Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SEJARAH ARSITEKTUR

BANGUNAN HAGIA SOPHIA (INSTANBUL TURKI)


(KARYA ARSITEKTUR BYZANTIUM)

NAMA : GUNAWAN

NIM : 41214110019

JURUSAN :TEKNIK ARSITEKTUR

DOSEN :ALVIN HADIWONO


Gambar 02 PETA HAGIA SOPHIA

Gambar 02 Bangunan sekitar Hagia


Sophia
GAMBAR 03-04 BLOCK PLAN
GAMBAR 06. DENAH HAGIA SOPHIA

GAMBAR 07. ELEVATION GAMBAR 08.CROSS SECTION

GAMBAR 09. TRANSVERSAL SECTION GAMBAR 10. LONG SECTION


GAMBAR 11. BENTUK KUBAH DAN DETAIL HAGIA SOPHIA

GAMBAR 12. BENTUK KOLOM INTERIOR GAMBAR 13. DESAIN LAMPU INTERIOR
GAMBAR EKSTERIOR
GAMBAR INTERIOR
a. Sejarah Masjid Aya Sofia
Sebelum diubah menjadi masjid, Aya Sofia adalah sebuah gereja bernama Hagia Sophia
yang dibangun pada masa Kaisar Justinianus (penguasa Bizantium), tahun 558 M. Arsitek
Gereja Hagia Sophia ini adalah Anthemios dari Tralles dan Isidorus dari Miletus. Berkat
tangan Anthemios dan Isidorus, bangunan Hagia Sophia muncul sebagai simbol puncak
ketinggian arsitektur Bizantium. Kedua arsitek ini membangun Gereja Hagia Sophia dengan
konsep baru. Hal ini dilakukan setelah orang-orang Bizantium mengenal bentuk kubah
dalam arsitektur Islam, terutama dari kawasan Suriah dan Persia. Keuntungan praktis
bentuk kubah yang dikembangkan dalam arsitektur Islam ini, terbuat dari batu bata yang
lebih ringan daripada langit-langit kubah orang-orang Nasrani di Roma, yang terbuat dari
beton tebal dan berat, serta mahal biayanya. Oleh keduanya, konsep kubah dalam arsitektur
Islam ini dikombinasikan dengan bentuk bangunan gereja yang memanjang. Dari situ
kemudian muncullah bentuk kubah yang berbeda secara struktur, antara kubah Romawi dan
kubah Bizantium. Pada arsitektur Romawi, kubah dibangun di atas denah yang sudah harus
berbentuk lingkaran, dan struktur kubahnya ada di dalam tembok menjulang tinggi, sehingga
kubah itu sendiri hampir tidak kelihatan. Sedangkan kubah dalam arsitektur Bizantium
dibangun di atas pendentive--struktur berbentuk segitiga melengkung yang menahan kubah
dari keempat sisi denah persegi--yang memungkinkan bangunan kubah tersebut terlihat
secara jelas.1[1]
Bangunan gereja ini sempat hancur beberapa kali karena gempa, kemudian dibangun lagi.
Pada 7 Mei 558 M, di masa Kaisar Justinianus, kubah sebelah timur runtuh terkena gempa.
Pada 26 Oktober 986 M, pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025), kembali
terkena gempa. Akhirnya, renovasi besar-besaran dilakukan agar tak terkena gempa di awal
abad ke 14.1
Pada 27 Mei 1453, Konstantinopel takluk oleh tentara Islam di bawah pimpinan Muhammad
II bin Murad II atau yang terkenal dengan nama Al-Fatih yang artinya sang penakluk. Saat
berhasil menaklukkan kota besar Nasrani itu, Al-Fatih turun dari kudanya dan melakukan
sujud syukur. Ia pergi menuju Gereja Hagia Sophia. Saat itu juga, bangunan gereja Hagia
Sophia diubah fungsinya menjadi masjid yang diberi nama Aya Sofia. Pada hari Jumatnya,
atau tiga hari setelah penaklukan, Aya Sofia langsung digunakan untuk shalat Jumat
berjamaah. Sepanjang kekhalifahan Turki Usmani, beberapa renovasi dan perubahan
dilakukan terhadap bangunan bekas gereja Hagia Sophia tersebut agar sesuai dengan
corak dan gaya bangunan masjid.2[2]
Dalam sejarah arsitektur Islam, orang-orang Turki dikenal sebagai bangsa yang banyak
memiliki andil dalam pengembangan arsitektur Islam ke negara-negara lainnya. Sementara
dalam masalah keagamaan, orang-orang Turki terkenal sangat bijak, sebab mereka tidak
memaksakan penduduk daerah taklukannya untuk masuk Islam, meskipun mereka berani
berperang untuk membela Islam.3
Karena orang-orang Turki yang beragama Islam cukup arif, maka ketika Gereja Hagia
Sophia dialihfungsikan menjadi masjid pada 1453, bentuk arsitekturnya tidak dibongkar.
Kubah Hagia Sophia yang menjulang ke atas dari masa Bizantium ini tetap dibiarkan, tetapi
penampilan bentuk luar bangunannya kemudian dilengkapi dengan empat buah menara.
Empat menara ini, antara lain, dibangun pada masa Al-Fatih, yakni sebuah menara di
bagian selatan. Pada masa Sultan Salim II, dibangun lagi sebuah menara di bagian timur
laut. Dan pada masa Sultan Murad III, dibangun dua buah menara.3[3]
Pada masa Sultan Murad III, pembagian ruangnya disempurnakan dengan mengubah
bagian-bagian masjid yang masih bercirikan gereja. Termasuk, mengganti tanda salib yang
terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit dan menutupi hiasan-hiasan asli
yang semula ada di dalam Gereja Hagia Sophia dengan tulisan kaligrafi Arab. Altar dan
perabotan-perabotan lain yang dianggap tidak perlu, juga dihilangkan. Begitu pula patung-
patung yang ada dan lukisan-lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat. Lantas selama
hampir 500 tahun bangunan bekas Gereja Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid. Akibat
adanya kontak budaya antara orang-orang Turki yang beragama Islam dengan budaya
Nasrani Eropa, akhirnya arsitektur masjid yang semula mengenal atap rata dan bentuk
kubah, kemudian mulai mengenal atap meruncing. Setelah mengenal bentuk atap
meruncing inilah merupakan titik awal dari pengembangan bangunan masjid yang bersifat
megah, berkesan perkasa dan vertikal. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya gaya baru
dalam penampilan masjid, yaitu pengembangan lengkungan-lengkungan pada pintu-pintu
masuk, untuk memperoleh kesan ruang yang lebih luas dan tinggi.3
Perubahan drastis terjadi di masa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk di tahun 1937.
Penguasa Turki dari kelompok Muslim nasionalis ini melarang penggunaan bangunan
Masjid Aya Sofia untuk shalat, dan mengganti fungsi masjid menjadi museum. Mulailah
proyek pembongkaran Masjid Aya Sofia. Beberapa desain dan corak bangunan yang
bercirikan Islam diubah lagi menjadi gereja. Sejak difungsikan sebagai museum, para
pengunjung bisa menyaksikan budaya Kristen dan Islam bercampur menghiasi dinding dan
pilar pada bangunan Aya Sofia. Bagian di langit-langit ruangan di lantai dua yang bercat
kaligrafi dikelupas hingga mozaik berupa lukisan-lukisan sakral Kristen peninggalan masa
Gereja Hagia Sophia kembali terlihat. Sementara peninggalan Masjid Aya Sofia yang
menghiasi dinding dan pilar di ruangan lainnya tetap dipertahankan. Sejak saat itu, Masjid
Aya Sofia dijadikan salah satu objek wisata terkenal di Istanbul oleh pemerintah Turki. Nilai
sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah memesona. Menjadi Inspirasi
dalam Perkembangan Arsitektur Islam dapat dikatakan identik dengan arsitektur masjid.
Sebab, ciri-ciri arsitektur Islam dapat terlihat jelas dalam perkembangan arsitektur masjid.
Salah satu masjid yang gaya arsitekturnya banyak ditiru oleh para arsitek Muslim dalam
membangun masjid di berbagai wilayah kekuasaan Islam adalah Masjid Aya Sofia di
Istanbul, Turki. Desain dan corak bangunan Aya Sofia sangat kuat mengilhami arsitek
terkenal Turki Sinan (1489-1588) dalam membangun masjid. Sinan merupakan arsitek resmi
kekhalifahan Turki Usmani dan posisinya sejajar dengan menteri. Kubah besar Masjid Aya
Sofia diadopsi oleh Sinan--yang kemudian diikuti oleh arsitek muslim lainnya--untuk
diterapkan dalam pembangunan masjid.4
GAMBAR KEMEGAHAN ARSITEKTUR BAGIAN DALAM

