Anda di halaman 1dari 11

MASJID RAYA SABILAL MUHTADIN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

Ariesta Ayu Salsabila


(Pendidikan IPS Universitas Lambung Mangkurat)
Email : salsabila8334@gmail.com

ABSTRAK
Masjid Sabilal Muhtadin merupakan masjid terbesar di Kota Banjarmasin yang
menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan. Masjid Sabilal Muhtadin
terletak di pusat Kota Banjarmasin dengan lokasinya yang strategis sehingga
mudah dijangkau. Tujuan penulisan artikel ini untuk melihat eksistensi masjid Raya
Sabilal Muhtadin dalam perannya sebagai sumber belajar IPS dilingkungan
sekolah. Penulisan artikel menggunakan studi pustaka yang berasal dari berbagai
jurnal ilmiah dan ebooks. Selain itu, penulis mencari jurnal yang relavan sesuai
pembahasan. Penyajian naskah di lakukan dengan deskripsi dari berbagai sumber.
Hasil dari penulisan artikel ini adalah untuk memberikan ide kreatif bagi guru
dalam mengembangkan sumber belajar IPS disekolah dengan mengaitkan sejarah
maupun eksistensi masjid raya sabilal muhtadin sebagai sumber belajar IPS.
Kata Kunci: Sejarah, Eksistensi, Sumber Belajar IPS

PENDAHULUAN
Pada dunia pendidikan, kegiatan belajar mengajar adalah aspek yang sangat penting
dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Perkembangan akademis dan psikologis bagi
hidup yang dapat dipengaruh dari proses belajar. Belajar merupakan proses adanya
aktivitas yang saling berhubungan antara peserta didik dengan pendidik serta sumber
belajar dalam suatu lingkungan belajar. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dapat
melibatkan seseorang dalam rangka untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap,
mengem-bangkan keterampilan dan nilai-nilai yang positif dengan pemanfaatan berbagai
sumber untuk belajar. Sumber belajar adalah suatu sarana pembelajaran yang sangat
penting bagi guru dalam mengeksplorasi berbagai macam dan bentuk sumber guna
mendapatkan alat bantu yang tepat untuk mengajar serta melengkapi yang sudah
disediakan di dalam buku cetak, dapat menambah wawasan dan informasi, memperluas
konsep, dan membangkit motivasi dan minat peserta didik (Kohchar, 2008).
Sumber pembelajaran adalah segala macam dan bentuk bahan yang bias digunakan
dalam memberikan informasi maupun berbagai macam keterampilan kepada peserta

1
didik dan guru yang menunjang berjalannya proses belajar mengajar. Sumber belajar
yang sering digunakan oleh guru di sekolah yaitu buku teks IPS, video IPS, gambar, hasil
diskusi diklat MGMP. Sumber belajar yang digunakan tersebut dinilai efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran karena dikombinasikan dengan metode dan model
pembelajaran. Sumber belajar merupakan sarana pembelajaran yang sangat penting. Guru
memiliki kewajiban untuk mengeksplorasi berbagai bentuk sumber yang digunakan agar
mendapatkan alat dan media bantu yang tepat dalam mengajar serta melengkapi yang
telah dise-diakan dalam buku cetak, sehingga dapat menambah wawasan dan informasi,
memperluas konsep-konsep, serta dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar
peserta didik (Kochhar, 2008).
Pembelajaran IPS harus mampu memanfaatkan sumber dan referensi yang ada di
lingkungan sekitar peserta didik terutama yang berkaitan dengan materi yang dibahas.
Lingkungan sekitar memiliki berbagai peristiwa seperti peristiwa sejarah sehinga dapat
membantu guru dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik tentang masa lalu.
Pada umumnya peserta didik menjadi lebih tertarik belajar IPS apabila dihubungan
dengan situasi nyata disekitar. Salah satu yang dapat dimanfaatkan di lingkungan sekitar
sebagai sumber pembelajaran IPS adalah nilai ekonomi, nilai sosial dan nilai sejarah dari
Masjid Sablila Muhtadin Banjarmasin.

METODE
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif penelitian kepustakaan, Teknik pengumpulan data di lakukan dengan data
sekunder yakni dengan mengumpulkan studi literature data dari berbagai referensi dan
berbagai sumber yang relavan seperti jurnal ilmiah dan ebooks. Penelitian menggunakan
teknik analisis data dalam penelitian kepustakaan yang diwujudkan melalui analisis isi,
artinya proses penelitian akan menganalisis isi informasi melalui diskusi maupun
pencarian materi yang mendalam. Kemudian menyusun data atau informasi yang telah
diperoleh dan menyajikannya dalam bentuk pembahasan yang akurat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Sejarah Masjid Sabilal Muhtadin
Masjid berasal dari bahasa arab yaitu sajada, yasjudu, sujud. Dari akar kata
tersebut terbentuklah kata mesjid yang merupakan kata benda yang menunjukkan arti
tempat Sujud. Sujud adalah rukun shalat, sebagai bentuk upaya hamba untuk

2
mendekatkan diri kepada Allah SWT (Kurniawan, 2014). Masjid berasal dari bahasa
Arab sajada yang berarti sujud atau tempat beribadah kepada Allah SWT. Selain itu,
masjid merupakan tempat berkumpul dan melaksanakan shalat berjamaah untuk
meningkatkan kesadaran dan silaturahim antar umat Islam, dan di dalam masjid juga
merupakan tempat yang paling baik untuk melaksanakan shalat Jum'at (Ayyub, 1996).
Masjid Raya Sabilal Muhtadin kita kenal sebagai masjid
kebanggaan landmark masyarakat kota Banjarmasin khususnya dan Kalimantan
Selatan. Masjid Raya ini memberikan warna keagamaan yang sangat khas dan kental di
kalangan masyarakat Banjarmasin khususnya di dalam penyiaran Agama Islam. Masjid
ini dalam setiap minggunya tidak kosong dari pengajian-penajian agama atau Majelis
Ta’lim. Majelis Ta’lim disampaikan oleh ulama-ulama besar yang ada di Kalimantan
Selatan, para ulama yang memberikan ceramah di sini memang sangat dipercaya
masyarakat untuk memberikan suatu pengajaran tentang syariat Islam yang dibawakan
oleh Rasulullah.
Dalam sejarahnya, pembangunan masjid yang dimulai sejak Gubernur Subardjo
ini, baru diresmikan pada masa kepemimpinan Gubernur Mistar Tjokrokoesoemo.
Sedangkan motor pembangunan adalah HM Said yang saat itu menjabat sebagai kepala
Biro Pembangunan. HM Said di kemudian hari terpilih sebagai Gubernur Kalsel dua
periode. Menjadi suatu kebanggaan, Presiden Soeharto pada waktu itu, berkenan hadir
meresmikan buah karya mereka Memang, tak lagi terlihat tinta emas di dua batu
prasasti yang disusun vertikal pada halaman depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin,
Banjarmasin. Terpaan hujan dan teriknya matahari telah melunturkannya goresan pada
monumen kecil tersebut.
Hanya saja, nama dan tanda tangan yang terukir di batu berwarna hitam itu yang
masih nampak jelas. Di batu bagian atas tertulis Masjid Raya Sabilal Muhtadin
diresmikan Presiden RI Soeharto, Senin, 9 Februari 1981. Sementara di batu bagian
bawah bertuliskan, Minggu 10 November 1974 dipancangkan tiang pertama Masjid
Raya Banjarmasin oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat Tingkat I Kalimantan
Selatan Subardjo. Di situ belum disebutkan Sabilal Muhtadin. Dari prasasti itu terlihat,
diperlukan waktu tujuh tahun untuk membangun masjid raya yang menjadi lambang
kekhasan daerah Kalsel itu. Sejak diresmikan, berarti Masjid Raya Sabilal Muhtadin
kini berumur lebih 27 tahun.
Di dalam catatan sejarah pembangunannya disebutkan, nama Sabilal Muhtadin–
yang pembangunannya menelan dana Rp 3,685 miliar itu adalah sebagai penghormatan

3
dan penghargaan terhadap Ulama Besar (almarhum) Syekh Muhammad Arsyad al-
Banjary (1710-1812 M) yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan
agama Islam di Kerajaan Banjar atau Kalimantan Selatan sekarang ini. Ulama Besar ini
tidak saja dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal dan dihormati melewati
batas negerinya sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan
Mesir. Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700 – 1734 M) memerintah
Kerajaan Banjar, suatu hari ketika berkunjung ke kampung Lok Gabang. Sultan melihat
seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan menggambar, dan
tampaknya cerdas dan berbakat, diceritakan pula bahwa ia telah fasih membaca Al-
Quran dengan indahnya.
Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak
tersebut sebaiknya ting-gal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu
Sultan. Kemudian atas permintaannya sendiri, pada waktu berumur sekitar 30 tahun.
Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah memperdalam ilmunya,
dan lebih dari 30 tahun kemudian, setelah gurunya menyatakan sudahlah cukup bekal
ilmunya, barulah ia kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi Sultan Tahlilullah
seorang yang telah banyak membantu dan memberi warna pada kehidupannya telah
mangkat dan digantikan kemudian oleh Sultan TahmiduHah II bin Sultan HW, yaitu
cucu Sultan Tahlilullah yang sejak semula telah akrab bagaikan bersahabat. Kepada
Sultan Tahlilullah ia tidak sempat menyatakan terimakasihnya ataupun memberikan
pengabdiannya dan mereka terpisah karena jarak dan umur.
Sekembalinya dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakan nya ialah membuka
tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Pagar Dalam, yang kemudian lama-
kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam.
Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kerajaan Banjar, sangat menaruh
perhatian terhadap per-kembangan serta kemajuan agama Islam dikerajaannya,
meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat
(Hukum Fiqh) yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.
Sebelumnya, untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, ia telah menulis beberapa
kitab serta risalah-risalah, diantaranya ialah Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab
Sifat Duapuluh, Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad
serta perbuatan yang sesat, Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib
suami-isteri, Kitabul Faraidl, semacam hukum-perdata.

4
Dari beberapa risalahnya, dan beberapa pelajaran penting yang langsung
diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab
Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang
berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Mengenai
bidang Tasauf (semacam Filsafat Ketuhanan) ia juga menuliskan pikiran-pikirannya
dalam Kitab Kanzul-Makrifah. Kitab Sabilal Muhtadin yang disebut di atas
selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, dan untuk
singkatnya disebut Kitab Sabilal saja; dan artinya dalam terjemahan bebas adalah
”Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan
agama”.
Dengan demikian maka Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary sekaligus adalah
guru, ulama, dan teladan bagi muridnya, dan juga penduduk sekitarnya, ia telah
berbakti kepada agama dan kehidupan itu sendiri dengan setulus jiwa-raganya. Maka
pada akhirnya, sebagai akibat dari semua itu, kelak kemudian hari, suri tauladan Syekh
Muhammad Arsyad Al-Banjary, seperti telah diriwayatkan di atas, membekas dan
terpatri pada hati seluruh kerajaan dan penduduknya dengan kenyataan sebagaimana
kita lihat sampai hari ini ialah demikian banyaknya mesjid, langgar, surau dan
madrasah didirikan dan dibangun oleh penduduk di setiap desa, kampung dan kota di
seluruh Kerajaan Banjar atau di Kalimantan Selatan sekarang ini. Dan Mesjid Raya
Banjarmasin ini, berdasarkan sejarah serta riwayat sebagaimana telah disebut di atas,
dipahatkan namanya : SABILAL MUHTADIN.
B. Eksistensi Masjid Sabilal Muhtadin di Kalangan Masyarakat
Masjid Sabilal Muhtadin merupakan masjid terbesar di Kota Banjarmasin yang
menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan. Masjid Sabilal Muhtadin terletak
di pusat Kota Banjarmasin dengan lokasinya yang strategis sehingga mudah dijangkau.
Masjid sebagai tempat ibadah sekaligus pusat dakwah. Karena fungsi tersebut, saat ini
eksistensi masjid sabilal muhtadin juga merupakan tempat dimana masyarakat
mengembangkan hubungan sosial, mengembangkan fungsi masjid yang lebih spesifik
sebagai tempat menuntut ilmu. Sebagai tempat ibadah, di masjid Sabilal Muhtadin
terdapat shalat lima waktu dan shalat sunnah, pengajian, peringatan hari besar, dan
pengurus masjid Sabilal Muhtadin, lembaga pendidikan di kompleks masjid Sabilal
Muhtadin.
Masjid sabilal muhtadin Banjarmasin sampai saat ini masih selalu mengadakan
pengajian-pengajian rutin yang di lakukan setiap minggunya hal tersebut menjadikan

5
masjid sabilal muhtadin ini selalu di kunjungi oleh masyarakat Banjarmasin. Kegiatan
rutin yang dilakukan di Masjid Sabilal Muhtadin merupakan kegiatan pengajian yang
dilakukan setiap minggunya, pengajian ini merupakan bekal bagi jamaah untuk
menerima ilmu agama non formal, hal ini bertujuan untuk mengintensifkan sesama
umat Islam yang ada di kota Banjarmasin.
Selain itu, Masjid sabilal muhtadin juga di gunakan sebagai lembaga pendidikan
islam. Lembaga Pendidikan Islam Sabilal Muhtadin (LPI-SM) merupakan salah satu
institusi yang ada di lingkungan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin dan
memiliki kaitan erat dengan pendirian Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Lima tahun
setelah Masjid Raya Sabilal Muhtadin berdiri, tepatnya tanggal 9 Februari 1981, yakni
tahun 1986 bertepatan dengan masa kepemimpinan Soeharto sebagai presiden Republik
Indonesia, dimulailah perencanaan pembangunan pendidikan di lingkungan Masjid
Raya Sabilal Muhtadin.
Pendidikan Islam sebagai salah satu upaya untuk memajukan generasi bangsa
memerlukan perencanaan yang matang, agar output pendidikan yang dihasilkan
berkualitas. Dalam merencanakan pendidikan, kondisi masyarakat dapat dijadikan
pertimbangan dengan melakukan berbagai pendekatan, mulai dari sosial,
ketenagakerjaan dan kemampuan masyarakat dari segi perekonomian (Ikhwan, 2016).
Dengan demikian, pendidikan yang ada akan selaras dan mampu dijangkau oleh
masyarakat sekitar. Pernyelenggaraan pendidikan dasar Islam Sabilal Muhtadin sudah
menjadi bagian dari rencana awal pembangunan di sekitar induk Masjid Raya Sabilal
Muhtadin yang juga mempertimbangkan kondisi masyarakat. Ketika itu muncul
pemikiran dari Gubernur Kalimantan Selatan periode 1980-1984, Mistar
Tjokrokoesomo, untuk melengkapi Masjid Raya sebagai pusat kegiatan Islam.
Kemunculan satuan pendidikan yang dikelola LPI-SM Banjarmasin di lingkungan
Masjid Raya juga dilatarbelakangi lokasi Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada di
tengah perkantoran dan bukan di tengah kampung. Harapannya dengan adanya institusi
pendidikan di lingkungan masjid, akan mampu mengoptimalkan penggunaan Masjid
Raya Sabilal Muhtadin sebagai pusat kegiatan Islam. Pendidikan Islam merupakan
sebuah lembaga yang selaras dengan peraturan pemerintah No. 28 Tahun 1990, No.60
tahun 1999, No. 73 Tahun 1993. Pendidikan agama memiliki peran untuk membentuk
peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang dapat diselenggarakan baik
secara formal, non formal, maupun informal (Nursikin, 2018).

6
C. Pemanfaatan Masjid Sabilal Muhtadin Sebagai Sumber Belajar IPS
Pembelajaran IPS membutuhkan inovasi dalam pelaksanakaannya, yaitu dengan
menggunakan pendekatan contekstual teaching learning (CTL). Model ini dapat
diterapkan di dalam kelas maupun di luar kelas, bahkan dapat diterapkan tanpa
kehadiran guru (Vordillon, 1994). Akan tetapi, banyak guru IPS yang kurang mampu
menerapkan pendekatan CTL sehingga pembelajaran IPS kadang-kadang tidak sesuai
dengan konteks para siswanya. Masjid Sabilal Muhtadin merupakan salah satu tempat
yang bisa menjadi sumber belajar IPS apabila guru-guru IPS dapat memanfaatkannya
secara tepat.
Harus diakui bahwa tidak semua masjid bisa menjadi sumber belajar karena sangat
bergantung pada peranan dan fungsi masjid pada masa lalu. Namun demikian, hampir
setiap kota di Kaliman Selatan mempunyai masjid yang bisa dijadikan sumber belajar
dan pembelajaran IPS. Masjid-masjid kuno tersebut memiliki peranan yang strategis
dalam penyebaran agama Islam dan peranan dalam pembangunan masyarakat yang
harmonis sesuai dengan ajaran Islam. Di sini saya akan menjelaskan beberapa materi
IPS yang bisa di ambil dari masjid sabilal muhtadin sebagai sumber belajar IPS ini baik
darii segi ekonomi, sosial, dan sejarahnya yang sudah saya teliti sebelumnya yakni
sebagai berikut :
A. Sumber Belajar Sejarah
Sumber belajar sejarah yang ada di masjid sabilal muhtadin ini adalah mengenai
sejarah berdirinya masjid tersebut. Sabilal Muhtadin dipilih untuk nama Masjid Raya
Banjarmasin sebagai penghormatan terhadap ulama besar almarhum Syekh Muhammad
Arsyad al-Banjari (1710-1812). Almarhum telah berjasa memperdalam dan
mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar atau Kalimantan Selatan. Di samping
menjadi ustaz, almarhum Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari juga menulis banyak buku.
Di antaranya, buku tentang hukum fikih yang menjadi kitab pegangan para santri kala itu.
yang ada di Kerajaan Banjar maupun di negara-negara tetangga. Buku tersebut terkenal
dengan nama Sabilal Muhtadin atau lengkapnya Sabilal Muhtadin Lit-Tafaqquh Fi
Amriddin (Jalan Bagi Orang-orang yang Mendapat Petunjuk untuk Mendalami Urusan-
Urusan Agama).

Menurut riwayat, pada masa pemerintahan Sultan Tahilullah (1700-1734 M),


suatu hari Sultan mengunjungi Kampung Lok Ngabang. Saat itu, Sultan melihat
ada anak berusia tujuh tahun (Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kecil) yang
sedang belajar menulis dan menggambar. Sultan menilai anak tersebut cerdas,
bahkan sudah fasih membaca Alquran. Kemudian, Sultan meminta kepada orang

7
tuanya agar anak tersebut tinggal di istana untuk belajar dengan anak-anak dan
cucu Sultan. Ketika sudah berusia 30 tahun, anak tersebut meminta untuk belajar
ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama. Ia kurang lebih 30 tahun berada di
Mekkah dan setelah cukup pulang ke Banjarmasin.
Sepulang dari Mekkah, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mendirikan
pondok pesantren bernama Pagar Dalam. Kemudian, kampung ini menjadi ramai
dan sebagai tempat menuntut ilmu agama Islam. Melihat kondisi ini Sultan
Tamidullah II (pengganti Sultan Tahlilullah) meminta Syekh Muhammad Arsyad
al-Banjari untuk menulis Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh) agar para santri bisa
belajar dari buku tersebut. Kitab inilah yang terkenal menjadi Sabilal Muhtadin
dan diabadikan sebagai nama masjid. Sejarah tersebut dapat di jadikan sebagai
sumber belajar IPS di sekolah.

B. Sumber Belajar Ekonomi


Sumber belajar ekonomi yang ada di sekitaran kawasan masjid sablilal
muhtadin adalah kegiatan jual beli. Kegiatan jual beli yang di lakukan di kawasan
masjid sabilal tersebut antara lain adalah banyak toko-toko yang menjual berbagai
perlengkapan islami hingga snack dan minuman. Selain itu juga menjual
perlengkapan islami antara lain minyak wangi non alkohol, topi atau peci, manik-
manik seperti tasbih, snack, dan minuman dingin. Kegiatan jual beli ini ramai di
ditujukan untuk pengunjung dan mahasiswa yang menghadiri pengajian di Sabilal
Muhtadin.
Kegiatan jual beli tersebut dapat di gunakan sebagai sumber belajar IPS
pada materi produksi, distribusi dan konsumsi. Pembelajaran mengenai jual beli ini
dapat memberikan pengertian kepada siswa mengenai kehidupan bermasyarakat,
kesadaran terhadap nilai sosial, dan kemampuan berkomunikasi dalam masyarakat
majemuk, seperti tujuan pembelajaran IPS yang sudah kita bahas sebelumnya.
C. Sumber Belajar Sosial
Sumber belajar sosial yang ada di sekitaran kawasan masjid sabilal
muhtadin adalah interaksi sosial antar individu dan individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Hubungan sosial yang terbentuk
antara individu dan individu adalah kegiatan sholat berjamaah di Masjid Sabilal
Muhtadin Banjarmasin. Dalam shalat berjamaah seperti shalat lima waktu
berjamaah setelah shalat dzuhur, ashar, dan maghrib banyak terjadi interaksi di
Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

8
Interaksi antara anak dengan bapak, dimana setelah melaksanakan salat
berjamaah banyak di jumpai bapak bapak maupun ibu ibu yang sedang mengajari
anaknya membaca Al-Qur'an ataupun berbincang satu sama lain yang
menimbulkan interaksi soail individu dengan individu. Selanjutnya hubungan
sosial individu dengan kelompok yang terjadi di masjid sabilal muhtadin ini adalah
ketika kegiatan pengajian rutin dilakukan di Masjid Sabilal Muhtadin. Dalam
pengajian mingguan yang dilakukan di masjid ini, ada penceramah yang sedang
menyampaikan tausiah kepada para masyarakat. Selain itu, Kegiatan yang
mengandung hubungan sosial antara individu dengan kelompok lain di masjid
sabilal muhtadin ini adalah kegiatan Pusat Pengkajian Al-Qur'an (TPA).
Hubungan ini terjadi antara pengajar TPA dengan siswanya. Kemudian
yang terakhir ada hubungan sosial kelompok dengan kelompok yang ada di masjid
sabilal muhtadin adalah dengan adanya beberapa organisasi-organisasi yang di
buat oleh masyarakat Banjarmasin yang bertujuan untuk mengadakan acara-acara
seperti untuk seminar, rapat organisasi, resepsi pernikahan dan juga tempat untuk
melakukan akad nikah. Interaksi sosial yang terjadi di masjid sabilal muhtadin
tersebut dapat di jadikan sebagai sumber belajar IPS di sekolah.

SIMPULAN
Di dalam catatan sejarah pembangunannya disebutkan, nama Sabilal Muhtadin–yang
pembangunannya menelan dana Rp 3,685 miliar itu– adalah sebagai penghormatan dan
penghargaan terhadap Ulama Besar (almarhum) Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary
(1710-1812 M) yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam
di Kerajaan Banjar atau Kalimantan Selatan sekarang ini. Ulama Besar ini tidak saja
dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal dan dihormati melewati batas negerinya
sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan Mesir.
Masjid Sabilal Muhtadin merupakan masjid terbesar di Kota Banjarmasin yang
menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan. Masjid Sabilal Muhtadin terletak di
pusat Kota Banjarmasin dengan lokasinya yang strategis sehingga mudah dijangkau.
Masjid sebagai tempat ibadah sekaligus pusat dakwah. Karena fungsi tersebut, saat ini
eksistensi masjid sabilal muhtadin juga merupakan tempat dimana masyarakat
mengembangkan hubungan sosial, mengembangkan fungsi masjid yang lebih spesifik
sebagai tempat menuntut ilmu. Sebagai tempat ibadah, di masjid Sabilal Muhtadin
terdapat shalat lima waktu dan shalat sunnah, pengajian, peringatan hari besar, dan
pengurus masjid Sabilal Muhtadin, lembaga pendidikan di kompleks masjid Sabilal
9
Muhtadin.
Masjid bisa menjadi sumber belajar karena sangat bergantung pada peranan dan fungsi
masjid pada masa lalu. Namun demikian, hampir setiap kota di Kaliman Selatan
mempunyai masjid yang bisa dijadikan sumber belajar dan pembelajaran IPS. Masjid-
masjid kuno tersebut memiliki peranan yang strategis dalam penyebaran agama Islam
dan peranan dalam pembangunan masyarakat yang harmonis sesuai dengan ajaran Islam.

1
0
REFERENSI
.

Abbas, E. W. (2018). Penguatan Pendidikan IPS Di Tengah Isu-Isu Global

Abbas, E. W. (2019). Building Nation Character Through Education: Proceeding


International Seminar on Character Education.
Abbas, E. W., Jumriani, J., Handy, M. R. N., Syaharuddin, S., & Izmi, N. (2021).
Actualization of Religious Values through Religious Tourism on the River As a
Source of Social Studies Learning. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 13(3), 1663-
1669.
Aufa, N. (2012). Tipologi Ruang dan Bentuk Arsitektur Masjid Adat Kalimantan
Selatan. Jurnal Arsitektur Islam , 1 (2).
Chalimi, I. R., & Firmansyah, H. (2020). PEMANFAATAN MASJID JAMI’SULTAN
SYARIF ABDURRAHMAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH. Jurnal
Pendidikan Sejarah Indonesia, 3(2), 185-193.
Hariyadi, H., & Permatasari, M. A. (2020). The Role of the Muhtadin Sabilal Mosque in
the Social Life of Communities. The Kalimantan Social Studies Journal, 1(2), 141-
150.
Prameswari, S. W., Istiyati, S., & Lestari, L. (2017). PENINGKATAN PEMAHAMAN
KONSEP KEGIATAN JUAL BELI MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC). Didaktika
Dwija Indria, 5(1).
Wahidah, M. N., Putro, H. P., Syaharuddin, S., Prawitasari, M., Anis, M. Z. A., &
Susanto, H. (2021). Dinamika Pendidikan Dasar Islam Sabilal Muhtadin
Banjarmasin (1986-2019). PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu
Sosial), 1(1).
Waluyo, E., Wasino, W., & Su’ud, A. (2012). PEMANFAATAN MASJID
JAMI’KRANJI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. Journal of
Educational Social Studies, 1(2).

1
1

Anda mungkin juga menyukai