Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BELA NEGARA

LIMA SUBSTANSI BELA NEGARA

Dosen Pengampu:

Tri Lathif Mardi Suryanto , MT

Disusun Oleh:

1. Fajar Heridoan Limbong (21031010176)


2. Muhammad Ashfal Ashfiya (21031010198)
3. Mohammad Daffa (21031010199)
4. Aditya Fadhilaskha Betafachreza (21031010204)
5. Raihan Afian Raya (21031010225)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA


TIMUR

SURABAYA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bela Negara ini dengan
baik. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bela Negara.
Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini, atas dukungan moral dan materi yang diberikan, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tri Lathif Mardi Suryanto, MT sebagai
dosen mata kuliah Bela Negara serta teman-teman yang ikut membantu dalam
penyusunan makalah ini. Kami mengharapkan makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat untuk pembaca, dan apabila ada kekurangan mohon dimaafkan. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan baik dari segi bahasa, penyusunan, pembahasan, maupun
penulisan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 01 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………....i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii

BAB 1 ……………………………………………………………………………..1

PENDAHULUAN ………………………………………………………………..1

I.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1

I.2 Tujuan………………………………………………………………………..1

I.3 Manfaat………………………………………………………………………2

BAB II ……………………………………………………………………………3

TINJAUAN PUSTAKA ...…………………………………….…………………3

II.1 Pengertian Bela Negara ………………………………………………………3

II.2 Kesadaran Bela Negara ………………………………………………………3

II.3 Lima Subtansi Bela Negara …………………………………………………..5

II.4 Faktor-faktor Penghambat Kesadaran Bela Negara ………………………….9

II.5 Faktor-faktor Pendukung Kesadaran Bela Negara …………………………...9

II.6 Implementasi yang Dapat Dilakukan Atas Kesadaran Bela Negara ………..10

BAB III ………………………………………………………………………….12

KESIMPULAN ………………………………………………………………....12

III.1 Kesimpulan.………………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA .………………………………………………………….13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang begitu besar, sehingga membutuhkan


sistem pertahanan yang memadai dan bisa melindungi seluruh wilayah, masyarakat,
maupun seluruh aspek di dalamnya. Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan
merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara
tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar negeri
dan/atau dari dalam negeri, suatu negara tidak akan dapat mempertahankan
keberadaannya. Bangsa Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945 bertekad bulat untuk membela, mempertahankan, dan
menegakkan kemerdekaan, serta kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945(Warouw,1999).

Seiring dengan berkembangnya suatu Negara, akan semakin sulit juga bangsa
tersebut untuk melindungi negaranya dari ancaman yang akan datang. Di arus
globalisasi dan modernisasi ini banyak mengakibatkan dampak yang negatif dalam
perkembangan nya, baik dalam pemerintahan, instansi, ekonomi, sosial, serta
pendidikan terutama mahasiswa dilingkungan kampus khususnya Universitas
Pembangunan Veteran Jawa Timur . Ada banyak ancaman yang terjadi baik dari
luar maupun dalam Negara itu sendiri. Oleh karena itu, seharusnya Negara memiliki
rasa nasionalisme yang kuat untuk melindungi dan membela negaranya dari
ancaman tersebut .

I.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pentingnya bela negara untuk menjaga keutuhan suatu


bangsa
2. Untuk mengetahui substansi penting dalam komponen bela negara
3. Untuk mengetahui pengimplementasian bela negara dalam kehidupan

1.3 Manfaat

1. Agar mahasiswa memahami arti dari makna bela negara yang sesungguhnya

1
2. Agar mahasiswa mengetahui pentingnya kesadaran bela negara untuk suatu
bangsa
3. Agar mahasiswa memahami faktor penghambat dan faktor pendukung
kesadaran bela negara

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Bela Negara

Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal 27 ayat (3)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Artinya secara
konstitusional bela negara mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan
kewajiban setiap warga negara. Bela Negara terkait etar dengan terjaminnya
eksistensi NKRI dan terwujudnya cita-cita bangsa sebagaimana termuat dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum,
Mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pasca Proklamasi
kemerdekaan tahun 1945, bangsa Indonesia telah melaksanakan upaya bela negara
dengan gigih untuk mengatasi berbagai bentuk ancaman yan dating dari dalam
negeri atau luar negeri.

