IP SIKKA : 958632509
Sumber daya manusia yang dimiliki DJP terbilang cukup variatif dalam perihal usia. Tidak
sedikit SDM yang masih pada tingkat “millennial”, jadi DJP sudah memiliki amunisi untuk
menghadapi tantangan ini, selanjutnya, bila sudah punya amunisi, apa yang perlu dilakukan?
DJP perlu melakukan pengelolaan SDM yang masih ada di rentang umur “millennial” secara
maksimal,dan efektif agar mencapai tujuan untuk menyelesaikan tantangan yang akan dihadapi
DJP dalam 10 tahun ke depan untuk menghadapi generasi millennial. Pengelolaan seperti apa?
Harus jelas apa yang ingin dicapai dalam 10 tahun ke depan, targetnya yang ingin dicapai pun
harus jelas terlebih dahulu. Kenali targetnya terlebih dahulu. Tentu saja, target utama 10 tahun
ke depan, tidak lain dan tidak bukan adalah generasi millennial. Apa yang paling menonjol dari
generasi millennial? Mereka itu sangat tertarik akan semua hal yang berbau visual, karena
mereka memang lebih cenderung ke visual. Maka kita memerlukan pendekatan yang dapat
menarik, memuaskan, dan mencuri perhatian dari “mata” mereka. Dari hal-hal yang kita telah
identifikasi di atas, apa yang dapat disimpulkan? Visual, salah satu solusi untuk menarik
perhatian generasi millennial. Kita butuh “advertising” atau teknik marketing yang mumpuni dan
sangat baik dalam memvisualisasikan semua itu sehingga dapat mencapai target yang DJP tuju.
Mengapa visual? Mari kita lihat hal yang paling dekat dengan anak muda jaman sekarang, yaitu
gadget. Gadget adalah hal utama di era modern sekarang, tidak hanya bagi generasi millennial,
tapi hampir untuk semua generasi. Apa hal yang paling utama sering dikulik dari gadget yang
dimiliki oleh tiap orang pada saat ini? Jawabannya adalah media sosial, ya hampir semua
generasi millennial, hidup tidak jauh dari media sosial, seakan-akan dunia dewasa ini hanya fokus
pada media sosial.
Di media sosial, SDM DJP harus bisa mencari celah untuk menarik perhatian anak muda.
Salah satu strateginya adalah dengan menerapkan digital advertising. Bagaimana cara
melakukannya? Apakah kita perlu bantuan pihak lain? Pihak ketiga? Butuh rumah kreatif untuk
membangun digital advertising DJP? Jawabannya adalah tidak, DJP bisa sendiri, inilah yang
perlu digali. Dalam 10 tahun, pengelolaan SDM di sektor marketing/humas/advertising itu sangat
diperlukan. DJP akan membutuhkan orang-orang yang memiliki ide-ide “liar” untuk membangun
itu semua. Apakah DJP punya SDM seperti itu? Tentu ada, tidak sedikit malah, cuman beberapa
dari mereka “memendam” bakat itu karena ada rasa tidak percaya diri atau memang tidak pernah
mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Contoh sederhana, lulusan PKN
STAN, tak sedikit dari mereka yang memang latar belakangnya memiliki jiwa-jiwa kreatif sebelum
mereka bergabung dengan keluarga kementrian keuangan, coba kita lihat bagaimana digital
advertising oleh beberapa acara besar PKN STAN seperti Dinamika, Wisuda Akbar, dan Dies
Natalis, semua dibuat sangat menarik oleh anak-anak yang memang memiliki jiwa desain
komunikasi visual yang di atas rata-rata. Tugas DJP adalah melakukan pengelolaan SDM yang
seperti ini, adakan diklat humas, diklat bidang kreatif, diklat marketing dan masih banyak lagi.
Tidak perlu mendatangkan pelatih dari pihak luar. Kita bisa melakukan diklat dari kita dan untuk
kita, karena memang DJP mampu mengelola SDM-nya sendiri. Banyak SDM baru yang memang
tidak hanya datang dengan kemampuan teoritis soal keuangan, tapi banyak juga yang memiliki
soft-skill lain yang pada dasarnya sangat bisa dilatih dan dikembangkan bagi kemajuan pajak
negara kita.
DJP dalam 10 tahun ke depan itu perlu “rebranding”, dalam artian perlu suasana baru,
nuansa baru atau anak muda sekarang sering mengatakannya, “DJP tuh perlu vibe yang lebih
fresh dan eye catching”. Di bulan januari 2019, DJP mengeluarkan logo yang di-publish melalui
akun media sosial DJP. Baik di Twitter ataupun Instagram, respon masyarakat cukup positif dan
tidak sedikit yang mengatakan ini memberikan warna baru bagi Lembaga Perpajakan yang
dimiliki negara ini. Tidak sedikit orang-orang di media sosial menjadikan ini bahan perbincangan,
dan di kesempatan ini kita bisa melakukan digital advertising. Memang kita harus terus mencari
kesempatan. DJP perlu mengelola SDM yang baru ini untuk bisa membuat infografis yang kreatif
untuk di publish di Instagram, atau SDM yang memiliki penjelasan tertulis yang baik untuk
menjelaskan di twitter, tidak harus jadi admin di media sosial milik DJP, karena pada
kenyataannya tidak mungkin semua SDM jadi admin, tapi cukup membantu bila melihat ada
masyarakat yang bertanya ataupun mengeluh di media sosial kita, saling membantu itu penting.
Perlu juga SDM yang bisa menjadi “agent of change” di tengah masyarakat sekitarnya dengan
memberikan penjelasan yang mudah dimengerti. DJP kedepannya harus punya SDM yang siap
roadshow dalam hal perpajakan kemanapun ia pergi, bisa memberikan roadshow di kampus.
Pada dasanya, kampus adalah ruang inkubasi yang sedang mempersiapkan “wajib pajak masa
depan”. Maka SDM DJP harus menjemput bola ke kampus-kampus agar para calon wajib pajak
ini tidak buta total saat mereka harus berhadapan dengan pajak di kehidupan dewasa mereka,
melainkan mereka menjadi mengerti apa itu pajak dan malah mengajak temannya untuk mengerti
juga. Bisa dengan buka “pojok pajak” di dalam kampus, memberikan seminar singkat di tiap dies
natalis di seluruh kampus Indonesia, dan lain sebagainya.
Segala cara kreatif bisa dan harus dilakukan untuk pengelolaan SDM, memang
kelihatannya sulit, namun zaman sudah semakin berkembang, maka pengelolaan SDM juga
harus mengimbangi perkembangan. SDM DJP sekarang itu harus bisa tampil dan benar-benar
dilatih untuk bisa berada di tengah masyarakat agar dapat menjadi “cahaya” bagi masyarakat
yang masih dilanda kebingungan. Selain menjelaskan, SDM juga harus bisa meyakinkan bahwa
membayar pajak itu memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat Indonesia, artinya SDM harus
juga bisa memasarkan. Mengutip dari Humas DJP dalam salah satu seminar di kampus PKN
STAN, Ibu Anni Natalia, beliau pernah mengatakan, bila ingin SDM yang berkualitas, maka
latihlah kemampuan “public speaking” mereka, karena itu penting, bukan hanya untuk
masyarakat, tapi juga untuk intra dalam kantor itu sendiri. Beliau juga bilang bahwa “barang”
(baca:pajak) yang DJP jual itu sangat susah sekali dipasarkan, tidak ada satupun orang di dunia
ini yang memang dengan rela membayar pajak, makanya kita perlu SDM yang kemampuannya
cukup mumpuni untuk membawa dunia perpajakan Indonesia lebih baik di mata masyarkat
dengan melakukan pengelolaan SDM yang lebih baik.