Anda di halaman 1dari 30

1

MASJID TUA GANTARANG LALANG BATA DI DESA


BONTOMARANNU KABUPATEN
KEPULAUAN SELAYAR
(Fungsi Sosial )

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana


Humaniorah Jurusan Sejarah Peredaban Islam
Pada Fakultas Adab dan Humaniorah
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

NIAR ARISTIAWATI
NIM : 40200120084

JURUSAN SEJARAH DAN PEREDABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORAH

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia telah membawa pengaruh

terhadap alam pikiran masyarakat. Pengaruh tersebut berkembang tidak hanya

sebatas pada bidang mental, spritual saja, tetapi juga dalam bentuk pola fikir dan

kreatifitas yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu contoh bentuk pengaruh ini

adalah munculnya seni bangunan Islam berupa bangunan Masjid.1

Agama Islam di Indonesia menyebar dan berkembang melalui jalur

perdagangan. Agama Islam di Indonesia diterima secara damai dan penuh rasa

toleransi, dikarenakan pedagang-pedagang yang membawa Agama Islam yaitu

pedagang-pedagang dari Gujarat India yang sifatnya tidak fanatik. Berdirinya

kerajan Islam di Indonesia, memperlihatkan dua sudut pandang yang berbeda

yaitu Agama Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah,

kemudian berkembang dan diterimah oleh masyarakat lapisan atas, sampai

memasuki struktur kekuasaan. Agama Islam diterima langsung oleh masyarakat

atas memasuki struktur kekuasaan, kemudian Kerajaan lama di konversikan

menjadi Kerajaan Islam.2

Sejak Agama Islam diterima di Indonesia, Islam terus mengalami

perkembangan dengan pesat. Menurut para ahli sejarah, Islam menyebar ke


1
Elmi Angraeni, Masjid Tua Langgara’ di Desa Tongkonan Kecamatan Enrekang
Kabupaten Enrekang, “ Skripsi “ ( UIN Alauddin Makassar : 2020 ) h.1
2
Muhammad Ilham Irsyad, Akulturasi Budaya Islam dalam Arsitektur Masjid Tua Al-
Hilal Katangka, “ Skripsi “ ( UIN Alauddin Makassar : 2018 ) h.1
3

Indonesia melalui berbagai jalur, sehingga dengan mudah dan cepat diterima oleh

masyarakat Indonesia yang pada saat itu masih mempercayai kepercayaan nenek

moyang, yaitu menganut Agama Hindu, Buddha bahkan Animisme dan

Dinamisme.

Islam itu sendiri mengajarkan kepada pemeluknya untuk melaksankan

ibadah secara rutin dan dilakukan secara ikhlas sesuai dengan tuntutan yang

diajarkan Rasulullah saw. agar ibadah yang dilakukan terasa lebih baik. Salah satu

ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam setiap harinya ialah shalat fardu,

bisa dilakukan secarah berjamaah di masjid agar mendapat banyak pahala.3

Seperti telah disejarahkan, masjid didirikan di ujung kurun Makkah dan

diawal kurun Madinah, yang bermakna diujung penurunan Agama dan awal

pembentukan Mu’amalah. Pembangunan Masjid ketika saat yang amat kritis

mengandung arti penting sekali, bahkan vital bagi eksistensi Islam selanjutnya

kehidupan sosial yang tumbuh di Madinah, sebagai pernyataan wujud masyarakat

Islam, dimulai dengan pendirian masjid tersebut, Rasullullah pada saat itu

mendirikan masjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam.4

Masjid merupakan bangunan yang termasuk kedalam jenis benda

arkeologi. Fungsinya juga sangat penting bagi umat muslim, bahkan masjid selalu

ikut mewarnai perkembangan kerajaan Islam dikarenakan Masjid merupakan ciri

utama Agama Islam. Dibangunnya masjid di suatu kerajaan menandai bahwa

3
Feri Rahmawan, “Fungsi Sosial Masjid Terhadap Masyarakat (Studi Kasus di Masjid
Al-hidayah Purwosari, Sinduadi, Mlati, Sleman), “Skripsi” (Yogyakarta, Fak. Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2013), h.3
4
Wahyudin, Sejarah dan Fungsi Masjid (Tinjauan Tentang Masjid Jami’ 1604 Palopo) ,
( Perpustakaan UIN Alauddin Makassar ),h. 78-79
4

Islam telah diterima secara resmi sebagai Agama Kerajaan. Rasulullah saw.,

sendiri telah mempraktikan hal ini ketika beliau menyebarkan Islam di suatu

daerah.

Mendirikan masjid merupakan hal pertama yang beliau lakukan,

dikarenakan fungsinya selain sebagai tempat ibadah masjid juga pada saat itu

digunakan sebagai tempat segala kegiatan umat muslim, masjid pada masa

Rasullullah juga dijadikan sebagai tempat untuk menyelesaikan suatu perkara dan

perselisihan, dengan demikian menjadikannya tempat peradilan atau mahkama.

Itulah mengapa masjid biasanya dibangun ditengah-tengah kampung agar lebih

mudah dijumpai dan bangunannya pun biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan

bangunan lainnya. Hal ini dalam konteks arkeologi ruang dimaknai sebagai pusat

orientasi masyarakat Islam dalam pencarian Sang Khalik ( Sang Pencipta ).5

Kata masjid berasal dari kata “sajadah- yasjudu-masjidan“ yang berarti

tempat sujud. Masjid juga dapat diartikan sebagai tempat umum muslim untuk

melakukan shalat. Menurut umat muslim masjid merupakan tempat yang besar

maknanya baik makna fisik maupun spritual. Dalam arti luas masjid merupakan

tempat untuk melaksanakan ibadah. Sehingga masjid merupakan bangunan yang

didirikan umat muslim selain untuk melaksanakan shalat berjamaah, masjid juga

dijadikan sebagai tempat pusat kegiatan yang mencakup kemaslahatan umat

muslim. Dan di masjid inilah dimulainya syiar keIslaman baik aspek spritual

maupun aspek duniawi.6


5
Samsul Munir, Sejarah Peredaban Islam ( Cet.V ; Jakarta : Hamzah, 2015 ) h.306
6
Irma Suryani, Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Daya Tarik ( Masjid Amirul
Mukminin Makassar) “Skripsi“, (Makassar : Fak.Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin
Makassar,2017 ),h.1
5

Allah berfirman dalam Qs. Al-jinn/72: 18.

‫َّو َاَّن اْلَم ٰس ِج َد ِهّٰلِل َفاَل َتْدُع ْو ا َم َع ِهّٰللا َاَح ًد ۖا‬

Terjemahannya :

“ Dan sesungguhnya Masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka


janganlah kamu menyembah apapun di dalamnya selain Allah “

Berdasarkan ayat tersebut, dapat dijelaskan bahwa, didirikannya Masjid-

masjid hanya untuk beribadah kepada Allah semata, maka sebaiknya kita tidak

beribadah atau menyembah selain kepada Allah. Segala aktivitas yang ada di

dalam masjid hanya untuk Allah, karena masjid tidak dibangun kecuali untuk

beribadah kepada Allah semata bukan lainnya.7

Islam masuk di Kerajaan Gantarang tidak bisa lepas dari peran Sultan I

Panggali Patta Raja sebagai Raja Kerajaan Gantarang. Menurut sumber sejarah

Selayar, bahwa Raja tersebut adalah orang yang adil dan lagi bijaksana terhadap

rakyatnya. Beliau berdialog langsung dengan Pangali, dan menyatakan serta

mengakui dengan tulus kebenaran Islam itu, sebagai manifestasi dan sistem yang

berlaku dalam tradisi di Gantarang Selayar waktu itu, pada tahun 1605 Karaeng

Sultan Pangali menerima Islam dan menjadikan Islam sebagai Agama resmi

kerajaan.8 Ketika Islam telah tersebar luaskan di suatu daerah hal utama yang

dilakukan ialah mendirikan Masjid yang dimana kita ketahui bahwa Masjid

merupakan salah satu unsur terpenting dalam membina umat muslim.

7
Kementrian Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h,.573.
8
Wawan Hermawan, Gantarang Lalang Bata Sebagai Pusat Kegiatan Islamisasi di Pulau
Selayar Abad XII “Skripsi “ ( UIN Alauddin Makassar : 2015 ),h.42- 43
6

Masjid adalah lambang Islam, cermin atau ukuran dari keadaan

masyarakat muslim pada suatau ruang dan waktu tertentu. Keadaan masjid adalah

pernyataan dari keadaan masyarakat muslim yang ada disekitarnya. Oleh karena

itu sebuah banguna masjid tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat

pendukungnya dan penganut ajaran Islam, karena masjid adalah hasil budaya dari

masyarakat pendukung dan penganut ajaran Islam.sumber

Bangunan masjid dapat memperlihatkan smbol sebagai awal penerimaan

ajaran Islam bagi masyarakat pendukungnya atau sebagai simbol bahwa suatu

kerajaan tertentu telah menyatakan diri menerima Islam sebagai agama, seperti

halnya dengan masjid tua Gantarang Lalang Bata di Kabupaten Kepulauan

Selayar. Dengan melihat masjid ini dapat memberikan petunjuk tentang adanya

pengaruh Islam yang berkembang dala kehidupan masyarakat di daerah ini.

Mengingat keberadaan masjid tua Gantarang Lalang Bata yang sangat

besar pengaruhnya daam mengungkapkan kehidupan manusia pada masa lampau,

khususnya kehidupan masyarakat setelah mendapat pengaruh Islam maka

diharapkan agar semua pihak yang terkait bekerja sama menjaga dan memelihara

hasil peninggalan purbakala ini sebagai warisan budaya nasional yang perlu

dilestarikan.sumber

Seperti halnya di Desa Bontomarannu Kabupaten Kepulauan Selayar lebih

tepatnya di Dusun Gantarang Lalang Bata terdapat Masjid tua yakni Masjid tua

Gantarang Lalang Bata atau biasa dikenal dengan sebutan Masjid Awaluddin,
7

merupakan masjid yang dibangun pada abad ke-XVII M lebih tepatnya sekitar

tahun 1605 oleh Datuk Ribandang bersama Sultan I Pangngalik Patta Raja (Raja

pertama Kerajaan Gantarang). Masjid tersebut didirikan diatas sebuah bukit.

