Anda di halaman 1dari 13

LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM MADRASAH

Oleh: Sukhoiri

ABSTRAK
Lembaga pendidikan Islam sebelum madrasah merupakan catatan sejarah yang
cukup mengesan dalam Sejarah Pendidikan Islam. Mengapa demikian, karena
secara definitive, lembaga tersebut belum memenuhi syarat sebagai lembaga
pendidikan, tetapi sangat mewarnai sejarah. Lembaga pendidikan ini sangat
variatif dan banyak, serta mewakili dari seluruh jejang pendidikan yang ada.
Lembaga pendidikan tersebut meliputi; masjid, kuttab, ribbath, halaqah, syuffah,
majelis, baik melejis muhadharah maupun mejelis munadharah, sollun, al-
bimaristan dan lain-lain. Lembaga pendidikan ini mewakili semua jenjang, baik
untuk tingkat anak, remaja, maupun dewasa. Bahkan tidak hanya itu, ada yang
bersifat syar’i, theologis, sufistik dan akademik. Lembaga-lemabaga penndidikan
ini merupakan tonggak sejarah dalam pendidikan Islam klasik sebelum
munculnya madrasah. Dari sisi manajemen, mungkin lembaga pendidikan ini
belum tersentuh oleh manajemen modern, tetapi fondasi menuju ke arah maju
sangat kelihatan.
Kata Kunci: Lembaga Pendidikan, Pendidikan Islam, Sejarah, Madrasah.

PENDAHULUAN
Membicarakan tentang lembaga-lembaga pendidikan era awal (klasik),
berarti mengenal lebih dekat tentang berbagai komponen dan sistem serta metode
yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam klasik. Pada level
pembuktian, mungkin akan mengalami kesulitan untuk menentukan secara pasti
bagaimana sesungguhnya perkembangan dan pertumbuhan lembaga-lembaga
pendidikan Islam di era klasik tersebut.
Penyebab lain adalah karena usaha pendidikan pada masa tersebut dilakukan
dalam waktu dan tempat yang tak terbatas, sehingga apabila kita melakukan
klasifikasi, sebagian akan tercecer-tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

1
Walhasil, pandangan terhadap wacana pendidikan Islam klasik menjadi sempit
dan terbatas, bahkan mungkin terjebak dalam nuansa yang kaku. Namun demikian
identifikasi dan klasifikasi hanya sekedar “penyederhanaan” agar muda dipahami
dalam konteks keilmuan masa kini1
Dilihat dari aspek sejarah sesungguhnya pertumbuhan lembaga pendidikan
Islam sudah dimulai sejak penciptaan manusia pertama, dalam proses penciptaan
Nabi Adam (manusia pertama) itu, Allah SWT., telah melakukan dialok dan
perdebatan langsung dengan makhluknya, yaitu malaikat. Kompetensi dasar yang
diajarkan Allah kepada Nabi Adam adalah bermacam-macam nama benda, dan
ketika diadakan ujian komprehensif antara Adam dan Malaikat ternyata Nabi
Adam dinyatakan lebih menguasai tentang kompetensi dasar ketimbang malaikat.
Proses ini terus berlanjut samapai tahap penobatan dan penyampaian wahyu
kepada para Nabi dan Rasul-Nya dipermukaan bumi ini. Meskipun pada waktu itu
informasi data sejarah belum dapat mengungkapkan bahwa lembaga seperti apa
yang digunakan Allah SWT., namun lembaga yang digunakan sebagai proses
pembelajaran pertama tersebut telah berhasil memberikan change of knouledge
dan change of value kepada peserta didiknya, yaitu pada para Nabi.
Peristiwa yang terjadi di atas terus berlanjut dan terjadi pula kepada Nabi
Muhammad SAW., misalnya beliau yang terkenal dengan ke Ummiannya juga
berhasil mencapai kompetensi yang digariskan Allah sehingga mendapat prediket
super komplout, yaitu khataman al-anbiya’ Rasul rahmatan lil ‘alamin. Dengan
predikat yang diperoleh tersebut beliau telah mampu mentransferkan dan
menancapkan sendi-sendi agama dalam jiwa para sahabat. Namun demikian
lembaga-lembaga pendidikan Islam masa klasik tidaklah berpentuk pesantren
ataupun madrasah sebagaimana kita kenal pada zaman keemasan maupun
setelahnya. Makalah ini akan membahas tentang lembaga-lembaga pendidikan
Islam pada masa klasik serta sistem yang berjalan di dalamnya. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk lembaga pendidikan Islam pada masa klasik ?
2. Materi apa yang diajarkan pada lembaga pendidikan islam klasik ?
Tujuan penelitian ini:

1
Musnur Heri 2009. Sejarah Pendidikan Islam. IAIN Raden Fatah Press. hlm. 65

2
1. Mengetahui bentuk lembaga pendidikan Islam pada masa klasik
2. Mengetahui materi apa yang diajarkan pada lembaga pendidikan islam klasik

PEMBAHASAN
Lembaga Pendidikan Islam sebelum madrasah sudah dimulai oleh nabi
Muhammad sendiri sejk beliau masih di Makkah. Nabi Muhammad SAW.,
tinggal di Makkah sejak beliau mulai menjadi Nabi sampai hijrah ke Madinah,
lamanya 12 tahun 5 bulan dan 21 hari. Pengajaran yang diberikan Nabi selama itu
ialah menyampaikan wahyu Allah, Al-Qur’an terdiri dari 93 surat yang
diturunkan di Makkah sebelum hijrah,2 hingga pada waktunya Rasulullah hijrah
ke Madinah, setelah Nabi serta sahabat-sahabatnya (Muhajirin) hijrah ke
Madinah, usaha Nabi yang pertama ialah mendirikan masjid. Di masjid itulah
Nabi mendirikan sembahyang berjamaah. Bahkan di masjid itulah Nabi
membacakan al-Qur’an dan memberikan pendidikan dan pengajaran Islam.3
Berikut lembaga-lembag pendidikan Islam sebelum periode Madrasah.

1. Rumah
Sebelum masjid didirikan, Rasulullah SAW., menyampaikan wahyu yang
diturunkan Allah selain menggunakan rumah Al-Arqam bin Abi Arqam sebagai
tempat utama, Rasulullah juga menggunakan rumahnya sebagai tempat
pembelajaran. Kondisi seperti ini berlangsung hingga turun Ayat Al-Qur’an surat
Al-Ahzab ayat 35.4
Tipe lembaga pendidikan ini termasuk kategori yang paling tua, bahkan
yang lebih dahulu keberadaannya sebelum halaqah di masjid Rasulullah SAW.,
para sahabat menjadikan rumahnya sebagai markas gerakan pendidikan yang
terfokus pada aktivitas pengajaran aqidah dan pesan-pesan Allah SWT., dalam al-
Quran untuk disampaikan kepada masyarakat. Ketika wahyu pertama diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad SAW, maka untuk menjelaskan dan mengajarkan

2
Muhammad Yunus 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung. Hlm. 9
3
Ibid
4
Samsul Nizar 2005. Reformasi Pendidikan Islam Menghadapi Pasar Bebas. Jakarta: The
Minangkabau Foundation. Hlm. 6-7

3
kepada para sahabat, Nabi SAW mengambil rumah Al-Arqam bin Abi Arqam
sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai tempat
Hasan Langgulung dalam bukunya Asas-asas Pendidikan Islam (1988)
dalam Syamsul Nizar mengemukakan bahwa lahirnya pendidikan Islam di tandai
dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam. Ketika wahyu Allah
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., maka untuk menjelaskan dan
mengajarkan kepada para sahabat, Nabi mengambil rumah Al Arqam bin Ibn
Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai
tempat.5 Tumbuh kembang lembaga ini berjalan selama 13 tahun. Berdasarkan
keterangan inilah bahwa rumah dikategorikan sebagai lembaga pendidikan Islam
yang pertama. Sistem pendidikan di lembaga ini berbentuk halaqoh6 dan belum
memiliki kurikulum dan silabus seperti dikenal sekarang ini, sistem dan materi
yang akan disampaikan diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Masjid
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program
pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid yang
pertama kali dibangun Nabi adalah Masjid At- Taqwa di Quba. Menurut al-
baladzuri dan ibn hasyim, sebenarnya mesjid Quba didirikan oleh sahabat Nabi
yang dahulu hijrah ke madina,7 kemudian setelah Nabi memasuki kota madina,
beliau mendidrikan mesjid al-mirbad. Diwaktu mendirikan masjid al-Mirbad
beliau sendiri turut bekerja, guna memotivasi kaum muhajirin dan anshar dan
mengigiatkan mereka untuk bekerja agar masjid itu segera selesai. Pembangunan
Masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan kehidupan umat

5
Ibid
6
Halaqah al-dars (biasa disebut halaqah saja) atau "lingkaran belajar", termasuk lembaga
pendidikan Islam yang cukup dikenal sebelum lahirnya madrasah. Sebagian ahli bahkan
mengatakan; bahwa halaqah masih ada dan dilangsungkan meskipun Madrasah telah
bermunculan di dunia Islam. Malah ada yang mengatakan bahwa Halaqah al-dars juga sering
dilangsungkan di Madrasah. Halaqah al-dars ini sebagai lembaga pendidikan. Dia beralasan bahwa
pendidikan Islam sebenarnya merupakan sesuatu yang bersifat mudah dan fleksibel. Artinya, ia
tidak harus (Asma Hasan Fahmi, 1979. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, edisi Indonesia
.Jakarta: Bulan Bintang. 40)
7
Samsul Nizar, Napaktilas Perubahan Konsep,Fiflsafat, dan Metodologi Pendidikan Islam
dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara, hlm.116

4
Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, diantaranya; Sebagai
tempat beribadah, tempat beri’tikaf, menempah bathin sehingga selalu
terpelihara. sebagai pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan
kaum muslimin, sebagai tempat kegiatan sosial politik, sebagai tempat
bermusyawarah, tempat mengadili perkara, tempat pembinaan dan
pengembangan kader-kader pimpinan umat tempat menghimpun dana,
menyimpan dan membagikannya tempat menyampaikan penerangan agama dan
informasi-informasi lainnya dan masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga
pendidikan islam.8

3. Masjid Khan
Dengan demikian, pendidikan Islam dan masjid merupakan suatu
kesatuan yang integral, dimana masjid menjadi pusat dan urat nadi kegiatan
keislaman yang meliputi kegiatan keagamaan, politik, kebudayaan, ekonomi,
dan yudikatif. Mulai sejak masa Rasulullah SAW., dengan masjid Quba dan
Nabawi hingga masjid Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah, masjid selalu
menjadi alternatif utama dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. 9 Dari Masjid,
kemudian berkembang menjadi Masjid Khan sebagai Transformasi Tradisi. Khan
adalah sebagai tempat pemondokan bagi pencari ilmu di lingkungan halaqah
masjid dari berbagai wilayah Islam.
George Makdisi mengungkapkan bahwa masjid khan berbeda dengan
masjid pada umumnya, karena masjid khan dibangun sebagai lembaga
pendidikan. Penambahan khan pada bangunan masjid merupakan solusi terhadap
kesulitan mahasiswa yang datang dari luar kota, dimana mereka sebelumnya
dihadapi oleh masalah penginapan. Namun masih kurang jelas apakah khan
menyediakan akomodasi gratis bagi mahasiswa-mahasiswa tersebut.10

4. Kuttab dan Maktab

8
Zuhairini at.al. op.cit, hlm 99
9
Stanton, Chalaarles Michael.1994. Pendidikan Tinggi Dalam Islam. Ter. Afandi dan Hasan
Asyari. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Hal. 23
10
Musnur. Op.Cit., 76

5
Menurut catatan sejarah, sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab,
khususnya Makkah telah mengenal adanya pendidikan rendah, yaitu kuttab.
Kuttab/maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya
menulis. Sedangkan kuttab/maktab berarti tempat menulis, atau tempat dimana
dilangsungkan kegiatan untuk tulis menulis. 11 Kebanyakan para ahli sejarah
pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan Islam tingkat dasar yang
mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran al-
Qur’an dan pengetahuan agama dasar. Namun Abdullah Fajar membedakannya,
dia mengatakan bahwa maktab adalah istilah untuk zaman klasik, sedangkan
kuttab adalah untuk zaman modern.
Ahmad Syalabi mengemukakan bahwa sebagai lembaga pendidikan kuttab
mempunyai dua fungsi, Pertama Kuttab berfungsi mengajar baca tulis dengan
teks dasar puisi-puisi Arab dan sebagian besar gurunya adalah non muslim.
Kuttab jenis pertama ini hanya merupakan lembaga pendidikan dasar yang
mengajarkan baca tulis. Pada mulannya pendidikan Kuttab berlangsung di rumah-
rumah para guru atau dipekarangan sekitar masjid. Materi yang diajarkan dalam
baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai
tradisi yang baik. Adapun penggunaan Al-Qur’an sebagai teks dalam kuttab baru
terjadi kemudian, ketika jumlah kaum muslimin yang menguasai al-Qur’an telah
banyak, terutama setelah kegiatan kodifikasi 12 pada masa kekhalifaan Ustman bin
Affan.13 Kebanyakan guru kuttab pada masa awal Islam adalah nonmuslim, sebab
muslim yang dapat membaca dan menulis jumlahnya masih sangat sedikit
disamping itu mereka sibuk dengan pencatatan wahyu
Sejak abad ke 8 H, Kuttab mulai mengajarkan pengatahuan umum di
14
samping ilmu agama Islam hal ini disebabkanoleh karena adanya persentuhan

11
Zuhairini 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 98
12
Kodifikasi dan penyalinan kembali Mushaf al-Qur’an ini terjadi pada tahun 25 H, Ustman
berpesan apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan agar mengacu pada logat bahasa suku
Quraisy karena al-Qur’an diturunkan dengan gaya bahasa mereka. Lihat: Hasan, Ali, 1992. Sejarah
dan Metodologi Tafsir,(terj)Arkom. Jakarta: Rajawali.
13
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Napaktilas Perubahan Konsep, Fiflsafat, dan
Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara, halm. 7
14
Hanun Asroha 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. Hlm. 49

6
Islam dengan warisan budaya Helenisme sehingga banyak membawa perubahan
dalam bidang kurikulum pendidikan Islam. Dalam perkembagan selanjutnya
Kuttab dibedakan menjadi dua, yaitu Kuttab yang mengajarkan pengetahuan
nonagama (secular learning) dan Kuttab yang mengajarkan ilmu agama
(relegious learning).

5. Lembaga Islam dengan Nuansa Kesufian


Asma Hasan Fahmi menambahkan lembaga-lembaga kesufian sebagai
lembaga pendidikan Islam pra Madrasah, yaitu: (1) Ribath. al-Ribath secara
harfiah berarti ikatan yang mudah dibuka. Sedangkan dalam arti yang umum, al-
Ribath adalah tempat untuk melakukan latihan, bimbingan dan pengajaran bagi
calon sufi. Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri
dari kehidupan duniawi dan mengonsentrasikan diri untuk semata-mata
beribadah.15 (2) Az- Zawiyah. Az-Zawiyah secara harfiyah berarti sayap atau
samping. sedangkan dalam arti yang umum, az-zawiyah adalah tempat yang
berada dibagian pinggir masjid yang digunakan untuk melakukan bimbingan
wirid, dan dzikir untuk mendapatkan kupasan spiritual. Dengan demikian, az-
zawiyah dan al-ribath fungsinya sama, namun dari segi organisasinya al-ribath
lebih khusus dari pada az-zawiyah.16 (3) Khananqah. Khanangah merupakan
suatu lembaga pengajaran berasrama bagi kaum sufi yang muncul pertama kali di
Iran (Persia) pada akhir abad ke-10 bersamaan dengan adanya formalisasi
aktivitas sufistik.17

6. Shuffah
Pada masa Rasulullah SAW shuffah adalah suatu tempat yang telah dipakai
untuk aktifitas pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi
pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin. Rasulullah membangun
ruangan di sebelah utara masjid Madinah dan masjid Al-Haram yang disebut “Al-

15
, Sejarah Pendidikan Islam, Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi
Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara, hlm 82
16
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 161-162
17
Asma Hasan Fahmi, Mabaadiut Tarbiyatul Islamiyah. (Jakarta: Bulan Bintang,1979), H. 46

7
Suffah” untuk tempat tinggal orang fakir miskin yang telah mempelajari ilmu.
Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Al-qur’an secara benar dan
hukum Islam di bawah bimbingan dari Nabi SAW. Pada masa itu , setidaknya
telah ada 9 shuffah,18 yang tersebar di kota Madina. Salah satu diantaranya
berlokasi di samping mesjid Nabawi. Rasulullah mengangkat Ubaid ibn Al-Samit
sebagai guru pada sekolah suffah di Madinah. Dalam perkembangan berikutnya,
shuffah juga menawarkan pelajaran dasar-dasar berhitung, kedokteran, astronomi,
geneologi dan ilmu fonetik

7. Toko-toko Buku
Pada awal pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, lembaga pendidikan
Islam dalam bentuk toko-toko buku telah bermunculan di pusat-pusat kota, selain
sebagai agen komersialisasi berbagai buku ilmiah, juga menjadi pusat
pembelajaran umat Islam melalui metode diskusi mengenai isi buku yang
dicari atau ditawarkan. Kemudian lembaga-lembaga pendidikan
ini menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah kekuasaan Islam saat itu.
Mengutip pendapat al-Yaqubi, Hitty menjelaskan bahwa pada masa itu, sekitar
tahun 891 M terdapat pusat pertokoan yang berjejer lebih dari seratus toko buku
dalam satu jalan. Beberapa toko buku itu merupakan stan (kamar) yang lebih kecil
ukurannya dari surau, tetapi terdapat juga kamar yang lebih besar yang
berfungsi sebagai pusat penelitian hasil karya seni dan menjadi taman
wacana bagi pengembara ilmu yang datang dari berbagai wilayah Islam. Toko
buku selain sebagai tempat menjual buku juga digunakan sebagai pusat
diskusi tentang berbagai karya sastra oleh para cendekiawan dan pujangga.19

8. Perpustakaan
Salah satu ciri penting pada masa Dinasti Abbasiyah adalah tumbuh dan
berkembangnya dengan pesat perpustakaan-perpustakaan baik perpustakaan yang

19
Hitty, Philif K.Op.Cit.,hal.414

8
sifatnya umum didirikan oleh pemerintah, maupun perpustakaan yang sifatnya
khusus didirikan oleh para ulama atau para sarjana. Bait Al Hikmah adalah
perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid dan berkembang pesat pada
masa Al-Ma’mun, merupakan salah satu contoh dari perpustakaan dunia Islam
yang lengkap, yang berisi ilmu agama dan bahasa arab. Di dalamnya terdapat
bermacam-macam buku ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu serta
berbagai buku terjemahan dari bahasa yunani, Persia, India, Qibti dan Aramy.20
Perpustakaan dikatakan sebagai lembaga pendidikan karena sebagaimana
diketahui, bahwa pada masa itu, buku-buku sangat mahal harganya, ditulis dengan
tangan, sehingga hanya orang-orang kaya saja yang bisa memiliki secara pribadi.
Oleh karena itu, bagi masyarakat umum pencinta ilmu, tentu memanfaatkan
perpustakaan ini sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan, dan untuk
selanjunya di kembangkan.

9. Majlis
Lembaga pendidikan Islam dalam bentuk majlis sastra mulai populer
berkembang secara formal sejak masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, tetapi
keberadaannya telah dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin. Di lembaga ini,
umat Islam belajar tentang berbagai syair, baik dalam bahasa Arab maupun
bahasa Persia yang berhubungan dengan agama Islam dan kondisi kehidupan
sosial-budaya masyarakat secara menyeluruh. Pada masa Abbasiyah, selalu
diadakan perdebatan dan diskusi tentang keahlian bersyair diantara sastrawan
dari berbagai disiplin ilmu, termasuk juga perlombaan di antara para seniman
dan pujangga, khususnya dalam bidang kaligrafi Alquran dan arsitektur.
Lembaga pendidikan ini menjadi salah satu corong pemerintah dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang seni dan budaya umat
Islam sehingga mampu menghasilkan karya seni dan budaya yang
menakjubkan saat itu.21

20
Zuhairini at.al. Op.Cit., hlm 98
21
Nakosten, Mahdi. 1989. History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350.
(Colorado: Colorado University. Hal. 51

9
Majlis yang dimaksud adalah suatu majlis khusus yang diadakan oleh
khalifah untuk mermbahas berbagai macam ilmu pengetahuan. Majlis ini bermula
sejak zaman Khulafa Ar-rasyid, yang biasanya memberikan fatwa dan
musyawarah serta diskusi dengan para sahabat untuk memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi pada masa itu. tempat pertemuan padamasa itu adalah
mesjid. Setelah pada masa khalifah Bani Umaiyah tempat majlis tersebut
dipindahkan ke istana. dan hanya dihadiri oleh orang orang tertentu saja. Bahkan
pada masa khalifah Abbasiyah, majlis sastra ini sangat menjadi kebanggaan,
khalifah yang memang pada umumnya khalifah-khalifah Bani Abbas ini sangat
menarik perhatian pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan Islam mengalami zaman
keemasan majelis berarti sesi dimana aktifitas pengajaran atau diskusi
berlangsung seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam Islam. Majelis
digunakan untuk kegiatan transfer keilmuan dari berbagai ilmu, sehingga majelis
banyak ragamnya. Setidaknya ada 7 macam majelis yang dapat diketahui yaitu 22 :
1. Majelis al-Hadits
Majelis ini biasanya diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli dalam
bidang hadits. Ulama tersebut membentuk majlis untuk mengajarkan ilmunya
kepada murid-murid.
2. Majelis At-Tadris
Majelis ini biasanya menunjukkan kepada majelis selain dari pada hadits,
seperti majelis fiqih. Majelis nahwu, atau majelis kalam.
3. Majelis al-Munazharoh
Majelis ini dipergunakan sebagai sarana untuk membahas perbedaan
mengenai suatu masalah oleh para ulama’. Menurut Ahmad Syalabi khalifah
Muawiyah sering mengundang para ulama’ untuk berdiskusi di istananya,
demikian juga dengan khalifah al-Ma’mun dan dinasti Abbasiah. Di luar istana
majlis ini ada yang dilaksanakan secara kontinu dan spontanitas, bahkan ada yang
berupa kontes terbuka dikalangan ulama’. Untuk model ini biasanya hanya
dipakai untuk mencari populeritas ulama’ saja.

22
Abuddi Nata Op.Cit., hlm. 36

10
4. Majelis al Muzakaroh
Majelis ini merupakan inovasi dari murid yang belajar hadis. Majelis ini
Diselenggarakan sebagai sarana untuk berkumpul dan saling mengingat dan
mengulangi pelajaran yang sudah diberikan sambil menunggu kehadiran guru.
5. Majelis al-Adab
Majelis ini adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi
puisi, silsilah dan laporan sejarah bagi orang orang terkenal.
6. Majelis al-Fatwa dan Majlis al-Nazar
Majelis ini merupakan sarana pertemuan untuk mencari keputusan suatu
masalah di bidang hukum kemudian difatwakan. Disebut pula majelis al-Nazar
karena karakteristik Majelis ini adalah majlis tempat perdebatan diantara ulama
fiqih/hukum islam.

KESIMPULAN
Pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam klasik banyak
sekali pendapat dan ungkapan yang berbeda diantara para ilmuwan, dan ini
membuktikan bahwa untuk mengidentifikasi sejarah pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam sangat sulit, karena teknologi untuk
mengabadikan perjalan sejarah pada waktu itu belum ada dan sangat tradisional.
Untuk itu perbedaan ini merupakan bagian data dan fakta yang mendukung
kebenaran statemen di atas. Dari berbagai ungkapan para ahli sebenarnya banyak
sekali lembaga pendidikan pra madrasa ini, seperti; rumah, kuttab/maktab,
zawiyah, ribath, khanangah, masjid, khan, majlis, pendidikan rendah di istinah (al-
Qusur), toko atau kedai kitab (hawanit al-waraqin), manzil al-ulama’, al-Shalunat
al-Adabiyah (sanggar sastra), Badiah (padang pasir tempat tinggal baduwi), al-
Maristan (rumah sakit), al-Maktabat (perpustakaan), masjid atau suffah, dan lain-
lain.
Namun menurut penulis dalam tindakan penyederhanaan konsep agar
mudah dipahami dan dimengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan
lembaga pendidikan era klasik pra madrasah ini adalah dibagi menjadi dua
bentuk, (1) lembaga formal seperti (a) kuttab, (b) masjid, (c) masjid khan, dan (d)

11
madrasah, Lembaga-lembaga inilah yang lebih spesifik dapat dilihat proses
pembelajarannya secara formal dalam melakukan perubahan dalam aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan kaum Muslimin yang berdasarkan
kurikulum dan metode yang memiliki kesamaan. Sedangkan yang ke (2) lembaga
non formal, dimana lembaga ini tujuan utamanya adalah tidak murni merupakan
sebuah lembaga pendidikan melainkan berperan ganda dalam proses layanannya.
Seperti suffah, rumah para ulama’, zawiyah, ribath, khanangah, toko-toko buku,
perpustakaan dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), cet.I


Asma Hasan Fahmi Mabaadiut Tarbiyatul Islamiyah. (Jakarta: Bulan
Bintang:1979)
Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, edisi Indonesia (Jakarta:
Bulan Bintang:1979)
Hasan, Ali, Sejarah dan Metodologi Tafsir,(terj)Arkom. (Jakarta: Rajawali:1992)
Hanun Asroha, Sejarah Pendidikan Islam,( Jakarta: Logos:1999), Sejarah
Pendidikan Islam, Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi
Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara
Musnur Heri, Sejarah Pendidikan Islam, (IAIN Raden Fatah Press:2009)
Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam( Jakarta: Hidakarya Agung,1992)
Samsul Nizar, Reformasi Pendidikan Islam Menghadapi Pasar Bebas. (Jakarta:
The Minangkabau Foundation,2005)
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Napaktilas Perubahan Konsep,
Fiflsafat, dan Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai
Ulama Nusantara,
Nakosten, Mahdi, History of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-
1350. (Colorado: Colorado University,1989)

12
Stanton, Chalaarles Michael, Pendidikan Tinggi Dalam Islam. Ter. Afandi dan
Hasan Asyari (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1994)
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam( Jakarta: Bumi Aksara,1997)

13

Anda mungkin juga menyukai