Anda di halaman 1dari 15

MASJID ISTIQLAL

Disusun untuk memenuhi tugas

MATA KULIAH : SEJARAH PERADABAN ISLAM

DOSEN : Dr. Ir., HERI HERMANTO., M.T.

OLEH :

MUHAMAD ABI AUFA

2020130015

PRODI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Masjid Istiqlal. Adapun
maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Wonosobo, 22 Maret 2021

Penyusun
A. Sejarah Masjid Istiqlal

Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk


mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun
proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan
tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan
monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara.

1) Perencanaan

Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana


pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik
rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal.
Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Eliza Pondaag pada
tanggal 7 Desember 1954.

Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid


Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang
paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni
Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi
tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan
di atasnya.

Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI saat itu) mengusulkan lokasi


pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat
reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan
pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan
simbol kekuasaan keraton di Pulau Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa
masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun,[4] dan Taman
Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu Soekarno
juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral
Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi
beragama sesuai Pancasila.
2) Sayembara Rancangan Masjid

Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para
Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai
ketua, dengan anggotanya Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Ir. Djoeanda Kartawidjaja, Ir.
Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim
Amrullah (HAMKA), H. Aboebakar Atjeh, dan Oemar Husein Amin.

Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30


Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya
peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang
menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan
lomba.

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta
sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah :

1. Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan


2. Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar
3. Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam
4. Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham
5. Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain
bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab

Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai


pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus
menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua,
ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta mendapat sertifikat
penghargaan.
3) Pembangunan

Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada


tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam.

Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak


direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak
kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif. Pada masa
itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk
memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun
1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama
sekali. Setelah situasi politik mereda, pada tahun 1966, Menteri Agama
KH. Muhammad Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini.
Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator
Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Prasasti Peresmian Masjid Istiqlal tahun 1978 Tujuh belas tahun kemudian, Masjid
Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan
penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978,[19] ditandai
dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan
diperoleh terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah) dan
US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).
B. Ciri-ciri Arsitektur

Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu menerapkan bentuk-


bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam ukuran raksasa
untuk menimbulkan kesan agung dan monumental. Ragam hias ornamen masjid pun bersifat
sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen logam krawangan (kerangka
logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi.

Dengan berkunjung ke masjid ini, jamaah dan wisatawan dapat melihat keunikan
arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah,
dan Eropa. Arsitektur Indonesia tampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan
memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak masjid yang
berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada bagian dalam kubah
masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini
juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding
yang kokoh.

Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang unik terhadap berbagai
serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu menunjukkan kuatnya
pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat yang berbeda, yang
ditempatkan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama,
dalam rangka membina kesatuan dan persatuan bangsa.

C.
1) Pintu Gerbang Masjid Istiqlal

Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran yang


memiliki makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki
ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna,
nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh
lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu.

Salah satu pintu gerbang Masjid Istiqlal dinamai AL MALIK

2) Kubah

Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45


meter, angka "45" melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja
antikarat berbentuk Bulan sabit dan bintang, simbol Islam. Kubah utama ini ditopang
oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi
empat tingkat balkon. Angka "12" yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari
kelahiran Nabi Muhammad yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12
bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun.

Kubah Masjid Istiqlal


3) Mihrab Masjid Istiqlal

Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di


tengahnya. Pada dinding utama terdapat ornamen logam bertuliskan aksara
Arab Allah di sebelah kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya
terdapat kaligrafi Arab Surah Ta Ha ayat ke-14. 

Mihrab Masjid Istiqlal

4) Menara Masjid Istiqlal

Tidak seperti masjid dalam arsitektur Islam Arab, Persia, Turki,


dan India yang memiliki banyak menara, Istiqlal hanya memiliki satu menara yang
melambangkan Keesaan Allah. Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi
66,66 meter (6.666 cm), melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional
dalam Alquran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara terbuat dari kerangka
baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam Al Quran, maka tinggi total
menara adalah 96,66 meter.

Menara Masjid Istiqlal


C. Denah Masjid Istiqlal
1) Denah Basement

Masjid Istiqlal yang megah ini adalah bangunan berlantai dua. Lantai pertama
untuk perkantoran, ruang pertemuan, instalasi AC sentral dan listrik, kamar mandi,
toilet dan ruang tempat wudhu

Denah Basement Masjid Istiqlal


2) Denah Lantai 2

Ruangan salat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan
lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor berbagai
organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal seluruhnya ditutupi oleh marmer seluas
25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, sarana penunjang
masjid, dan ruang serbaguna. Jumlah tangga menuju lantai salat utama sebanyak 11
unit. Tiga diantaranya memiliki ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama yaitu:
satu unit berada disisi utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan
yang dapat dipergunakan langsung menuju lantai lima, dan satu unit lainnya berlokasi di
emper selatan menuju lantai utama, tangga-tangga ini memiliki lebar 15 meter.

Denah Lantai 2 Masjid Istiqlal


3) Denah Lantai 3

Denah Lantai 2 Masjid Istiqlal


4) Denah Lantai 4

Denah Lantai 4 Masjid Istiqlal


5) Denah Lantai 5

Denah Lantai 5 Masjid Istiqlal


D. Gambar Detail Arsitektur Masjid Istiqlal
1) Detail Tangga Gedung Induk

Detail Tangga Gedung Induk

2) Detail Konstruksi Kaki Tiang Bulan di Atas Dome

Detail Konstruksi Kaki Tiang Bulan di Atas Dome


3) Gambar Detail Gevel Timur

Gambar Detail Gevel Timur

4) Gambar Detail Tangga Pojok Emper

Gambar Detail Tangga Pojok Emper


5) Gambar detail Dinding

Gambar Detail Dimding


6) Detail Mihrab

Gambar Detail Mihrab

Anda mungkin juga menyukai