Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

MENGGALI SEJARAH
PETILASAN PENYEBARAN
AGAMA ISLAM DI MASJID
MAKAM SYEKH SUBAKIR

Laili Nasikatul Umah, Zenita Alifatul Laili,


Sintia Rahmawati, Septia Puspitasari, Mila
Alda, Amila Rizky Dwi Saputri

Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Balitar,


Jl. Majapahit No.2-4, Blitar, Jawa Timur, Indonesia, 66137
lailinasikatul@gmail.com, zenitalaili18@gmail.com,
sintiarahma404@gmail.com, septiap21@gmail.com,
milaalda655@gmail.com, damai.audio88@gmail.com

Abstrak

Masjid menjadi salah satu hal yang penting dalam agama Islam, sejak masa awal perjalanan
dakwah Nabi Muhammad SAW sampai saat ini. Meskipun masjid menjadi simbol terpenting,
namun pengelolaan serta karakter masjid memiliki gambaran yang berbeda-beda sesuai dengan
kondisi dan situasi keberadaan masjid tanpa mengurangi fungi utama masjid sebagai tempat
beribadah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Artikel ini
mendeskripsikan tentang masjid makam Syekh Subakir yang berasa di Kelurahan Penataran,
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Menurut Babad Tanah Jawa, Syekh Subakir adalah
pembuka masa Islam di tanah Jawa sebelum Walisongo. Syekh Subakir ialah salah seorang
ulama Wali Songo periode pertama yang dikirim khalifah dari Kesultanan Turki Utsmaniyyah
pada tahun 1404 M untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara. Konon, Syekh Subakir
menjadi seorang ulama besar yang telah menumbal tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk
halus saat awal penyebaran ajaran Islam. Masjid tersebut memiliki keunikan tersendiri yang
tidak lepas dari perjalanan sejarah. Selain sebagai tempat ibadah, masjid tersebut juga
merupakan tempat ziarah makam Syekh Subakir.

Kata Kunci : Masjid; Sejarah; Penyebaran

Abstract

The mosque has been one of the essential elements in the Islamic faith, from the early days of
Prophet Muhammad's preaching until today. Despite being the most significant symbol, the
1
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

management and characteristics of mosques may vary depending on their conditions and
situations without diminishing their primary function as a place of worship for Muslims. The
research method used is descriptive qualitative method. This article describes the mosque of the
tomb of Sheikh Subakir, located in Penataran Village, Nglegok District, Blitar Regency.
According to the Chronicle of the Land of Java, Syekh Subakir was the pioneer of the Islamic
period in Java before Walisongo. Syekh Subakir was one of the first Wali Songo scholars who
was sent by the caliph from the Ottoman Empire in 1404 M to spread Islam in the archipelago.
It is said that Sheikh Subakir became a great scholar who sacrificed the land of Java from the
negative influence of spirits at the beginning of the spread of Islamic teachings. The mosque
holds its uniqueness, closely tied to its historical journey. Besides serving as a place of worship,
the mosque is also a pilgrimage site for the tomb of Sheikh Subakir.
Keywords : Mosque; History; Deployment.

PENDAHULUAN

Masjid tidak dapat dilepaskan dari peradaban Islam sebagai bangunan tempat ibadah umat
Islam dan seni bangunan kebudayaan Islam. Masjid merupakan bangunan suci bagi umat Islam
karena masjid sebagai rumah Allah. Masjid memiliki peran penting sebagai tempat
melaksanakan ibadah sholat dan tempat mengajarkan Islam. Kebudayaan Islam yang ada di
Jawa dapat terlihat pada bangunan masjid-masjid kuno yang menjadi bangunan penting dalam
sejarah kehidupan umat Islam di Jawa. Masjid menjadi bangunan yang sangat penting dalam
kegiatan beribadah umat Islam. Arsitekturnya dengan segala kelengkapan, bentuk, gaya, corak
dan penampilan menyesuaikan waktu, lingkungan dan latar belakang manusia yang
menciptakannya.

