Anda di halaman 1dari 16

Pendidikan Islam pada Masa Bani Abbasiyah

Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Bani


Abbasiyah

Oleh: Wira Yulianti

17329140

Abstrak

Pendidikan merupakan sarana yang berpengaruh dan penting bagi


manusia ,melalui pendidikan manusia bisa belajar mempelajari alam semesta demi
mempertahankan hidupnya .Pola perkembangan pendidikan islam pada masa lalu
sangat penting untuk di analisis sebagai sebuah kajian yang sangat menarik guna
mengambil pelajaran untuk pengembangan pendidikan islam dimasa sekarang.pada
masa dinasti abbasiyah setidaknya ada beberapa pola yang berlaku diantaranya
melanjutkan kekuasaan dinasti bani umayyah serta melanjutkan lembaga lembaga
pendidikan yang sudah ada dan melakukan pengembangan.

Dalam dunia Islam sebelum munculnya lembaga pendidikan formal, mesjid


dijadikan sebagai pusat pendidikan selain untuk tempat menunaikan ibadah dan
mesjid-mesjid yang didirikan oleh para penguasa pada umumnya dilengkapi dengan
berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan diantaranya tempat
pendidikan anakanak, tempat-tempat untuk pengajian dari ulama-ulama yang
merupakan kelompok-kelompok (khalaqah), tempat untuk berdiskusi dan
munazharah dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan juga dilengkapi dengan ruang
perpustakaan dengan buku-buku dari berbagai macam ilmu pengetahuan yang
cukup banyak.

Selain mesjid sebenarnya telah berkembang pula lembaga lembaga pendidikan


Islam lainnya baik yang bersifat formal maupun non formal, lembaga-lembaga ini
berkembang terus bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bentuk-bentuk
lembaga pendidikan baik non formal maupun formal yang semakin luas. Di antara
lembaga -lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa dinasti Abbasiyah tersebut
adalah:
1. Kutab sebagai lembaga pendidikan dasar
2. Pendidkan rendah di istana
3. Toko-toko kitab
4. Rumah-rumah para ulama
5. Majlis
6. Badiah
7. Rumah sakit
8. Perpustakaan
9. Madrasah
10. Suffah
11. Dan masjid

kata kunci: Lembaga –Lembaga Pendidikan Bani Abbasiyah

A. Pendahuluan

Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari dinasti Umayyah, dimana


pendiri dari khilafah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad
SAW, yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abbas. Dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda- beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abass.
Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H
(750 M) sampai dengan 656H (1258M).1

Dalam rangka mengimbangi kemajuan dalam bidang Pendidikan pada


masa Abbasiyah maka dilakukanlah berbagai usaha dengan membentuk atau
mempolarisasi kegiatan-kegiatan keilmuan dari tingkat dasar sampai kepada
jenjang yang lebih tinggi. Untuk mengakomodir kegiatan –kegiatan keilmuan
tersebut dibentuklah tempat atau lembaga-lembaga sentral pendidikan dan
Lembaga-lembaga ini berkembang terus dan bahkan semakin luas.

1 Khaled Abou El Fadl, Musyawarah Buku : Menyusuri Keindahan Islam dari Kitab
ke Kitab, (Jakarta : Serambi, 2000). hal.537
Sejak lahirnya agama Islam, lahirlah pendidikan dan pengajaran Islam,
pendidikan dan pengajaran Islam itu akan terus tumbuh dan berkembang, Islam
sebagai sebuah ajaran memberikan sebuah konsep tersendiri terhadap ilmu dan
penyebaran ilmu bagi pemeluknya, Islam sebagai agama tidak hanya berfungsi
sebagai aturan hidup ritual keagamaan, melainkan juga menaungi, membimbing,
memberikan arahan dan aturan terhadap segala aspek kehidupan dan peradaban
yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya. Agama Islam
telah membawa perubahan besar pada masyarakat Arab dan seluruh pemeluknya.
Masyarakat muslim berhasil membentuk sebuah kerajaan besar yaitu dinasti
Abbasiyah yang wilayahnya meliputi jazirah Arabia, sebagian benua Afrika,
Asia, dan Eropa dari abad ke-7 sampai abad ke-12 Masehi, sejak munculnya
dinasti Abbasiyah inilah kejayaan Islam semakin terlihat.

Menurut Munir Mursyi yang dikutip oleh Ramayulis, bahwa pendidikan di


negeri Arab pra-Islam, dilaksanakan melalui peniruan dan cerita. Anak-anak
kecil tumbuh dan berkembang dengan meniru dan mendengarkan hikayat
orang-orang dewasa. Suatu kabilah dan keluarga mengajarkan nilai-nilai yang
sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilainilai kemasyarakatan yang berlaku dalam
kabilahnya. Kaum Arab mengekspresikan dan membanggakan nilai-nilai
kemasyarakatan dalam kabilahnya melalui syair-syair. Jadi kondisi pendidikan
masyarakat Arab pada zaman itu lebih senang bercerita hikayat, mengejarkan
nilai-nilai leluhur dan menghafal syair-syair dikarenakan belum bisa baca tulis.

Lembaga-lembaga pendidikan baik yang sudah ada sebelumnya kemudian


dilanjutkan pada masa Abbasiyah diantaranya :

a. Kuttab
b. pendidikan rendah istana
c. Rumah-rumah para ulama
d. Rumah sakit
e. Perpustakaan
f. masjid
g. siffah
h. badiah
i. madrasah
j. J.) majlis
k. k.) toko-toko kitab
metode yang digunakan pada artikel ini tentang lembaga-lembaga
pendidikan islam pada masa bani abbasiyah adalah metode library riset .library
riset atau kepustakaan adalah sebuah metode penelitian kepustakaan yang
menggunakan pendekatan filosofis dari pada pendekatan yang lain.metode
library riset ini mencakup sumber data,pengumpulan data, dan analisis data.
Library riset atau kepustakaan merupakan salah satyu jenis metode penelitian
kualitatif.jurnal yang digunakan adalah JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1
2015 (77-108).

B. Pembahasan

Lahirnya pendidikan formal dalam perkembangan pendidikan Islam,


merupakan pengembangan dari pengajaran yang dilakukan di masjid-masjid,
yang sejak awal telah memiliki perangkat dan sarana pembelajran, guna
menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Madrasah merupakan hasil
evolusi dari masjid khan. Madrasah menempati nomor urut tiga dari proses
perkembangan dan pengembangan pendidikan Islam dengan urutan, masjid,
masjid khan, dan kemudian madrasah.Seiring dengan perkembangan peradaban
Islam, pendidikan yang sejak dini mendapat perhatian mengalami kemajuan
besar. Perhatian para pembesar dan para dermawan terhadap bidang ini
mendorong terciptanya jaringan kegiatan ilmiah. Nehdi Nakosten, memaparkan,
lahirnya berbagai madrasah antara lain;

Pertama, berkaitan dengan pelajaran yang diberikan di maktab, istana dan


masjid memiliki keterbatasan untuk menampung mereka yang inigin belajar,
baik dari sisi fasilitas, lingkungan yang tidak kondusif, serta konflik antara
tujuan pendidikan dan tujuan keagamaan tidak memperoleh titik temu. Padahal,
pendidikan menuntut adanya aktivitas dan ini menimbulkan kebisingan yang
dapat mengaganu kekhusuan beribadah, maka pendirian madrasah merupakan
solusi yang paling ideal.

Kedua, factor eksternal, realita bahwa kemajuan dan penyebaran ilmu


pengetahuan melahirkan adanyasekelompok ilmuwan yang mendapat kendala
untuk membangun kehidupan yang layak dengan pengetahuan mereka.
Memajukan pendidikan dan menyediakan penghasilan bagi mereka adalah
merupakan alasan didirikannya madrasah. Dari sini semakin jelas bahwa
madrasah dapat dianggap sebagai jawaban bagi mesin pendidikan Islam yang
semakin maju. Madrasah tidak menggatntikan fungsi masjid, kenyataannya
mayoritas komplek madrasah memiliki masjid di dalamnya. Namun jelas bahwa
fungsi sebagai rumah ibadah bukanlah fungsi utama madrasah.

Lembaga lembaga pendidikan islam pada masa bani abbasiyah tersebut


adalah sebagai berikut:

1. Kuttab Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar

Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis
atau tempat menulis.Jadi kataba adalah tempat belajar menulis. Sebelum
datangnya Islam Kuttab telah ada di negeri arab, walaupun belum banyak
dikenal. Diantara penduduk makkah yang mula-mula belajar menulis huruf
arab di kuttab ialah Sufyan ibnu Umayyah ibnu Abdu Syams dan Abu Qais
Ibnu Abdi manaf ibnu Zuhroh ibnu Kilab.2

Pada masa awal Islam sampai pada era Khulafaur Rasyidin, secara umum
pengajaran kuttab dilakukan tanpa adanya bayaran, akan tetapi pada era bani
Umayah, ada diantara penguasa yang sengaja menggaji guru untuk mengajar
putra-putranya dan menyediakan tempat bagi pelaksanaan proses belajar
mengajar di istananya. Disamping itu ada juga yang mempertahankan bentuk
lama yaitu melaksanakan pendidikan di pekarangan sekitar mesjid, biasanya
siswa-siswa dari kalangan kurang mampu. Materi yang diajarkan dalam kuttab
adalah tulis baca yang pada umumnya diambil dari syair-syair dan pepatah
arab.Dalam sejarah pendidikan Islam masa awal, dikenal dua bentuk kuttab
yaitu:

a.Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada


tulis baca. pada masa ini, Al-Qur’an belum dijadikan rujukan sebagai mata
pelajaran dikarenakan dalam rangka menjaga kesucian Al-Qur’an dan tidak
sampai terkesan dipermainkan para siswa dengan menulis dan menghapusnya,

2 Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, ( Jakarta. Kencana, 2008), hal. 12


selain itu pada masa itu pengikut Nabi yang bisa baca tulis masih sangat
terbatas.

b.Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al-Qur’an dan dasar-dasar


keagamaan. Pada era awal ini, pelaksanaan pendidikan lebih terkonsentrasi
pada pendidikan keimanan dan budi pekerti dan belum pada meteri tulis baca.

Sewaktu agama Islam diturunkan Allah sudah ada di antara para sahabat yang
pandai tulis baca.Kemudian tulis baca tersebut ternyata mendapat tempat dan
dorongan yang kuat dalam Islam, sehingga berkembang luas di kalangan umat
Islam.Kepandaian tulis baca dalam kehidupan sosial dan politik umat Islam
ternyata memegang peranan penting dikarenakan dari awal pengajaran
alqur’an juga telah memerlukan kepandaian tulis baca, karena tulis baca
semakin terasa perlu maka kuttab sebagai tempat belajar menulis dan
membaca, terutama bagi anak-anak berkembang dengan pesat.

Dalam ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa Kuttab adalah sejenis tempat


belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam, pada awalnya kuttab berfungsi
sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak,
dan dinyatakan bahwa kuttab ini sudah ada di negeri Arab sebelum
datangnyaagama Islam, namun belum dikenal.Di antara penduduk Mekah
yang pernah belajar adalah Sofwan bin Umayyah bin Abdul Syam3

2. Suffah Pada masa Rasulullah

suffah adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk aktivitas pendidikan.
Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan
mereka yang tergolong miskin. Disini para siswa diajarkan membaca dan
menghafal alQur’an secara benar dan dijadikan pula Islam dibawah bimbingan
langsung dari Rasulullah. Dengan demikian jika dilihat dari perkembangan
pendidikan Islam pada zaman sekarang, suffah sama halnya dengan
pendidikan di pondok pesantren.

3 Rahmawati Rahim, Metode, Sistem dan Materi Pendidikan Dasar (Kuttab) bagi
anak-anak Masa Awal Daulah Abbasiyah, Sejarah Sosial Pendidikan Islam; (Jakarta:
Kencana, 2008), hlm.12
3. Pendidikan Rendah di Istana

Corak pendidikan anak-anak di istana berbeda dengan pendidikan anak


-anak di kuttab-kuttab, pada umumnya di istana para orang tua siswa (para
pembesar istana) yang membuat rencana pembelajaran selaras dengan anaknya
dan tujuan yang ingin dicapai orang tuanya Rencana pelajaran untuk
pendidikan di istana pada garis besarnya sama dengan pelajaran pada
kuttab-kuttab hanya sedikit ditambah dan dikurangi sesuai dengan kehendak
orang tua mereka4

Guru yang mengajar di Istana disebut Muaddib.Kata muaddib berasal


dari kata adab yang berarti budi pekerti atau meriwayatkan.guru pendidikan di
istana disebut muaddib karena berfungsi mendidik budi pekerti dan
mewariskan kecerdasan dan pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu
kepada anak-anak pejabat.5

Pendidikan rendah di istana muncul berdasarkan pemikiran bahwa


pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu
melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa. Atas pemikiran tersebut
khalifah dan keluarganya serta para pembesar istana lainnya berusaha
menyiapkan pendidikan rendah ini agar anak-anaknya sejak kecil sudah
diperkenalkan dengan lingungan dan tugas-tugas yang akan diembannya nanti.
(Zuhairini, 2004: 92)

4. Madrasah

Madrasah merupakan isim makan dari kata darasa yang berarti belajar.
Jadi madrasah adalah tempat belajar bagi siswa atau mahasiswa (umat Islam).
Dalam sejarah pendidikan Islam, makna dari madrasah tersebut memegang
peran penting sebagai institusi belajar umat Islam selama pertumbuhan dan
perkembangannya sebab, pemakaian madarasah secara definitif baru muncul
pada abad ke-11.

4 . ibid, hal. 13
5
. Zuhairi Muchtarom, Sejarah Pendidikan Islam , 92
George Makdisi (1981) menjelaskan bahwa madrasah merupakan
transformasi institusi pendidikan Islam dari masjid ke madrasah terjadi secara
tidak langsung melalui tiga tahap yaitu tahap masjid, tahap masjid-khan dan
tahap madrasah. .

Jadi eksisnya madrasah seiring dengan kehidupan masyarakat setempat.


Hal ini berarti, masyarakat dan madrasah tidak bisa dipisahkan. Keduanya
merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling memberikan kontribusi,
disamping masyarakat, pemerintah atau pengusaha harus memberikan
dukungan agar madrasah tetap eksis dan berkembang maju.Madrasah sebagai
salah satu institusi pendidikan Islam merupakan pondasi sekaligus prototipe
sistem pendidikan Islam saat ini. Madrasah Nizam al-Mulk, Misalnya adalah
madrasah yang paling populer dikalangan ahli sejarah dan kalangan
masyarakat Islam. Didirikan oleh Nizam al-Muluk, seorang perdana Mentri
Dinasti Salajikah pada masa pemerintahan Sultan Alp-Arshan dan Sultan
Maliksyah pada tahun ke-5 H/II M yang diresmikan tahun 459 H/1067 M, di
Nisabur.

Madrasah muncul pada masa dinasti Abbasiyah sebagai kelanjutan dari


pengajaran dan pendidikan yang telah berlangsung di mesjidmesjid dan tempat
lainnya, selain minat masyarakat yang semakin meningkat untuk mempelajari
ilmu pengetahuan juga semakin berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan
dan keterampilan, dan untuk mengajarkannya diperlukan guru yang lebih
banyak, sarana dan prasarana yang lebih lengkap, serta pengaturan
administrasi yang lebih teratur. Untuk menyelesaikan semua keperluan ini
dibutuhkan suatu lembaga yang bersifat formal, yaitu: madrasah.

Madrasah sudah eksis semenjak awal masa kekuasaan Islam bani


Abbasiyah seperti Bait al-Hikmah, yaitu institusi pendidikan tinggi Islam
pertama yang dibangun pada tahun 830 M oleh khalifah al-Makmun6

Lebih lanjut secara kuantitatif madrasah di Mekah lebih banyak


dibandingkan di Madinah. Di antara madrasah Abu Hanifah, Maliki, madrasah
ursufiyah, madrasah muzhafariah, sedangkan madrasah megah yang dijumpai

6 Lihat Asar, Pendidikan Tinggi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 109
di Mekah adalah madrasah qoi’it bey, didirikan oleh Sultan Mamluk di Mesir.
Secara hierarkis, Pada masa Abbasiyah sekolah-sekolah terdiri dari beberapa
tingkat, yaitu:

a. Tingkat sekolah rendah


Namanya Kuttab sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Di samping
Kuttab ada pula anak-anak belajar di rumah,di istana, di took-toko dan di
pinggir-pinggir pasar. Adapun pelajaran yang diajarkan meliputi: membaca
Alquran dan menghafalnya, pokok-pokok ajaran Islam, menulis, kisah
orangorang besar Islam, membaca dan menghafal syair-syair atau prosa,
berhitung, dam juga pokok-pokok nahwu shorof ala kadarnya.
b. Tingkat sekolah menengah,
Yaitu di masjid dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan sebagai
sambungan pelajaran di kuttab. Adapun pelajaran yang diajarkan melipuri:
Alquran, bahasa Arab, Fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu, Shorof, Balaghoh, ilmu
pasti, Mantiq, Falak, Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan juga musik.
c. Tingkat perguruan tinggi,
Seperti Baitul Hikmah di Bagdad dan Darul Ilmu di Mesir (Kairo), di
masjid dan lain-lain. Pada tingkatan ini umumnya perguruan tinggi terdiri
dari dua jurusan:
1. Jurusan ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab serta kesastraannya. Ibnu
Khaldun menamainya ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang diajarkan
pada jurusan ini meliputi: Tafsir Alquran, Hadits, Fiqih, Nahwu, Sharaf,
Balaghoh, dan juga Bahasa Arab.

2. Jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat), Ibnu Khaldun menamainya dengan


Ilmu Aqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi: Mantiq, Ilmu
Alam dan Kimia, Musik, ilmu-ilmu pasti, Ilmu Ukur, Falak, Ilahiyah
(ketuhanan), Ilmu Hewan, dan juga Kedokteran.

5. Rumah-Rumah Para Ulama’ (Ahli Ilmu Pengetahuan)

pada zaman kejayaan perkembngan ilmu pengetahuan dan kebudayaan


islam ,banyak rumah -rumah para ulama dan para ahli ilmu pengetahuan
menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan .hal ini pada
umumnya disebabkan ulama dan ahli hadis yang bersangkutan tidak mungkin
memberikan pelajaran di mesjid,sedangkan banyak pelajar yang berminat
untuk mempelajari ilmu pengetahuan daripadanya .

Rumah bukanlah merupakan tempat yang baik untuk tempat


memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam, banyak juga rumah-rumah para ulama’
dan ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini disebabkan karena ulama’ dan ahli yang bersangkutan
yang tidak mungkin memberikan pelajaran di masjid, sedangkan pelajar
banyak yang berminat untuk mempelajari ilmu pengetahuan daripadanya.
Diantara rumah ulama’ terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah
Ibnu Sina, Al-Gazali, Ali ibnu Muhammad Al-Fasihi, Ya’kub Ibni Killis,
Wazir khalifah Al-Aziz billah Al-fatimy, dan lain-lainnya.

Rumah-rumah ulama juga memainkan peranan penting dalam


mentransmisikan ilmu agama dan pengetahuan umum. Pelaksanaan kegiatan
belajar di rumah pernah terjadi pada awal permulaan Islam, Rasulullah Saw
misalnya pernah menggunakan rumah alArqam (Dar al-Arqam) bin Abi
al-Arqam sebagai tempat belajar dan mengajar tentang dasar-dasar agama
yang baru serta membacakan ayat-ayat al-qur’an yang di turunkan. Dan pada
masa Abbasiyah di antara rumah-rumah para ulama yang digunakan sebagai
lembaga pendidikan, rumah yang sering digunakan untuk kegiatan ilmiah
adalah rumah al-Rais Ibn Sina; sebagian ada yang membaca kitab al-Syifa’
dan sebagian lain membaca kitab alQanun. (Abuddin Nata, 2011:156-157)

6.Rumah Sakit

Pada zaman jayanya perkembangan kebudayaan Islam, dalam


rangka menyebarkan kesejahteraan dikalangan umat Islam, maka banyak
didirikan rumah sakit oleh kholifah dan pembesar-pembesar
Negara.Rumah-rumah sakit tersebut bukan hanya berfungsi sebagai tempat
merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga
yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan.

Rumah Sakit Untuk memujudkan kesejahteraan para khalifah dan


pembesarpembesar Negara pada masa ini, banyak mendirikan rumah-rumah
sakit, rumah-rumah sakit tersebut selain sebagai tempat merawat dan
mengobati orang-orang sakit juga berfungsi sebagai tempat untuk mendidik
tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan serta
tempat untuk mengadakan berbagai penelitian dan percobaan (praktikum)
dalam bidang kedokteran dan obat-obatan, sehingga berkembanglah ilmu
kedokteran dan ilmu obat-obatan atau farmasi. Dengan demikian rumah sakit
dalam dunia Islam, juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan. (Zuhairini,
2004: 97).

7.toko toko kitab

Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang


semakin pesat terus diikuti dengan penulisan kitab-kitab dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko kitab.Pada mulanya
toko-toko tersebut berfungsi sebagai tempat berjual beli kitab-kitab yang
ditulis dalam berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu,
mereka membelinya dari para penulisnya kemudian menjualnya kepada siapa
yang berminat untuk mempelajarinya.

8.Perpustakaan

Para ulama’ dan sarjana dari berbagai macam keahlian, pada umumnya
menulis buku dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya untuk
diajarkan atau disampaikan kepada para penuntut ilmu. Bahkan para ulama’
dan sarjana tersebut memberikan kesempatan kepada para penuntut ilmu untuk
belajar diperpustakaan pribadi mereka. Baitul hikmah di Baghdad yang
didirikan khalifah Al-Rasyid adalah merupakan salah satu contoh dari
perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi ilmu-ilmu agama Islam dan
bahasa arab, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang
pada masa itu 7 .Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah
universitas karena disamping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat
membaca, menulis dan berdiskusi.8

7 Zuhairi Muchtarom, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 98


8
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam,( Jakarta: Rajawali Pers 2010) hal. ,55
Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa
Abbasiyah, maka didirikanlah perpustakaan dan observatorium, serta tempat
penelitian dan kajian ilmiah lainnya.Pada lembaga ini, para penuntut ilmu
diberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Tempat-tempat ini juga digunakan sebagai tempat belajar
mengajar dalam arti yang luas, yaitu belajar bukan dalam arti menerima ilmu
dari guru sebagaimana yang umumnya dipahami, melainkan kegiatan belajar
yang bertumpu pada aktivitas siswa (student centris), seperti belajar dengan
cara memecahkan masalah, eksperimen, belajar sambil bekerja (learning by
doing), dan inquiry (penemuan). (Abuddin Nata, 2011:161). Kegiatan belajar
yang demikian ini dilakukan bukan hanya di kelas, melainkan di
lembaga-lembaga pusat kajian ilmiah.

9.Badiah

Badiah adalah dusun-dusun tempat tinggal orang-orang Arab yang tetap


mempertahankan keaslian dan kemurnian bahasa Arab, bahkan sangat
memperhatikan kefasihan berbahasa dengan memelihara kaidah-kaidah
bahasanya.Badiah-badiah merupakan sumber bahasa Arab asli dan murni.Oleh
karena itu khalifah-khalifah biasanya mengirimkan anak-anaknya
kebadiah-badiah ini untuk mempelajari pula syair-syair serta sastra Arab dari
sumbernya yang asli.Dan banyak ulama-ulama serta ahli ilmu pengetahuan
lainnnya yang pergi kebadiah-badiah dengan tujuan untuk mempelajari bahasa
dan kesusasteraan Arab yang asli lagi murni tersebut.Badiah-badiah tersebut
menjadi sumber ilmupengetahuan terutama bahasa dan sastra Arab dan
berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam.

10.Halaqah

Halagah artinya lingkaran. Halaqah merupakan institusi pendidikan


Islam setingkat dengan pendidikan tingkat lanjutan atau college. Sistem ini
merupakan gambaran tipikal dari murid-murid yang berkumpul untuk belajar
pada masi itu. Guru biasanya duduk di atas lantai sambil menerangkan,
membacakan karangannya, atau komentar orang lain terhadap suatu karya
pemikiran. Murid-muridnya akan mendengarkan penjelasan guru dengan
duduk di atas lantai, yang melingkari gurunya.

Fenomena halagoh ini sebagaimana yang dicatat oleh al-magdisi


ketika mengunjungi kota susa.ahli geografi ini menemukan bebagai halagoh
atau lingkaran -lingkaran pendidkan palestina,suriah,mesir dan sekelompok
pelajar yang berkumpul menyitari seorang guru (fagih) juga lingkaran pada
pembacaan al- guran dan karya sastra di mesjid -mesjid.

11.Majlis atau Saloon Kesusasteraan

Majlis atau saloon kesusasteraan adalah suatu majelis khusus yang


diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai ilmu pengetahuan, pada
masa ini khususnya pada masa khalifah Harun ar-Rasyid majelis sastra ini
mengalami kemajuan yang luar biasa, karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu
pengetahuan yang cerdas, sehingga khalifah aktif di dalamnya. Pada masa
beliau sering diadakan perlombaan antara ahli-ahli syair, perdebatan antara
fukaha dan juga sayembara antara ahli kesenian dan pujangga. (Suwito,
2008:103). Majelis adalah institusi pendidikan yang digunakan untuk kegiatan
transmisi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu, sehingga majelis banyak
ragamnya.

12.Masjid

Kata masjid berasal dari bahasa Arab, sajada (fi’il madli) yusajidu
(mudlari’) masajid/sajdan (masdar), artinya tempat sujud. Dalam pengertian
yang lebih luas berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah sang
pencipta dan tempat merenung dan menata masa depan (dzikir).

Proses yang mengantarkan masjid sebagai pusat peribadatan dan


pengetahuan adalah karena di masjid tempat awal pertama mempelajari ilmu
agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar, hukum-hukum, dan
tujuannya. Masjid yang pertama kali dibangun adalah masjid Quba, yaitu
setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Seluruh kegiatan umat difokuskan di
masjid termasuk pendidikan. Majelis pendidikan yang dilakukan Rasulullah
bersama sahabat di masjid dilakukan dengan sistem halaqah.
Dalam perkembangannya, dikalangan umat Islam tumbuh semangat
untuk menuntut ilmu dan memotivasi mereka mengantarkan anak-anaknya
untuk memperoleh pendidikan di mesjid sebagai lembaga pendidikan
menengah setelah kuttab. Kurikulum pendidikan di masjid biasanya
merupakan tumpuan pemerintah untuk memperoleh pejabat-pejabat
pemerintah, seperti kadi, khatib, dan imam masjid. Pertumbuhan dan
perkembangan lembaga pendidikan masjid pada era awal kurang mendapat
perhatian dari penguasa pada saat itu, karena penguasa telah memusatkan
perhatian pada proses penyebaran agama dan proses perluasan wilayah.
Dengan semakin luas wilayah kekuasaan islam, telah memperkaya
perkembasngan lembaga ini, melalui asimilasi dan persentuhan budaya islam
dengan budaya lokal.

Pada masa Bani Abbas dan masa perkembangan kebudayaan Islam,


masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya di
perlengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan.
Seiring dengan stabilnya kondisi sosial politik terutama terutama pada masa
pertengahan pemerintahan Abbasiyah, aktivitas pendidikan dan ilmu
pengetahuan berkembang dengan begitu mengagumkan.

Beberapa prestasi umat Islam pada masa ini mampu menempatkan


umat Islam pada puncak kejayaannya. Peradaban Islam menapaki zaman
keemasan ( The Golden Age)9The Golden Age atau zaman kemasan Islam
berlangsung pada zaman dinasti Abbasiyah merupakan fakta sejarah

C. PENUTUP

1.Kesimpulan

Berdasarkan pola dan lembaga -lembaga pendidikan islam pada masa bani
abbasiayah maka dapat disimpulkan:

Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti


Bani Umayyah. Puncak keemasan dan kejayaannya terjadi pada periode I .

9 Zuhairi Muchtarom, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 99


terutama pada masa Khalifah Harun al Rasyid ( 786 M – 809 M ) dan putranya
al-Makmum (813M-833M) yang sangat fokus pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan baik
yang sudah ada sebelumnya kemudian dilanjutkan pada masa Abbasiyah
diantaranya :

a. Kuttab
b. pendidikan rendah istana
c. Rumah-rumah para ulama’
d. Rumah sakit
d. perpustakaan
e. Masjid
f. Majlis
g. Badiah
h. Dan halagah
2.Saran

Perlunya bagi kita untuk memahami dan mempelajari apa saja lembaga-
lembaga pendidikan pada masa bani abbasiyah sehingga kita dapat
mengamalkannya dalam kehidupan .karena dengan pendidikan kita bisa
belajar dan mempelajari dari alam semesta yang kita dapatkan dalam
kehidupan.salah satunya seperti mesjid yang berguna untuk kita sebagai
tempat beribadah kepada allah swt dan lembaga-lembaga lainnya .semoga
artikel ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan mengamalkannya
dalam kehidupan karena dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan
dan kesalahan.
Daftar pustaka

Badri Yatim.2000. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Khaled Abou El Fadl.2000. Musyawarah Buku, Menyusuri Keindahan Islam dari


Kitab ke Kitab. Jakarta : Serambi

Suwito.2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Musyrifah Sunanto. 2004. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Islam. Jakarta: Prenada Media

Rahmawati Rahim. 2008. Dalam “Sejarah Sosial Pendidikan Islam”. Jakarta:


Kencana

Zuhairi Muchtarom.1995. Sejarah Pendidikan Islam .Jakarta: Bumi Aksara

Zuhairini.1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Jurnal.Serli Mahroes.kebangkitan pendidikan bani abbasiyah perspektif sejarah


pendidikan islam.UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Anda mungkin juga menyukai