ABSTRAK
Gereja Redemptor Mundi merupakan gereja Katolik bergaya Jawa yang berlokasi di jalan Dukuh Kupang
Barat I no. 7 Surabaya. Inkulturasi dalam aturan gereja Katolik harus ada dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Setiap daerah memiliki bermacam-macam kebudayaan yang berbeda-beda, untuk itu dasar-dasar
liturgi tersebut harus dapat bersatu dan sejalan dengan kebudayaan yang ada, artinya kebudayaan yang ada
harus dapat menerima dasar-dasar tersebut dan memberi peluang adanya hubungan timbal balik antara budaya
gereja dengan budaya setempat, dalam penelitian ini budaya Jawa, dimana dasar-dasar tersebut akan tumbuh
dan berkembang. Hal inilah yang mendasari penataan tiap gereja Katolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana inkulturasi budaya Jawa pada unsur-unsur fisik interior gereja Katolik Redemptor
Mundi.
Dari penelitian ini diketahui bahwa tidak keseluruhan unsur fisik pada gereja Redemptor Mundi
mengalami inkulturasi, elemen yang tidak memiliki kesamaaan makna tersebut digunakan sebagai elemen
dekorasi saja untuk menunjukkan keberadaan budaya Jawa dalam interior gereja tersebut.
Kata kunci: Interior Gereja Katolik, Liturgi, Inkulturasi Budaya, Budaya Jawa
ABSTRACT
Church of Redemptor Mundi is a catholic church which has a Javanese style of design in Dukuh Kupang
Barat I no 7 Surabaya. In the church encyclopedia it was said that catholic church was not separated from
inculturation, a process in which a religion adapts to the local culture. This fact becomes the base of the every
arrangement decided in the church, while also considering the church liturgy. The aim of this research is to
identify the phyisical elements of the church of Redemptor Mundi that has undergone inculturation with the
Javanese culture, and to identify the elements that contain the same meaning with the liturgy and thus they
equally support themselves as symbols in the Catholic church.
Though this research, it was found that not all of the physical elements in Redemptor Mundi church, have
undergone inculturation. The elements that do not have similar meaning are only used decoration to show the
existence of Javanese culture in the church.
80
Sari, Inkulturasi Budaya Jawa dalam Interior Gereja Katolik Redemptor Mundi di Surabaya 81
1996 dan dikhususkan sebagai wadah ibadah garan tetapi tidak meninggalkan pegangan ter-
bagi umat Katolik disekitarnya yang mayoritas sebut mengalami modifikasi (‘Pengantar Litur-
Jawa. Menurut asisten Setiawan selaku arsitek, gi’. Romo E. Martasudjita, Pr.).
bangunan gereja Redemptor Mundi mengikuti Dilatarbelakangi oleh pertemuan kedua
aturan budaya Jawa. Dengan demikian inkul- budaya inilah menyebabkan adanya proses yang
turasi disini diartikan bahwa gereja ini menye- dapat berupa penerimaan, penolakan ataupun
suaikan diri terhadap budaya setempat. Sehingga penyesuaian, hal itulah yang menjadikan penulis
diharapkan agar terjadi hubungan timbal balik tertarik untuk melakukan penelitian keilmuan
yang positif antara gereja dengan masyarakat di desain interior mengenai inkulturasi gereja
sekeliling wilayah gereja. Redemptor Mundi ini terhadap budaya setempat.
Adapun hal-hal yang menggambarkan duga- Karena setiap kebudayaan memiliki simbol-
an awal yang menandai kekhasan gereja ini pada simbol tersendiri, aturan, dan makna tersendiri,
budaya Jawa, yaitu pada bentuk gunungan yang maka kondisi di atas selayaknya wujud benda-
terletak pada altar. Peletakan ornamen ini diper- benda budaya Jawa yang diambil sebagai inkul-
caya sebagai lambang keagungan dan keesaan, turasi seharusnya memiliki nilai yang sama
dalam hal ini digambarkan sebagai keagungan dengan liturgi. Jadi arah penelitian ini adalah
Tuhan. Bentuk gunungan ini biasanya diletakkan adakah perwujudan budaya Jawa yang diterap-
di dalam rumah-rumah sebagai pengharapan kan masih memiliki (kesesuaian) makna seperti
akan ketentraman dan lindungan Tuhan dalam yang dimaksud pada liturgi.
rumah mereka (Dakung, 1982:157). Begitu pula Tujuan penelitian ini adalah untuk menge-
penggunaan ornamen-ornamen kayu yang meru- tahui sejauh mana inkulturasi budaya Jawa pada
pakan ciri khas budaya Jawa, dalam kemampuan unsur-unsur fisik interior gereja Katolik Re-
mengukir kayu yang diturunkan secara turun demptor Mundi. Penelitian dikhususkan pada
temurun tidak hanya sebuah bentuk keindahan penataan interior ruang ibadah yang merupakan
namun setiap ukiran memiliki makna tersendiri. pusat misa (liturgi) dilaksanakan, dan seharusnya
Selain itu, atap yang menyerupai joglo tanpa memiliki inkulturasi seperti bangunan ibadah di
tiang sasaka juga menjadi ciri khas rumah Jawa, Jawa yang terdiri dari ruang utama dan serambi
yang memiliki arti yang sangat dalam. Adanya (Yunus, 1984:43) sehingga menarik menjadi
misa Bahasa Jawa, dimaksudkan agar masyara- obyek inkulturasi.
kat lebih mendalami isi dan makna dari periba-
datan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam METODE PENELITIAN
interior sebagai elemen pembatas ruangan mau-
pun dekorasi pada gereja ini menurut arsiteknya, Jenis penelitian yang digunakan adalah
digunakan material campuran yang diambil dari penelitian kualitatif dengan metode penelitian
daerah-daerah di wilayah Indonesia. Hal ini dise- deskriptif. Penelitian deskriptif juga diartikan
babkan keterbatasan dana, tetapi hal tersebut suatu metode dalam meneliti status sekelompok
tidak membuat permasalahan, seperti halnya manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
batu Bali yang berwarna merah terletak pada sistim pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
altar sebagai pengisi ornamen gunungan pada pada masa sekarang. Yang tujuannya adalah
altar, sedangkan bahan kayu yang digunakan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
pada pintu pada panti imam menggunakan kayu secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
dari Sulawesi. Semua itu telah sesuai dengan fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfeno-
kriteria bahan alami. mena yang diselidiki (Nazir, 1992: 63).
Di lain pihak gereja Katolik mempunyai Pengumpulan data dengan observasi lang-
pegangan dan batasan liturgi tertentu sebagai sung ke obyek penelitian Mendata dan men-
tolok ukur utama yang menjadi standar kesera- deskripsikan elemen pembentuk ruang serta apa
gaman Katolik diseluruh dunia. Tetapi setelah saja yang ada dalam interior ruang ibadah Gereja
Konsili Vatikan II aturan-aturan yang menjadi Redemptor Mundi yang dipengaruhi karakter
pegangan tersebut tidak diharuskan untuk secara budaya Jawa. Data-data dikumpulkan melalui
tepat dituangkan dalam sebuah bangunan gereja pengamatan langsung di lapangan dan direkam
Katolik, namun telah mengalami sedikit kelong- dalam bentuk foto yang menggambarkan keada-
82 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 80-89
an dan suasananya dilengkapi dengan catatan menjadi patokan dalam penataan interior sebuah
tertulis mengenai keterangan yang dianggap ruang, karena tiap bentukan dianggap memiliki
relevan dengan penelitian. Untuk melengkapi makna. Isi dan bentuk, keduanya tidak bisa
data-data yang dibutuhkan dilakukan wawan- dipisahkan. Orang Jawa beranggapan bahwa
cara secara langsung di lapangan dengan pihak bentuk yang lahiriah (konkrit) memiliki arti atau
gereja untuk mendapat keterangan yang ber- mantera. Kehidupan Jawa bersifat seremonil,
hubungan dengan penelitian. jadi setiap kegiatan menjadi terorganisir, nyata
Pengumpulan data dengan studi literatur dan resmi, termasuk pula di dalamnya cap, tanda
menjadi acuan utama. Buku-buku yang berhu- tangan, lambang-lambang yang lain memainkan
bungan dengan penelitian untuk mendapat peranan yang maha besar (Mulder, 1986). Hasil
informasi yang akan digunakan sebagai pe- kebudayaan Jawa berasal dari kehidupan orang
gangan pokok secara umum dan dapat diguna- Jawa dari waktu ke waktu yang melambangkan
kan sebagai bahan pertimbangan yang mendu- setiap aktivitasnya. Jadi hal ini menunjukkan
kung pemecahan masalah dalam penelitian. bahwa tidak semua hasil budaya tersebut
Selain itu dapat juga digunakan bahan-bahan memiliki makna yang sesuai dan dapat masuk ke
perbandingan yang lain sebagai tolok ukur dalam budaya gereja.
terhadap obyek penelitian (Nazir, 1988: 123). Kata inkulturasi memiliki arti usaha suatu
Studi ini dilakukan dengan mencari data-data agama untuk menyesuaikan diri dengan budaya
yang mendukung penelitian, sebagai pegangan setempat (Ali, 1996), transformasi mendalam
pokok dari buku yang memuat dasar-dasar dari nilai-nilai budaya yang asli diintegrasikan ke
secara pasti sebagai patokan, dapat juga melalui dalam kristiani (De Liturgia Romana Et Incul-
turations), suatu latihan setiap pelaku kebuda-
internet.
yaan untuk menyesuaikan diri terhadap peruba-
Metode analisis yang digunakan adalah me-
han kebudayaan yang terjadi (Sachari, 2002).
tode komparatif yang membandingkan antara
Memasuki bidang penyesuaian dan inkul-
data yang didapat di lapangan dengan teori yang
turasi ritus-ritus liturgi, dihadapkan pada tan-
didapat pada metode kepustakaan (dianggap se- tangan-tantangan yang lebih besar lagi. Sacro-
bagai wujud ideal). Kemudian setelah dianalisis, sanctum Concilium menyajikan asas dan arahan-
dari hasilnya didapatkan suatu kesimpulan yang arahan yang sangat jelas. “Dalam liturgi pun,
dapat menjawab pertanyaan pada rumusan gereja tidak ingin memaksakan keseragaman
masalah. kaku dalam hal-hal yang tidak menyangkut iman
atau kesejahteraan seluruh umat. Sebaliknya,
BUDAYA JAWA SEBAGAI UNSUR IN- gereja menghormati dan memajukan kekayaan
KULTURASI INTERIOR GEREJA KATO- rohani serta kekhasan berbagai suku dan bangsa.
LIK Apa saja dari cara hidup mereka yang tidak
terikat mati pada takhyul dan ajaran sesat dikaji
Kata budaya berarti pikiran; akal budi; adat dengan penuh simpati dan, kalau mungkin,
istiadat; secara antropologis berarti keseluruhan dilestarikan secara utuh.” (Sumber: Butir-butir
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial penting pembaruan liturgi).
yang digunakan untuk memahami lingkungan Jadi yang dimaksud dengan inkulturasi
serta pengalamannya yang menjadi pedoman budaya adalah hubungan timbal balik antara
tingkah lakunya (Ali, 1996:149). Menurut Gereja Katolik dengan budaya setempat gereja
Koentjaraningrat (1984:1-2) para ahli ilmu sosial tersebut berada, yaitu wujud fisik yang konkrit
sering mengartikan kebudayaan dalam arti yang yang dapat dilihat, diraba, dalam hal ini budaya
amat luas dan meliputi hampir seluruh aktivitas yang ada di sekitar gereja dapat memperkaya
manusia dalam kehidupannya, yaitu seluruh total budaya gereja dan ajaran gereja dapat terus
pikiran, karya dan hasil karya manusia yang diungkapkan pada lingkungan budaya sekitarnya
tidak berakar kepada nalurinya, dan hanya bisa selama makna yang diintegrasikan bersatu dan
dicetuskan manusia sesudah suatu proses belajar. sejalan.