Blitar yang terkenal sebagai “Kota Patria” memiliki sejarah dan budaya yang sudah di akui
secara internasional. Salah satu desa di Blitar yang terkenal dengan banyak budaya dan
sejarahnya adalah Desa Penataran Kecamatan Nglegok. Desa Penataran berada di lereng barat
daya Gunung Kelud, kurang lebih 21 km dari kaki Gunung Kelud. Ditilik dari sejarah, Desa
Penataran merupakan pusat dari Kerajaan Kadiri, Singosari, dan Majapahit. Daerah ini awalnya
di temukan oleh kyai Ngusman dari Trenggalek. Mbah Ngusman menemukan daerah ini masih
berupa hutan yang angker. Perjuangan Mbah Ngusman dilanjutkan oleh Kyai Djaripah yang
juga berasal dari daerah Trenggalek. Penamaan desa sendiri masih berkaitan dengan
ditemukanya candi, yakni Candi Penataran.

Selain candi, tidak jauh dari lokasi kompleks Candi Penataraan terdapat masjid yang di
2
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

sampingya diyakini terdapat makam Syekh Subakir yang masyhur sebagai penumbal tanah
Jawa. Masjid ini juga menjadi salah satu destinasi wisata religi di Desa Penataran yang penting.
Dari berbagai literasi yang dikumpulkan, Syekh Subakir merupakan seorang ulama dari Persia
yang diutus ke tanah Jawa dalam rangka menyebarkan ajaran Islam. Dia diutus oleh Sultan
Muhammad I dari Kekaisaran Ottoman di Turki pada tahun 1404 M. Cerita tutur menyebut,
Syekh Subakir yang memasang tumbal bagi tanah Jawa. Gunanya untuk menetralisir pengaruh
negatif agar Pulau Jawa kondusif kondisinya. Kisah kesaktian Syekh Subakir membuatnya
terkenal dan masyarakat sangat fanatik terhadapnya. Karena kefanatikan itu bisa mengganggu
ketauhidan masyarakat Jawa, Syekh Subakir diceritakan memutuskan kembali ke persia.

Diketahui kehadiran Syekh Subakir di wilayah Blitar jauh sebelum masa Wali Songo. Tak jauh
dari petilasan Syekh Subakir, juga ditemukan tiga makam ulama yang menurut cerita tutur
adalah makam para murid Syech Subakir. Tiga makam itu tepatnya berada di 200 meter arah
utara petilasan Syekh Subakir. Berada di Desa Sumber Kecek yang dinamakan warga sebagai
Makam Sentono Dowo. Sentono artinya sahabat atau cantrik, dan dowo artinya panjang.
Karena memang ketiga makam yang ada di areal itu panjangnya kurang lebih dari dua meter.

Salah satu bukti peninggalan dari Syekh Subakir adalah sebuah sajadah batu atau tempat
pesujudan yang dulu Syekh Subakir gunakan untuk sholat. Selain itu juga terdapat masjid yang
dahulu hanya sebuah gubug kecil tempat beribadah. Seiring berjalannya waktu masjid tersebut
mengalami renovasi menjadi lebih modern. Sampai saat ini petilasan Syekh Subakir masih
ramai dikunjungi peziarah. Mereka biasanya datang untuk mendoakan sang ulama. Selain di
Desa Penataran ada beberapa petilasan Syekh Subakir di tempat lainnya di Pulau Jawa seperti
Gunung Tidar yang terletak di pinggir selatan kota Magelang.

Konon saat itu Gunung Tidar menjadi pusat kerajaan gaib di pulau Jawa karena dihuni oleh
serangkaian bangsa jin sehingga siapapun yang masuk ke area Gunung Tidar dipastikan akan
tewas. Karena begitu kuatnya kepercayaan tradisional masyarakat Jawa saat itu, banyak ulama
Agama Islam gagal untuk menyebarkan dakwah Islam di tanah Jawa.

3
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Instrumen utama penelitian
adalah naskah wawancara, catatan lapangan, dan dukumentasi lainnya yang dideskripsikan dalam
bentuk narasi berdasarkan pada penciptaan gambaran secara holistik dan disusun dalam sebuah latar
ilmiah. Dengan menggunakan metoda deskriptif kualitatif peneliti dapat memusatkan diri pada
persoalan-persoalan aktual melalui pengumpulan data, susunan data, penjelasan data dan analisis
data.

Sumber data primer diperoleh dari data yang dikumpulkan dalam bentuk wawancara dari informan
yang dianggap punya peran penting dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid.
Sumber data lain yang digunakan dengan observasi dimana peneliti ikut serta berpartisipasi sebagai
jamaah dan ditunjang dengan teknik dokumentasi berupa mengumpulkan dokumen-dokumen
kegiatan masjid yang telah dilaksanakan.

ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu: (1) Pengumpulan kategori,
peneliti mencari suatu kumpulan dari contoh-contoh data serta berharap mendapatkan makna yang
relevan dengan isu yang akan muncul; (2) Interpretasi langsung, peneliti studi kasus melihat pada
satu contoh serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini merupakan suatu
proses dalam menarik data secara terpisah dan menempatkannya kembali secara bersama-sama
agar lebih bermakna; (3) Peneliti membentuk pola dan mencari kesepadanan antara dua atau lebih
kategori; (4) Pada akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik melalui analisa data,
generalisasi ini diambil melalui orang-orang yang dapat belajar dari suatu kasus, apakah kasus
mereka sendiri atau menerapkannya pada sebuah populasi kasus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peradaban dan Sejarah Penemuan Makam Syekh Subakir

Syekh Subakir adalah cicit dari sahabat Nabi Rosululloh SAW. Yaitu Salman Al Farisy. Tidak ada
informasi tanggal dan tempat di mana beliau lahir dan dibesarkan. Berikut adalah silsilah keturunan
beliau sampai pada Sahabat Nabi Salman Al Farisy : Syekh Subakir bin Abdulloh bin Aly bin
Ahmad bin Aly bin Ahmad bin Abdulloh bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Aly bin
Abubakar bin Salman bin Hasyim bin Ahmad bin Badrudin bin Barkatulloh bin Syafiq bin Badrudin
bin Omar bin Aly bin Salman Alfarisiy.

4
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

Syekh Subakir merupakan penyebar Islam di Tanah Jawa generasi awal pada zaman kediri, masa
pemerintahan Joyoboyo, berasal dari Persia jauh sebelum generasi Wali Songo. Beliau berhadapan
langsung dengan tokoh-tokoh agama Jawa, Hindu dan Budha di pusat kekuasaanya, pada masa jaya-
jaayanya dan di dukung oleh kerajaan-kerajaan besar yang melindunginya. Ia berhasil
mengislamkan masyarakat Jawa termasuk di dalamnya masyarakat Blitar.

Menurut Babad Tanah Jawa, Syekh Subakir adalah pembuka masa Islam di tanah Jawa sebelum
Walisongo. Syekh Subakir ialah salah seorang ulama Wali Songo periode pertama yang dikirim
khalifah dari Kesultanan Turki Utsmaniyyah Sultan Muhammad 1 pada tahun 1404 M untuk
menyebarkan agama Islam di wilayah Nusantara. Konon, Syekh Subakir menjadi seorang ulama
besar yang telah menumbal tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk halus saat awal penyebaran
ajaran Islam di Nusantara. Sebagai ahli ilmu alam atau ekologi, Syeikh Subakir sangat perduli
terhadap lingkungan, dan fenomena-fenomena alam semesta. Beliau banyak sekali membaca
fenomena-fenomena alam terutama bidang mountainologi, yaitu ilmu tentang gunung berapi. Dalam
istilah sains modern, beliau layak disebut ahli Meteorologi dan Geofisika.

Telah ditemukan “Pasarehan” yang wujudnya nampak seperti makam. Dahulunya tempat tersebut
merupakan tempat sadranan dengan sesaji-sesaji bagi orang yang memiliki tujuan tertentu. Menurut
keterangan dari narasumber tahun 1960 diketahui ada sebuah makam tetapi hanya ada satu batu
nisan. Kemudian oleh orang tersebut makam tersebut dirawat karna menurut seorang makam
tersebut adalah makam wali Alloh Raden Abdulloh atau lebih dikenal dengan Makam Syekh
Subakir (benar tidaknya Wallohu a’lam). Mengapa makam itu diyakini sebagai makam Syekh
subakir karena tempat itu memiliki cirri-ciri seperti kebanyakan makam wali sanga, yaitu :
1. Batu nisannya hanya satu
2. Ada sentononya/ cantrik
3. Ada tempat sholat dari batu/ sajadah batu.

Menurut keterangan dari Kyai Djaelani yang merawat makam dari sejak awal dulu, pernah
kedatangan rombongan Kyai dari Banten. Mereka mengatakan bahwa makam tersebut adalah
Makam Syekh Subakir. Tidak hanya itu, pernah datang juga Kyai dari gunung Magli Jawa Tengah
yang juga sama mengatakan bahwa makam tersebut adalah Makam Syekh Subakir. Bersamaan
dengan itu ditemukan juga tempat sholat yang berasal dari batu atau yang lebih dikenal dengan
“pasujudan”. Di dekat tempat tersebut juga ditemukan makam Sayyid Ali Muntaha dan Sayyidah
Umi Mukhibbah yang dipercaya sebagai penderek Mbah Syekh Subakir.

5
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

Menurut salah satu ta’mir Masjid Makam Syekh Subakir bahwa yang dimakam di tempat itu adalah
merupakan tumbal dari Mbah Syekh Subakir. Mbah Syekh Subakir terkenal sebagai penumbal dari
tanah jawa. Yang awalnya tanah jawa berupa hutan belantara yang banyak dihuni oleh makluk halus
sehingga tidak ada yang bisa menjamaknya. Syekh Subakir memasang tumbal yang menyebabkan
gempa dahsyat dan banyak makluk halus yang ikut hanyut sampai lautan selatan. (Jamaludin, 2023)

Sebelum kembali ke tanah kelahirannya, disebut-sebut Syeikh Subakir meninggalkan beberapa


karya, yaitu:
1.Menemukan huruf Jawa, yang berbunyi:
HA NA CA RA KA, DA TA SA WALA, PA DHAJA YA NYA, MA GA BA THA NGA.
2. Memberi nama Jawa untuk menyebut tanah tempat Majelis Dakwah menyiarkan Islam.
Kata Jawa diambil dari bahasa Suryani yang berarti tanah yang subur.
3. Tembang Kinanthi.

Maka dari itu, wajar ada beberapa makam atau petilasan Syekh Subakir di Jawa. Selain di Blitar,
makam atau petilasan Syekh Subakir juga ada di Gunung Tidar, Magelang. Cerita rakyat yang
berkembang, dulu Syekh Subakir menumbli tanah Jawa di puncak Gunung Tidar. Gunung Tidar di
anggap sentral Tu saka-nya tanah Jawa. Ada cerita setelah berhasil membuka siar Islam di tanah
Jawa, Syekh Subakir kembali pulang ke negara asalnya yaitu Persia. (M. Zamroji, 2009)

Secara turun temurun masyarakat Kelurahan Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar,
mempercayai sebuah makam yang berada di dekat Candi Penataran itu makam seorang ulama
penyiar Islam pertama di tanah Jawa, Syekh Subakir. Makam itu pula yang menjadi cikal bakal
berdirinya Masjid Makam Syekh Subakir di kelurahan setempat. Hal itu di buktikan dengan makam
Syekh Subakir yang ada di desa Penataran tersebut. (Subikhan, 2023)

B. Fungsi Serta Peranan Masjid

Masjid sebagai pusat ibadah


Kehidupan umat Islam yang tetap cenderung mempertahankan eksistensinya sebagai hamba
ALLAH dengan memanfaatkan masjid sebagai sarana melaksanakan ibadah menunjukkan betapa
peranan masjid sangat strategis, khususnya berkaitan dengan fungsinya sebagai Pusat Ibadah.

6
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

Fungsi yang dimaksud, adalah sebagai berikut :


1. Fungsi masjid sebagai tempat sujud atau penghambaan diri kepada Sang Khaliq - ALLAH
SWT, dengan menjadikan masjid sebagai tempat Fungsi serta Peranan Masjidberkumpulnya
umat Islam mendirikan shalat fardlu 5 (lima) waktu serta shalat sunnat, seperti : Tarwih,
witir dan lain – lain.
2. Fungsi masjid sebagai tempat I’tikaf, berzikir, pengajian dan membaca Al Qur’an .
3. Fungsi masjid untuk kegiatan ibadah sosial atau Muamalah, seperti : penerimaan,
penampungan dan pengelolaan dana zakat, serta .
4. Dapat berfungsi sebagai Baitul Mal yaitu lembaga atau pihak yang mempunyai tugas khusus
menangani segala harta umat.

Masjid sebagai sarana pembinaan umat :


Semakin berkembang dan tersebarnya jumlah masjid dari perkotaan sampai ke pelosok desa,
merupakan potensi utama dalam mengoptimalkan peranan masjid sebagai sarana pembinaan umat,
dengan mengimplementasikan fungsi – fungsi masjid sebagai berikut :
1. Fungsi persatuan dan Ukhuwah Islamiyah, maksudnya adalah dengan berkumpulnya umat
Islam dalam rangka melaksankan shalat jama’ah di masjid akan mengarahkan segenap
Muslimin dan Muslimat untuk semakin memperkokoh keutuhan persatuan dan
persaudaraan.
2. Fungsi masjid sebagai Pewaris nilai – nilai ajaran agama Islam, dengan memposisikan
masjid menjadi tempat pengajaran, pendidikan Islam dan pengembangan ilmu.
3. Fungsi Dakwah, yakni masjid dapat dimanfaatkan para Da’i (Muballigh dan Muballighat)
untuk memberikan fatwa atau nasehat agama kepada segenap umat Islam di sekitarnya.
4. Sebagai penghimpun khasanah ilmu pengetahuan dengan menempatkan sarana
perpustakaan.
5. Masjid dapat berfungsi sebagai tempat bermusyawarah terhadap berbagai persoalan umat.

C. Perkembangan Masjid Makam Syekh Subakir

Salah satu peninggalan dari Syekh Subakir adalah sebuah sajadah batu atau tempat pesujudan. Dulu
Syekh Subakir gunakan untuk sholat. Selain itu juga sebuah masjid yang dahulu hanya sebuah
gubug kecil tempat beribadah. Seiring berjalannya waktu merubahnya menjadi sebuah masjid dan
hingga saat ini masjid sudah mengalami renofasi menjadi lebih modern.

Tahun 1989, sebelah selatan makam dibangun mushola yang di gunakan untuk beribadaah para
7
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

musyafir. Walaupun bangunan mushola belum sempurna karena bagian dinding belum dilepo dan
belum ada jendela dan pintunya tetapi sudah digunakan untuk sholat. Pada tahun 1993, mushola itu
dikembangan menjadi masjid. Pembangunan berlanjut pada tahun 2017, masjid itu direnovasi atas
saran tujuh Kyai di Blitar diantaranya:
1. Kyai Dimyati (Baran, Selopuro)
2. Kyai Sulaiman (Sawahan, Kanigoro)
3. Kyai Djaelani (Jengglong, Lodaya )
4. Kyai Abu Naim (Kandangan, Sanankulon)
5. Kyai Joyo Ngalim
6. Kyai Akhyar (Klece)
7. Kyai Yusuf (Sanankulon)

Masjid itu direnovasi menjadi 2 lantai dengan menghabiskan total biaya hampir 2,5 milyar. Pada
tahun 2020 bertepatan dengan malam Idul Adha, makam Sayyid Ali Muntaha dan Sayyidah Umi
Mukhibbah yang awalnya berada di tangga depan Masjid Mbah Syekh Subakir dipindah di samping
Makam Mbah Syekh Subakir. Pemindahan itu dengan tujuan agar makam tidak terinjak, dengan
didatangkan 40 Hafidzhah dengan bacaan Al-qur’an 7 majlis khataman.

D. Masjid Syekh Subakir Membangun Peradaban Masyarakat Sekitar

Masjid dalam peningkatan kualitas kesejaahteraan umat sangat diharapkan. Masjid menjadi basis
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Gazalba (1986) mengemukakan bahwa selain
sebagai pusat ibadah, masjid juga berperan sebagai pusat kebudayaan atau peradaban. Masjid
sebagai pusat peradaban memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan kegiatan sosial
kemasyarakatan, membangun kapabilitas intelektual umat, meningkatkan perekonomian umat, dan
menjadi ruang diskusi untuk mencari solusi permasalahan umat terkini.

