Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Masjid, secara bahasa, adalah tempat sujud. Adapun secara syar’i, masjid adalah
tempat yang dipersiapkan untuk digunakan shalat lima waktu secara berjamaah oleh
kaum muslimin. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan
komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama,
ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah
Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga
kemiliteran.
Oleh karena itu, pemilihan masjid untuk dijadikan obyek studi dikarenakan
fungsinya yang beragam dan mempunyai sejarah yang berbeda beda mengingat
masjid adalah tempat yang suci untuk beribadah maka hal tersebut menjadikannya
menarik untuk dibahas lebih lanjut. Dalam hal ini, masjid yang di bahas yaitu masjid
Al – Wustho Mangkunegaraan, Surakata. Masjid tersebut merupakan salah satu
masjid tertua di daerah Sukarta, Solo, Jawa Tengah.

1.2. Tujuan
Tujuan pembahasan , untuk mengetahui sejarah dan bentuk arsitektural pada
bangunan umum di lingkungan Surakarta, dan sebagai referensi untuk bangunan
berbudaya lainya.

1.3. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah:

a. Memberikan tambahan pengetahuan bagi penyusun serta masyarakat tentang sejarah


dan bentuk arsitektural bangunan budaya di Surakarta.
b. Memberikan sumbangan secara praktis bagi para mahasiswa dan Pertimbangan bagi
para arsitek yang akan merenovasi bangunan masjid Alwustho.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Masjid

Masjid Al-wustho Mangkunegaran

Masjid secara bahasa adalah tempat sujud. Adapun secara syar’i, masjid adalah
tempat yang dipersiapkan untuk digunakan shalat lima waktu secara berjamaah oleh
kaum muslimin. Akan tetapi, terkadang masjid mempunyai arti yang lebih luas dari itu.
Karenanya, tempat yang dijadikan oleh seseorang di rumahnya untuk melaksanakan
shalat sunnah atau shalat wajib karena dia tidak mampu untuk shalat di masjid, yang
orang-orang mendirikan shalat berjamaah di dalamnya, dinamakan masjid pula.
Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim.
Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al
Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut
memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.

2.2. Fungsi Masjid


Fungsi bangunan masjid, yaitu sebagai berikut.
1. Fungsi Keagamaan
a. Ibadah
Semua muslim yang telah baligh atau dewasa harus menunaikan salat
lima kali sehari. Walaupun beberapa masjid hanya dibuka pada hari Jumat, tapi

2
masjid yang lainnya menjadi tempat salat sehari-hari. Pada hari Jumat, semua
muslim laki-laki yang telah dewasa diharuskan pergi ke masjid untuk
menunaikan salat ke masjid.
Salat jenazah, biasanya juga diadakan di masjid. Salat jenazah dilakukan
untuk muslim yang telah meninggal, dengan dipimpin seorang imam. Shalat
jenazah dilakukan di area sektar masjid. Ketika gerhana matahari muncul, kaum
Muslimin juga mengadakan salat khusuf untuk mengingat kebesaran Allah. Pada
dua hari raya atau 'idain,yaitu Idul Fitri dan Idul Adha umat Muslim juga
melakukan salat. Biasanya, beberapa masjid kecil di daerah Eropa atau Amerika
akan menyewa sebuah gedung pertemuan untuk menyelenggarakan salat 'Id. Di
Indonesia, Salat 'Id biasa dilakukan di lapangan terbuka yang bersih dan masjid
sekitar.