Kemampuan awal bela negara dari tiap warga negara, diartikan sebagai potensi
dan kesiapan untuk melakukan aksi bela negara sesuai dengan profesi dan
kemampuannya di lingkungan masing-masing atau di lingkungan publik yang
memerlukan peran serta upaya bela negara. Pada dasarnya tiap warga negara
mempunyai kemampuan awal bela negara berdasarkan nilai-nilai dasar bela negara
dari aspek kemampuan diri seperti nilai-nilai percaya diri, nilai-nilai profesi dan
sebagainya dalam mengantisipasi dan mengatasi berbagai bentuk ancaman,
gangguan, dan hambatan melalui berbagai tindakan dalam bentuk sederhana hingga
yang besar. Sesungguhnya tiap warga negara telah melakukan tindakan bela negara
dalam berbagai aspek yakni : aspek demografi, geografi, sumber daya alam dan
lingkungan, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan aspek
pertahanan keamanan.

II.2 Kesadaran Bela Negara

Kesadaran bela negara menjadi bagian penting dari strategi nasional bangsa
dan negara Indonesia guna menghadapi berbagai ancaman, gangguan, hambatan,
dan tantangan. Kesadaran bela negara hakikatnya adalah kesediaan berbakti pada

3
negara dan kesediaan berkorban untuk membela negara. Sejarah berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang diperoleh melalui perjuangan panjang
dan penuh pengorbanan, tidak dapat dilepaskan dari peran dan kontribusi dari
seluruh komponen bangsa. Negara dan bangsa Indonesia mengerahkan segenap
daya upayanya dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia. Kesadaran bela negara telah diamanatkan
dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berbunyi “ Setiap warga negara Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, berbunyi “Setiap Warga Negara Berhak dan Wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya dalam Pasal 30 ayat (1) Undang
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, berbunyi “Tiap-tiap Warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara dan“.
Penjabaran lebih lanjut tentang pembelaan negara tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9, yang
menyebutkan bahwa bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Sikap dan perilaku tersebut tidak begitu saja muncul menjadi kesadaran
setiap warga negara sejak lahir, sehingga perlu ditumbuhkembangkan sejak dini
serta senantiasa dipelihara dan dikembangkan secara berkesinambungan melalui
pembinaan kesadaran bela negara. Hakikat pembinaan kesadaran bela negara
adalah upaya untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang memiliki jiwa
nasionalisme dan patriotisme serta memiliki ketahanan nasional yang tangguh guna
menjamin tetap tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan
terpeliharanya pelaksanaan pembangunan nasional dalam mencapai tujuan
nasional. Terkait dengan hakikat tersebut, ada tiga pertanyaan mendasar tentang
bela negara yang perlu dijawab guna lebih memahami makna dari bela negara itu
sendiri. Dalam kebijakan pertahanan negara yang mengacu kepada Undang Undang
RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, sebagaimana yang tercantum
dalam Buku Putih Pertahanan Negara Tahun 2015 yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pertahanan, kesadaran bela negara Warga Negara Indonesia
ditempatkan pada posisi yang sangat strategis, yaitu sebagai fondasi/landasan pada
piramida sumber daya pertahanan negara. Sumber daya pertahanan dikelola melalui
proses transformasi untuk mengubah potensi sumber daya dan sarana prasarana
nasional menjadi elemen-elemen kekuatan nasional. Elemen-elemen kekuatan
tersebut meliputi sumber daya pertahanan militer dan nomiliter yang dikerahkan
secara bersinergi dalam upaya pertahanan negara

4
II.3 Lima Substansi Bela Negara

Konsepsi hukum bela negara di Indonesia dengan mendasarkan kepada


Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 27 ayat (3) Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya Pembelaan Negara dan Pasal 30 ayat (1)
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Dari kedua ketentuan tersebut dapat dipahami bahwa bela negara
merupakan hak dan kewajiban konstitusional warga negara Indonesia. Konsepsi
Bela Negara ini secara substansial mengandung lima nilai yaitu: cinta tanah air,
sadar berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai ideologi negara, rela
berkorban untuk bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal bela negara
(Kementerian Pertahanan, 2017).