Masjid tua Gantarang sendiri berada diatas lahan seluas 25 meter, dikelilingi oleh

pagar yang terbuat dari batu karang yang direkatkan semen. Masjid inilah yang

menandai penyebaran Islam yang di bawah oleh Datuk Ribandang di Kepulauan

Selayar, meski sudah dilakukan beberapa kali renovasi namun Masjid ini masih

mempertahankan bentuk aslinya di beberapa bagian.9

Keberadaan Masjid Tua Gantarang merupakan salah satu penyebab

diadakannya penelitian ini, karena usianya dapaat memungkinkan untuk

menggolongkannya sebagai objek kepurbakalaan Islam. Masjid Gantarang Lalang

Bata ini berbeda dengan masjid-masjid lainnya di Selayar dimana masjid ini

didirikan di atas sebuah sumur yang ditutupi oleh dulang (baki), yang dimana

salah satu tiang penyokongnya terbuat dari pohon cabai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian diatas, maka diperoleh pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Masjid Tua Gantarang di Desa

Bontomarannu Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ?

9
Andi Abdul Rahman, Jelajah Pulau Selayar (Pemerintah Kabupaten Selayar) 1995,h.28
8

Untuk memperoleh kejelasan secara detail, maka masalah pokok tersebut

dibahas dengan sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Sejarah Kedatangan Islam di Desa Bontomarannu Kabupaten

Kepulauan Selayar ?

2. Bagaimana Sejarah Berdirinya Masjid Tua Gantarang di Desa

Bontomarannu Kabupaten Kepulauan Selayar ?

3. Bagaimana Peran,Fungsi dan Aktifitas Sosial masyarakat pada Masjid Tua

Gantarang di Desa Bontomarannu Kabupaten Kepulauan Selayar ?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus penelitian

Fokus penelitian yang akan diteliti adalah bagaimana Peran,Fungsi dan

Aktifitas Sosial masyarakat pada Masjid Tua Gantarang di Desa Bontomarannu

Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Deskripsi Fokus

Masjid Tua Gantarang ini dibangun diatas lahan seluas 25 meter yang

dibangun diatas sebuah sungai yang ditutupi oleh dulang (baki) yang berada di

atas ketinggian 275 meter.

Masjid Tua Gantarang ini atapnya berbentuk Tumpang, dimana materil

yang digunakan dalam pembangunannya memadukan bahan bebatuan dan kayu.

Adapun tiang penyokong dari masjid ini dibagian tengah masjid itu terbuat dari

pohon cabe. Masjid Tua Gantarang dipercayai sebagai masjid yang pernah

disinggahi oleh Nabi Muhammad sebelum akhirnya nabi sampai di Makkah.


9

Konon cerita yang ada, telapak kaki kiri nabi Muhammad ada di Gantarang, dan

telapak kaki kanan di Makkah.

Sampai sekarang Masjid ini masih digunakan para warga untuk beribadah.

Masjid Tua Gantarang merupakan simbol Islamisasi yang kuat, pada dasarnya

Masjid di daerah Gantarang ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat keagamaan

tetapi juga memiliki fungsi sosial, pendidikan dan sebagai pusat administrasi

kerajaan. Penerapan syariat Islam dapat merujuk pada pembentukan aktivitas

masyarakat setempat seperti kegiatan Shalat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha

sangat identik dengan pelaksanaan ibadah di Mekkah yaitu dengan menggunakan

naska khutbah dalam bentuk bahasa Arab. Selain berfungsi sebagai pusat

keagamaan masjid ini juga dijadikan sebagai tempat berlangsungnya Tradisi

Berhaji di Gantarang.

Keberadaan Masjid Tua Gantarang Lalang Bata ini menjadikannya

sebagai salah satu bentuk peninggalan Arkeologi yang ada di Kepulauan Selayar.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk Merekontruksi Sejarah Kedatangan Islam di Desa

Bontomarannu Kabupaten Kepulauan Selayar


10

b. Untuk Memahami dan Menganalisis Sejarah Berdirinya Masjid

Tua Gantarang Lalang Bata di Desa Bontomarannu Kabupaten

Kepulauan Selayar

c. Untuk Mengetahui dan Menganalisis Peran,Fungsi dan Aktifitas

Sosial Masyarakat Pada Masjid Tua Gantarang di Desa

Bontomarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah

pengetahuan mengenai sejarah dan bentuk arsitektur serta aktifitas

budaya masyarakat pada masjid tua Gantarang Lalang Bata, sehingga

dapat bermanfaat baik kepada para pembaca maupun penulis sendiri.

b. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini, yaitu agar dapat

dijadikan sebagai media informasi dan sebagai media pembelajaran

serta dapat mengetahui mengenai Masjid Tua Gantarang Lalang Bata.