GAMBARAN GEREJA HAGIA SOPHIA DENGAN

TANDA SALIB DI PUNCAK KUBAHNYA

GALERI FOTO LUKISAN CONSTANTINE DAN ISTRINYA


GAMBAR MIHRAB DAN TEMPAT IMAM

TEMPAT WUDHU SEPERTI GENTONG DARI MARMER

GAMBAR TEMPAT WUDHU SEPERTI GENTONG DARI

M
Aya Sophia (Hagia Sophia) merupakan bangunan kebanggaan masyarakat muslim
di Istanbul,Keindahan Arsitektur begitu mengagumkan bangunan ini dulunnya adalah masjid
dan sebelum menjadi masjid,ini adalah gereja yang bernama Haghia Sophia, Hagia Sophia
muncul sebagai symbol puncak ketinggian arsitektur Byzantium.

Hagia Sophia adalah landmark kota Istanbul selain bangunan lainnya, seperti blue
Mosque. Bangunan ini adalah harta warisan dunia yang berusia ribuan tahun dan memiliki
sejarah masa lalu, bagi umat Kristen dan islam, selain itu juga keindahan arsitekturnya
sangat mengagumkan. Lokasi Haghia Sophia ini berhadapan dengan blue mosque dan
dibagian belakang terdapat bangunan makam / mausoleum.

Haghia Sophia yang mengalami perubahan dari gereja ke masjid selama hamper 5
abad, sekarang akhirnnya berfungsi sebagai museum, pada masa sultan murad III,
pembagian ruangnnya disempurnakan dengan mengubah bagian-bagian masjid yang masih
bercirikan gereja,mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan
hiasan bulan sabit. Didalam hagia Sophia bias dilihat budaya Kristen dan islam bercampur
menghiasi dinding dan pilar pada bangunan ini.

Hagia Sophia memang menarik. Bangunan yang masih tetap kokoh berdiri menjadi
bukti kehebatan arsitektur jaman dahulu. Kehebatan orang-orang jaman dahulu yang mau
berfikir untuk mewujudkan suatu impian yang bisa dinikmati oleh generasi sekarang dan
masa depan.

Hagia Sophia menurut pendapat saya,merupakan bangunan sejarah yang perlu


dijaga dan dilestarikan sejarahnnya,dibangunan inilah,pernah dijadikan lokasi shooting 99
cahaya dilangit eropa.yang keindahan arsitektur dan detail interiornnya sangat terliahat.

Anda mungkin juga menyukai