b. Kegiatan Bulan Ramadhan


Masjid, pada bulan Ramadan, mengakomodasi umat Muslim untuk
beribadah pada bulan Ramadan. Biasanya, masjid akan sangat ramai di minggu
pertama Ramadan. Pada bulan Ramadan, masjid-masjid biasanya
menyelenggarakan acara pengajian yang amat diminati oleh masyarakat. Tradisi
lainnya adalah menyediakan iftar, atau makanan buka puasa. Ada beberapa
masjid yang juga menyediakan makanan untuk sahur. Masjid-masjid biasanya
mengundang kaum fakir miskin untuk datang menikmati sahur atau iftar di
masjid. Hal ini dilakukan sebagai amal shaleh pada bulan Ramadan.
Pada malam hari setelah salat Isya digelar, umat Muslim disunahkan
untuk melaksanakankan salat Tarawih berjamaah di masjid. Setelah salat
Tarawih, ada beberapa orang yang akan membacakan Al-Qur'an. Pada sepuluh
hari terakhir di bulan Ramadan, masjid-masjid besar akan menyelenggarakan
I'tikaf, yaitu sunnah Nabi Muhammad saw. untuk berdiam diri di Masjid
( mengkhususkan hari-hari terakhir ramadan guna meningkatkan amal ibadah )
dan memperbanyak mengingat Allah swt.
c. Amal

3
Rukun ketiga dalam Rukun Islam adalah zakat. Setiap muslim yang
mampu wajib menzakati hartanya sebanyak 2.5% dari jumlah hartanya. Masjid,
sebagai pusat dari komunitas umat Islam, menjadi tempat penyaluran zakat bagi
yatim piatu dan fakir miskin. Pada saat Idul Fitri, masjid menjadi tempat
penyaluran zakat fitrah dan membentuk panitia amil zakat.

2. Fungsi Kemasyarakatan
a. Pusat kegiatan masyarakat
Pada akhir abad ke-17, Syah Abbas I dari dinasti Safawi di Iran
mengubah kota Isfahan menjadi salah satu kota terbagus di dunia dengan
membangun Masjid Syah dan Masjid Syaikh Lutfallah di pusat kota. Ini
menjadikan kota Isfahan memiliki lapangan pusat kota yang terbesar di dunia.
Lapangan ini berfungsi sebagai pasar bahkan tempat olahraga.
Masjid di daerah Amerika Serikat dibangun dengan sangat sering. Masjid
biasa digunakan sebagai tempat perkumpulan umat Islam. Biasanya
perkembangan jumlah masjid di daerah pinggiran kota, lebih besar dibanding di
daerah kota. Masjid dibangun agak jauh dari pusat kota.
b. Pendidikan
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat pendidikan.
Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya
menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah
ini memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa
sekolah yang menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya
menyediakan pendidikan paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada
sore hari.
Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh
pelajaran, mulai dari keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya
pendidikan di masjid adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid.
Pelajaran membaca Qur'an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di
beberapa negara berpenduduk Muslim di daerah luar Arab, termasuk Indonesia.
Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang baru masuk Islam juga disediakan di

4
masjid-masjid di Eropa dan Amerika Serikat, dimana perkembangan agama
Islam melaju dengan sangat pesat.Beberapa masjid juga menyediakan
pengajaran tentang hukum Islam secara mendalam. Madrasah, walaupun
letaknya agak berpisah dari masjid, tapi tersedia bagi umat Islam untuk
mempelajari ilmu keislaman
c. Kegiatan dan pengumpulan dana
Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana. Masjid
juga sering mengadakan bazar, dimana umat Islam dapat membeli alat-alat
ibadah maupun buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat untuk akad nikah,
seperti tempat ibadah agama lainnya.
Masjid tanah liat di Djenné, Mali, secara tahunan mengadakan festival
untuk merekonstruksi dan membenah ulang masjid.

BAB III

5
TUNJAUAN MASJID AL WUSTHO

3.1. Profil Masjid Al – Wustho

Masjid Al-wustho Mangkunegaran


Nama : Masjid Al – Wustho Mangkunegaran
Alamat : Jl. Kartini 3 RT 003/ 09, kelurahan Ketelan, kecamatan
Banjarsari, Surakarta, Solo, Jawa Tengah (sebelah barat kompleks
istana / PuraMangkunegaran Surakarta).
Tahun Dibangun : 1878 (peletakan batu pertama)
Tahun Berdiri : 1918
Perancang : Thomas Karsten (Perancis)
Luas Tanah : 4200 M2
Daya Tampung : ± 1.000 jama’ah
Batas tapak : 1. Utara : Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 dantempat
tinggal Ta’mir masjid
2. Selatan : Taman Kanak – Kanak Aisyiah Bustanul Athfal
yang berhubungan langsung dengan bangunan
rumah tinggal keluarga ta’mir atau pengurus masjid.
3. Barat : Pemukiman warga
4. Timur : Jalan raya