E. Tinjauan Pustaka
11

Tinjauan pustaka merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mengungkapkan dari mana sumber data diambil dalam menyusun sebuah

karya ilmiah.

1. Wahyudin, “Sejarah dan Fungsi Masjid” Tinjauan Tentang Masjid

Jami’ 1604 Palopo (Cet. 1; Makassar: 2013). Daalam buku ini

menjelaskan tentang Sejarah dan Fungsi Masjid terkhusus Masjid

Jami’ Palopo pada tahun 1604 dengan menggunakan tinjauan

Arkeologis.

2. Elmi Angraeni, Masjid Tua Langara’ Di Desa Tokkonan

Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang (Studi Historis dan

Arkeologi), Skripsi, Fak Adab dan Humaniora UIN Alauddin

Makassar, 2020, Skripsi ini membahas tentang Sejarah berdirinya

Masjid, bentuk Arsitektur Masjid serta Fungsi dan Aktifitas

Budaya masyarakat pada Masjid Tua Lamgara’ melalui kajian

arkeologis.

3. Wawan Hermawan, Gantarang Lalang Bata Sebagai Pusat

Kegiatan Islamisasi di pulau Selayar abad XVII “Skripsi”,Fak

Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, 2015, Dalam

Skripsi ini membahas tentang proses masuknya Islam di Gantarang

Selayar, kondisi masyarakat di Gantarang pra Islamisasi dan peran

Gantang Lalang Bata terhadap perkembangan Agama Islam di

Selayar.
12

4. Muhammad Ilham Irsyad,(2018),dengan judul Skripsi “Akulturasi

Budaya dalam Arsitektur Masjid Tua Al-Hilal Katangka”dimana

dalam skripsi ini membahas tentuk bentuk Arsitektur Masjid Tua

Katangka dan Unsur Budaya yang ada pada Arsitektur Masjid Tua

Al-Hilal Katangka,kemudian membahas tentang Sejarah dan

Peranan Masjid Tua Al-Hilal Katangka.

5. Tulisan ini membahas mengenai Awal Islam masuk di Selayar dan

Peran Datok Ribandang dalam menyebarkan Islam di Selayar.

6. Novi Dwi Setiowati, Masjid Tua Syek Abdul Mannan di Kelurahan

Pangali-Ali Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, (Studi

Arkeologi), “Srikpsi” Fakultas Adab dan Humaniorah UIN

Alauddin Makassar,2021, Skripsi ini membahas tentang Eksistesi

dan Morfologi Masjid Tua Syekh Abdul Mannan di Kelurahan

Pangali-Ali.

Peneliti mengambil naskah ini sebagai literatur bahan acuan karena dalam

naskah ini beberapa hal berkaitan.

BAB II

KAJIAN TEORETIS
13

A.Pengertian Masjid

Masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja untuk bersembahyang

orang muslim, seperti sabda Nabi Muhammad saw: “Dimanapun engkau

besembahayang, tempat itulah masjid ”. Kata masjid disebut dua puluh delapan

kali di dalam Al-quran, berasal dari kata sajadah-sujud ,yang berarti patuh,taat,

serta tunduk penuh hormat dan takhzim 32 sujud dalam syariat yaitu berlutut,

meletakkah dahi, kedua tangan adalah bentuk nyata dari arti kata tersebut diatas.

Oleh karena itu bangunan dibuat khusus untuk sholat disebut masjid yang artinya :

tempat untuk sujud.10

Allah swt telah menetapkan kewajiban sholat fardhu kepada hamba-nya

yang muslim. Allah bahkan menjadikan sholat sebagai rukun Islam yang kedua.

Rasulullah saw bersabda “ dari Abdullah Bin Umar semoga allah meridoinya- ia

berkata, “ Rasullullah Shallahu Alaih Wa Sallam beristirahat,” Islam di bangun

diatas 5 (perkara): Syahadat lailaha illahlah dan Muhammad Rasulullah,

mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, Haji dan Puasa Ramadhan.”

Islam sudah mengkhususkan satu tempat tertentu untuk melaksanakan

sholat yang disebut dengan masjid. Masjid merupakan salah satu pilar utama

masyarakat muslim. Ia merupakan tempat untuk membentuk barisan kaum

muslimin. Orang kaya bersanding dengan orang fakir dan orang lemah

berdampingan dengan yang kuat. Masjid juga merupakan obor atau suluh yang

memancarkan cahaya, hidayah, kebaikan, dan istiqamah. Menurut An-Nasafi

dalam kitab tafsirnya bahwa defenisi masjid adalah rumah yang dibangun khusus

10
Wahyudin, Sejarah dan Fungsi Mesjid, ( 2013), h.55
14

untuk sholat dan beribadah di dalamnya kepada Allah. Menurut Al- Qhadi Iyadh

mendefenisikan bahwa Masjid adalah semua tempat dimuka bumi ini yang

memungkinkan untuk menyembah dan bersujud kepada Allah.11

Di dalam Al-quran dapat dijumpai perkataan Masjid antara lain :

a. Masjid yang mempunyai beberapa arti, berarti sembahyang (shalat), firman


Allah swt dalam Qs Al-A’raf/7:31 yang berbunyi :

‫ࣖ ٰي َبِنْٓي ٰا َد َم ُخ ُذ ْو ا ِز ْيَنَتُك ْم ِع ْنَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َّو ُك ُلْو ا َو اْش َر ُبْو ا َو اَل ُتْس ِرُفْو ۚا ِاَّنٗه اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفْيَن‬
Terjemahannya :
“ Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada
setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan “12

b. Masjid berarti tempat. Firman Allah swt dalam Qs At-taubah/9:108 yang

berbunyi :

‫اَل َتُقْم ِفْيِه َاَبًد ۗا َلَم ْس ِج ٌد ُاِّس َس َع َلى الَّتْقٰو ى ِم ْن َاَّو ِل َيْو ٍم َاَح قُّ َاْن َتُقْو َم ِفْيِۗه ِفْيِه ِر َج اٌل‬

‫ُّيِح ُّبْو َن َاْن َّيَتَطَّهُرْو ۗا َو ُهّٰللا ُي ِح ُّب اْلُم َّطِّهِر ْيَن‬

Terjemahannya :
“Janganlah engkau melaksanakan shalat di masjid itu selama-
lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan di atas dasar takwa, sejak hari pertama
lebih pantas anda melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang
yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih.”13

11
Wahyudin, Sejarah dan Fungsi Mesjid, ( 2013), h.55
12
Departemen Agama Ri, Al-Quran dan Terjemahannya ( Jakarta : Syamil Quran, 2008 )
h. 154
13
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya ( Jakarta: Syamil Quran,2008 )
h.573
15

Adapun pengertian masjid menurut para ahli antara lain :

1. Menurut Sidi Gazalba, dilihat dari segi harfiah, masjid memanglah tempat

sembahyang. Perkataan Masjid berasal dari kata bahasa Arab. Kata

pokoknya Sujadan,fiil madinya sajadah (ia sudah sujud). Fiil sajadah

diberi ejaan ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini

menyebabkan perubahan bentuk sajadah menjadi masjidu, masjid. Jadi

ejaan aslinya adalah masjid (dengan a). Pengambilan ahli kata masjid oleh

bahasa Indonesia membawa proses perubahan

bunyi“a”menjadi“e”,sehingga terjadilah bunyi Masjid. Perubahan bunyi

“ma” menjadi “me” disebabkan tanggapan awal “me” dalam bahasa

Indonesia. Bahwa hal ini salah, kesalahan umum seperti ini dalam

Indonesialisasi kata asing sudah biasa. Dalam ilmu bahasa sudah menjadi

kaidah, kalau suatu penyimpangan atau kesalahan dilakukan secara umum,

ia dianggap benar, menjadilah ia kecualian.14

2. Menurut R, Seokmono, arti kata sebenarnya dari masjid adalah tempat

sujud, yaitu tempat orang bersembahyang menurut peraturan Islam. yang

sesuai dengan pendirian, bahwa Allah swt dimana saja, tidak terikat

kepada suatu tempat.

3. Hasan Sadeli memberikan batasan bahwa masjid artinya tempat sujud,

yakni bangunan khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah swt

khususnya dalam mengerjakan sholat, sebagai tempat melakukan kegiatan

14
Sidi Gazalba, Masjid Pusat dan Ibadah Kebudayaan Islam ( Cet.IV ; Jakarta : Pustaka
Al-Husna, 1989 ) h.118
16

Islam lainnya, bahkan Nabi Muhammad saw mempergunakan masjid

sebagai tempat mengatur siasat perang.15

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Masjid ialah suatu

bangunan atau tempat yang didirikan atas dasar taqwa untuk tempat beribadah

kepada Allah swt, sebagai tempat mengajar dan membina umat Islam, sebagai

tempat pelayanan kaum muslimin dalam urusan keagamaan dan kehidupan sosial

yang erat kaitannya dengan ibadah dan juga sebagai markas kekuatan umat Islam.

Masjid memiliki makna yang sangat besar dalam kehidupan umat Islam baik

dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk peribadatan.

B. Fungsi dan Peran Masjid

Masjid pada masa Rasullullah saw, bukan hanya tempat melaksanakan

sholat semata, tetapi juga merupakan sekolah tinggi umat Islam. Masjid

merupakan tempat menerima pengajaran dan bimbingan Islam, sebagai balai

pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-

sisa perselisihan semasa jahiliyah, sebagai tempat untuk mengatur segala urusan

sekaligus sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda

pemerintahan. 16

Fungsi Masjid yang sesungguhnya dapat dirujuk pada sejarah masjid

paling awal, yaitu penggunaan masjid padaa masa Rasullullah saw, Al- Khulafa

Al-Rasyidun, dan seterusnya. Pada masa-masa itu masjid paling tidak mempunyai
15
Elmi Angraeni , Masjid Tua Langngara’ di Desa Tokkonan Kecamatan Enrekang
Kabupaten Enrekang ( UIN Alauddin Makassar : 2020 ) h. 12
16
Suhairi Umar, Pendidikan Masyarakat Berbasis Masjid, ( Yogyakarta ; Cv Budi
Utama,2019 ) h.27
17

dua fungsi, yaitu fungsi keagamaan dan fungsi sosial. Fungsi masjid bukan hanya

tempat sholat, tetapi juga lembaga untuk mempererat hubungan dan ikatan jemaah

Islam yang baru tumbuh. Nabi Muhammad saw menggunakan masjid sebagai

tempat menjelaskan wahyu yang diterimanya, memberikan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan para sahabat tentang berbagai masalah, memberi fatwah,

mengajarkan agama Islam, membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-

perkara dan perselisihan-perselisihan, tempat mengatur dan membuat strategi

militer, dan tempat menerima perutusan-perutusan dari semenanjung Arabia.17

Pada dasarnya selain dijadikan tempat ibadah, Masjid juga dijadikan

sebagai tempat pembinaan umat Islam, tempat kaum muslim beritikat

,membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan

mendapatkan pengalaman batin/keagamaan, sehingga sellu terpelihara

keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian. Fungsi Masjid sebagai

tempat ibadah yaitu merupakan tempat sujud dan bermunajab kepada Allah swt.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang digunakan dalam

sebuah penelitian untuk memecahkan suatu permasalahan.18

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

17
Wahyudin, Sejarah dan Fungsi Masjid, h.132
18
Sudaryono, Metodologi Penelitian ( Cet.11; Depok : Raja Wali Pers ) h.60
18

1. Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian sejarah, penelitian sejarah

merupakan penelitian yang dilakukan dengan merekontruksi masa lampau secara

sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, menverifikasi, serta

mengevaluasi bukti-bukti yang telah diperoleh untuk menegakkan fakta dan

memperoleh kesimpulan yang kuat.

Jika dilihat dari segi pengelolaan data maka peneliti menggunakan jenis

penelitian kualitatif, yaitu penelitian dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan secara umum suatu objek penelitian. Tetapi, apabila dilihat dari

segi tempat memperoleh data maka peneliti menggunakan jenis penelitian

lapangan (filed research), dimana peneliti berusaha memaparkan dan menganalisis

data secara mendalam,yang dilakukan secara sistematis, sesuai dengan fakta serta

dipercaya yang berhubungan dengan kenyataan -kenyataan, sifat-sifat dan

hubungan antara kejadian yang diamati secara langsung.19

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Bontomarannu Kecamatan

Bontomanai Kepulauan Selayar. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut, karena

masjid ini memiliki keunikan tersendiri, sebab letaknya yang berada diatas sebuah

bukit yang terdapat hamparan bebatuan, sehingga menarik untuk diteliti.

19
M.Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Grub,2015),h.23.
19

Kemudian belum pernah ada peneliti yang mencoba untuk menjadikannya sebagai

objek penelitian.

Dalam melakukan penelitian langkah awal yang harus kita lakukan adalah

menentukan lokasi penelitian karena tanpa ada lokasi penelitian apa lagi bagi

peneliti yang menggunakan penelitian kualitatif. Bagi penelitian kualitatif lokasi

adalah unsur terpenting dalam melakukan penelitian karena tanpa adanya lokasi

penelitian maka penelitian tidak akan terlaksana. Olehnya itu dalam penelitian ini

peneliti memilih Gantarang Lalang Bata Kepulauan Selayar sebagai lokasi

penelitian.

B. Pendekatan Penelitian

Selain jenis dan lokasi penelitian, pendekatan penelitian juga menjadi

salah satu indikator penting dalam melakukan penelitian, untuk memahami hal

terkait mengenai eksistensi Masjid Tua Gantarang sebagai salah satu jejak Islam

di Selayar maka peneliti menggunakan beberapa pendekatan, adapun pendekatan

penelitian yang digunakan yaitu :

1. Pendekatan Agama

Pendekatan Agama yaitu pendekatan yang dengan jalan berupaya

mengetahui tingkat penghayatan dan pengalaman serta pelaksanaan nilai-nilai

Islam itu sendiri, kemudian mencari usaha pemantapan dan peningkatan metode
20

dalam rangka penyiaran Agama Islam di Desa Bontomarannu Kecamatan

Bontomanai Kepulauan Selayar khsusnya di Gantarang.20

2. Pendekatan Arkeologi

Arkeologi merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas tentang

kehidupan dan kebudayaan manusia dengan cara mempelajari penemuan benda-

benda yang berasal dari masa lalu, baik itu berupa bangunan, peralatan masa

lampau,ataupun hasil kesnian lainnya.21

3. Pendekatan Antropologi

Antropologi seringkali sukar dibedakan dengan sosiologi karena kedua

disiplin ilmu ini, sama-sama tentang masyarakat dan kebudayaan. Dalam

pendekatan antropologi ini, peneliti berusaha mencapai pengertian tentang nilai-

nilai dan konsep yang ada dalam kehidupan suatu masyarakat,yang mereka

anggap bernilai, berharga dan penting dalam suatu kehidupan.

C. Sumber Data

Data merupakan sumber terpenting dalam penelitian karena data


merupakan bentuk fisik yang benar dan nyata. Data terbagi menjadi dua bagian
yaitu :

1. Sumber Primer

Data primer ialah data asli yang langsung diterima dari pelaku sejarah

yang belum ada campur tangan dari luar. Dalam hal ini peneliti akan

20
Supiana,Metodologi Studi Islam, (Bandung : Pt Remaja Rosdakarya,2017), h.94.
21
Samsul Munir Amin, Sejarah Peredaban Islam (Cet, V; Jakarta: Amzah,2015) h.11
21

mewawancarai Muhammad saleh selaku pengurus dan penjaga masjid serta

masyarakat setempat yang mengetahui seluk beluk masjid.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat dari pihak yang tidak ikut

serta secara langsung dalam suatu peristiwa sejarah atau sumber data yang

diperoleh bukan dari sumber asli. Data ini bisa berupa catatan, majalah, jurnal,

buku hasil penelitian, artikel dan sejenisnya.22

D. Metode Pengumpulan Data

a. Heuristik

Heuristik merupakan sebuah kegiatan mencari dan mengumpulkan


sumber-sumber, jejak-jejak sejarah yang relevan untuk mendapatkan data-data
baik berupa sumber tulisan (dokumen,arsip,buku) maupun sumber lisan
(foto,makam,masjid).

Adapun metode yang digunakan peneliti dalam penelitian karya lmiah ini
sebagai beriku :

1. Observasi

Observasi merupakan sebuah proses pengamatan terhadap sebuah objek

dengan detail dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah informasi,baik berupa

fakta-fakta empiris yang tampak (kasat mata) guna memperoleh dimensi-dimensi

baru maupun fenomena yang ingin diteliti yang berkaitan dengan fokus atau

variabel penelitian yang akan diteliti.

2. Wawancara
22
Supiana,Metodologi Studi Islam, ( Bandung : Pt Remaja Rosdakarya,2017),h.94.
22

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh seorang

peneliti untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Metode wawancara sangat

penting dalam penelitian lapangan karena membantu dan mempermudah peneliti

untuk lebih cepat memperoleh suatu informasi yang dibutuhkan.23

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses pengambilan informasi dengan cara

melakukan pencatatan setelah melakukan pengamatan secara langsung terhadap

bukti-bukti yang di anggap berhubungan dengan objek penenlitian.24

b. Kritik

Pada tahap ini peneliti dituntut untuk memilih data mana yang lebih akurat

setelah peneliti berhasil mengumpulkan data. Ditahap ini peneliti berusaha

mencari kebenaran agar hasil penelitian menjadi sumber pengetahuan yang telah

teruji kebenarannya.

Dalam tahap ini peneliti dapat menggunakan dua aspek untuk menguji

data yaitu, aspek eksternal dan internal. Aspek eksternal adalah proses pengujian

yang dilakukan oleh peneliti atau sejarawan itu sendiri, sedangkan faktor internal

adalah proses pengujian yang dilakukan dengan cara menganalisis isi suatu

dokumen atau lainnya yang menjadi sumber. Setelah langkah ini kita lakukan

maka kita masuk ke kritik terhadap sumber lisan yaitu membandingkan kesaksian-

23
Widodo, Metodologi Penelitian Populer dan Praktis, (Depok: Rajawali Pers,2019),
h.74-75
24
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h.268.
23

kesaksian dari berbagai sumber agar informasi yang didapatkan teruji

kebenarannya.25

c. Interprestasi

Interpretasi adalah langkah dalam penafsiran maka fakta serta keterkaitan

antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya. Tentunya dalam tahap ini

peneliti harus bersifat objektif tidak boleh memihak siapapun serta

menghilangkan kepentingan-kepentingan pribadi dalam penelitian.

d. Historiografi

Tahap akhir yang harus dilakukan peneliti adalah historiografi.

Historiografi merupakan penceritaan atau penulisan kembali dalam hal ini

penulisan sejarah. Setelah melakukan langkah-langkah diatas maka puncak akhir

dari sebuah penelitian adalah penceritaan kembali dengan cara menuliskan hasil

penelitian agar objek yang diteliti dapat diketahui oleh berbagai pihak dan

menjadi bahan bacaan yang menuntun orang untuk melakukan penelitian kembali

agar objek menjadi bahan penelitian yang terus mengalami perubahan sehingga

tidak terlekan oleh waktu.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian. Seperti, kamera yang digunakan untuk mengambil

beberapa dokumen yang difoto, kemudian smarphone yang digunakan untuk

25
A. Muri Yusuf, Metode Penelitiian : Kualitatif, Kuantiitatif dan Penelitian Gabungan
(Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2004) h.371
24

merekam ketika melakukan wawancara, dan yang terakhir adalah buku catatan

yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak sempat direkam.26

F. Metode Pengelohan dan Analis Data

1. Pengolahan Data

a. Metode Induktif, merupakan suatu metode yang digunakan dalam

penelitian yang menggambarkan suatu topiik penelitian dimulai dari hal-hal

khusus ke umum.

b. Metode Deduktif, merupakan suatu metode yang digunakan dalam

penelitian yang dimana menggambarkan hal-hal umum terlebih dahulu ke hal-hal

khusus.