Salah satunya masjid Syekh Subakir bukan hanya digunakan untuk melaksanakan kegiatan ibadah
ritual saja seperti shalat berjamaah, dzikir, membaca al-Quran, dan berdoa tetapi dapat juga
digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan dalam upaya mengembangkan
masyarakat Islam. Diantaranya kegiatan di masjid Syekh Subakir yang rutin sering dilakukan adalah
: 1.) Semaan Al-quran para hafidzhoh yang rutin dilaksanakan setiap kamis kliwon pagi 2.) Dzikrul
Ghofilin setiap malam Jum'at legi yang dihadiri masyarakat sekitar masjid 3.) Haul Mbah Syekh
Subakir 4.) Acara maulid Nabi Muhammad SAW setiap bulan Rabiul Awal dan 5.) Peringatan tahun
baru Islam yang dilaksanakan pada bulan Muharam.

8
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

Bahkan saat ini keberadaan masjid menjadi sangat potensial terutama dalam memberdayaan umat
Islam untuk setiap aspek kehidupannya. Seperti yang dapat kita lihat yang dimana masjid Syekh
Subakir masih satu area wisata dengan Candi Penataran, kolam renang Penataran serta museum
Penataran sehingga dimana orang-orang bisa menjamaknya atau mengunjunginya sekaligus.
Dengan otomatis para pedagang baik makanan maupun oleh-oleh atau souvenir sekitar akan
mengalami tingkat penjualan yang bisa meningkatkan taraf hidup ekonomi bagi kehidupan
masyarakat sekitar. Sehingga banyak para peziarah yang datang untuk berdoa di Masjid Makam
Syekh Subakir sekaligus untuk berwisata yang ada di Penataran.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian tentang Menggali Sejarah Penyebaran Agama Islam di Masjid Makam
Syekh Subakir di Desa Penataran, simpulan yang dikemukakan sebagai berikut.

(1) Syekh Subakir merupakan salah seorang ulama Wali Songo periode pertama yang dikirim
khalifah dari Kesultanan Turki Utsmaniyyah Sultan Muhammad 1 pada tahun 1404 M untuk
menyebarkan agama Islam di wilayah Nusantara. Konon, Syekh Subakir menjadi seorang
ulama besar yang telah menumbali tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk halus saat awal
penyebaran ajaran Islam di Nusantara. Salah satu peninggalan dari Syekh Subakir adalah
sebuah sajadah batu atau tempat pesujudan yang dulu Syekh Subakir gunakan untuk sholat.
Selain itu, juga sebuah masjid yang dahulu hanya sebuah gubug kecil tempat beribadah. Seiring
berjalannya waktu berubah menjadi sebuah masjid dan hingga saat ini masjid sudah mengalami
renofasi menjadi lebih modern.
(2) Masjid dalam peningkatan kualitas kesejaahteraan umat sangat diharapkan. Masjid menjadi
basis pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Gazalba (1986) mengemukakan bahwa
selain sebagai pusat ibadah, masjid juga berperan sebagai pusat kebudayaan atau peradaban.
Masjid sebagai pusat peradaban memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan
kegiatan sosial kemasyarakatan, membangun kapabilitas intelektual umat, meningkatkan
perekonomian umat, dan menjadi ruang diskusi untuk mencari solusi permasalahan umat
terkini.

9
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

DAFTAR PUSTAKA

Terjemah buku kuno, Pakem Babat Tanah Jawa. Ekspedisi Syekh Subakir Ke Pulau Jawa, M.
Zamroji, Lb. M, 2009.

Syekh Subakir, Ekologi perdana Tanah Jawa, Divisi Litbang DPW PKB Jatim, 2013.

Astari, P. (2014). Mengembalikan Fungsi Masjid Sebagai Pusat Peradaban

Masyarakat: Jurnal Ilmu dakwah dan Pengembangan Komunitas Vol. 9 No.1. 33-44

10
Jurnal Agama Islam, Juli 2023, Volume 7(1), 1-7

LAMPIRAN

Masjid Makam Syekh Subakir

Batu Pasujudan Syekh Subakir

11

Anda mungkin juga menyukai