Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“MASUKNYA ISLAM DI PULAU JAWA”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Dr.Purnama Razak,M.Si

Disusun oleh :

Wulan Pramudita Kurnia ( NIM 5220001)


Putri Alya Marshanda ( NIM 5220003 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH(PGMI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH(STIT) PEMALANG
2023

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan karunianya-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas sebagaimana yang diharapkan. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan dalam kehidupan manusia
menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT.
Dalam rangka meneyelesaikan tugas ilmu sosial budaya dasar ,maka dalam
hal ini kami Menyusun makalah yang berjudul”Masuknya Islam di Pulau Jawa”
Kami ucapkan terimakasih Bapak Dr.Purnama Razak,M.Si, sebagai dosen
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah banyak memberikan arahan dan
petunjuk yang jelas sehingga mempermudah kami menyelesaikan tugas makalah
ini.
Terimakasih juga kepada teman-teman yang telah mendukung selesainya
makalah ini tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu, kami terbuka pada kritik dan saran yang membangun
sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi,semoga makalah ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Pemalang,26 Mei 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................2
PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Teori-Teori Masuknya Islam Di Jawa................................................................2
B. Teori-Teori Penyebaran Islam Di Jawa..............................................................5
C.     Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Jawa.....................................6
BAB III....................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................13
Kesimpulan.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Sejak zaman prasejarah penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai


pelayar-pelayar handal yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal
abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antar kepulauan
Indonesia dengan daerah di daratan Asia tenggara. Wilayah barat Nusantara
dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik
perhatian, terutama karena hasil yang dijual disana menarik para pedagang dan
menjadi lintasan penting antara Cina dan India.
Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu
bersamaan. Pada abad ke-7 sampai ke-10 M. Kerajaan Sriwijaya meluaskan
kekuasaannya sampai ke Malaka dan Kedah. Pada abad ke-11 Islam sudah
masuk di pulau Jawa. Sejak masuk di Jawa, Islam bertemu dengan nilai-nilai
Hindu-Budha yang sudah mengakar kuat di masyarakat. Tentu saja nilai-nilai
Hindu-Budha juga sebelumnya telah mengakomodasi religi animisme dan
dinamisme sebagai nilai-nilai awal yang telah ada. Lalu bagaimana Islam
masuk ke Jawa, bagaimana penyebaran Islam di Jawa dan siapa saja yang
berperan dalam penyebaran Islam di Jawa akan dibahas dalam pembahasan di
makalah ini.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Teori-teori Masuknya Islam di Jawa?


2. Bagaimanakah Teori-teori Penyebaran Islam di Jawa?
3. Bagaimanakah Peran walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori-teori masuknya islam di Jawa


2. Untuk mengetahui teori-teori penyebaran islam di jawa
3. Untuk mengetahui Peran walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Teori-Teori Masuknya Islam Di Jawa

Ada beberapa kesulitan yang ditemukan dalam rangka menulis sejarah


masuknya Islam di Jawa. Kesulitan utamanya adalah kurangnya bukti-bukti
otentik yang dapat dipercaya yang menunjukan tentang masuknya Islam di Jawa.
Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa tidak dimungkinkan adanya
pembuktian.
Sumber pertama berbentuk artefak melalui penelitian arkeologi dan
sumber kedua adalah dari teks-teks historiografi tradisional. Telaah sumber
sejarah dalam bentuk artefak mengandalkan pada apa yang telah diteliti pada
arkeolog, sedangkan untuk sumber tradisional tulisan ini langsung menelaah teks-
teks babad.
Masuknya islam di Jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang
sangat beragam. Ada yang mengatakan Islam masuk ke Jawa sebagaimana Islam
datang ke Sumatra yang diyakini abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi.
Dalam bentuk artefak didapatkan bukti-bukti dalam bermacam bentuk sebagai
berikut:
a. Makam
Agama Islam di Jawa telah ada sejak zaman Majapahit dengan bukti
sejarah yang paling faktual adalah ditemukannya Batu Nisan kubur Fatimah
binti Maemun di Leren Gresik yang berangka tahun 475 H (1082 M). Sartono
Kartodijo mengatakan mungkin ini merupakan bukti yang kongkret bagi
kedatangan islam di Jawa. Pada nisan makam itu tercantum prasasti berhuruf
dan berbahasa Arab, yang menyatakan bahwa makam itu adalah kubur Fatimah
binti Maimun bin Hibatallah yang meninggal pada tanggal 7 Rajab 475 H
bertepatan dengan tanggal 1 Desember 1082 M, yang berarti masih dalam zaman
Kediri. Di kampung Dapuro kota Gresik juga terdapat makam kuno, yaitu kubur
Malik Ibrahim yang meninggal tanggal 12 Rabi’ul Awal bertepatan tanggal 8
April 1419.
Sementara itu, Ricklefs dalam uraiannya mengatakan bahwa serangkaian
batu nisan yang sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan di Jawa Timur,
yaitu di Trowulan dan Troloyo didekat situs istana Majapahit yang bersifat

5
Hindu-Budha. Batu-batu Jawa Timur tersebut memberi kesan bahwa beberapa
orang anggota kaum elite Jawa memeluk agama Islam pada masa kerajaan
Majapahit yang beragama Hindu-Budha sedang berada di puncak kejayaannya.
b. Masjid
Sumber sejarah dalam bentuk arkeologi yang berupa bangunan masjid
juga ditemukan di Jawa. Berdirinya masjid disuatu wilayah akan memberikan
petunjuk adanya komunitas muslim di wilayah tersebut. Untuk menyebut
masjid-masjid di Jawa yang awal memang membutuhkan penelitian tersendiri.
Namun jika kita lihat dari corak arsitekturnya, masjid-masjid di Jawa pada garis
besarnya beratap tumpang, berdenah persegi, berukuran relatif besar, terdiri atas
ruang utama-pawestren-serambi, mempunyai ruang mihrab, tempat mengambil
air wudlu, kolam didepan serambi, dan mempunyai pagar keliling. Lebih jauh
G.F. Pijper menjelaskan bahwa ciri khas masjid di jawa ialah dibangun di
sebelah barat alun-alun, sebuah lapangan persegi yang ditanami rumput, dan
terdapat hampir di semua kota kabupaten atau kecamatan.
c. Ragam Hias
Dengan diterimanya ajaran Islam sebagai penuntun hidup yang baru di
Jawa, lahirlah beberapa ragam hias baru yaitu kaligrafi dan stiliran. Epitaph pada
beberapa nisan kubur Troloyo menunjukan adanya kesalahan-kesalahan
penulisan tanda vokal, dan bentuk huruf Arab yang tidak “mengalir” dengan
luwes.
Selain munculnya ornamentasi dengan menggunakan huruf-huruf Arab,
muncul pula ragam hias baru, yaitu stiliran/penggayaan terhadap ragam hias
binatang. Dalam ragam hias baru ini binatang sebagai motif utama digayakan
dengan menggunakan ragam hias tumbuhan sedemikian rupa sehingga seringkali
untuk mengidentifikasikannya harus dilakukan pengamatan secara cermat.
d. Tata kota
Dalam masa Islam, di Jawa muncul kota-kota baru di wilayah pantai dan
pedalaman seperti Demak, Cirebon, Banten, Pajang, dan Kota Gede. Kota-kota
itu ada yang  masih hidup terus, ada pula yang sudah mati hampir tidak berbekas
lagi. Akan tetapi dari data arkeologi yang terkumpul dapat diketahui komponen