2. Analisis Data

Analisis data dapat diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia

kemudian diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan

masalah dalam penelitian. Dengan demikian, tehnik analisis data dapat diartikan

sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data

tersebut untuk menjawab rumusan masalah. Analisi data dalam penelitian

kualitatif dapat diartikan sejak awal penelitian Penelitian tidak boleh menunggu

data lengkap dan terkumpul kemudian menganalisa tetapi, peneliti sejak awal

membaca dan menganalisa data yang diperoleh baik itu intervew, catatan

26
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Cet.1 ; Yogyakarta : Pustaka Baru

Press,2014) h.103
25

lapangan dokumen dan material lainnya sembari melakukan uji kredibilitas

maupun pemeriksaan keabsahan data.27

Adapun metode analisis data yang digunakan peneliti adalah :

a. Reduksi Data

reduksi data merupakan proses pemilihan, perumusan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dilapangan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama

penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana

terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan

pengumpulan data yang dipilih peneliti.

b. Penyajian Data

penyajian data merupakan kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

c. Penarikan Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus

selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif

mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola, penjelasan-

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan

promosi. Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetapi terbuka,

27
A. Murni Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,

h,400
26

skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas, namun

kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. 28

DAFTAR PUSTAKA

Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Cet.1 ; Yogyakarta : Pustaka Baru


Press,2014)
Widodo, Metodologi Penelitian Populer dan Praktis, (Depok: Rajawali
Pers,2019)
Wawan Hermawan (2015), Gantarang Lalang Bata Sebagai Pusat Kegiatan
Islamisasi Di Pulau Selayar Abad XII ( UIN Alauddin Makassar )
Wahyudin, Sejarah dan Fungsi Masjid (Tinjauan Tentang Masjid Jami’ 1604
Palopo) , (Perpustakaan UIN Alauddin Makassar)
Supiana (2017), Metodologi Studi Islam, ( Bandung : Pt Remaja Rosdakarya )

28
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Alhadharah 17, No.33 ( 2018 ): h.91-94.
27

Suhairi Umar (2019), Pendidikan Masyarakat Berbasis Masjid, (Yogyakarta ; Cv


Budi Utama)
Sudaryono, Metodologi Penelitian (Cet.11; Depok : Raja Wali Pers)
Sidi Gazalba (1989), Masjid Pusat dan Ibadah Kebudayaan Islam (Cet.IV;Jakarta
: Pustaka Al-Husna)
Samsul Munir Amin (2015), Sejarah Peredaban Islam (Cet, V; Jakarta: Amzah)
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Novi Dwi Setiawati (2021), Masjid Tua Syek Abdul Mannan Di Kelurahan
Pangali-Ali Kecamatan Banggae ,(UIN Alauddin Makassar)
Munir Samsul , (2015), Sejarah Peredaban Islam (Cet.V ; Jakarta : Hamzah)
Muhammad Ilham Irsyad,(2018), Akulturasi Budaya Islam Dalam Arsitektur
Masjid Tua Al-Hilal Katangka, (UIN Alauddin Makassar)
M.Burhan Bungin (2015) ,Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Grub )
Kementrian Agama Ri, Alquran dan Terjemahannya
Irma Suryani (2017), Manajemen Masjid Dalam Meningkatkan Daya Tarik
(Masjid Amirul Mukminin Makassar), (Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar )
Feri Rahmawan, “Fungsi Sosial Masjid Terhadap Masyarakat (Studi Kasus di
Masjid Al-hidayah Purwosari, sinduadi, mlati, sleman), “Skripsi”
(Yogyakarta, Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2013)
Elmi Angraeni (2020) , Masjid Tua Langngara’ di Desa Tokkonan Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang (UIN Alauddin Makassar )
Departemen Agama Ri ( 2008 ), Al-Quran dan Terjemahannya ( Jakarta :Syamil
Quran )
Angraeni Elmi, (2020) Masjid Tua Langgara’ di Desa Tongkonan Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang ( UIN Alauddin Makassar)
Andi Abdul Rahman (1995), Jelajah Pulau Selayar (Pemerintah Kabupaten
Selayar )
Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Alhadharah 17, No.33 ( 2018 )
A. Murni Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, ( Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2004 )
28

Komposisi Bab (Outline)

BAB 1

JUDUL
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi fokus
1. Fokus penelitian
2. Deskripsi fokus
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
29

2. Kegunaan Penelitian
E. Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Masjid
B. Fungsih dan Peran Masjid

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian


1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Sosilogi Agama
2. Pendekatan Arkeologi
3. Pendekatan Antropologi
C. Sumber Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
D. Metode Pengumpulan Data
1. Heuristik
2. Kritik
3. Interpretasi
4. Historiografi
E. Instrumen Penelitian
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
2. Analisis Data

BAB IV
30

HASIL PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai