Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI MASJID PADA MASA RASULULLAH SAW

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Manajemen
Masjid dan Majelis Ta’lim

KELOMPOK 1

RISNA
762312020051

Dosen Pengampu:
Dr. Abubakar, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BONE
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami

bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang tafsir lughawi.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan

dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan.

Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang penjelasan ilmiah

tentang tafsir lughawi.

Watampone, 25 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Masjid .................................................................................... 3

B. Fungsi Masjid Pada Masa Rasulullah SAW ........................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 8

B. Saran ........................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat.

Masjid juga merupakan pranata keagamaan yang tak terpisahkan dari kehidupan

spritual, sosial, dan kultural umat Islam. Keberadaan masjid dapat dipandang

sebagai salah satu perwujudan dari eksistensi dan aspirasi umat Islam, khususnya

sebagai sarana peribadatan yang menduduki fungsi sentral dalam kehidupan

bermasyarakat. Sejarah Islam membuktikan betapa Masjid memiliki fungsi sentral

dalam kehidupan kaum Muslimin, sebagai contoh adalah keberadaan Masjid

Nabawi di Madinah pada masa Rasulullah SAW.Termasuk di Indonesia Islam

disebarkan dan dipelajari melalui masjid, dimana masjid memainkan peran penting

dalam kehidupan masyarakat

Bila mengacu pada masa Rasulullah saw dan para sahabatnya, masjid

menjadi pusat aktivitas umat Islam. Ketika itu Rasulullah saw membina para

sahabat yang nantinya menjadi kader tangguh dan terbaik umat Islam generasi awal

untuk memimpin, memelihara, dan mewarisi ajaran-ajaran agama dan peradaban

Islam yang bermula dari masjid. Lebih dari itu, berbagai kegiatan maupun

problematika umat yang menyangkut bidang agama, ilmu pengetahuan, politik

kemasyarakatan, dan sosial budaya juga dibahas dan dipecahkan dilembaga masjid

tersebut. Sehingga pada masa itu masjid mampu menjadi pusat pengembangan

kebudayaan Islam, sarana diskusi kritis, mengaji, serta memperdalam ilmu-ilmu

pengetahuan agama secara khusus, dan pengetahuan umum secara luas.

1
2

Era millenial sekarang ini, menariknya masjid di isi dengan berbagai

kegiatan-kegiatan keagamaan dan masjid masih menjadi tempat yang menarik

dalam arus perjalanan dakwah. Bahkan para muslim muda yang ada di era milenial

menjadi titik sentral dalam meramaikan masjid dan mendukung jalannya berbagai

kegiatan keagamaan. Kekhawatiran yang sempat dirasakan beberapa masyarakat

dan jamaah ialah dengan kemajuan zaman yang begitu deras kita saksikan,

ditakutkan keberfungsian masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah menjadi hilang

atau ada ketakutan dapat terhapuskan oleh kemajuan zaman.

Dari uraian di atas, sangat jelas gambaran betapa besar fungsi masjid dalam

mengembangkan peradaban dan kebudayaan Islam. Sehingga menarik bila kita

melihat bagaimana eksistensi masjid serta keberfungsiannya di masa Rasulullah

Saw.

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dibahas adalah fungi masjid pasa masa

Rasulullah Saw? Dari masalah pokok tersebut, selanjutnya dijabarkan dalam 2

sub masalah, sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan masjid?

2. Bagaimana fungi masjid pasa masa Rasulullah Saw?

C. Tujuan Pembahasaan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan masjid

2. Untuk mengetahui fungi masjid pasa masa Rasulullah Saw


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masjid

Masjid berasal dari bahasa Arab, yaitu sajada yang artinya tempat sujud atau

tempat untuk menyembah kepada Allah swt. Fungsi utama masjid adalah tempat

untuk bersujud kepada Allah, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya.

Masjid dibangun untuk memenuhi kebutuhan umat Islam, khususnya kebutuhan

spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah swt, menghambakan diri untuk tunduk

dan patuh mengabdi kepada-Nya.1

Adapun pengertian masjid secara terminologi yaitu tempat melakukan

segala aktivitas berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah semata. Oleh karena itu

masjid dapat diartikan secara luas, bukan hanya sebagai tempat shalat dan

berwudhu namun juga sebagai tempat melaksanakan segala aktivitas kaum

muslimin yang berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. 2 Masjid yang

sering didatangi ketika panggilan adzan mulai berkumandang ini biasa disebut

sebagai rumah Allah. Hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas

yang mengandung kepatuhan Allah semata.3

1
Ahmad Putra dan Prasetio Rumor, “Eksintensi Masjid Di Era Rasulullah dan Era
Millenial”, Tasamuh, Vol. 17, No. 1, 2019, h. 247.
2
Ari Saputra dan Bayu Mitra Adhyatma Kusuma, “Revitalisasi Masjid dalam Dialektika
Pelayanan Ummat dan Kawasan Perekonomian Rakyat”, Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam, Vol. 1, No. 1, 2017, h. 6.
3
Mohamad Ghozi, “Fungsi Masjid pada Masa Ke Masa dalam Perspektif Al-Qur’an”, Pena
Islam, Vol. 2, No. 2, 2019, h. 70.

3
4

B. Fungsi Masjid pada Masa Rasulullah Saw

Ketika Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau

lakukan adalah membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapkan

pelepah kurma. Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah adalah Masjid

Quba’, kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid Quba’ dan

Masjid Nabawi dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya

memiliki landasan dan fungsi seperti itu.

Secara umum setidaknya ada empat peranan dari fungsi masjid, yakni
sebagai tempat ibadah (pembinaan iman dan taqwa) itu sendiri, sosial

kemasyarakatan, Pendidikan, dan ekonomi. Bahkan bila kita lihat secara lebih

detail, fungsi masjid ternyata lebih luas lagi. Sebagaimana dikemukakan oleh

Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri bahwa sejarah Masjid Nabawi di Madinah yang

didirikan oleh Rasulullah SAW memiliki tidak kurang dari sepuluh peranan dan

fungsi. Di antaranya adalah sebagai tempat dalam melakukan urusan ibadah (shalat

dan zikir), konsultasi dan komunikasi, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan,

santunan sosial, latihan militer dan persiapan peralatannya, pengobatan korban

perang, perjanjian perdamaian, pengadilan sengketa, menerima tamu, menawan

tahanan perang, serta pusat penerangan dan pembelaan agama.4 Masjid juga kerap

difungsikan sebagai acara akad nikah bagi umat muslim Fungsi ini pernah ada pada

zaman Rasulullah SAW.5

4
Ari Saputra dan Bayu Mitra Adhyatma Kusuma, “Revitalisasi Masjid dalam Dialektika
Pelayanan ummat dan Kawasan Perekonomian Rakyat”, Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam, Vol. 1, No. 1, 2017, h. 7.
5
Cantika Adythiapaks dan Rachmad Risqy Kurniawan, “Fungsi Sosial Masjid dalam
Penyiaran Islam”, Ulumul Qur’an: Jurnal IlmuAl-Qur’an dan Tafsir, Vol. 10, No. 10, 2020, h. 5.
5

1. Fungsi Edukatif

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa pada saat Rasulullah berhijrah

dari kota Makkah ke kota Madinah. Langkah pertama yang dipikirkan dan dibangun

beliau adalah masjid. Di masjid inilah seluruh muslim bisa membahas dan

memecahkan persoalan hidup mereka. Di masjid diadakan musyawarah untuk

mencapai berbagai tujuan, menjauhkan diri dari berbagai kerusakan dan

meluruskan aqidah. Dengan adanya masjid, dijadikanlah tempat tersebut untuk

berhubungan dengan Allah untuk memohon ketentraman, kekuatan, pertolongan,

kesabaran, ketangguhan, kesadaran, kewaspadaan dan aktivitas yang penuh

semangat.

Begitu sentralnya fungsi masjid pada waktu itu, sehingga masjid tidak saja

digunakan untuk melaksanakan shalat semata, tetapi lebih dari itu masjid berfungsi

sebagai lembaga pendidikan Islam yang sangat urgen dalam mentransfer ilmu

pengetahuan Islam. Di dalam masjid diadakan proses belajar al Qur’an, al Hadis,

Fiqih, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra Arab. Pendidikan bagi wanita juga

dipentingkan, tetapi tidak bercampur dengan laki-laki. Rasulullah menyediakan

waktu untuk secara khusus memberikan kuliah kepada kaum wanita. Pendidikan

untuk anak-anak dilangsungkan di al-kuttab dan al-suffah yang tempatnya

berdampingan dengan masjid. Mereka diajarkan al Qur’an, dasar-asar agama,

bahasa Arab, berhitung, keterampilan berkuda, memanah dan berenang.

Sedangkan menurut Hasan Langgulung, menjelaskan bahwa masjid pada

mulanya digunakan untuk pendidikan bagi anak-anak. Akan tetapi kaum muslimin

lebih suka kelas bimbingan anak-anak dilakukan pada tempat yang khusus, yaitu

al-suffah dan al-kuttab yang berada disamping masjid. Hal itu dikhawatirkan anak-

anak akan merusak masjid dan biasanya mereka tidak dapat memelihara kebersihan
6

masjid. Fungsi edukatif masjid pada awal pembinaan Islam, masjid merupakan

lembaga pendidikan Islam. Yakni tempat manusia dididik agar memegang teguh

keimanan, cinta kepada ilmu pengetahuan, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi

dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban dalam negara Islam. Masjid dibangun

guna merialisasikan ketaatan kepada Allah, mengamalkan syariat Islam dan

menegakkan keadilan.

2. Fungsi Sosial Politik

Sosial politik dalam Islam tidak lain adalah dakwah itu sendiri. Sebab tujuan
dakwah Rasulullah adalah agar umat kembali ke jalan Allah. Masjid merupakan

tempat yang kondusif. Begitu juga tujuan dakwah Nabi adalah untuk

memakmurkan masjid sehingga umat Islam bersatu padu dalam ukhuwah Islamiah.

Masjid juga merupakan tempat berkumpulnya orang-orang Islam.

Masjid pada zaman Nabi menjadi pusat kegiatan untuk membina

masyarakat demi terciptanya persatuan dan kesatuan dalam satu kesatuan sosial dan

satu kesatuan politik. Kaum Anshar dan Muhajirin yang berasal dari daerah yang

berbeda dengan membawa adat dan kebiasaan yang berbeda, sebelum bersatu

membentuk masyarakat Islam, berasal dari suku-suku bangsa yang berselisih.

Melalui masjidlah Rasulullah meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat

yang bersatu padu secara internal. Tetapi juga diakui dan bahkan disegani oleh

pihak lainnya.

3. Fungsi Ibadah

Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah, tempat untuk shalat

dan beribadah kepada-Nya. Ibadah berarti mengabdi, yakni mengabdikan diri

sepenuhnya kepada Allah dengan penuh rasa taat, patuh dan tunduk. Di dalam
masjid dilaksanakan segala aktivitas ibadah seperti shalat berjama’ah, zikir, tilawah
7

al Qur’an, i’tikaf dan sebagainya. Masjid juga mempunyai makna tempat

dilakukannya segala aktivitas keagamaan dalam dimensi ibadah sosial yang lebih

luas.

4. Fungsi Pengabdian Kepada Masyarakat

Memakmurkan masjid berarti memakmurkan umat dalam arti yang luas.

Masjid sebagai pusat pengbdian kepada masyarakat maksudnya setiap muslim

hendaknya memberikan pelayanan untuk jama’ah masjid. Dengan demikian sifat

tolong-menolong, kasih saying dan saling memuliakan terbina melalui masjid.


Salah satu contohnya adalah pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Di zaman klasik

Islam khususnya pengelolaan zakat dikelola dan dilaksanakan di masjid. Dengan

demikian terbentuk hubungan sosial kemasyarakatan yang saling memberikan

haknya demi kepentingan masyarakat yang lebih luas.6

Di zaman klasik telah terjadi bahwa orang kaya menyerahkan sebagian

hartanya kepada petugas Baitul Mal. Baitul Mal adalah tempat pengumpulan harta

hasil zakat, infak dan sedekah yang bertempat di masjid. Petugas Baitul Mal bekerja

untuk untuk mendata orang yang telah sampai haul dan nisab untuk membayar

zakat. Setelah di data kemudian menariknya untuk dikumpulkan di baitul mal yang

kemudian dibagikan secara adil kepada orang yang berhak menerimanya. Di sisi

lain orang-orang miskin tidak menunjukkan kemiskinannya karena telah terpenuhi

segala hak mereka melalui zakat, infak dan sedekah yang dikelola melalui baitul

mal yang diselenggarakan di masjid-masjid. Dengan demikian hati masyarakat

terpaut kepada masjid.

6
Adnan Syarif, “Lembaga Pendidikan Islam Klasik; Telaah Atas Fungsi-fungsi Masjid
pada Periode Klasik”, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8, No. 1, 2015, h. 102-105.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum setidaknya ada empat peranan dari fungsi masjid, yakni

sebagai tempat ibadah (pembinaan iman dan taqwa) itu sendiri, sosial

kemasyarakatan, pendidikan dan pembinaan sumber daya manusia, dan

ekonomi. Bahkan bila kita lihat secara lebih detail, fungsi masjid ternyata lebih

luas lagi. Sebagaimana dikemukakan oleh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri

bahwa sejarah Masjid Nabawi di Madinah yang didirikan oleh Rasulullah SAW

memiliki tidak kurang dari sepuluh peranan dan fungsi. Di antaranya adalah

sebagai tempat dalam melakukan urusan ibadah (shalat dan zikir), konsultasi

dan komunikasi, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, santunan sosial, latihan

militer dan persiapan peralatannya, pengobatan korban perang, perjanjian

perdamaian, pengadilan sengketa, menerima tamu, menawan tahanan perang,

serta pusat penerangan dan pembelaan agama.

B. Saran

Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan

maupun kesalahan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang

bersifat membangun demi sempurnanya penulisan makalah selanjutnya.

Saran penulis untuk para mahasiswa agar lebih mengembangkan materi

yang telah di kaji bukan hanya dari makalah ini saja, karena makalah ini

hanya salah satu media pembelajaran dalam forum diskusi kelas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adythiapaks, Cantika dan Rachmad Risqy Kurniawan. “Fungsi Sosial Masjid


dalam Penyiaran Islam”. Ulumul Qur’an: Jurnal IlmuAl-Qur’an dan Tafsir.
Vol. 10. No. 10, 2020.
Ghozi, Mohamad. “Fungsi Masjid pada Masa Ke Masa dalam Perspektif Al-
Qur’an”. Pena Islam. Vol. 2. No. 2. 2019.
Putra, Ahmad dan Prasetio Rumor. “Eksintensi Masjid Di Era Rasuulullah dan Era
Millenial”. Tasamuh. Vol. 17, No. 1. 2019.
Saputra, Ari dan Bayu Mitra Adhyatma Kusuma. “Revitalisasi Masjid dalam
Dialektika Pelayanan Ummat dan Kawasan Perekonomian Rakyat”. Al-
Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam. Vol. 1, No. 1, 2017.
Syarif, Adnan. “Lembaga Pendidikan Islam Klasik; Telaah Atas Fungsi-fungsi
Masjid pada Periode Klasik” Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam. Vol.
8, No. 1. 2015.

Anda mungkin juga menyukai