sembalun 0.8878 Desa 041/POW- 1. Gazebo 1. Desa Sembalun sudah
(+13.88 Mandiri PPK.4/PS 2. Kios memiliki website terintegrasi.
% dari PDP/VI/2 3. Jalan 2. Desa Sembalun berfokus pada
tahun 021 pengembangan dan penguatan
2021) aspek pariwisata
5. Pringgasela Pringgasel 0.7257 Desa 042/POW- 1. Jalan 1. Desa Pringgasela sudah
a (+5.64 Maju PPK.4/PS 2. Homestay memiliki website terintegrasi
% dari PDP/VI/2 3. Gazebo yang bekerjasama dengan
tahun 021 Kemenparekraf
2021) 2. Pengembangan difokuskan
pada desa wisata. Adapun situs
desa wisata yang dimiliki
sudah memiliki sistem

13
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
pencatatan terintegrasi
(keuangan, trafik,
pengunjung/tamu, dan data
lainnya
3. Desa Wisata telah memiliki
jaringan Internet yang baik dan
situs yang menampilkan
dayatarik produk dan jadwal
aktivitasnya serta mampu
untuk melakukan pemesanan
tiket masuk, memilih paket
wisata, tempat pondok wisata
(homestay) dan alamat dan
kontak yang jelas dan mudah
dihubungi serta masih aktif

14
4.2 Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang Permukiman Tahap II
Berdasarkan hasil identifikasi terkait pengembangan aspek smart village di desa pilihan Lokus Bidang Permukiman Tahap II yang berlokasi
di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta diantaranya sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Potensi Desa Lokus Bidang Permukiman Tahap II
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
1. Sleman Prambanan Sambirejo - Desa 070/POW- 1. Jalan 1. Pengembangan smart village
Mandiri PPK.4/PS 2. Toilet sudah digagas oleh desa
PDP/IX/2 3. Balai setempat dengan adanya
021 Kesenian “Smart village Nusantara by
Telkom” bekerja sama dengan
Telkom.
2. Arahan smart village
difokuskan pada aspek
pengembangan desa serta
penguatan Desa Sambirejo
sebagai desa wisata yang
ditandai oleh dibangunnya

15
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
Amphiteater, Rumah Jogjlo,
Panggung Kesenian dan Pentas
Budaya, Joglo Gallery.
3. Dimensi smart economy
diwujudkan melalui
dibangunnya Joglo Limasan
sebagai para pelaku UMKM.
4. Dimensi smart environment
diwujudkan dengan dibuatnya
green garden dan restoran hijau
(green restaurant)
2. Sleman Tridadi 0.8790 Desa 071/POW- Homestay 1. Pengembangan smart village
(+0.00 Mandiri PPK.4/PS di Desa Tridadi mengupayakan
% dari PDP/IX/2 optimalisasi penggunaan TIK,
tahun 021 diantaranya dengan peluncuran
2021) website tridadi.id sebagai
bagian dari smart government

16
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
yang difungsikan untuk
mempermudah layanan
masyarakat.
3. Godean Sidokarto - Desa 062/POW- 1. Jalan 1. Pengembangan smart village
Mandiri PPK.4/PS 2. Gazebo di Desa Sidokarto berfokus
PDP/IX/2 pada optimalisasi potensi
021 wisata berupa homestay,
rumah tradisional, kesenian
hadroh, musik kentongan
golongan ronda, macapat,
pengolahan limbah dijadikan
kompos, produk konsumsi dan
jamu serta kerajinan dari hasil
daur ulang limbah domestik.
4. Turi Wonokert 0.8168 Desa 063/POW- Homestay 1. Pengembangan smart village
o (+0.43 Maju PPK.4/PS menekankan pada upaya
% dari pencerdasan dan persiapan

17
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
(Desa tahun PDP/IX/2 desa wisata dengan
Wisata 2021) 021 memanfaatkan Teknologi
Pulesari) Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam mendukung
strategi, operasional, dan
pemasaran.
2. Digagas adanya Smart village
Agriculture, diantaraya berupa
pembuatan website,
pengembangan akun
instagram, pembuatan akun
youtube Desa Wonokerto,
serta pembuatan landmark
berupa patung salak.
5. Mlati Tirtoadi - Desa 013/AMN Balai Kesenian 1. Pengembangan smart village
Mandiri - saat ini tengah digagas oleh
PPK.3/PS pihak desa, stakeholder, dan