II.3.1 Cinta Terhadap Tanah Air

Cinta tanah air adalah perasaan cinta terhadap bangsa dan negara. Karena
cinta terhadap tanah air maka dengan sepenuh hati rela berkorban untuk membela
bangsa dan negara dari setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Pada
hakikatnya cinta tanah air adalah kebanggaan menjadi bagian dari tanah air dan
bangsa yang pada ujungnya ingin berbuat sesuatu untuk mengharumkan nama tanah
air dan bangsa. Untuk memahami pentingnya mewujudkan cinta tanah air, dapat
kita wujudkan setiap hari dengan bagaimana sikap kita dalam menjalani hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan pantang menyerah, peduli dan
saling membantu antara umat. Itu merupakan cerminan cinta tanah air. Cinta tanah
air adalah sebagian dari iman. Negara dan bangsa adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan kita., yang akan selalu kita bawa sampai akhir hayat
kita. Negara dan bangsa tidak akan terlepas dari kehidupan kita. Cinta tanah air
dapat pula diartikan rasa kebanggan, rasa memiliki, rasa menghormati dan loyalitas
yang dimiliki setiap individu pada negara dimana dia tinggal. Kesemuanya itu
tercermin pada perilaku membela, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat dan budaya
yang ada di negaranya serta melestarikan alam dan lingkungannya. Beberapa sikap
dan perilaku yang mencerminkan bahwa kita mencintai tanah air, antara lain :

1. Bangga sebagai orang Indonesia,


2. Memakai produk dalam negeri,
3. Mentaati semua peraturan-perundangan,
4. Taat membayar pajak
5. Dengan ikhlas mengikuti upacara bendera.

5
6. Menjaga kelestarian lingkungan,
7. Saling hormat-menghormati sesama warga negara, dan masih banyak
lagi sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa cinta tanah air.

II.3.2 Sadar Berbangsa dan Bernegara

Bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki kesamaan asal keturunan,


adat-istiadat, budaya, sejarah dan berpemerintahan sendiri. Sedangkan berbangsa
adalah sekelompok manusia tersebut memiliki landasan etika, bermoral dan
berakhlak mulia dalam bersikap mewujudkan makna sosial dan adil. Negara adalah
suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-
sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan
yang mengurus tata tertib dan serta keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia tersebut. Sedangkan bernegara adalah sikap dari kelompok
manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai
satu bangsa serta berproses dalam satu wilayah atau satu negara. Kesadaran dapat
diartikan sebagai sikap perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri dengan dengan
dilandasi suasana hati yang ikhlas/rela tanpa tekanan dari luar untuk bertindak yang
pada umumnya dalam upaya mewujudkan kebaikan yang berguna untuk diri sendiri
dan lingkungannya.

Berbangsa dan bernegara merupakan suatu konsep atau istilah yang seorang
individu terikat dan atau menjadi satu bagian dari suatu bangsa (nation) dan negara
(state). Jadi kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia mempunyai makna
bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan Negara Kesatuan
Republik Indonesia harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari
kemauan diri yang dilandasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan bangsa
dan negara Indonesia. Bagaimana kesadaran berbangsa dan bernegara rakyat
Indonesia ? Apakah masih kuat atau cenderung lemah? Bila melemah apa gejalanya
dan penyebabnya ? Gejala melemahnya kesadaran berbangsa dan bernegara antara
lain dapat kita lihat dari perilaku individu sebagai rakyat maupun pejabat yang
masih menunjukkan tindakan-tindakan yang melanggar kaidah hukum, seperti
mafia hukum, pencemaran lingkungan, tindakan kriminalitas, pembalakan liar,
lebih mementingkan diri dan kelompok, korupsi, bersikap kedaerahan yang
berlebihan, anarkis, penggunaan narkoba, kurang menghargai karya bangsa sendiri,
mendewakan produk bangsa lain dan masih banyak lagi perilaku yang
memperlemah kesadaran berbangsa dan bernegara.

6
II.3.3 Yakin Pancasila Sebagai Ideologi NegaraNegara

Ideologi berasal dari bahasa Inggris idea yang berarti gagasan, pemikiran
pengertian, dan logy yang berarti ilmu, pengetahuan. Dalam bahasa Yunani idein
yang berarti mengetahui, melihat dengan budi, dan logos yang berarti ajaran atau
ilmu. Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan,
pengetahuan tentang ide-ide (sciences of ideas) atau pengertian-pengertian dasar.
Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan
serta kepercayaan yang bersifat sistematis dan berorientasi pada tingkah laku dalam
berbagai bidang kehidupan, diantaranya kehidupan politik, hukum, pertahanan
keamanan, ekonomi, sosial-budaya serta bidang keagamaan / kepercayaan.

Jadi Pancasila sebagai ideologi negara, adalah ideologi yang bersumber dari
seluruh nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara adalah nilai-nilai
Pancasila menjadi sumber inspirasi dan cita-cita hidup bangsa Indonesia. Pancasila
menjadi pedoman hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila
sebagai dasar negara adalah nilai-nilai Pancasila merupakan suatu dasar nilai untuk
mengatur pemerintahan negara. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan sumber semangat bagi para penyelenggara negara dan para pelaksana
pemerintahan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya agar tetap diliputi dan
diarahkan pada azas kerohanian negara seiring dengan perkembangan jaman dan
dinamika masyarakat.

II.3.4 Rela Berkorban Untuk Bangsa dan Negara

Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban
demi bangsa dan negara. Patriotisme berasal kata patriot dan isme yang berarti sifat
kepahlawanan atau jiwa pahlawan (dalam bahasa Inggris patriotism atau heroism).
Pengorbanan ini dapat berupa harta benda atau jiwa raga. Patriotisme pada dasarnya
berkaitan erat dengan nasionalisme. Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri. Kesadaran keanggotaan suatu bangsa yang
secara potensial maupun aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan
mengabdikan jatidiri, integritas, kemakmuran dan kekuatan suatu bangsa. Dari
definisi diatas dapat dipahami bahwa keduanya sama-sama berorientasi pada
kecintaan pada bangsa dan negara. Karena itu patriotisme sering disinonimkan
dengan nasionalisme.

Sejarah perjuangan Indonesia telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia


telah banyak berkorban untuk mencapai kemerdekaan. Selama 350 tahun lebih
bangsa ini hidup dalam kesengsaraan dibawah kekuasaan penjajah. Pengalaman
pahit selama itu dijadikan sebagai motivasi atau penggerak untuk meraih

7
kemerdekaan sehingga benar benar terbebas dari berbagai penderitaan. Peristiwa 10
November 1945 merupakan bukti nyata perjuangan bangsa Indonesia yang
memiliki semangat patriotik. Mereka tetap mempertahankan kemerdekaan dan
tidak ingin bangsa lain kembali menjajah tanah air.

Rela berkorban demi bangsa dan negara yaitu dengan rela mengorbankan
waktu, tenaga, pikiran dan harta-benda untuk kepentingan umum. Atau dengan
pengertian lain adalah pengabdian tanpa pamrih yang diberikan oleh warga negara
terhadap tanah tumpah darah dengan penuh kesadaran, keikhlasan dan tanggung
jawab untuk mempertahankan kelangsungan kejayaan bangsa dan negara Republik
Indonesia. Ditengah arus globalisasi saat ini, dimana sifat dan perilaku individu
yang kurang peduli dengan kehidupan sekitarnya semakin menonjol, muncul
pertanyaan : masih adakah warga negara kita yang dengan ikhlas dan rela berkorban
demi bangsa dan negara dari warga negara kita ? Ternyata masih banyak diantara
warga negara kita yang dengan sukarela dan bergotong royong mengabdikan
dirinya untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai misal
pelaksanaan siskamling/ronda malam yang dilaksanakan demi keamanan
lingkungan perumahan. Melaksanakan siskamling adalah merupakan wujud
kerelaan berkorban anggota masyarakat untuk kepentingan dan keamanan bersama.

Namun disisi lain, masih banyak warga negara yang tidak peduli dengan nasib
bangsa dan negaranya. Mereka telah terbawa arus globalisasi yang membuatnya
terlena dengan paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh
karena itu pemahaman kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara yang
merupakan salah satu nilai-nilai bela negara harus ditanamkan dan disadarkan
kepada segenap warga negara melalui pendidikan formal dan non formal serta
keteladanan dari berbagai pihak termasuk para pemimpin bangsa.

II.3.5 Memiliki Kemampuan Awal Untuk Bela Negara

Nilai bela negara terakhir adalah memiliki kemampuan awal bela negara
secara psikis maupun fisik. Secara psikis, yaitu memiliki kecerdasan emosional,
spiritual dan intelegensia (EQ, SQ, IQ), senantiasa memelihara jiwa dan raganya
serta memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji. Dan tidak kalah
pentingnya secara psikis adalah mentaati semua peraturan perundangan. Sedangkan
secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan yang prima, keterampilan jasmani
untuk mendukung kemampuan awal bela negara secara psikis dengan gemar
berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan. Potensi atau kemampuan awal bela
negara secara psikis maupun fisik dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Sebagai
contoh kecerdasan emosional (EQ) dilatih atau dibiasakan dengan pengendalian
diri, bersikap sopan santun, rendah hati. Kecerdasan spiritual (SQ) ditingkatkan

8
dengan senantiasa rajin melaksanakan ibadah sesuai dengan agama atau
kepercayaan masing-masing. Kecerdasan intelegensia (IQ) dikembangkan dengan
mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan. Kemampuan awal bela negara secara fisik
dapat dikembangkan dengan menjaga kesehatan agar tetap prima dengan jalan
menjaga asupan makanan yang bergizi (empat sehat lima sempurna),
mempertahankan kesamaptaan jasmani dengan olahraga.

II.4 Faktor-Faktor Penghambat Kesadaran Bela Negara

Didalam menumbuhkan kesadaran bela negara terdapat beberapa faktor yang


menjadi penghambat, antara lain

1) Rasa malu berbangsa dan bernegara Indonesia.


2) Tidak mengetahui akan nilai-nilai positif dan kekayaan yang dimiliki oleh
NKRI
3) Menurunnya tingkat keamanan Indonesia.
4) Ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
5) Ketidak Sederhanaan kehidupan para pemimpin.
6) Ketidaktegasan hukum.
7) Munculnya rasa ingin menonjolkan kelompok atau golongan masing-
masing.
8) Merosotnya nilai toleransi dan saling menghargai.

II.5 Faktor-Faktor Pendukung Kesadaran Bela Negara

Untuk mengatasi penghambat dalam menumbuhkan kesadaran bela negara


diperlukan upaya yang menjadi faktor pendukung kesadaran bela negara. Faktor
pendukung tersebut antara lain

1) Tingkat keamanahan dan keteladanan seorang pejabat/pemimpin.

Apabila pejabat/pemimpin amanah dalam menjalankan serta memberikan


teladan yang baik, tentu semua oknum akan berlaku jujur dalam
menjalankan tugas dan masyarakat akan mengikuti hal-hal yang baik
tersebut.

2) Pemerataan kesejahteraan.

Dengan adanya pemerataan kesejahteraan maka setiap warga akan


merasakan adanya aturan yang sama dan perlakuan yang sama sebagai
warga negara.

3) Keadilan dalam memberikan hak dan kewajiban sesama warga negara.

9
Beberapa hak dan kewajiban setiap warga negara telah diamanatkan dalam
konstitusi kita (UUD 1945). Sebaliknya kewajiban pemerintah belum
sepenuhnya menyentuh atau menjawab apa yang menjadi hak warga negara.
Misalnya, pasal 31 ayat (1) UUD 1945 mengamanatkan setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan, namun kita masih melihat masih banyak
warga negara yang belum mendapatkan pendidikan yang layak.

4) Kepercayaan kepada wakil rakyat dan pemerintah.

Dengan memberikan kepercayaan kepada pemerintah akan tumbuh rasa


bangga bahwasanya mempunyai negara yang dapat dibanggakan. Serta
wakil rakyat -pun akan senang hati menjalankan amanah yang diberikan
warga negara/rakyat.

5) Tegasnya peraturan dan perundangan.

Republik Indonesia adalah negara hukum dengan tiga prinsip dasar yang
harus dipatuhi segenap warga dan pejabat. (supremasi hukum di atas segala-
galanya, kesetaraan di depan hukum, penegakkan hukum tanpa melanggar
hukum). Dengan hukum dan aturan yang tegas akan menumbuhkan rasa
percaya dan bangga terhadap negara.

6) Rasa memiliki, bangga serta menyadari berbangsa dan bernegara yang satu
Indonesia.
7) Mengetahui lebih banyak hal-hal yang positif serta kekayaan Indonesia,
jangan selalu negative thinking terhadap bangsa dan negara Indonesia.

II.6 Implementasi yang Dapat Dilakukan Atas Kesadaran Bela Negara

Mengingat tugas utama dan pertama pendidikan kesadaran bela negara, yang
diemban oleh Kementerian Pertahanan menanamkan nilai-nilai keutamaan bela
negara, maka pendidikan kesadaran bela negara sesungguhnya merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pendidikan kewarganegaran. Dengan demikian maka
implementasi bela negara adalah :

1. Dijadikan gerakan nasional pendidikan mencapai watak dan kepribadian


serta perilaku segenap warga negara.
2. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara sesuai dengan pasal 9
ayat (2) UU.RI.No. 3 tahun 2003 tentang Pertahanan Negara
diselenggarakan melalui :

10
● Pendidikan Kewarganegaraan.
● Pelatihan Dasar Kemiliteran secara wajib.
● Pengabdian sesuai dengan profesi.
● Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib.

(Abidin, 2014).

11
BAB III

KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan

Dari hasil penjabaran mengenai lima substansi bela negara maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kesadaran bela negara menjadi bagian penting dari strategi nasional bangsa
dan negara Indonesia guna menghadapi berbagai ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan. Kesadaran bela negara hakikatnya adalah
kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban untuk membela
negara. Sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
yang diperoleh melalui perjuangan panjang dan penuh pengorbanan, tidak
dapat dilepaskan dari peran dan kontribusi dari seluruh komponen bangsa.

2. Lima komponen penting dalam substansi hakikat bela negara yakni, cinta
tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai ideologi
negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan
awal bela negara.

3. Pengimplementasian bela negara dalam kehidupan dapat diwujudkan


melalui dijadikannya gerakan nasional pendidikan mencapai watak dan
kepribadian serta perilaku segenap warga negara. Dan dalam Keikutsertaan
warga negara dalam upaya bela negara sesuai dengan pasal 9 ayat (2)
UU.RI.No. 3 tahun 2003 tentang Pertahanan Negara diselenggarakan
melalui :

• Pendidikan Kewarganegaraan.
● Pelatihan Dasar Kemiliteran secara wajib.
● Pengabdian sesuai dengan profesi.
● Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib

12
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pertahanan, 2017, Bela Negara Dalam Perspektif Strategi dan


Kebijakan Pertahan Negara, Puskom Publik Kemhan, Jakarta

Abidin, Z., et all, 2014, Buku Ajar Pendidikan Bela Negara, Universitas
Pembangunan Veteran Jawa Timur, Surabaya

https://kesbangpol.bantenprov.go.id/upload/link/E-BOOK-BELA-NEGARA.pdf

Josep A.waraouw, Krisis 45 Berjuang Membela Negara (Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan, 1999),h.17

13

Anda mungkin juga menyukai