6
utama kota-kota tersebut yaitu: kraton, alun-alun, masjid agung, pasar,
pemukiman penduduk, pemakaman serta sarana pertahanan keamanan.
Hingga kini belum ada kesepakatan di antara para ahli mengenai awal
masuknya Islam ke Jawa. Ada sejumlah teori yang dikemukakan, diantaranya:
1. Islam sudah masuk ke Wilayah Jawa semenjak abad ke -9 atas dasar inskripsi di
Leren, Gresik yang menjelaskan adanya seseorang yang bernama Fatimah binti
Maimun, yang wafat pada tahun 1082
2. Islam sudah berada di Jawa semenjak abad ke-14 berdasarkan batu nisan yang
terdapat di Trowulan. Batu nisan tersebut menunjukan angka 1368 M yang
memberi indikasi bahwa pada tahun itu sudah ada orang Jawa dari kalangan
kerajaan yang memeluk Islam atas perlindungan kalangan kerajaan.
3.  Islam sudah berada di Jawa pada abad ke-15 berdasarkan batu nisan dari
makam Maulana Malik Ibrahim yang meninggal pada 1419 M. Beberapa
pandangan menyatakan bahwa ia adalah seorang kaya berkebangsaan Persia
yang bergerak di bidang perdagangan rempah-rempah.
4.  Islam masuk ke Jawa berasal dari Arab secara langsung. Pendapat ini
didasarkan atas kenyataan bahwa mayoritas penduduk Indonesia berasal dari
Mazhab Syafi’i, suatu mazhab yang pada waktu itu sangat dominan di wilayah
Semenanjung Arabia bagian selatan.
5.  Islam masuk ke wilayah Jawa melalui jalur India. Pandangan ini antara lain
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje ketika memberikan kuliah perpisahan di
Universitas Leiden. Ia mengatakan bahwa Sumatera dan Jawa mengenal Islam
lewat kontak yang terjadi dengan pedagang-pedagang dari India.
6. Masuknya islam ke Jawa melalui Kamboja. Pendapat ini didasarkan
pada  adanya hubungan antara kepulauan Nusantara dengan kerajaan Campa.
Pada tahun 1471 M, kerajaan tersebut mengalami kekalahan dari orang-orang
Vietnam Utara sehingga keluarga kerajaan mengungsi ke wilayah Malaka.
7.  Islam masuk ke wilayah Jawa berasal dari Cina. Pandangan ini didasarkan
cerita dari Jawa Timur yang berasal dari Serat Kandha yang menyatakan
bahwa Raden Patah adalah anak seorang wanita Cina.
8.  Teori lain yang bersifat merangkum teori-teori tersebut menyatakan bahwa
asal-usul Islam adalah dari para guru Sufi yang dalam perjalanan mereka ke

7
wilayah Nusantara dapat melalui lautan Hindia atau melalui jalur perdagangan
sutra. Dikawasan Timur Tengah, mereka menempuh perjalanan sungai ke
Kanton, dan dari sinilah mereka menempuh perjalanan selanjutnya ke wilayah
Campa, Malaysia, dan Sumatera[

B. Teori-Teori Penyebaran Islam Di Jawa

Penyebaran Islam di Jawa melalui saluran-saluran sebagai berikut ini:


1. Melalui perdagangan (Arab, Persia dan India)
Melalaui jalan perdagangan ini menjadikan petinggi Majapahit, pemilik
kapal, dan banyak bupati masuk islam. Namun karena faktor hubungan
ekonomi dengan pedagang muslim dan perkembangan selanjutnya mereka
mengambil perdagangan dan kekuasaan di tempat tinggalnya.
2.  Saluran Tasawuf
Tasawuf yang diajarkan memiliki persamaan dengan aliran pikiran
penduduk pribumi yang sebelumnya menganut agama Hindu seperti yang
dilakukan Sunan Bonang.
3.  Saluran Pendidikan
Ini dilakukan baik melalui pesantren maupun pondok yang diselenggarakan
guru-guru agama, kyai-kyai dan ulama-ulama.
4.  Saluran politik
Di Jawa demi menambah orang yang memeluk agama Islam, banyak
kerajaan Islam yang memerangi kerajaan Islam seperti yang dilakukan
kerajaan Demak.
5.  Saluran kesenian
Saluran yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Sebagian diambil
dari Maha Barata dan Ramayana karena wayang sangat kuat pengaruhnya
dalam kehidupan orang jawa. Karena di dalamnya terdapat unsur hiburan
dan tuntunan, dan ini juga diperlihatkan orang Jawa meniati untuk
menyediakan tempat khusus untuk pagelaran Jawa.
6.  Saluran pernikahan
Jika pedagang luar cukup lama tinggal di suatu tempat, sering terjalin
hubungan perkawinan antara orang asing yang dihormati serta berguna itu,

8
dengan puteri atau saudara perempuan setempat. Hukum perkawinan Islam
memungkinkan untuk itu.

C.     Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam Di Jawa

Walisongo adalah tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa abad 15-16 yang


telah berhasil mengkombinasikan aspek-aspek sekuler dan spiritual dalam
memperkenalkan Islam pada masyarakat. Mereka berturut-turut adalah Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat,
Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati. Para santri Jawa
berpendapat bahwa Walisongo adalah pemimpin umat yang sangat saleh dan
dengan pencerahan spiritual religius mereka, bumi Jawa yang tadinya tidak
mengenal agama monotheis menjadi bersinar terang.
Walisongo sangat berperan dalam penyebaran agama Islam di Jawa,
diantaranya sebagai berikut:
1.   Syek Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
Masing-masing tokoh walisongo memiliki peran yang unik dalam penyebaran
islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai
“tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit. Maulana Malik Ibrahim memiliki
beberapa nama yaitu:
1. Maulana Magribi,
2. Syekh Magribi,
3. Sunan Gresik.
Beliau termasuk salah satu dari walisongo yang menyiarkan agama Islam di
Gresik, Jawa Timur. Sunan Gresik berasal dari daerah Magribi, Afrika Utara.
Beliau datang ke indonesia pada zaman Majapahit pada 1379 M untuk syiar
Islam bersama dengan Raja Cermin dan putra-putrinya.
Di kalangan walisongo, Maulana Malik Ibrahim disebut-sebut sebagai wali
paling populer dan senior, alias wali pertama. Malik mulai meluncurkan
dakwahnya dengan gaya menjauhi konfrontasi. Sebagian besar masyarakat
setempat ketika itu menganut Hindu, “agama resmi” Kerajaan Majapahit.
Sunan melakukan sesuatu yang sangat sederhana:
a.  Membuka warung

9
Ia menjual rupa-rupa makanan dengan harga murah. Dalam waktu
singkat,warungnya ramai dikunjungi orang.
b.  Membuka praktek sebagai tabib
Tahap selanjutnya adalah membuka praktek sebagai tabib. Dengan do’a-
do’a yang diambil dari Al-Qur’an, ia terbukti  mampu
menyembuhkan  penyakit. Berangsur-angsur pengikutnya terus
bertambah, setelah jumlah mereka makin banyak, Sunan Gresik
Mendirikan Masjid
Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik sejak 1404 M.Di Gresik Mulana
Malik Ibrahim merasa perlu membuat tempat menimba ilmu bersama.Moel
belajar seperti ini yang kemudian dikenal dengan nama pesantren.Dalam
mengajarkan ilmunya, Malik punya kebiasaan khas yaitu meletakan Al Qur’an
atau kitab Hadits diatas bantal.Karena itu kemudian ia dijuluki sebagai “Kakek
Bantal”.Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang walisongo yang dianggap
sebagai ayah dari walisongo. Beliau wafat di Gresik pada tahun 882 H atau
1419 M.
2.  Raden Rahmat (Sunan Ampel)
Raden Rahmat Ali Rahmatullah adalah cucu raja cempa, ayahnya bernama
Ibrahim Asmaira Kandi yang kawin dengan Puteri Raja Cempa yang bernama
Dewi Candra Wulan.
       Raden Rahmat ke tanah Jawa langsung ke Majapahit karena bibinya Dewi
Dwar Wati diperistri Raja Brawijaya, dan isteri yang paling disukainya. Raden
Rahmat berhenti di Tuban, di tempat itu beliau berkenalan dengan dua tokoh
masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, yang kemudian
bersama kedua orang bersama keluarganya masuk Islam. Dengan adanya dua
orang ini Raden Rahmat semakin mudah mengadakan pendekatan kepada
masyarakat sekitarnya. Beliau tidak langsung melarang mereka yang masih
menganut adat istiadat lama, tapi sedikit demi sedikit, tentang ajaran
ketauhidan. Beliau menetap di Ampel Denta dan kemudian disebut Sunan
Ampel. Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat putera bangsawan dan
pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau berguru kepadanya. Dan beliau
wafat pada tahun 1478 M. Dimakamkan di sebelah Masjid Ampel.

10
3.  Syek Maulana Ishak (Sunan Giri)
Di awal abad ke-14 kerajaan Blambangan diperintah oleh Prabu Menak
Semboyo, salah seorang keturunan Prabu Hayam Wuruk dari Kerajaan
Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agama Hindu dan sebagian memeluk
Budha.
Pada waktu itu kerajaan Blambangan sedang dilanda wabah penyakit, banyak
yang meninggal. Banyak korban berjatuhan dan puteri Prabu juga terserang
penyakit beberapa bulan. Banyak tabib dan dudun mengobati tapi sang puteri
belum sembuh juga. Lalu Prabu Menak mengutus Patih Bajul Senggoro ke
Gunung Gresik. Patih Bajul Senggoro dapat bertemu dengan syekh Maulana
Ishak yang sedang bertafakur di sebuah goa. Setelah terjadi negoisasi bahwa
raja dan rakyat mau diajak masuk Islam maka Syekh Maulana Ishak bersedia
datang ke Blambangan. Memang beliau pandai dalam pengobatan, Puteri Dewi
Sekardadu sembuh setelah diobati dan wabah penyakit lenyap dari wilayah
Blambangan. Sesuai janji Sunan Giri dikawinkan dengan Puteri Dewi
Sekardadu dan diberi kekuasaan sebagai adipati Blambangan. Setelah banyak
sekali orang yang berobat dan belajar agama Islam. Kemudian beliau pindah ke
Singapura dan wafat disana.
4.   Sunan Bonang
Nama Aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putera Sunan Ampel.
Sunan Bonang terkenal sebagai Ahli ilmu kalam dan tauhid.
Sekembalinya dari Persia untuk berguru ke Syeh Maulana Ishak ke tanah jawa,
beliau berdakwah didaerah Tuban. Caranya berdakwah cukup unik dan
bijaksana, beliau menciptakan gending dan tembang yang disukai rakyat. Dan
beliau ahli membunyikan gending yang disebut bonang, sehingga rakyat tuban
dapat diambil hatinya untuk masuk masjid
Beliau membunyikan bonang rakyat yang mendengar seperti terhipnotis terus
melangkah kemasjid karena ingin mendengar langsung dari dekat. Dengan cara

11
ini sedikit demi sedikit dapat merebut simpati rakyat, lalu baru menanamkan
pengertian sebenarnya tentang islam.

5.  Sunan Drajad
Nama aslinya adalah Raden Qasim, beliau adalah pitera sunan ampel dari Dewi
Candra wati. Beliau berdakwah di daerah Derajat, sehingga dikenal dengan
Sunan Drajat. Cara menyebarkan agama Islam dilakukan dengan cara menabuh
seperangkat alat gamelan,gending dan tembang macopat setelah itu baru deberi
ceramahIslam. Dan beliau mendirikan pesantren untuk menyiarkan Islam.
Diantara ajaran beliau yang terkenal adalah
Menehono teken marang wong wuro
Menehono mangan maring wong kang luwe
Menehono busono marang wong kang mudo
Menehono nginyup marang wong kang kudanan
Beliau wafat pada tahun 1462 M dan dimakamkan didesa Drajad kecamatan
Paciran Lamongan.
6.  Sunan Kalijaga
Nama Aslinya adalah Raden Sahid, beliau Putera Raden Sahur Putera
Temanggung Wilatikta Adipati Tuban.Raden Said sebenarnya anak muda yang
patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan
sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan
dari gudangn kadipaten dan dibagikannya kepada rakyatnya. Tapi ketahuan
ayahnya hingga dihukum yaitu tanyannya dicambuk 100 kali sampai banyak
darahnya dan diusir.
Beliaupun mengembara dan bertemu dengan orang berjubah putih dia adalah
Sunan Bonang. Lalu Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruhnya
menunggui tongkatnya didepan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh
tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut dengan Sunan Kali Jaga.
Beliau dikenal sebagai seorang yang dapat bergaul dengan segala lapisan
masyarakat. Beliau adalah mubalig keliling. Dengan memanfaatkan kesenian
rakyat yang ada beliau dapat mengumpulkan rakyat untuk kemudian diajak

12
mengenal Islam.Beliau adalah penabuh gamelan, dalang, menciptakan tembang
yang ahli. Kesemuanya itu untuk kepentingan dakwah dan beliau tidak secara
langsung menentang adat istiadat rakyat, agar mereka tidak lari dari Islam dan
enggan mepelajari Islam.
Diantara tembang yang dikarang beliau adalah Sluku-sluku Bathok dan ilit-ilir:
Sluku-sluku batok
Bathoke ela-elu
Siromo menyang Solo
Leh olehe-e payung muntho
Tak Jentik loba-loba
Wong mati ora ana obah
Yen obah medeni bocah

Lir iler-lir iler


Tandure wes sumilir
Tak ijo royo royo
tak sangguh pengenten anyar
cah angon cah angon
penekno blingmbing kuwi
lunyu-lunyu penekno
kanggo mbasuh dodot iro
dodot iro dodot isro
kumintir bedahing pinggir
Dondomono clumantono
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak-o
Surak ho,,,ho,,re,,
7.  Sunan Kudus
Menurut salah satu sumber beliau adalah putera Raden Utsman yang bergelar
Sunan Ngudang dari Jipang Panolan. Nama aslinya Raden Ja’far Shadiq.

13
Cara-cara berdakwah Sunan kudus adlah sebagai berikut:
a.  Strategi pendekatan kepada massa dengan jalan.
-   Membiarkan adat-istiadat lama yang sulit diubah
-   Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama
Islam
-   Tut Wuri Handayani
-   Nagian adat-istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung
diubah
b.  Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena
dalam agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.
c.  Merangkul masyarakat Budha
Setelah Masjid, terus Sunan Kudus mendirikan padasan tempat wudhu
dengan
pancuran yang berjumlah d "elapan. Diats pancuran diberi arca kepala kebo
Gumarang diatasnya hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha” Jalan
berkelipatan delapan atau asta sunghika marga”
d.  Selamatan mitoni
Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membaca sejarah Nabi.
8.   Sunan Muria
Beliau adalah putera dari Sunan Kali Jaga dengan Dewi Saroh. Nama
aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu
menggunakan cara halus, ibarat mengambil ikan tidak sampai airnya keruh.
Itulah cara yang digunakan disekitar Gunung Muria dalam menyebarkan
agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat
jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian
gamelan dan wayang sebgai alat dakwah dan beliau pula yang meciptakan
tembang Sinom.Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami
seperti nelung dino, mitung dino, nyatus dino dan lain sebagainya.
9.   Sunan Gunung Jati
Orang sepakat bahwa penyebar agama Islam di Jawa Barat terutama
Cirebon adalah Sunan Gunung Jati yang aslinya adalah Syarif Hidayatulloh. Di

14
Makkah, Syarifan Mudain melahirkan anak pertamanya yaitu anak laki-laki
yang kemudian diberi nama Syarif Hidayatullah.
Setelah selesai menuntut ilmu pada tahun 1470 M dia berangkat ke tanah
Jawa untuk mengamalkan ilmunya. Disana beliau bersama ibunya disambut
gembira oleh Pangeran Cakra Buana. Syarifan Muadain minta agar di izinkan
tinggal di Pasumbang Gunung Jati dan Jalan disana mereka membangun
pesantren untuk meneruskan usahanya syekh Datuk Latif gurunya pangeran
Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif Hidaytullah dipanggil Sunan Gunung Jati.
Lalui ia dinikahkan dengan puteri Cakra Buana Nyi Pakung Wati kemudian ia
diangkat menjadi pengeran Cakra Buana pada tahun 1479 M.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:


1.    Masuknya islam di Jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah
yang sangat beragam. Ada yang mengatakan Islam masuk ke Jawa
sebagaimana Islam datang ke Sumatra yang diyakini abad pertama Hijriyah
atau abad ke-7 Masehi.
2.    Teori-teori penyebaran Islam di Jawa
a.       Melalui perdagangan (Arab, Persia dan India)
b.      Saluran Tasawuf
c.       Saluran Pendidikan
d.      Saluran politik
e.       Saluran kesenian
f.       Saluran pernikahan
3.    Walisongo adalah tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa abad berhasil
mengkombinasikan aspek-aspek sekuler dan spiritual dalam memperkenalkan
Islam pada masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Amin, Darori dkk, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2000.

Anasom dkk,  Membangun Negara Bermoral, Semarang: Pustaka Rizki Putra dan

PPIBJ IAIN Walisongo, 2004.

Sutrisno,Budiono Hadi,Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa,

Yogyakarta:Grha Pustaka,2007.

Syukur, Fatah, sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki

17

Anda mungkin juga menyukai