18
No. Kota Kecamatan Desa Nilai Status No. PKS Menu Progress Pengembangan Smart
/Kabupaten IDM IDM Bantuan village
PDP/IX/2 Pemda setempat. Adapun hal
021 ini ditandai dengan
diluncurkannya Tirtoadi Smart
village.
2. Tirtoadi Smart village
merupakan layanan dari
BUMDes Tirtamas, sebagai
salah satu upaya revitalisasi
perekonomian desa yang tidak
terlepas dari fungsi sosial.

19
Tabel 4.3 Checklist Hasil Identifikasi Potensi Desa
Lokus Bidang Permukiman Tahap I & II berdasarkan Indikator Smart Village
Smart Government Smart Community Smart Economy Smart Environment
No. Desa
1A 2A 1B 2B 3A 3B 4A 4B
1 Kembang Kuning    
2 Seruni Mumbul      
3 Sembalun     
Bumbung
4 Sembalun     
5 Pringgasela     
6 Sambirejo        
7 Tridadi      
8 Sidokarto       
9 Wonokerto (Desa       
Wisata Pulesari)
10 Tirtoadi      

20
4.3 Saran Pengembangan Smart Village Tahap I dan II
4.3.1 Smart Government
Smart Government dalam praktiknya memerlukan adanya integrasi antara
sistem pemerintahan dengan ICT guna mempermudah aktivitas masyarakat desa,
terutrama dalam aspek pemenuhan kebutuhan yang bersifat administrasif. Adapun
beberapa program rekomendasi berbasis ICT yang dapat dilaksanakan untuk
mendukung pengembangan Smart village diantaranya:
1. Pembuatan basis data desa, pengembangan Sistem Informasi Desa (SID)
sebagai aplikasi yang membantu proses administrasi desa,
2. Validasi data kependudukan,
3. Penambahan fitur website desa,
4. Pelatihan layanan aplikasi administrasi desa,
5. Updating dan digitalisasi RPJMDes, hingga program yang bersifat aplikatif.

4.3.2 Smart Community


Pengembangan dimensi smart community sebagai bagian dari smart village
pada dasarnya menekankan pada aspek kolaborasi antara masyarakat-stakeholder-
pemerintah setempat. Berdasarkan konsep ini, diharapkan akan muncul ide-ide
menarik yang bersumber dari diskusi/musyawarah desa, sehingga masyarakat desa
merasa turut dilibatkan dalam segala pengambilan keputusan serta kegiatan yang
dilakukan. Adapun saran pengembangan yang dapat diajukan dalam dimensi ini
yaitu dengan mengembangan konsep One Village One Product berbasis ICT
Konsep ini diharapkan dapat meningkatkan persentase keberhasilan fokus-fokus
pengembangan pada komoditas unggulan di bidang pertanian, peternakan,
hortikultura, dan perikanan.

4.3.3 Smart Economy


Smart Economy dicirikan dengan munculnya sebuah sistem perekonomian
digital yang saling terhubung atau terintegrasi satu sama lain, sehingga
menyebabkan hubungan yang efisien dan efektif (Hoetoro & Satria, 2020).
Beberapa saran pengembangan terkait dengan pemenuhan dimensi smart economy
antara lain:

21
1. Pengembangan Pasar Digital Desa
Pasar Digital Desa adalah sebuah inovasi yang dapat disebut pula Destinasi
Digital (Digital Destination), dimana branding yang ditawarkan
disesuaikan sedemikian rupa dengan gaya hidup yang berkembang beberapa
tahun belakangan ini. Pengembangan pasar digital menjadi bagian dari
upaya mempromosikan berbagai potensi lokal Kabupaten Gunungkidul
dengan pemanfaatan ICT terutama media sosial. Kesejahteraan masyarakat
dapat ikut terdampak dengan konsep pasar destinasi digital. Pasar digital
merupakan implementasi smart village bidang smart economy dan smart
branding.
2. Optimalisasi pengembangan Desa Ekowisata
Pengembangan desa ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung
upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat
ekonomi kepada masyarakat setempat (Susanto, Zuhri, & Muwuri, 2019).
Adapun dalam pengembangan Desa Ekowisata ini peranan masyarakat
memiliki urgensi yang besar dalam mempercepat pengembangan Pariwisata
Berbasis Komunitas di wilayah desa.

4.3.4 Smart Environment


Smart Environment merupakan wujud pengelolaan lingkungan yang pintar
dengan memperhatikan lingkungan hidup dalam pembangunan desa yang sama
besarnya dengan perhatian yang diberikan terhadap pembangunan infrastruktur
fisik maupun pembangunan bagi sarana dan prasarana bagi warga. Adapun ide
dasarnya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dengan menjadikan
elemen teknologi sebagai elemen pendorongnya. Saran pengembangan dalam
dimensi ini adalah dengan menerapkan konsep Green Smart village. Konsep Green
Smart village pada dasarnya merupakan perpaduan dari konsep smart village dan
green village. Konsep ini dapat diterapkan dengan melakukan optimalisasi
pemanfaatan ICT, optimalisasi komoditas unggulan, serta peningkatan kualitas
SDM.

22
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Pemilihan desa potensial dalam kajian ini mencakup 10 desa dari dua
kabupaten yaitu, Kab. Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dan Kab.
Sleman, DIY. Adapun pemilihan ini dilakukan berdasarkan hasil
indentifikasi desa potensial menggunakan 4 dimensi smart village
yaitu, smart government, smart community, smart economy, dan smart
environment, dengan masing-masing 2 indikator pengujian.
Berdasarkan hasil analisis dari studi kasus yang dipilih dapat
disimpulkan bahwa upaya penerapan model smart village pada
pengembangan desa wisata tersebut masih belum dilakukan secara
maksimal.
2. Strategi pengembangan smart village menekankan pada kondisi
eksisting desa-desa kajian berfokus pada empat dimensi pengembangan
yaitu smart government, smart community, smart economy, dan smart
environment. Hal ini menjadi penting karena pada praktiknya ditemui
kesenjangan antara kajian teoritis dan implementasi dari smart village.
Rekomendasi yang dapat diberikan ditujukan kepada tiga pihak yaitu,
masyarakat, swasta, dan pemerintah/stakeholder terkait.

23
DAFTAR PUSTAKA
Badri, M. (2016). Pembangunan Pedesaan Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Jurnal Sistem Komunikasi, 41-53.
Herdiana, D. (2019). Pengembangan Konsep Smart village bagi Desa-Desa di
Indonesia. doi:http//dx.doi.org/10.33164/iptekkom
Huda, H., Suwaryo, U., & Sagita, N. (2020). Pengembangan Desa Berbasis Smart
village (Studi Smart Governance pada Pelayanan Prima Desa Talagasari,
Kabupaten Karawang). Jurnal MODERAT, Vol. 4, No 6.(2622-691X).
Retrieved from https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat
Kemendesa PDTT. (2021). kemendesa.go.id. Retrieved from Program Smart
village Harus Berkelanjutan:
https://www.kemendesa.go.id/berita/view/detil/4113/program-smart-
village-harus-berkelanjutan
Nurdin, H. M, & Rachmawati, R. (2017). Pembangunan Desa Berbasis ICT.
Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.
Praja, S. J. (2021). Penerapan Model Smart village dalam Pengembangan Desa
Wisata: Studi Pada Desa Wisata Senaru Kecamatan Bayan Kabupaten
Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Retrieved from
http://eprints.ipdn.ac.id/id/eprint/5820
Rachmawati, R. (2018). Pengembangan Smart Village untuk Penguatan Smart city
dan Smart Regency. Jurnal Sistem Cerdas, 1(2), 12-18. Doi:
10.37396/jsc.v1i2.9.
Rachmawati, R. (2019). Toward better City Management through Smart city
Implementation. Journal of Studies and Research in Human Geography 13
(2) DOI:10.5719/hgeo.2019.132.6.
Ramesh, B. (2018). Concept of Smart village and it’s Impact on Rurbanization.
International Journal of Trend in Scientific Research and Development 2.
Susanto, E., Zuhri, T. M., & Muwuri, K. (2019). Konsep Pengembangan Desa
Ekowisata Rampang Berbasis Partisipasi Masyarakat. Jurnal Studi
Pembangunan Interdisiplin.

Anda mungkin juga menyukai