3.2. Fungsi Bangunan Masjid Al – Wustho


1. Tempat menjalankan ibadah sholat fardhu.

6
Seperti fungsi utama bangunan masjid pada yaitu, tempat melaksanakan sholat, baik
sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib atau isya. Dan setiap hari Jum’at masjid ini juga
menjadi tempat sholat Jum’at bagi kaum adam.
2. Acara perkawinan atau melakukan upacara akad nikah.
Masjid merupakan tempat suci sehingga banyak orang menggunakannya untuk
tempat pernikahan atau sekedar menjadi tempat akad nikah.
3. Tempat pengajian atau acara keagamaan lainnya.
4. Bakti sosial.
Masjid ini menjadi tempat penerimaan dan penyaluran zakat kepada orang yang tidak
mampu.
5. Tempat berbuka puasa dan sahur bersama saat bulan Ramadhan.

Suasana masjid Al –
WusthosaatselesaisholatIdulFitri

6. Tempat tadarrusan dan kultum (kuliah 7 menit).

3.3. Organisasi Ruang


1. Bagian Utama : Ruang ibadah utama (ruang sholat)

7
2. Bagian Dalam : Pawastren, tempat wudhu, serambi
3. Bagian Luar : Maligin, menara

8
Bagian – bagian masjid :
1. Ruang ibadah utama

Ruang dalam untuk sholat dengan 4 saka guru dan 12 saka rowo (penyangga
pembantu) yang berhiaskan kaligrafi Al – Qur’an. Ruang utama untuk sholat
berukuran 24 m x 22 m.

2. Mimbar
Mimbar sebagai sebuah artefak merupakan salah satu karya peninggalan terbaik
di masjid tersebut. Mimbar ini berukuran panjang samping 213 cm, lebar depan 103
cm, dan tinggi 258 cm. Mimbar ini ditempatkan di pada posisi sebelah kanan mihrab
di bagian depan ruang ibadah. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat mimbar
ini adalah kayu jati dengan finishing politur warna hitam. Mimbar ini dibuat dengan
konstruksi lepas pasang atau knock down. Sehingga dapat dilepas tiap komponennya.
Menurut pengurus masjid ( Bp Mun’im Fathoni), mimbar ini dibuat oleh MB
Djayengsono dari Bali seperti tertulis pada salah satu bagian mimbar. Sedangkan jika
dilihat dari nota pemesanannya (ada di perpustakaan Reksopustaka Mangkunegaran),
mimbar ini dipesan dari sebuah perusahaan
mebel di kota Yogyakarta di awal abad 20.
Dibagian depan kaki mimbar yang
menghadap ke timur dulunya terdapat figur
dua ekor singa yang bagian kepalanya sudah
hilang karena dipotonga secara sengaja dengan
gergaji. Hal ini dilakukan dengan alasan

9
agama yang melarang adanya patung di dalam masjid dan karena adanya keberatan
dari beberapa orang jama’ah.

3. Menara
Dibangun pada tahun 1926, pada masa Mangkunegara
VII. Fungsinya untuk mengumandangkan adzan agar
menggema sampai kejauhan. Pada waktu itu, dibutuhkan tiga
hingga empat orang muadzin untuk adzan bersama-sama
dalam menara, untuk menyeru ke empat arah yang berbeda.
Bangunan ini berdiri didepan kantor Pengurus Masjid dengan
tinggi 25 m dan bergaris tengah 2 m.

4. Pawastren
Merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk tempat shalat khusus
wanita. Dahulu, sebelum dibangun pawastren tambahan, ada sekat sebagai pemisah
tempat sholat untuk wanita. Pawastren ini berukuran 10 m x 7 m. Didalam ruangan
pawastren, ada sebuah ruang gudang serta fasilitas kolah untuk berwudhu wanita,
dibangun disebelah timur pawastren.
5. Maligin
Nama maligin berasal dari kata maligi, yang
artinya khusus. Dulunya, bangunan berdiameter 2
m ini diprakarsai oleh Adipati Mangkunegaran V
(berkuasa 1881-1944), digunakan untuk
melaksanakan upacara sunat bagi keluarga Pura
Mangkunegaran tetapi Mangkunegaraan VII
(berkuasa 1885-1944) kemudian memperkenankan
Muhammadiyah menggunakannya untuk khitanan umum. Terpisah sedikit dengan
pawastren, ada bangunan kecil bundar. Anak yang akan dikhitan di syahadad dulu di
serambi masjid.

10
6. Gerbang Utama/ Gapura
Gapura berasal dari kata ghafara yang artinya ampunan.
Gapura halaman masjid ini dibuat tahun 1917-1918, dengan
dinding berhiaskan relief kaligrafi huruf Arab. Ada dua
buah pintu gerbang utama, sebelah depan dan sebelah yang
dibuat dari jeruji besi. Pintu gerbang timur dengan bentuk
lengkungan tinggi dengan hiasan tulisan Arab. Sedangkan dibagian belakang juga
diberi relief Arab. Dan pintu gerbang utara, disediakan untuk masuk masjid bagi
orang kampung sekitar masjid sebagai jalan pintas, dengan ukuran lebar 2 m dam
tinggi 3 m.

7. Bedug
Bedug ini bernama Kanjeng Kyai Daneswara. Bedug ini
berada didalam serambi masjid terpatnya dibagian timur laut
serambi. Serambi masjid itu sendiri, yaitu ruangan depan
masjid dengan saka sebanyak 18 yang melambangkan umur
Raden Mas Said (Mangkunegaran I) ketika keluar dari keraton
Kasunan Surakarta untuk dinobatkan sebagai Adipati
Mangkunegaran. Serambi berukuran 22 m x 11 m. Dibagian timur laut juga terdapat
kentongan.

8. Tembok Keliling Halaman


Sebagai pembatas antara masjid dengan daerah sekitarnya dibuat tembok yang
mengelilingi masjid. Adapun ukuran tembok keliling adalah 260 m, dengan perincian
sisi utara 70 m, sisi selatan 70 m, sisi timur 60 m, dan sisi barat 69 m. Pagar tembok
barat di sebelah barat/ belakang, dibuat rata sedangkan di bagian depan/ sisi timur,
sisi utara dan sisi selatan sebagian di bangun dengan hiasan lengkung. Gapura depan
bagian luar dan dalamnya dihiasi dengan relief Arab.

11
9. Kuncungan/ Markis
Markis adalah berada di sebelah depan bangunan serambi, merupakan bangunan
tambahan dengan ukuran 5 m x 5 m. Markis/ kuncungan berbentuk bujur sangkar
dengan lengkungan tembok menyerupai kubah atau gunungan. Tempat ini adalah
akses utama menuju masjid, dan merupakan batas akhir bagi kalangan non muslim
yang tidak di perkenankan masuk lebih dalam ke masjid. Bagian depan, kiri dan
kanan dihias dengan relief Arab yang banyak mengandung makna.

10. Kantor Pengurus Masjid


Berada di sebelah utara masjid dengan ukuran 9 m x 6 m. Di kantor ini di
tempatkan perpustakaan masjid Al – Wustho.

3.4. Program Ruang


No. Jenis Ruangan Fungsi Pengguna Sifat Ruangan
1 Ruang ibadah utama Tempat sholat pria, Jama’ah Pria Semi public
mengaji
2 Mimbar Kultum Imam, Privat
pengkhotbah
3 Pawastren Tempat sholat Jama’ah wanita Privat
wanita
4 Tempat wudhu wanita Tempat wudhu Wanita Service
wanita
5 Tempat wudhu pria Tempat wudhu pria Pria Service
6 Maligin Tempat khitanan Masyarakat Public
7 Menara Tempat Muadzin Semi public
mengumandangkan
adzan
8 Serambi Tempat bedug Masyarakat Public
9 Selasar Jalan keluar Masyarakat Semi public
10 Teras Masyarakat Public

12
11 Mihrab Tempat bagi imam Imam sholat Privat
sholat
12 Gudang Menyimpan barang Pengurus Service
masjid
13 Ruang sound system Menyimpan sound Pengurus Service
system masjid
14 Kuncungan markib Pintu masuk Masyarakat Public

13
3.5. Zooning

Keterangan:

Biru : Zona privat Orange : Zona semi publik

Hijau : Zona publik Ungu : Zona servis

14
3.6. Hubungan Ruang










 


 


  






15
3.7. Sirkulasi

Out Out

Entrance

Keterangan :

Arah jalan bagi jama’ah pria

Arah jalan bagi jama’ah wanita

Jalan 2 arah bagi jama’ah wanita

Jalan 2 arah bagi jama’ah pria

16
3.8. Sirkulasi Kendaraan

MASJID
AL – WUSTHO

Parkiran mobil

Parkiran motor

Jalan Kartini

Para jama’ah yang sholat di lahanparkir masjid


saatsholatIdulFitri

17
3.9. Kajian Arsitektur
Dari bentuk arsitektur bangunan, masjid ini memiliki pendekatan Arsitektur
Tradisional, karena hampir sama dengan bentuk bangunan masjid – masjid Jawa lainnya
seperti masjid Agung Demak, masjid Agung Keraton Yogyakarta, yang mengambil
bentuk gaya arsitektur rumah Jawa dengan atap bangunan limasan dan atap tumpang
untuk atap ruang utama, yang bersusun tiga. Bangunan tersebut mengandung makna
filosofis, yaitu iman, islam dan ikhsan. Yang membedakannya dengan masjid lain adalah
adanya kuncung atau markis, yaitu semacam pintu utama menuju teras dengan tiga aksen
pintu masuk, yaitu disisi kanan atau utara, sisi depan atau timur dan sisi kiri atau selatan,
yang pada masing – masing atasnya dihiasi dengna kaligrafi.

Atap tumpang

Atap limasan

Kuncungan/ markis

Struktur atap Joglo

18
BAB IV

KESIMPULAN& SARAN

A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapatsaya simpulkan adalah sebagai berikut.
1. Fungsi bangunan tipe masjid, yaitu sebagai berikut.
a. Sebagai tempat beribadah bagi umat muslim.
b. Tempat kegiatan pada bulan Ramadhan.
c. Pusat kegiatan masyarakat.
d. Tempat pendidikan.
e. Kegiatan pengumpulan dana.
f. Amal.
2. Pendekatan pada bangunan masjid Al – wustho yaitu menggunakan gaya
arsitektur tradisional karena arsitektur bangunan masjid tersebut sama dengan
bangunan masjid lainnya di daerah Jawa. Hal tersebut terlihat dari bentuk
atapnya, yaitu atap joglo.
3. Fungsi khusus bangunan masjid Al – Wustho ini tedapat pada bagian
bangunan Maligin, yaitu tempat di luar masjid yang dulunya merupakan
tempat khitanan bagi anak – anak.

B. Saran
Beberapa saran yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut.
1. Alangkah baiknya apabila bangunan Maligin yang sekarang sudah tidak
berfungsi lagi (karena untuk khitan bisa di poliklinik terdekat) bisa di
fungsikan kembali, karena menurut saya bangunan Maligin inilah yang
menjadi vokal point dan menjadikan masjid Al – Wustho menjadi unik dan
tidak semua masjid juga memiliki bangunan seperti Maligin ini. Salah satu
caranya, seperti dengan memindahkan poliklinik tersebut ke Maligin setiap
minggu dsb.

19
BAB V

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam laporan ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan penulis dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul laporan ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya laporan ini. Semoga
laporan ini berguna bagi pembaca yang budiman dan terutama bagi penulis.

20
Daftar Pustaka

http://www.konsultasisyariah.com/pengertian-masjid/#ixzz2D82IhJhn

http://www.id.wikipedia.org/wiki/masjid

http://www.mulyadi.staff.uns.ac.id

http://m.detik.com/news/read/2011/08/04/121722/1696381/627/maligin-al-wustho-tempat-
khitan-bangsawan-hingga-gardu-jaga-malam?nd92203605

http://www.bujangmasjid.blogspot.com/2012/08/masjid-al-wustho-mangkunegaran-
surakarta.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai