Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.

12, Januari 2017

PEMIKIRAN ’ABD AL-RAHMÂN AL-NAHLÂWÎ TENTANG


PENDIDIKAN MASYARAKAT BERBASIS MASJID
(Studi Kitab Ushûl Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ:
Fî Al-Bait wa Al-Madrasah wa Al-Mujtama’)

ISTIKHORI
Mahasiswa Program Doktoral Pendidikan Islam
Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor
istikhori15@gmail.com

Abstract
Makalah ini menjelaskan tentang pemikiran dan konsep dasar ‟Abd Al-Rahmân Al-
Nahlâwî tentang pendidikan masyarakat berbasis masjid dalam karya bernasnya,
Ushûl Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al-Madrasah wa Al-
Mujtama’ (Origins & Methods of The Islamic Education). Latar belakang makalah
ini berfokus pada realitas bahwa sepanjang sejarah Islam dan fungsinya dalam Islam,
masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah. Lebih luas dan kompleks masjid
adalah aula pertemuan, ruang konsultasi dan komunikasi, tempat kegiatan sosial,
balai pengobatan, pusat latihan ketentaraan dan mengatur siasat militer, dan medan
berdakwah serta kiblat bagi pendidikan Islam. Kini urgensitas dan fungsi edukasi
masjid tersebut dirasakan semakin pudar, selain kebanyakannya diperuntukan hanya
sebagai timpat ibadah. Kondisi masjid yang menyempit seperti ini diperburuk dengan
kurangnya manajemen pengelolaan masjid dan semakin jauhnya kehadiran generasi
muda di masjid. Oleh karena itu, makalah ini berupaya menemukan secara deskriptis
pemikiran tentang pendidikan masyarakat berbasis masjid berdasarkan perspektif
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî dalam karyanya tersebut.
Keywords: pemikiran, pendidikan, masjid, pendidikan masyarakat

sangat kuat dengan masjid; dimana masjid


A. PENDAHULUAN
merupakan tempat yang sangat urgen bagi
Dalam Islam dan sepanjang sejarah pengembangan budaya Islam dan di tempat
peradabannya, salah satu tempat istimewa yang suci ini pula kegiatan studi dan
yang mengambil peran dan tanggung pendidikan Islam berawal.1
jawab sebagai tempat bagi institusi Bahkan masjid merupakan markas
pendidikan non formal di masyarakat peradaban Islam, salah satu tempat yang
adalah masjid dengan berbagai fungsi dan paling penting dalam pendidikan Islam,2
perannya yang begitu luar biasa. walaupun beliau tidak membatasi
Menurut penelusuran sejarawan Muslim 1
dan pakar pendidikan Islam, Ahmad Syalabi, Lihat Ahmad Syalabî, Târîkh Al-Tarbiyah Al-
Islâmiyyah, Beirut: Dâr Al-Kasysyâf, 1954, hlm. 84.
disimpulkan secara tegas bahwa sejarah 2
Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban
pendidikan Islam memiliki keterkaitan yang Islam pada Dunia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016,
hlm. 212.

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 1


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

penyampaian ilmu di tempat tertentu saja. multifungsi dan menjadi bagian penting
Beliau mengajari para Shahabatnya di mana dari pranata sosial masyarakat Islam.5
pun selama ada kesempatan yang Spesifiknya dalam rangka membangun
mendukung. masyarakat baru yang secara sungguh-
sungguh selalu berusaha untuk
Di samping mengajar di masjid, beliau
diwujudkannya dimana pun beliau berada 6
juga melakukannya di rumah, di Mina, di
hingga akhir hayatnya.
perjalanan, bahkan di pemakaman
sekalipun. Oleh pakar Sirah Nabi Selain apa yang telah dikemukakan di
kontemporer, Fadhl Ilahi, tempat-tempat atas, pada awal penyebaran Islam, masjid
tersebut spesifiknya masjid dinyatakan memiliki fungsi mulia yang bisa jadi
sebagai tempat pendidikan dan sekarang ini mulai terlupakan. Pada zaman
pembelajaran yang tepat, termasuk salah itu, masjid digunakan sebagai markas besar
satu dari empat puluh lima metode tentara dan pusat gerakan pembebasan umat
Rasulullah S.A.W. dalam mendidik generasi dari penghambaan kepada manusia, berhala
idaman3 yang patut diperhatikan, atau thâghût. Masjid pun digunakan sebagai
direnungkan, dan diaplikasikan sesuai pusat pendidikan yang mengajak manusia
dengan konteks kekinian dan lokalitas pada keutamaan, kecintaan pada
kedisinian. pengetahuan, dan kesadaran sosial serta
pengetahuan mengenai hak dan kewajiban
Pada mulanya Rasulullah S.A.W.
mereka terhadap negara Islam yang pada
memerintahkan untuk mendirikan masjid-
dasarnya didirikan untuk mewujudkan
masjid untuk mempelajari Kitab Allah dan
ketaatan kepada syariat, keadilan, dan
menjalankan shalat di dalamnya pada
rahmat Allah S.W.T.
masa-masa awal Islam. Setelah itu,
masjid-masjid menjadi lembaga Demikian pula halnya yang terjadi di
pendidikan dan pengajaran, di mana guru Indonesia, masjid, surau atau langgar telah
menetap di masjid dan mengajari siapa difungsikan sebagai pusat pendidikan pada
pun yang datang ke sana.4 masa permulaan Islam di Indonesia, selain
sebagai tempat khusus untuk keperluan
Kenyataan sejarah dan realitas empirik
beribadah para penyebar agama bersama
ini seharusnya tidak begitu saja dilupakan
masyarakat sekitar yang telah mengikuti
eksistensi historis dan perannya serta
jejaknya. Sehingga masjid dapat
terlebih untuk dinihilkan fungsinya.
dinyatakan sebagai bentuk institusi
Peran sentral masjid sebagai elan vital pendidikan Islam yang paling awal 7 yang
pendidikan Islam sendiri sesungguhnya kemudian mengalami modifikasi menjadi
telah disadari benar oleh Rasulullah masjid-khân8 hingga kemudian
S.A.W.; dimana langkah pertama yang berkembang menjadi pesantren.
beliau lakukan setelah berhijrah ke
Madinah adalah membangun dan
5
mendirikan masjid, tidak hanya sebagai Samsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, Isu-
tempat ibadah bahkan telah bersifat Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, 2010, hlm. 17.
6
Muh. Rawwas Qol‟ahji, Sirah Nabawiyah:
3
Lihat Fadhl Ilahi, Bersama Rasulullah S.A.W. Sisi Politis Perjuangan Rasulullah SAW, Bogor: Al
Mendidik Generasi Idaman: 45 Pola Pengajaran Azhar Press, 2011, hlm. 156.
7
Rasulullah S.A.W., Jakarta: PT Pustaka Imam Asy- Lihat Mujamil Qomar, Pesantren Dari
Syafi‟i, 2014, hlm. 17-18. Tranformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
4
Lihat Shalih bin Huwaidi Alu Husain, Institusi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, hlm. 86-
Mendidik Generasi Ala Shahabat Nabi: Metode 87.
8
Pendidikan Anak Muslim, Jakarta Timur: Griya Masjid-khân merupakan perkembangan lebih
Ilmu, 2014, hlm. 195. lanjut dari masjid. Khân merupakan asrama yang

2 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

Demikian sentral fungsi masjid dan Sementara itu, tanggung jawab


betapa vital perannya tersebut, banyak masyarakat terhadap pendidikan sendiri
pakar Sirah Nabawiyah dan cendekiawan sebenarnya masih belum jelas dan
Sejarah Islam yang berkesimpulan dirasakan masih sangat bias, tidak sejelas
pandang bahwa pembentukan Darul Islam tanggung jawab pendidikan di lingkungan
dan pengukuhan bangunan masyarakat keluarga dan lingkungan sekolah. Hal
baru yang dimulai dari hijrah Rasulullah tersebut disebabkan masyarakat
S.A.W. ke Yatsrib atau Madinah merupakan suatu entitas yang sangat
didasarkan pada tiga asas utama (usus kompleks dan beraneka ragam.
binâ‘ al-mujtama’ Al-Islâmî wa al-daulah Walaupun demikian, masyarakat
Al-Islâmiyyah):9 mempunyai peranan yang besar dalam
1. Melakukan pembangunan masjid dan pelaksanaan pendidikan seperti yang
pembinaan kemakmurannya (binâ‘ wa dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor
’imârah al-masjid). 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa masyarakat
2. Mempersaudarakan sesama kaum
adalah sekelompok warga negara
Muslimin secara umum dan secara
Indonesia non pemerintah yang
khusus antara kaum Muhajirin dan
mempunyai perhatian dan peranan dalam
Anshar (al-mu‘âkhâh baina Al-
bidang pendidikan.
Muhâjirîn wa Al-Anshâr).
Peran tersebut antara lain (1) ikut
3. Membuat perjanjian (dustûr) yang
menyelenggarakan pendidikan non
mengatur kehidupan sesama kaum
pemerintah atau swasta; (2) membantu
Muslimin dan menjelaskan hubungan
pengadaan tenaga pendidik; (3) membantu
mereka dengan orang-orang di luar
pengadaan biaya, sarana, dan prasarana
Islam secara umum dan dengan kaum
pendidikan; dan (4) menyediakan
Yahudi secara khusus (al- 11
lapangan kerja.
mu’âhadah).10
Selain urgensi dan peran masjid seperti
menjadi tempat tinggal murid yang datang dari luar yang telah diuraikan serta tanggung jawab
daerah. Bangunan khân menyatu dengan masjid masyarakat yang besar untuk menjadikan
dan karena itulah kemudian disebut masjid-khân. masjid sebagai lingkungan pendidikan
Institusi masjid-khân muncul pada masa yang harus dimaksimalkan, bukan secara
kekhalifahan Abbasiyah, terutama setelah peristiwa
sempit hanya sebatas tempat ritual seperti
mihnah pada abad ke-10. Lihat Arief Subhan,
Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20: yang sekarang marak terjadi.
Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas, Selain fungsi dan perannya yang
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012,
hlm. 37. semakin berkurang, masjid juga
9
Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthy, Sirah
Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah
Pergerakan Islam di Masa Rasulullah S.A.W., Al-Makhtûm: Bahts fî Al-Sîrah Al-Nabawiyyah ’alâ
Jakarta: Robbani Press, 2010, hlm. 185. Shâhibihâ Afdhal Al-Shalâh wa Al-Salâm,
10
Lihat pula Mahdî Rizq Allah Ahmad, Al- Manshurah Mesir: Dâr Al-Wafâ„, 2005, hlm. 174-
Sîrah Al-Nabawiyyah fî Dhau‘ Al-Mashâdir Al- 177; dan Akram Dhiyâ„ Al-‟Umarî, Al-Sîrah Al-
Ashliyyah, Riyadh: Dâr Imâm Al-Da‟wah, 1424 H., Nabawiyyah Al-Shahîhah: Muhâwalah li Tathbîq
Vol 1. hlm. 345-375; Ahmad Farîd, Waqafât Qawâ’id Al-Muhadditsîn fî Naqd Riwâyât Al-Sîrah
Tarbawiyyah ma’a Al-Sîrah Al-Nabawiyyah, Al-Nabawiyyah, Madinah: Maktabah Al-‟Ulûm wa
Riyadh: Dâr Thayyibah, 1997, hlm. 162-180; Ali Al-Hikam, 1993, Vol. 1, hlm. 234-332.
11
Muhammad Ash-Shallabi, Sirah Nabawiyah, Lihat Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu
Jakarta Timur: Beirut Publishing dan Yayasan Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep
Ash-Shilah Jakarta Timur, 2014, hlm. 417-494; Pendidikan Monokotomik-Holistik, Jogjakarta: Ar-
dan Shafî Al-Rahmân Al-Mubârakfûrî, Al-Rahîq Ruzz Media, 2012, hlm. 88-89.

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 3


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

menghadapi persoalan lain yang tidak masjid berfungsi sebagai ajang penonjolan
kalah pentingnya, yaitu kurangnya fanatisme madzhab, golongan atau
pengelolaan manajemen masjid, terutama individu,13 atau karena berbagai kepentingan
manajemen pendidikan masjid, untuk dan tujuan negatif lainnya yang mencemari
mengatasi berbagai persoalan yang kesucian masjid dan menodai urgensitas
dihadapinya dan untuk menjawab fungsinya yang mulia.
tantangan pengelolaan yang profesional Berdasarkan idealitas tentang
serta menjadikan masjid tersebut sebagai
kedudukan dan peran masjid sepanjang
pusat pendidikan yang mandiri, sejarah Islam dan realitas empirik yang
kompetitif, dan berdaya guna. berbeda dengan idealitas nilai serta latar
Salah seorang tokoh pendidikan belakang masalah seperti yang telah
kontemporer yang cukup dikenal dan dikemukakan sebelumnya, makalah ini
memiliki orisinalitas pemikiran tentang berusaha untuk menjadikannya sebagai tema
pendidikan masyarakat berbasis masjid utama dengan judul “Pemikiran ’Abd Al-
adalah ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî dalam Rahmân Al-Nahlâwî Tentang Pendidikan
karyanya yang populer, Ushûl Al-Tarbiyah Masyarakat Berbasis Masjid (Studi Kitab
Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Ushûl Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah Wa
Al-Madrasah wa Al-Mujtama’ (Origins & Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait Wa Al-Madrasah
Methods of The Islamic Education) serta Wa Al-Mujtama’)” yang merupakan bagian
dalam pelbagai karya lainnya. utama dari penelitian ilmiah di Doktoral
Pendidikan Islam.
Kitab Ushûl Al-Tarbiyah Al-
Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa
Al-Madrasah wa Al-Mujtama’ (Origins & B. SELAYANG PANDANG PROFIL
Methods of The Islamic Education) karya ’ABD AL-RAHMÂN AL-
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî ini pernah
NAHLÂWÎ DAN KITABNYA
dialihbahasakan ke dalam bahasa
Indonesia oleh CV Diponegoro Bandung 1. Studi terhadap Pemikiran ’Abd Al-
dengan judul Prinsip-Prinsip dan Metode Rahmân Al-Nahlâwî
Pendidikan Islam dalam Keluarga, di
Sekolah, dan di Masyarakat dan oleh Berdasarkan penelusuran literatur yang
Gema Insani Press Jakarta dengan judul dapat dilakukan yang berkaitan dengan
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, kajian pemikiran tokoh dan karya
dan Masyarakat 12 dan banyak dijadikan edukatifnya, yaitu ‟Abd Al-Rahmân Al-
referensi di banyak Perguruan Tinggi Nahlâwî dan kitab Ushûl Al-Tarbiyah Al-
Islam di Indonesia. Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa
Al-Madrasah wa Al-Mujtama’ serta karya-
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî antara karya lainnya, ditemukan beberapa
lain berpendapat bahwa masjid harus penelitian relevan, baik yang bersifat
dimanfaatkan juga sebagai pusat gerakan deskriptis-analitis maupun secara analitis-
penyebaran akhlak Islam dan pemberantasan komparatif antara lain:
kebodohan. Kondisi seperti itu terus
berlanjut hingga dalam perkembangannya a. Skripsi Nur Muhammad Abdulloh
sekarang ini mengalami berbagai pasang Mubaroq tahun 2003 berjudul “Studi
surut yang kadang-kadang menjadikan Komparasi Konsep Pendidikan Islam

13
Al-Nahlâwî, Ushûl Al-Tarbiyah Al-
12
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî, Pendidikan Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al-
Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat’, Madrasah wa Al-Mujtama’, Damaskus: Dâr Al-
Jakarta: Gema Insani Press, 2004. Fikr, 2005, hlm. 109.

4 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

dalam Keluarga Menurut e. Tesis Musmuallim tahun 2014 berjudul


Abdurrahman An Nahlawi dan “Pendidikan Islam di Keluarga dalam
Abdullah Nashih ‟Ulwan” di Jurusan Perspektif Demokrasi: Studi Pemikiran
Pendidikan Agama Islam Fakultas Hasan Langgulung dan Abdurrahman
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri An Nahlawi” di Program Pascasarjana
(IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.14 Prodi Pendidikan Islam Konsentrasi
Pendidikan Agama Islam Universitas
b. Skripsi Ratna Saufika tahun 2010
Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
berjudul “Konsep Pemikiran
Yogyakarta.18
Pendidikan Ivan Illich dan
Abdurrahman An Nahlawi: Suatu f. Skripsi Luthfiatul Kihami tahun 2015
Kajian Komparatif” di Institut Agama berjudul “Tujuan Pendidikan Islam
Islam Negeri (IAIN) Agama Islam Menurut Pemikiran Abdurrahman An
Negeri Sunan Ampel Surabaya.15 Nahlawi: Studi Analisis Buku
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah,
c. Tesis Enny Noviyanty tahun 2010
dan Masyarakat” di Prodi Pendidikan
berjudul “Metode dalam Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Islam: Analisis Perbandingan
Ilmu Keguruan Universitas Islam
Pemikiran Al-Ghazali dan
Nahdlatul Ulama (UNISNU)
Abdurrahman Al-Nahlawi” di Program
Jepara.19
Pascasarjana (PPs) Universitas Islam
Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Dari penelusuran studi kepustakaan
Pekanbaru.16 tersebut dapat dinyatakan belum
ditemukan penelitian khusus yang
d. Skripsi Lisna Khusnida tahun 2014
membahas tentang pendidikan masyarakat
berjudul “Konsep Tripusat Pendidikan
berbasis masjid berdasarkan perspektif dan
Islam Menurut Abdurrahman An
pemikiran ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî,
Nahlawi dan Relevansinya Terhadap
kecuali sedikit disinggung oleh Lisna
Pembentukan Kepribadian Anak” di
Khusnida dalam skripsinya; dimana dalam
Jurusan Pendidikan Agama Islam
temuannya ia menyatakan bahwa masjid
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
merupakan salah satu dari tripusat
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
pendidikan Islam.
Kalijaga Yogyakarta.17

14
Nur Muhammad Abdulloh Mubaroq, “Studi Nahlawi dan Relevansinya Terhadap Pembentukan
Komparasi Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga Kepribadian Anak”, Skripsi, Jurusan Pendidikan
Menurut Abdurrahman An Nahlawi dan Abdullah Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Nashih ‟Ulwan”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Yogyakarta, 2014.
18
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003. Musmuallim, “Pendidikan Islam di Keluarga
15
Ratna Saufika, “Konsep Pemikiran dalam Perspektif Demokerasi: Studi Pemikiran
Pendidikan Ivan Illich dan Abdurrahman An Hasan Langgulung dan Abdurrahman an Nahlawi”,
Nahlawi: Suatu Kajian Komparatif”, Skripsi, Tesis, Program Pascasarjana Prodi Pendidikan
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Islam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Ampel Surabaya, 2010. Yogyakarta, 2014.
16 19
Enny Noviyanty, “Metode dalam Pendidikan Luthfiatul Kihami, “Tujuan Pendidikan Islam
Islam: Analisis Perbandingan Pemikiran Al- Menurut Pemikiran Abdurrahman An Nahlawi:
Ghazali dan Abdurrahman Al-Nahlawi”, Tesis, Studi Analisis Buku Pendidikan Islam di Rumah,
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sekolah, dan Masyarakat”, Skripsi, Prodi
Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, 2010. Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
17
Lisna Khusnida, “Konsep Tripusat Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama
Pendidikan Islam Menurut Abdurrahman An (UNISNU) Jepara, 2015.

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 5


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

2. Profil Singkat ’Abd Al-Rahmân Al- Al-Fikr, bahwa ia dilahirkan di wilayah


Nahlâwî Damaskus Suriah. Namun dalam Tesis
Enny Noviyanty ditetapkan bahwa ia lahir
Deskripsi dan gambaran tentang profil di Tunis,20 atau lahir di Madinah Saudi
dan sketsa biografis ‟Abd Al-Rahmân Al- Arabia seperti yang termaktub dalam
Nahlâwî dapat dinyatakan masih sangat Skripsi Luthfiatul Kihami 21 dan Ratna
minim dan terbatas, kecuali dalam Saufika.22
beberapa skripsi dan tesis seperti yang
Yang benar adalah membaca huruf nun
telah disebutkan sebelumnya. Itu pun
pada nama belakangnya dengan harakat i
masih menyisakan perdebatan karena
atau dibaca kasrah, sebagaimana yang
adanya beberapa perbedaan terkait nama
termaktub dalam cover belakang bagian
lengkap, daerah kelahiran, perjalanan
luar karyanya yang berjudul Ushûl Al-
kehidupan, dan juga karya-karyanya
Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî
secara memadai.
Al-Bait wa Al-Madrasah wa Al-Mujtama’
Di Indonesia, pelafalan nama (Origins & Methods of The Islamic
belakang beliau lebih populer sebagai Education).23 Di cover tersebut dengan
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî, dengan jelas tertulis ‟Abd al-Rahmân al-Nihlâwî,
membunyikan huruf nun pada nama bukan Al-Nahlâwî.
belakangnya dengan harakat a atau dibaca
Namun untuk keumuman penyebutan
fathah, termasuk penulisan dalam karya
dan pelafalan serta untuk alasan
terjemahannya dan buku-buku ilmiah-
kemudahan, maka dalam makalah ini juga
populer yang menukil karyanya, serta
Al-Nihlâwî tetap ditulis dengan dan
dalam berbagai skripsi dan bahkan tesis
dinyatakan sebagai Al-Nahlâwî.
yang pernah disusun sebagai penelitian
ilmiah-akademik sekalipun. Dalam cover depan bagian dalam dari
buku tersebut yang diterbitkan oleh Dâr
Pelafalan Al-Nahlâwî atau An-
Al-Fikr ditemukan sedikit data tentang
Nahlâwî ini ditemukan dalam seluruh
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî sebagai
kajian ilmiah-akademik yang telah
berikut:24
dilakukan sebelumnya, antara lain dalam
Skripsi yang disusun oleh Nur Muhammad Beliau dilahirkan di Damaskus Suriah
Abdulloh Mubaroq, Ratna Saufika, Lisna pada tahun 1927 M., tepatnya 1 Januari
Khusnida, dan Luthfiatul Kihami dan 1927. Mendalami filsafat dan tarbiyah atau
Tesis yang disusun oleh Enny Noviyanty pendidikan (mutakhashshish fî al-falsafah
dan Musmuallim. Kesalahan ini terjadi
dikarenakan karya ‟Abd Al-Rahmân Al- 20
Noviyanty, “Metode dalam Pendidikan
Nahlâwî yang dijadikan referensi berasal Islam: Analisis Perbandingan Pemikiran Al-
dari terjemahan, walaupun dalam Tesis Ghazali dan Abdurrahman Al-Nahlawi”, hlm. 67.
21
Enny Noviyanty dan Musmuallim Kihami, “Tujuan Pendidikan Islam Menurut
disebutkan pula karya aslinya dalam Pemikiran Abdurrahman An Nahlawi: Studi
bahasa Arab, namun hanya sebagai Analisis Buku Pendidikan Islam di Rumah,
Sekolah, dan Masyarakat”, hlm. 50.
pembanding, bukan sebagai sumber 22
Saufika, “Konsep Pemikiran Pendidikan Ivan
aslinya yang utama. Illich dan Abdurrahman An Nahlawi: Suatu Kajian
Komparatif”, hlm. 61.
Kesalahan lain yang tampak jelas
adalah tentang daerah kelahiran ‟Abd Al- 23
Al-Nahlâwî, Ushûl Al-Tarbiyah Al-
Rahmân Al-Nahlâwî. ‟Abd Al-Rahmân Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al-
Al-Nihlâwî seperti yang termaktub dalam Madrasah wa Al-Mujtama’, cover belakang bagian
karya-karyanya yang diterbitkan oleh Dâr luar.
24
Ibid., cover depan bagian dalam.

6 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

wa al-tarbiyah). Bekerja dalam bidang d. Yûsuf ibn ’Abd Al-Barr Al-Qurtubî,


pendidikan dan pengajaran di berbagai terbitan Dâr Al-Fikr Beirut tahun
yayasan pendidikan Islam di wilayah 1986.
Arab, antara lain di Universitas Damaskus, e. Al-Imâm Al-Dzahabî: Dirâsah
Universitas Imam Muhammad ibn Sa‟ûd, Maudhû’iyyah Tahlîliyyah
Maktab Al-Tarbiyah Al-’Arabi li Duwal Tarbawiyyah.
Al-Khalîj, dan lainnya. f. Al-Tarbiyah bi Al-Âyât, terbitan Dâr
Al-Fikr Beirut tahun 1989.
Aktifitas beliau lainnya yang berhasil
g. Al-Tarbiyah bi Al-’Ibrah, terbitan Dâr
ditelusuri adalah guru di Dâr Al-
Al-Fikr Beirut tahun 1994.
Mu’allimîn, dosen luar biasa di
h. Al-Tarbiyah bi Dharb Al-Amtsâl,
Universitas Damaskus, asisten dosen di
terbitan Dâr Al-Fikr Beirut tahun
Al-Kulliyyât Al-’Ilmiyyah di Riyadh dan
1998.
Universitas Imam Muhammad ibn Sa‟ûd,
i. Al-Tarbiyah bi Al-Hiwâr, terbitan Dâr
direktur Mu‘assasah Sa’d Muhammad ibn
Al-Fikr Beirut tahun 2000.
Lâdin Al-Tijâriyyah, dosen di Ma’âhid Al-
j. Al-Tarbiyah Al-Ijtimâ’iyyah fî Al-
’Ilmiyyah di Damaskus, peneliti, editor,
Islâm.
dan penyelaras akhir atas pelbagai kajian
k. Al-Tarbiyah bi Al-Targhîb wa Al-
ilmiah di Maktab Al-Tarbiyah Al-’Arabi li
Tarhîb.
Duwal Al-Khalîj. Beliau juga banyak
l. Al-Tarbiyah bi Al-Qishshah.
dilibatkan sebagai penguji sidang akhir
m. Ibn Qayyim Al-Jauziyyah.
(munâqasyah) untuk tesis dan disertasi.25
n. Usus Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa
Di antara karyanya adalah sebagai Ushûl Tadrîsihâ.
berikut: o. Al-Gharâ‘iz wa Al-Dawâfi’ wa
a. Ushûl Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Ta’dîluhâ.
Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al-Madrasah p. Mau’izhah Al-Qulûb: Durûs wa
wa Al-Mujtama’ (Origins & Methods of Mawâqif Tarbawiyyah Hayyah min Al-
The Islamic Education), terbitan Dâr Al- Qur‘ân wa Al-Sunnah.
Fikr Beirut tahun 2005 untuk cetakan q. Al-Tarbiyah Al-Khâshshah wa Thuruq
ke-23. Al-Tadrîs (bersama penulis lain).26
r. ’Ilm Al-Nafs (bersama penulis lain).27
Buku ini diklaim sebagai karya awal s. ’Ilm Al-Ijtimâ’ (bersama penulis
‟Abd Al-Rahmân Al-Nihlâwî yang lain).28
kemudian melambungkan nama dan
popularitasnya di dunia Islam sehingga 26
karya-karya lainnya pun semakin Disusun sebagai modul kuliah tingkat II, III,
dan IV di Duwar Al-Mu‟allimîn wa Al-Mu‟allimât,
mendapat perhatian. lihat
b. Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Al- http://www.almajidcenter.org/search_details.php?k
Musykilât Al-Mu’âshirah: Al-Thufûlah, eyword, diakses pada hari Senin tanggal 3 Juli
Musykilah Al-Farâgh, Ta’lîm Al- 2017 pukul 15.00 WWIB.
27
Mar‘ah. Disusun bersama ‟Abd Al-Karîm ‟Utsmân
dan Muhammad Khair ‟Arqûsî sebagai modul
c. Ibn Taimiyyah, terbitan Dâr Al-Fikr kuliah tingkat II (semester 3-4) di Kulliyyah Al-
Beirut tahun 1989. Syarî‟ah, lihat
http://www.almajidcenter.org/search_details.php?k
eyword, diakses pada hari Senin tanggal 3 Juli
25
2017 pukul 15.00 WWIB.
www.fikr.com/fikrauthor/ ‫النحالوي‬- ‫الرحمن‬- ‫عبد‬, 28
www.fikr.com/fikrauthor/xxxxx
diakses pada hari Sabtu tanggal 1 Juli 2017 pukul www.fikr.com/fikrauthor/‫النحالوي‬- ‫الرحمن‬- ‫عبد‬,
05.30 WWIB. diakses pada hari Sabtu tanggal 1 Juli 2017 pukul
05.30 WWIB.

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 7


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

t. Al-Ishlâh Al-Tarbawî wa Al-Ijtimâ’î melambungkan popularitas ‟Abd Al-


wa Al-Siyâsî min Khilâl Al-Mabâdi‘ Rahmân Al-Nahlâwî, adalah karyanya
wa Al-Ittijâhât Al-Tarbawiyyah ’inda yang berjudul Ushûl Al-Tarbiyah Al-
Al-Tâjj Al-Subkî.29 Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa
Al-Madrasah wa Al-Mujtama’ (Origins &
Buku No. 3-5 (plus 13) merupakan
Methods of The Islamic Education).
serial tokoh pendidikan Islam (silsilah
a’lâm al-tarbiyah fî târîkh Al-Islâm), Materi dan Sistematika Penyajian
sedangkan buku No. 6-9 (plus 11-12)
adalah buku-buku tentang metode Secara general, tema dan bahasan
pendidikan Islam (silsilah min asâlîb al- utama yang terdapat dalam kitab Ushûl Al-
tarbiyah Al-Islâmiyyah). Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî
Dari data karyanya tersebut, ‟Abd Al- Al-Bait wa Al-Madrasah wa Al-Mujtama’
Rahmân Al-Nahlâwî cukup produktif dalam satu jilid yang memiliki ketebalan
menghasilkan karya ilmiah dan memiliki sekitar 238 halaman ini terdiri dari enam
konsistensi dalam menyorot tema kajian bab sebagai berikut:
tentang pendidikan Islam. Pertama, dapat dinyatakan sebagai bab
Selain itu, ‟Abd Al-Rahmân Al- pengantar yang memaparkan tentang Islam
Nahlâwî juga aktif memberikan kajian dan konsepsi pendidikannya (Al-Islâm wa
ilmiah dan ceramah, seminar dan al-tarbiyah), antara lain mendeskripsikan
muktamar serta menjadi promotor dan tentang definisi dari term tarbiyah, agama
pembimbing penelitian ilmiah-akademik (dîn), dan Islam, juga menegaskan bahwa
berupa Tesis dan Disertasi di pelbagai pendidikan Islam merupakan solusi tuntas
program Magister dan Doktoral. (al-tarbiyah Al-Islâmiyyah hiya al-’ilâj)
dan Islam berkaitan erat dengan proses
3. Identifikasi Kitab Ushûl Al-Tarbiyah pendidikan (al-’alâqah baina Al-Islâm wa
Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al- al-tarbiyah).
Bait wa Al-Madrasah wa Al-
Kedua, merupakan bab yang
Mujtama’
menjelaskan tentang sumber-sumber
pendidikan Islam (mashâdir al-tarbiyah
Berdasarkan penelusuran terhadap
Al-Islâmiyyah), yaitu Al-Qur„an dan Al-
karya-karya ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî
Sunnah, dimana keduanya tiada lain
dapat dinyatakan bahwa hampir semua
merupakan sebagai sumber primer dari
karyanya berkaitan dengan pendidikan
ajaran Islam itu sendiri.
Islam (tarbiyah Islâmiyyah) dan kritikan
terhadap pendidikan modern yang Ketiga, adalah bab yang
kontradiktif dengan Islam (tarbiyah menggambarkan secara jelas tentang asas
hadîtsah munharifah). pendidikan Islam (usus al-tarbiyah Al-
Islâmiyyah), meliputi asas pemikiran atau
Namun di antara karya-karyanya
rasionalitas (usus fikriyyah), asas
tersebut yang secara gamblang
peribadatan (usus ta’abbudiyyah), dan
mendeskripsikan konsep pendidikan
asas syariat (usus tasyri’iyyah), serta
Islam, mudah dikaji karena luas
pembahasan tentang rukun iman.
penyebarannya, dan sekaligus telah
Keempat, bab yang mengkaji tentang
asaran dan tujuan pendidikan Islam
29
(ghâyah al-tarbiyah Al-Islâmiyyah wa
http://www.neelwafurat.com/locate.aspx?mode=1
&search=author1&entry, diakses pada hari Sabtu
ahdâfuhâ) yang meliputi hal yang sangat
tanggal 1 Juli 2017 pukul 06.00 WWIB. luas dan komprehensif.

8 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

Kelima, bab ini berisi pembahsan yang kemudian mempengaruhi pola pikir
tentang lingkungan pendidikan Islam orangtua, ibu dan ayah.31
(wasa‘ith al-tarbiyah Al-Islâmiyyah), baik di Kemudian ‟Abd Al-Rahmân Al-
masjid secara non formal, dalam keluarga Nahlâwî menambahkan, bahwa keadaan
secara informal, maupun di sekolah tersebut semakin diperparah oleh muncul
(madrasah) secara formal serta peran guru dan masifnya kejahatan modern (jarâtsim
Muslim yang berkarakter (beradab) lagi al-ahdâts), seperti penyalahgunaan obat
kompeten di bidangnya dan tanggung jawab
terlarang dan minuman keras secara
masyarakat terhadap pendidikan. massal (ta’âthî al-mukhaddirât wa tadkhîn
Sebagian besar dari metode-metode jamâ’î), serta maraknya pelbagai
pendidikan Islam ini oleh ‟Abd Al- kejahatan dan penyimpangan seksualitas
Rahmân Al-Nahlâwî kemudian dijadikan (jarâtsim jinsiyyah), serta karena tidak
karya tersendiri sebagai ensiklopedi memahami keluarga dan urgensitas asal-
tentang metode pendidikan Islam (silsilah usulnya.32
min asâlîb al-tarbiyah Al-Islâmiyyah).
Muara dan asal muasal dari keadaan
Karya tersebut antara lain berjudul Al- tersebut menurut ‟Abd Al-Rahmân Al-
Tarbiyah bi Al-Âyât, Al-Tarbiyah bi Al- Nahlâwî antara lain adalah karena
’Ibrah, Al-Tarbiyah bi Dharb Al-Amtsâl, pendidikan modern tidak mampu
Al-Tarbiyah bi Al-Hiwâr, Al-Tarbiyah bi menghormati feminisitas kaum wanita
Al-Targhîb wa Al-Tarhîb, dan Al-Tarbiyah
(unutsah al-mar‘ah) yang sangat
bi Al-Qishshah. dibutuhkan oleh kaum lelaki. Pendidikan
seperti ini dijustifikasi Al-Nahlâwî sebagai
Latar Belakang Penulisan
pendidikan yang menyimpang (tarbiyah
Dalam pengantar karyanya, Ushûl Al- munharifah).33
Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Di samping itu, selain hal-hal yang
Al-Bait wa Al-Madrasah wa Al-Mujtama’, telah dikemukakan di atas, ‟Abd Al-
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî secara tegas Rahmân Al-Nahlâwî secara eksplisit juga
dan eksplisit menyatakan bahwa ia menyatakan bahwa latar belakang ia
menulis kitab tersebut adalah untuk menyusun kitab Ushûl Al-Tarbiyah Al-
dipersembahkan kepada generasi penerus Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa
masa kini yang mengalami krisis atau lost Al-Madrasah wa Al-Mujtama’ adalah
generation yang ia ungkapkan sebagai al- karena diberikan kesempatan oleh
thufûlah al-dhâi’ah fî hâdza al-’ashr.30 Universitas Islam Al-Imam Muhammad
Kemudian ia menyatakan bahwa faktor ibn Sa‟ud untuk mengampu (tadrîs) mata
yang menyebabkan generasi tersebut tersisih kuliah Ushûl Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah.
atau hilang identitas (dhiyâ’) adalah Maka kitab ini disusun sebagai respon dan
diakibatkan perhatian berlebih orangtua penghormatan atas kesempatan yang
terhadap anak-anaknya (al-mubâlaghah fî diberikan tersebut.34
al-hirsh) yang mengakibatkan
Sumber Rujukan
keterlambatan proses seorang anak menjadi
dewasa dan menggapai kekuatannya (al- Dalam menyusun karyanya, kitab
rajûlah wa al-quwwah) yang muara Ushûl Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa
utamanya karena pemikiran para ahli filsafat
31
Lihat Ibid., hlm. 9.
30 32
Al-Nahlâwî, Ushûl Al-Tarbiyah Al- Lihat Ibid., hlm. 10-11.
33
Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al- Ibid., hlm. 11.
34
Madrasah wa Al-Mujtama’, hlm. 9. Ibid., hlm. 13.

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 9


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al-Madrasah wa Rasyîd Ridâ, dan Fî Zhilâl Al-Qur‘ân


Al-Mujtama’, ‟Abd Al-Rahmân Al- karya Sayyid Qutb.
Nahlâwî menyatakan bahwa karyanya Berkaitan dengan Al-Sunnah sebagai
tersebut tidak disusun berdasarkan metode sumber referensinya, setelah menukilkan
penulisan tertentu, namun ia berprinsip pelbagai teks hadits, ‟Abd Al-Rahmân Al-
agar karyanya dapat berwujud karya Nahlâwî tidak lupa untuk mengukuhkan
ilmiah yang memiliki tujuan mulia sesuai riwayat hadits tersebut. Terkadang ia
dengan judulnya.
melansirkan kitab hadits yang
Yaitu mendeskripsikan tentang mencamtumkan hadits tersebut, seperti
prinsip dasar pendidikan Islam dan Riyâdh Al-Shâlihîn karya Al-Nawawî, Al-
metode-metode pembelajarannya agar Targhîb wa Al-Tarhîb karya Al-Mundzirî,
dapat dijadikan panduan oleh para dan Al-Adab Al-Mufrad karya Al-Bukhârî,
pendidik untuk mulai meretas serta mengutip dari beberapa kitab hadits
kebangkitan generasi umat dalam meraih kontemporer antara karya-karya
kembali kemuliaannya dengan Muhammad Nâshir Al-Dîn Al-Albânî
mengaplikasikan metodologi pendidikan seperti Shahih Al-Jâmi’ Al-Shaghîr, Silsilah
Islam dalam jiwa mereka secara Al-Ahâdîts Al-Shahîhah dan lainnya.
individual dan secara sosial-komunal Selain Al-Qur„an dan Al-Sunnah, ‟Abd
dalam bermasyarakat (tahqîq al-tarbiyah Al-Rahmân Al-Nahlâwî juga banyak
al-Islâmiyyah fî anfusihim wa
35 menukil pemikiran para tokoh, baik tokoh
mujtama’ihim). pendidikan maupun bidang kajian lain,
Dari pernyataannya tersebut, ‟Abd Al- tokoh pendidikan Islam maupun
Rahmân Al-Nahlâwî menyusun kitab Ushûl pendidikan Barat, klasik maupun
Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: kontemporer seperti yang dinyatakannya
Fî Al-Bait wa Al-Madrasah wa Al-Mujtama’ bahwa karyanya merupakan komparasi
dengan merujuk kepada sumber-sumber bermanfaat antara pendidikan Islam dan
ilmiah dalam ajaran Islam, spesifiknya Barat (muqâranât mufîdah baina al-
sumber-sumber pendidikan Islam yang tarbiyah Al-Islâmiyyah wa al-tarbiyah al-
orisinil, yaitu Al-Qur„an dan Al-Sunnah. gharbiyyah), terutama dalam karakteristik,
Kedua sumber primer ini bahkan oleh ‟Abd tujuan, dan metode pembelajarannya
Al-Rahmân Al-Nahlâwî dijadikan sebagai (khashâ‘ish, ahdâf wa asâlîb).36
pembahasan khusus dalam karyanya Tokoh Islam yang banyak dinukil
tersebut, tepatnya dalam Bab II, disertai pemikirannya antara lain Muhammad
kajian mendalam tentang metode kedua Quthb dalam Manhaj Al-Tarbiyah Al-
sumber tersebut dalam menjelaskan tentang
Islâmiyyah, Sayyid Quthb dalam
pendidikan Islam. Khashâ‘ish Al-Tashawwur Al-Islâmî dan
Terkait dengan Al-Qur„an, setelah Al-Tashawwur Al-Fannî fî Al-Qur‘an, Abû
menukilkan sebuat ayat atau beberapa Al-A‟lâ Al-Maudûdî dalam Al-Hadhârah
ayat, ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî Al-Islâmiyyah: Ususuhâ wa Mabâdi‘uhâ,
terkadang mentransmisikan interpretasi Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah dalam Zâd
dan penafsiran dari ayat-ayat tersebut. Al-Ma’âd, Ibn Taimiyyah dalam Al-Kalim
Antara lain dari Tafsir Ibn Katsîr dan Al-Thayyib dan Iqtidhâ‘ Al-Shirâth Al-
Mukhtasharnya karya Muhammad ‟Alî Mustaqîm, ‟Abd Al-Hayy Al-Kattânî
Al-Shâbûnî, Tafsir Al-Jalâlain, Tafsir Al- dalam Al-Tarâtîb Al-Idâriyyah, dan
Manâr karya Al-Sayyid Muhammad lainnya.

35 36
Ibid., hlm. 13. Ibid., hlm. 13.

10 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

Sedangkan di antara tokoh Barat yang d. Mengemukakan pendapat para ulama


disebutkan adalah John Dewey aliran Islam dan terkadang pemikiran barat
(Pragmatisme), Alder, dan Benjamin tentangnya.
Sbuck, serta beberapa pemikiran e. Mengkritisi beberapa pemikiran barat
pendidikan Barat yang kemudian diritisi yang dianggap menyimpang,
oleh ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî tanpa bertentangan dengan ajaran Islam, dan
menyebutkan nama tokohnya. harus diluruskan pemahamannya.
Aliran, Corak, Metode, dan Ideologi Berkaitan dengan ideologi buku yang
Buku dinyatakan sebagai beraliran Sunni, maka
hal ini setidaknya dapat ditelusuri dari dua
Dengan membaca, mengkaji secara hal berikut:
mendalam, dan menelusuri pemikirannya
Pertama, dari sisi penulisnya, ‟Abd
yang tertuang dalam karya bernasnya,
Al-Rahmân Al-Nahlâwî lahir dan besar di
Ushûl Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa
Damaskus Suriah, mendalami disiplin
Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al-Madrasah wa
filsafat dan pendidikan Islam, dan banyak
Al-Mujtama’, ‟Abd Al-Rahmân Al-
memberikan perkuliahan di banyak
Nihlâwî yang hidup pada kurun waktu
perguruan tinggi di Saudi Arabia, maka
1927 M. dan bila sekarang hingga
ideologi teologisnya adalah Sunni atau
ditulisnya Disertasi ini masih hidup berarti
Ahlus Sunnah wal Jama‟ah, aliran
ia genap berusia 90 tahun, dapat
mainstream dalam dunia Islam pada
dinyatakan dan diklasifikasi sebagai tokoh
umumnya yang dianut oleh empat
pemikiran pendidikan Islam yang beraliran
madzhab yang populer, Hanafi, Maliki,
agamis-konservatif (muhâfiz),
Syafi‟i, dan Hanbali.
berepistemologi bayânî, berperspektif
idealistik (ittijâh mitsâlî), dan memiliki Kedua, dari sisi isi (content) bukunya,
corak pemikiran pendidikan Islam yang terlihat dengan jelas bahwa dari banyak
berpegang pada semangat Al-Qur„an dan referensi yang dinukilnya ia banyak
Hadits; serta berorientasi nalar Sunni mentransmisi pemikiran ulama Sunni. Dari
sebagai acuan ideologinya. kalangan klasik, yang ia nukil antara lain Ibn
Taimiyyah dalam Al-Kalim Al-Thayyib dan
Sebagai karya yang dinyatakan sendiri
Iqtidhâ‘ Al-Shirâth Al-Mustaqîm, Ibn Al-
oleh ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî
Qayyim Al-Jauziyyah dalam Zâd Al-Ma’âd,
menggunakan metode ilmiah (kitâban
Tuhfah Al-Maudûd bi Ahkâm Al-Maulûd,
’ilmiyyan), maka langkah-langkah ilmiah
‟Abd Al-Hayy Al-Kattânî dalam Al-Tarâtîb
yang dilakukannya antara lain nampak
Al-Idâriyyah, Al-Baihaqî dalam Syu’ab Al-
dari hal-hal berikut:
Îmân, dan Al-Suyûtî dalam Al-Itqân fî
a. Memberikan judul dan subjudul bagi ’Ulûm Al-Qur‘ân.
tiap pembahasan.
Sedangkan dari kalangan kontemporer
b. Menjelaskan dan memaparkan yang diklaim lebih bersikap moderat
pembahasan secara luas dan terkadang antara lain Dr. ‟Imârah Najîb dalam
mendetail. Makânah Al-Mar‘ah fî Al-Islâm, Abû Al-
c. Memperkuat paparan dari pembahasan A‟lâ Al-Maudûdî dalam Al-Mushtalâhat
dengan ayat-ayat Al-Qur„an dan teks- Al-Arba’ah fî Al-Qur‘ân, Al-Hadhârah Al-
teks Hadits, dilengkapi dengan nama Islâmiyyah: Ususuhâ wa Mabâdi‘uhâ, dan
surat dan urutannya serta Hadits dan Al-Manhaj Al-Islâmî Al-Jadîd, Sayyid
riwayatnya. Quthb dalam Khashâ‘ish Al-Tashawwur
Al-Islâmî dan Al-Tashawwur Al-Fannî fî

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 11


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

Al-Qur‘an, Muhammad Quthb dalam diestafetakan kepada generasi berikutnya


Manhaj Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah, dan oleh para pendidik (orangtua maupun
Muhammad Al-Mubârak, Dr. ‟Abd Al- guru) kepada murid-muridnya yang baru
Lathîf Fu„âd Ibrâhîm dalam Al-Manâhij: tumbuh sekalipun,38 karena pendidikan
Ususuhâ wa Tanzîmuhâ wa Taqwîm adalah kewajiban dan tanggung jawab
Atsarihâ, Muhammad Nâshir Al-Dîn Al- bersama yang harus ditunaikan sebagai
Albânî dalam Shifah Shalâh Al-Nabî investasi peradaban.
S.A.W. min Al-Takbîr ilâ Al-Taslîm ka
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî
Annaka Tarâhâ, dan ‟Abd Al-Salâm melandaskan kewajiban tersebut dengan
Hârûn dalam Tahdzîb Sîrah Ibn Hisyâm. menyandarkannya kepada Q.S. Al-Ahzâb
[33]: 72, Al-Nisâ„ [4]: 65, dan Al-‟Ashr
C. PEMIKIRAN ‟ABD AL-RAHMÂN [103]: 1-3.
AL-NAHLÂWÎ TENTANG Dari ayat-ayat tersebut, terutama Q.S.
PENDIDIKAN MASYARAKAT ‟Al-Ashr [103]: 1-3, ‟Abd Al-Rahmân Al-
BERBASIS MASJID
Nahlâwî kemudian menyimpulkan adanya
Berikut pemikiran ‟Abd Al-Rahmân tiga kewajiban fundamental bagi umat
Al-Nahlâwî yang orisinil tentang Islam–baik secara personal-individual
pendidikan masyarakat berbasis masjid maupun sosial-komunal–sebagai berikut:
dalam Ushûl Al-Tarbiyah Al-Islâmiyyah Pertama, upaya pendidikan individu
wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al-Madrasah berlandaskan keimanan kepada Allah
wa Al-Mujtama’ yang merupakan karya S.W.T., ketundukan pada syariat-Nya dan
popularnya tersebut: beriman kepada yang ghaib (tarbiyah al-
fard’ alâ al-îmân bi Allah wa al-istislâm li
1. Pemikiran ‟Abd Al-Rahmân Al-
syarî’atihi wa al-îmân bi al-ghaib).
Nahlâwî tentang Pendidikan Islam
Sebagai Kewajiban Umat Islam Kedua, pendidikan diri secara individu
maupun komunal untuk beramal salih dan
Sebagai titik tolak keikutsertaan dengan berlandaskan ajaran Islam, baik
masyarakat dalam pendidikan Islam dan dalam kehidupan sehari-hari, momentum
berbagai proses pembelajarannya, ‟Abd tahunan, aktifitas ekonomis dan keuangan,
Al-Rahmân Al-Nahlâwî dengan sangat maupun dalam pelbagai aspek kehidupan
tegas menyatakan bahwa Islam memiliki lainnya.
relasi yang sangat erat dengan pendidikan
Ketiga, pendidikan masyarakat dalam
(al-’alâqah baina Al-Islâm wa al-
kerangka saling menasehati dalam
tarbiyah). Hal ini dengan sendirinya dan
secara aksiomatis menimbulkan implikasi kebenaran, beramal salih, sabar ketika
menghadapi kesulitan, beribadah kepada
bahwa realisasi syariat Islam tidak akan
Allah S.W.T., dan untuk tegar di atas
terwujud kecuali melalui pendidikan, baik
kebenaran.39
secara individual, bagi generasi penerus,
maupun bagi seluruh lapisan masyarakat ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî
secara komunal (fa lâ tahqîqa li syarî’ah menyatakan bahwa hal yang
Al-Islâm illâ bi tarbiyah al-nafs wa al-jîl dikemukakannya tersebut sebagai kewajiban
wa al-mujtama’).37 Islami, lengkapnya bahwa al-tarbiyah Al-
Islâmiyyah: farîdah Islâmiyyah.
Ini merupakan amanat yang harus
diemban oleh satu generasi untuk
38
Ibid.
37 39
Ibid., hlm. 20. Ibid., hlm. 21.

12 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

Sebaliknya, dengan melihat realitas permisifisme (paham serba boleh),


yang ada berupa pelbagai bencana dan pemanjaan hidup di zona nyaman, dan
penyimpangan yang menimpa umat lainnya.
manusia, ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî Kedua, secara spesifik untuk
menyatakan bahwa hal tersebut terjadi menyelamatkan anak-anak di dunia ketiga
karena kesalahan dasar pendidikan atau atau negara miskin yang selama ini banyak
karena penyimpangannya dari standar dilanda penindasan, kehinaan, bencana,
fitrah kemanusiaan. Dalam hal ini ‟Abd
kelaparan, dan penjajahan kaun tiran.
Al-Rahmân Al-Nahlâwî menyatakan:
Hal itu dapat terjadi dan terealisasi di
Beragam musibah yang menimpa
alam nyata karena menurut ‟Abd Al-
masyarakat secara general, maupun Rahmân Al-Nahlâwî ditegaskan karena
pelbagai bencana yang secara khusus pendidikan Islam sanggup dan mampu
dialami oleh umat Islam, itu terjadi menanamkan keagungan, rasa kemuliaan,
karena adanya kezaliman antar dan sikap tegar dalam diri setiap manusia
manusia dan disebabkan oleh
untuk meniti kehidupan walaupun
superioritas negara maju yang menghadapi beragam tantangan dan
menjamah berbagai sumber daya berbagai tipu muslihat (taghrisu al-
negara yang lemah. Semua itu terjadi tarbiyah Al-Islâmiyyah fî al-insân min al-
akibat buruknya sistem pendidikan ’izzah wa al-syu’ûr bi al-karâmah, bal al-
yang menjadi acuan bagi manusia dan
istiqâmah fî sabîlihâ, mahmâ ahâthat bihi
karena distorsi atau penyimpangan al-syadâ‘id, au adzhalathu ’anhâ al-
pendidikan dari kesempurnaannya, mughriyât).42
atau karena menyimpang dari fitrah
dan tabiat manusia yang sebenarnya. 40 Di samping itu, secara tegas ‟Abd Al-
Rahmân Al-Nahlâwî juga menyatakan
Setelah berhasil mendeteksi penyakit
bahwa karena pendidikan Islam memiliki
kronis dalam pendidikan tersebut, ‟Abd Al- tujuan yang berdimensi transenden (hadaf
Rahmân Al-Nahlâwî kemudian memastikan Rabbânî), maka dengan sendirinya
solusinya melalui pendidikan Islami sebagai pendidikan Islam memiliki pelbagai
solusi tuntas bagi kemanusiaan dan sekaligus kemuliaan yang harus dipikul dan akan
sebagai tuntutan untuk meluruskan tujuan
dianugerahkan kepada umat Islam. Hal ini
transendental. Atau beliau nyatakan sebagai setidaknya dapat terlihat dalam poin-poin
al-tarbiyah Al-Islâmiyyah qadhiyyatun berikut:43
insâniyyatun wa dharûriyyatun
mashîriyyatun. Selain dilandaskan kepada Pertama, sempurna (kâmil) yang
ajaran Islam sebagai metode Rabbani yang bersumber pada kesempurnaan Allah
sesuai dengan fitrah insani, hal ini secara sehingga pendidikannya pun sempurna
filosofis dikarenakan dua alasan fundamental dalam berbagai aspeknya; yaitu mampu
bagi sebuah keniscayaan penerapan menjauhkan manusia dari beragam
41 kekurangan dan mengarahkan mereka pada
pendidikan Islami yaitu:
pelbagai keutamaan dan kebaikan, baik
Pertama, untuk menyelamatkan dan secara individu maupun sosio-komunal.
memproteksi anak manusia secara general
dari penindasan, nafsu tirani orang tuanya, Kedua, komprehensif (syâmil) meliputi
dan dari berbagai kungkungan sempit yang segala aspek kehidupan yang melingkupi
mengekang, seperti materialisme, aktivitas manusia.

40 42
Ibid. Ibid., hlm. 22.
41 43
Ibid. Lihat Ibid., hlm. 103-104.

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 13


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

Ketiga, universal (’âmm) lagi general, Al-Nahlâwî memandang pendidikan Islam


berlaku bagi seluruh umat manusia, secara personal-individual maupun
humanis bukan rasis (insânî wa laisa komunal adalah kewajiban umat Islam
khâshsh), tidak diperuntukan hanya bagi yang merupakan solusi tuntas bagi
umat tertentu saja namun berlaku kemanusiaan; sekaligus sebagai tuntutan
menyeluruh dan universal. untuk meluruskan tujuan transendental
atau ukhrawi; yang ditujukan untuk
Keempat, eksis dan lestari sepanjang
menyelamatkan dan memproteksi anak
masa (shâlih li al-baqâ‘ wa al-khulûd ’alâ
manusia terutama yang hidup di negara
murr al-zaman) karena bersumber dari
dunia ketiga atau negara miskin.
Allah S.W.T.
Di samping itu, pendidikan Islam juga
Kelima, selaras dengan fitrah manusia
diberlakukan agar umat Islam kembali
(muwâfiq li al-fithrah al-insâniyyah) yang
memperoleh kemuliaan dan
tidak akan pernah berubah sepanjang masa
karakteristiknya dalam pola dan proses
baik secara personal maupun komunal;
pendidikannya.
dengan tidak menghilangkan potensi dan
kecenderungan (interes) manusiawinya. 2. Pemikiran ‟Abd Al-Rahmân Al-
Keenam, terus berkembang sesuai Nahlâwî tentang Fungsi Edukasi
dinamika yang terjadi (khashb dan Sosial Masjid serta Fungsi
tatawalladu) dan tidak beku (laisa Lainnya
’aqîman) karena selaras dengan fitrah dan
tidak menolak penyalurannya yang benar. Selain fungsinya yang bersifat general
dan sebagaimana yang banyak dibahas
Ketujuh, sangat jelas lagi gamblang dalam berbagai kajian, ‟Abd Al-Rahmân
(wâdhih) karena dapat dipahami oleh Al-Nahlâwî berpendapat dan sangat
rasionalitas akal dan juga selaras dengan
menekankan bahwa masjid merupakan
fitrah manusia yang mensinergikan salah satu media dan sarana material
sensitifitas perasaan dan kesadaran nyata pendidikan yang harus dimanfaatkan
sehingga mudah dicerna oleh pendidik dan dengan baik dan dipergunakan dengan
peserta didik sekaligus. optimal.
Kedelapan, setimbang dan seimbang Menurut ‟Abd Al-Rahmân Al-
(tawâzun wa tawâfuq) dalam berbagai hal Nahlâwî, selain fungsi dasarnya, masjid
dan aspeknya karena memiliki kesatuan
memiliki dua fungsi utama yang
tujuan. fundamental, yaitu fungsi edukatif dan
Kesembilan, realistis (wâqi’î), mudah sosial.
diaplikasikan, dan memberikan pengaruh Fungsi edukatif masjid secara luas oleh
yang nyata terhadap perilaku manusia ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî
walaupun berasal dari kultur budaya dan 44
diungkapkan sebagai berikut:
domisili yang berbeda-beda.
Pada awal penyebaran dan
Kesepuluh, elastis (murûnah) sehingga
berkembangnya Islam, masjid
selalu relevan dengan situasi dan kondisi memiliki fungsi mulia yang bisa jadi
(muyâsarah al-zhurûf wa al-ahwâl) yang sekarang ini beberapa fungsi tersebut
berbeda-beda sesuai dengan waktu, mulai disepelekan oleh kaum
wilayah, atau pola hidup variatif yang Muslimin. Pada masa itu, masjid
melingkupinya.
digunakan sebagai markas besar
Dari hal-hal yang telah dikemukakan,
dapat dinyatakan bahwa ‟Abd Al-Rahmân 44
Lihat Ibid., hlm. 109.

14 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

tentara dan pusat gerakan pembebasan berbagai persoalan hidup, bermusyawarah


umat dari penghambaan kepada untuk mewujudkan pelbagai tujuan dan
manusia, berhala, dan thaghut agar menjauhkan diri dari kerusakan, serta
mereka hanya beribadah kepada Allah menghadang berbagai tindak perusakan
S.W.T. semata. Masjid juga digunakan akidah, diri, dan perampasan harta benda
sebagai pusat pendidikan (markaz mereka. Masjid dapat menjadi tempat
tarbawî) yang mendidik umat manusia mereka berhubungan dengan Penciptanya
pada kemuliaan, kecintaan pada dalam rangka memohon ketenteraman,
pengetahuan, dan kesadaran sosial, kekuatan, dan pertolongan-Nya. Di dalam
serta pengetahuan mengenai hak dan masjid, mereka juga mengisi hati dengan
kewajiban mereka terhadap negara kekuatan spiritual baru sehingga Allah
Islam yang didirikan dalam rangka S.W.T. selalu menganugerahkan
mewujudkan ketaatan kepada Allah kesabaran, ketangguhan, dan kesadaran
S.W.T. dan syariat-Nya, serta pada serta aktivitas yang penuh semangat. 46
keadilan dan rahmat-Nya. Masjid Sedangkan fungsi sosial masjid oleh
dimanfaatkan pula sebagai pusat ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî
gerakan penyebaran akhlak sehingga diungkapkan pula secara mendetail
kaum Muslimin dapat mengetahui dan
sebagai berikut: 47
mampu mengaplikasikan berbagai
akhlak mulia dan karakter yang baik. Ketika suatu bencana atau petaka
menimpa kaum Musminin, masjid
Kondisi seperti itu terus berlangsung dapat digunakan sebagai tempat
hingga dalam perkembangannya berlindung. Di dalamnya mereka dapat
sekarang ini hingga sampai dalam satu menyusun kekuatan untuk
masa tertentu di tangan orang-orang mengibarkan panji-panji Islam dan
yang mengejar duniawi yang meninggikan kalimat Allah S.W.T.
mengklaim diri sebagai ulama yang sebagaimana yang pernah terjadi
memfungsikan masjid sebagai lahan dalam Perang Salib jilid pertama atau
mencari rezeki dan sebagai wahana dalam beberapa gerakan pembebasan
penonjolan fanatisme madzhab, melawan konspirasi tentara Salibis-
golongan atau individu.45 Yahudi dalam Perang Salib jilid kedua.
Atau karena bermacam kepentingan Atau ketika kaum Muslimin melawan
dan untuk berbagai tujuan negatif lainnya kaum penjajah yang bercokol selama
yang mencemari kesucian masjid dan satu abad lebih di berbagai negara
menodai urgensitas fungsinya yang mulia. Islam. Revolusi Syria bergema dari
masjid besar yang ada di kota-kota
Sebelumnya ‟Abd Al-Rahmân Al-
Syria. Revolusi Aljazair pun berbasis
Nahlâwî memberikan gambaran tentang
di pondok-pondok dan sekolah-sekolah
fungsi masjid yang pertama kali dibangun
Islam yang berada di masjid-masjid.
oleh Rasulullah S.A.W. sesampainya
Demikian pula gerakan kemerdekaan
beliau di Madinah, sebagai pengantar
Islam lainnya seperti yang ada di
tentang fungsi masjid (tamhîd fî wazh‘âif
Pakistan, Afghanistan, dan negara
al-masjid). Pada saat itu, masjid mampu
lainnya.
menghimpun kaum Muslimin dari latar
belakang beragam (plural) dan dapat Demikianlah, umat manusia dididik di
mempersatukannya. Di dalam masjid, masjid-masjid dalam naungan
mereka dapat membahas dan memecahkan
46
Ibid., hlm. 108.
45 47
Ibid. Ibid., hlm. 137-138.

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 15


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

masyarakat Islam yang mulia, dinamis, i. Fungsi strategis dalam peperangan


dan mau bangkit dengan berbasis dan perdamaian, atau fungsi
musyawarah dalam menyusun pelbagai revolusioner;
urusan mereka. Jamaah yang sakit j. Fungsi sebagai tempat pengobatan dan
mereka tengok, fakir miskin yang pemberian bantuan; dan
membutuhkan pertolongan mereka beri
dari rezeki yang dianugerahkan Allah k. Fungsi sebagai lembaga penerangan
S.W.T. kepada mereka. Maka, jadilah dan pembelaan Islam.48
mereka masyarakat kuat dan bersinergi Serta fungsi-fungsi lainnya yang dapat
bahkan berpartisipasi besar dalam ditelusuri sepanjang sejarah Islam secara
pendidikan dan pembangunan umat. general dan sejarah masjid secara spesifik.
Inilah dua fungsi utama masjid yang
berhasil dideskripsikan ‟Abd Al- 3. Pemikiran ‟Abd Al-Rahmân Al-
Rahmân Al-Nahlâwî secara bernas dan Nahlâwî tentang Dampak Edukatif
lugas, yaitu fungsi edukatif dan sosial. dan Sosial Masjid
Namun bila ditelusuri lebih lanjut dari
pemikirannya baik secara eksplisit Dari kedua fungsi fundamental masjid
maupun implisit, fungsi masjid sebagaimana tersebut di atas, ‟Abd Al-
tersebut sebenarnya tidak hanya Rahmân Al-Nahlâwî kemudian menjelaskan
mencakup dua fungsi. tentang dampak edukatif dan sosial masjid.

Fungsi-fungsi masjid menurut ‟Abd Berkaitan dengan fungsi edukasi dan


Al-Rahmân Al-Nahlâwî tersebut secara sosial sebuah masjid, ‟Abd Al-Rahmân
lengkap dapat diruntut sebagai berikut: Al-Nahlâwî kemudian secara teoritis-
konseptual mendeskripsikan dampak
a. Fungsi edukatif (markaz tarbawî), positif dari kedua fungsi masjid tersebut
untuk mendidik umat manusia dan yang merupakan faktor pendidikan
mengentaskan kebodohan mereka; terbesar yang memberi pengaruh pada
b. Fungsi sosial, terutama untuk jiwa kaum Muslimin terutama bagi
membahas dan memecahkan berbagai generasi penerus (a’zham al-mu‘atstsirât
persoalan hidup secara komunal-sosial; al-tarbawiyyah fî nufûs al-nâsyi‘în) antara
lain sebagai berikut: 49
c. Fungsi ibadah atau ’ubûdiyyah,
spriritual, dan nutrisi hati; a. Mereka menyadari dan mengakui
sebagai kaum beriman secara komunal
d. Fungsi sebagai markas besar militer, yang berhimpun hanya karena Allah
termasuk latihan tentara;
e. Fungsi sebagai pusat gerakan
48
pembebasan umat dari penghambaan Bandingkan dengan pendapat Quraish Shihab
kepada selain Allah; yang menyatakan bahwa masjid memiliki 10 peranan,
yaitu (a) tempat ibadah; (b) tempat konsultasi dan
f. Fungsi sebagai pusat gerakan komunikasi; (c) tempat pendidikan; (d) tempat
penyebaran akhlak yang mulia dan santunan sosial; (e) tempat latihan militer; (f) tempat
pengobatan; (g) tempat perdamaian dan pengadilan;
karakter yang baik; (h) aula dan tempat menerima tamu; (i) tempat
g. Fungsi sebagai media komunikasi dan tawanan; dan (j) pusat penerangan dan pembelaan
konsultasi pelbagai urusan umat; Islam. Lihat Abdullah Idi dan Toto Suharto,
Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara
h. Fungsi sebagai tempat perlindungan; Wacana, 2006, hlm. 80-81.
49
Lihat Al-Nahlâwî, Ushûl Al-Tarbiyah Al-
Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Al-
Madrasah wa Al-Mujtama’, hlm. 109.

16 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

S.W.T. semata sehingga timbul penghambaan diri hanya kepada-Nya


kebanggaan terhadap persatuan Islam. semata secara ikhlas dan tanpa merasa
terbebani (ikhlâsh al-’ubûdiyyah li Allah
b. Mereka mendengarkan khuthbah dan
min ghair qashd wa lâ takalluf)50 karena
kajian ilmiah sehingga memberikan
telah menjelma menjadi sebuah kesadaran.
kesadaran tentang urgensitas akidah
Islam dan tujuan hidup, baik di dunia Inilah dampak luar biasa bila fungsi
maupun di akhirat kelak. masjid baik secara edukatif maupun sosial
c. Mereka mempelajari Al-Qur‟an dan dapat diaplikasikan dengan optimal dan
membacanya secara tartil sehingga diberdayakan dengan maksimal untuk
mampu menyeimbangkan mendidik masyarakat.
perkembangan pola pikir dan
peradabannya melalui pelajaran bacaan 4. Pemikiran ‟Abd Al-Rahmân Al-
Al-Qur‟an (qirâ‘ah) dan undang- Nahlâwî tentang Tanggung Jawab
undang (dustûr) masyarakat Islam Masyarakat dalam Pendidikan
serta perkembangan nilai spiritual
yang mampu menjadi pengikat diri ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî
dengan Allah S.W.T. sebagai Maha menegaskan bahwa masyarakat Muslim
Pencipta. memiliki tanggung jawab yang besar
dalam dan terhadap pendidikan yang harus
d. Mereka mempelajari Hadits dan fikih diberikan kepada anak-anak mereka. Tema
serta pelbagai ilmu lain yang urgen ini ia kupas tuntas dalam sub tema yang
dan dibutuhkan dalam rangka diberi judul Masyarakat dan Tanggung
mengatur tatanan kehidupan sosial Jawab Pendidikan (al-mujtama’ wa
(nuzhum al-hayâh al-ijtimâ’iyyah) agar mas‘uliyyatuhu al-tarbawiyyah), dimana
selaras dengan kehendak dan hidayah dapat dinyatakan bahwa inilah yang
Allah S.W.T. serta sesuai dengan dimaksud sebagai pendidikan Islam
tuntunan sunnah Rasul-Nya S.A.W. berbasis masyarakat.
e. Mereka juga mempelajari berbagai Tanggung jawab masyarakat terhadap
disiplin ilmu penunjang (’ulûm pendidikan anak-anak menjelma dalam
mutammimah), antara lain ilmu bahasa beberapa perkara dan terwujud dalam
(lughah), sejarah Islam (târîkh Islâmî), berbagai prinsip yang dapat diklasifikasi
dan sebagainya. sebagai metode utama bagi pendidikan
Walaupun terlihat cukup berat dan berbasis masyarakat antara lain berupa: 51
tidak sesederhana yang banyak terjadi di Pertama, Allah S.W.T. telah
masjid-masjid, ‟Abd Al-Rahmân Al- menjadikan masyarakat sebagai pihak
Nahlâwî tetap menyadari dan menekankan yang memerintahkan kebaikan dan yang
arti kesederhanaan sebuah masjid, yaitu melarang kemungkaran (anna Allah ja’ala
sebagai pertemuan dalam rangka al-mujtama’ âmiran bi al-ma’rûf nâhiyan
mengaplikasikan ketaatan kepada Allah ’an al-munkar).
S.W.T. (al-iltiqâ‘ ’alâ thâ’ah Allah),
menyeru kaum Muslimin yang masih Prinsip pertama ini tiada lain
beraktifitas di pasar atau pusat merupakan tanggung jawab dan tugas
perbelanjaan, dan untuk mendidik umat masyarakat dalam pendidikan, dimana
manusia agar senantiasa mengaitkan pendidikan diberlakukan dari mereka, oleh
segala persoalan hidup hanya pada ikatan mereka dan untuk mereka sendiri.
karena Allah S.W.T. dan bersumber pada 50
pendidikan Islam yang universal, yaitu Lihat Ibid., hlm. 110.
51
Lihat Ibid., hlm. 144-150.

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 17


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

Kedua, dalam masyarakat Islam, Kelima, pendidikan kemasyarakatan


seluruh anak-anak kaum Muslimin dapat dilakukan melalui metode kerja
walaupun bukan anak biologis, semuanya sama, karena memandang masyarakat
dianggap sebagai anak sendiri atau anak Muslim adalah masyarakat yang bersatu
saudaranya secara psikologis (i’tibâr al- padu (al-tarbiyah al-ijtimâ’îyyah bi al-
nâsyi‘în abnâ‘ au abnâ‘ ikhwah li al- ta’âwun taqûmu ’alâ i’tibâr al-mujtama’
râsyidîn) sehingga ketika memanggil al-Muslim kiyânan hayyan wâhidan).
seorang anak, siapapun dia, mereka akan
Prinsip kelima ini memberikan
memanggilnya dengan seruan “wahai anak ketegasan agar anak didik harus
saudaraku”; sebaliknya, setiap anak didik mendapatkan perhatian lebih dan agar
pun akan memanggil setiap orang tua mereka dijauhkan dari keburukan atau
psikologisnya dengan panggilan “wahai dibina agar terbiasa untuk mau membantu
pamanku”.
orang lain dalam bingkai kebaikan dan
Prinsip kedua ini adalah interaksi kebenaran.
menawan antara orang tua dan guru
Keenam, pendidikan kemasyarakatan
dengan anak-anak didiknya yang dalam membina anak didik harus
dituntunkan Islam dan sesuai dengan bertumpu pada landasan kecintaan karena
adab-adab Islami yang agung. Allah S.W.T. semata (tarbiyah al- nâsyi‘în
Ketiga, Islam memberlakukan ’alâ al-hubb fî Allah).
penerapan adab secara paksa bagi Prinsip keenam ini menggambarkan
masyarakat yang tidak taat dan hukuman terwujudnya pendidikan masyarakat
bagi yang melanggar (al-ta‘dîb bi sakhat karena landasan kecintaan dan kasih
al-mujtama’ wa ta’nîquhu li al-musî‘). sayang kepada sesama yang harus
Prinsip ketiga ini menunjukkan adanya dibiasakan dalam keseharian.
bentuk hukuman sosial dari masyarakat Ketujuh, pendidikan kemasyarakatan
yang tepat sebagai salah satu metode harus mampu menumbuhkan anak didik
pendidikan Islam berbasis masyarakat.
agar dapat memilih teman secara selektif
Keempat, di antara metode yang dapat dengan berdasarkan kepada ketakwaan
digunakan dalam pendidikan masyarakat dan keimanan (husn intiqâa‘ al-ashdiqâ‘
adalah melalui metode pengisolasian, ’alâ asâs al-taqwâ wa al-îmân).
pemboikotan, atau pemutusan hubungan Prinsip ketujuh dari pendidikan
sosial (al-ta‘dîb bi al-hurmân al-ijtimâ’î kemasyarakatan dinyatakan bahwa
au al-hajr au al-muqâtha’ah) dan metode pendidikan yang diberikan kepada anak
lain yang semisalnya.
didik tidak hanya berupa pengajaran secara
Prinsip keempat ini memberikan kognitif semata, namun mereka harus
indikasi yang kuat bahwa tekanan sosial diingatkan, disadarkan, dan bahkan
yang kuat yang berasal dari masyarakat dipilihkan dengan teman baik serta dilarang
yang terencana dan bertujuan untuk dari bergaul dengan teman yang tidak baik.
memberikan kesadaran termasuk salah Demikianlah beberapa pemikiran
satu metode pendidikan yang paling orisinil dari ‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî
efektif dan berpengaruh, yang oleh ‟Abd tentang pendidikan masyarakat berbasis
Al-Rahmân Al-Nahlâwî diungkapkan masjid dalam karya edukatifnya, Ushûl Al-
sebagai al-dhaghth al-jamâ’i al-wâ’î al- Tarbiyah Al-Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî
maqshûd min ablagh al-wasâ‘il wa
Al-Bait wa Al-Madrasah wa Al-Mujtama’
asyaddihâ ta‘tsîran fî al-nufûs. (Origins & Methods of The Islamic
Education).

18 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

D. Kesimpulan Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan


Islam di Masa Rasulullah S.A.W.,
‟Abd Al-Rahmân Al-Nahlâwî sebagai Jakarta: Robbani Press.
salah seorang tokoh pendidikan Islam
Farîd, Ahmad, 1997, Waqafât
kontemporer memiliki orisinalitas
Tarbawiyyah ma’a Al-Sîrah Al-
pemikiran tentang pendidikan masyarakat
Nabawiyyah, Riyadh: Dâr Thayyibah.
berbasis masjid adalah dalam karya
populernya, Ushûl Al-Tarbiyah Al- Idi, Abdullah dan Toto Suharto, 2006,
Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait wa Revitalisasi Pendidikan Islam,
Al-Madrasah wa Al-Mujtama’, memiliki Yogyakarta: Tiara Wacana.
pemikiran bernas sebagai berikut: Ilahi, Fadhl, 2014, Bersama Rasulullah
1. Pendidikan Islam dan berbagai proses S.A.W. Mendidik Generasi Idaman: 45
pembelajarannya merupakan kewajiban Pola Pengajaran Rasulullah S.A.W.,
masyarakat, dimana realisasi syariat Jakarta: PT Pustaka Imam Asy-Syafi‟i.
Islam tidak akan dapat terwujud kecuali
Khusnida, Lisna, 2014, “Konsep Tripusat
melalui pendidikan Islam. Pendidikan Islam Menurut
2. Masjid memiliki fungsi edukasi dan Abdurrahman An Nahlawi dan
sosial serta fungsi-fungsi lainnya yang Relevansinya Terhadap Pembentukan
begitu besar, sehingga harus Kepribadian Anak”, Skripsi, Jurusan
dimanfaatkan dengan baik dan optimal Pendidikan Agama Islam Fakultas
untuk mendidik masyarakat. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan
3. Fungsi edukasi dan sosial masjid yang
Kalijaga Yogyakarta.
fundamental tersebut merupakan faktor
pendidikan terbesar yang memberikan Kihami, Luthfiatul, 2015, “Tujuan
pengaruh pada kaum Muslimin terutama Pendidikan Islam Menurut Pemikiran
bagi generasi penerusnya yang Abdurrahman An Nahlawi: Studi
memegang estafeta berikutnya. Analisis Buku Pendidikan Islam di
Rumah, Sekolah, dan Masyarakat”,
4. Masyarakat Muslim harus memiliki
Skripsi, Prodi Pendidikan Agama
tanggung jawab yang besar dalam dan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
terhadap pendidikan Islam bagi anak-
Keguruan Universitas Islam Nahdlatul
anak dan generasi penerus mereka.
Ulama (UNISNU) Jepara.
Wa Allâhu a’lam bi al-shawâb.
Mubârakfûrî, Shafî Al-Rahmân Al-, 2005,
Al-Rahîq Al-Makhtûm: Bahts fî Al-
DAFTAR PUSTAKA Sîrah Al-Nabawiyyah ’alâ Shâhibihâ
Afdhal Al-Shalâh wa Al-Salâm,
Ahmad, Mahdî Rizq Allah, 1424 H., Al- Manshurah Mesir: Dâr Al-Wafâ„.
Sîrah Al-Nabawiyyah fî Dhau‘ Al- Mubaroq, Nur Muhammad Abdulloh,
Mashâdir Al-Ashliyyah, Riyadh: Dâr 2003, “Studi Komparasi Konsep
Imâm Al-Da‟wah, Pendidikan Islam dalam Keluarga
Alu Husain, Shalih bin Huwaidi, 2014, Menurut Abdurrahman An Nahlawi
Mendidik Generasi Ala Shahabat dan Abdullah Nashih ‟Ulwan”, Skripsi,
Nabi: Metode Pendidikan Anak Jurusan Pendidikan Agama Islam
Muslim, Jakarta Timur: Griya Ilmu. Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Sunan Kalijaga
Buthy, Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-, Yogyakarta.
2010, Sirah Nabawiyah: Analisis

Pemikiran ’Abd Al-Rahmân … 19


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

Musmuallim, 2014, “Pendidikan Islam di Kajian Komparatif”, Skripsi, Jurusan


Keluarga dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam Fakultas
Demokerasi: Studi Pemikiran Hasan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
Langgulung dan Abdurrahman an Sunan Ampel Surabaya.
Nahlawi”, Tesis, Program Pascasarjana Shallabi, Ali Muhammad Ash-, 2014,
Prodi Pendidikan Islam Konsentrasi Sirah Nabawiyah, Jakarta Timur:
Pendidikan Agama Islam Universitas Beirut Publishing dan Yayasan Ash-
Islam Negeri Sunan Kalijaga
Shilah Jakarta Timur.
Yogyakarta.
Sirjani, Raghib As-, 2016, Sumbangan
Nahlâwî, ‟Abd Al-Rahmân Al-, 2004,
Peradaban Islam pada Dunia, Jakarta:
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, Pustaka Al-Kautsar.
dan Masyarakat’, Jakarta: Gema
Insani Press. Subhan, Arief, 2012, Lembaga Pendidikan
Islam Indonesia Abad ke-20:
___, 2005, Ushûl Al-Tarbiyah Al- Pergumulan Antara Modernisasi dan
Islâmiyyah wa Asâlîbuhâ: Fî Al-Bait Identitas, Jakarta: Kencana Prenada
wa Al-Madrasah wa Al-Mujtama’, Media Group.
Damaskus: Dâr Al-Fikr.
Syalabî, Ahmad, 1954, Târîkh Al-
Nizar, Samsul dan Muhammad Syaifudin, Tarbiyah Al-Islâmiyyah, Beirut: Dâr
2010, Isu-Isu Kontemporer tentang Al-Kasysyâf.
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia. ‟Umarî, Akram Dhiyâ„ Al-, 1993, Al-Sîrah
Al-Nabawiyyah Al-Shahîhah:
Noviyanty, Enny, 2010, “Metode dalam Muhâwalah li Tathbîq Qawâ’id Al-
Pendidikan Islam: Analisis Muhadditsîn fî Naqd Riwâyât Al-Sîrah
Perbandingan Pemikiran Al-Ghazali
Al-Nabawiyyah, Madinah: Maktabah
dan Abdurrahman Al-Nahlawi”, Tesis, Al-‟Ulûm wa Al-Hikam.
Program Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi, 2012,
Pekanbaru. Ilmu Pendidikan Islam: Rancang
Bangun Konsep Pendidikan
Qol‟ahji, Muh. Rawwas, 2011,Sirah Monokotomik-Holistik, Jogjakarta: Ar-
Nabawiyah: Sisi Politis Perjuangan Ruzz Media.
Rasulullah SAW, Bogor: Al Azhar
Press.
Qomar, Mujamil, 2009, Pesantren Dari www.fikr.com/fikrauthor/- ‫الرحمن‬- ‫عبد‬
Tranformasi Metodologi Menuju ‫النحالوي‬.
Demokratisasi Institusi, Jakarta: www.almajidcenter.org/search_details.php
Penerbit Erlangga7. ?keyword.
Saufika, Ratna, 2010, “Konsep Pemikiran www.neelwafurat.com/locate.aspx?mode=
Pendidikan Ivan Illich dan 1&search=author1&entry.
Abdurrahman An Nahlawi: Suatu

20 Pemikiran ’Abd Al-Rahmân …

Anda mungkin juga menyukai