Hal-hal yang menjadi unsur-unsur dasar Budaya Jawa maupun gereja Katolik
kebudayaan Jawa adalah cara pandang masya- memiliki peraturan-peraturan, batasan dan
rakatnya yang memiliki pemikiran dasar dan makna-makna tertentu dalam penataan interior
Sari, Inkulturasi Budaya Jawa dalam Interior Gereja Katolik Redemptor Mundi di Surabaya 83
Dinding
Dinding area umat pada gereja Redemptor dengan lambang alpha dan omega. Dan juga
Mundi, berupa deretan kaca pada daerah umat sebagai pohon kehidupan yang biasanya dilam-
(nave). Fungsinya untuk menimbulkan pencaha- bangkan dengan pohon anggur (Yesus) dengan
yaan alami ke dalam interior gereja yang ber- cabangnya (umatNya). Dengan demikian din-
makna menghadirkan Kerajaan Ilahi. Dibagian ding pada area altar ini mengalami inkulturasi
atas dan bawah deretan kaca tersebut di atas, pada daerah sakral, sedang pada bagian umat
terdapat deretan lubang angin yang berfungsi tetap berdasar budaya gereja Katolik.
sebagai penghawaan alami. Begitu pula pada
dinding budaya Jawa, memiliki kesamaan fungsi Lantai
dengan dinding pada gereja ini, selain untuk pen-
cahayan dan penghawaan alami, dinding juga Lantai pada gereja Redemptor Mundi me-
berfungsi sebagai pembatas antara ruang luar miliki perbedaan ketinggian pada daerah altar.
dengan ruang dalam, dengan demikian dinding Ketinggian lantai bertujuan agar Romo dan para
pada daerah nave tidak mengalami inkulturasi. pelayannya mudah terlihat meskipun dari bang-
ku belakang, dan umat dapat berperan aktif
mengikuti ibadat. Hal ini bermakna menghorma-
ti pemimpin ibadat. Pada budaya Jawa memiliki
pemaknaan yang sama terhadap penghormatan
pada pemimpin, yaitu pemimpin selalu menda-
patkan tempat yang khusus (lebih tinggi) dari
rakyatnya sebagai penghormatan, berdasar dari
pola struktur masyarakatnya. Ada kesesuaian
makna antara obyek dengan kedua budaya di
atas, dengan demikian lantai pada gereja Re-
demptor Mundi ini mengalami inkulturasi
dengan budaya Jawa.
bencana yang menimpanya. Dengan demikian keadaan yang tidak sempurna menjadi sem-
sedilia ini mengalami inkulturasi campuran, purna. Ornamen ini digunakan pada sedilia
yaitu pemakaian bentuk yang sama sesuai untuk Romo karena pemimpin harus berkem-
dengan budaya Gereja Katolik dicampur dengan bang menjadi serupa dengan Kristus karena
penggunaan bentuk Jawa. mereka wakil Kristus menggembalakan umatnya
di dunia. Selain itu ornamen Easter Cross juga
digunakan sebagai lambang kemuliaan. Dengan
demikian sedilia 3 ini mengalami inkulturasi
campuran.
Terdapat unsur fisik yang tetap memakai Dakung, Sugiyarto, ed. 1982. Arsitektur Tradi-
budaya Jawa tanpa bermakna liturgi, obyek sional Daerah Istimewa Yogyakarta.
ini diletakkan dalam gereja hanya sebagai Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan
unsur pelengkap saja (dekorasi), untuk me- Kebudayaan Proyek Inventaris dan Doku-
nandai bahwa interior gereja tersebut ber- men Kebudayaan Daerah.
budaya Jawa.
Terdapat unsur fisik yang menurut liturgi Heuken, S. J., Adolf. 1992. Ensiklopedi
dan menurut budaya Jawa hanya memiliki Gereja II H-Konp. Jakarta: Yayasan
kesamaan nilai, meskipun makna yang Cipta Loka Caraka.
dicapai sama, hal ini disebabkan karena Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalitas
unsur tersebut bersifat universal. dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.
Adapun unsur-unsur fisik yang mengalami
Mulder, Niels. 1986. Kepribadian Jawa dan
inkulturasi dapat dijabarkan menjadi dua. Per-
Pembangunan Nasional. Yogyakarta:
tama, inkulturasi langsung, dikatakan mengalami
Gajah Mada University Press.
inkulturasi langsung karena terdapat kesamaan
makna antara kedua budaya (berdasar liturgi dan Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian.
budaya Jawa) dan hal tersebut tidak berlaku pada Jakarta: Ghalia Indonesia.
budaya lain. Kedua, inkulturasi campuran, dika-
takan mengalami inkulturasi campuran karena Sachari, Dr. Agus. 2002. Pengantar Metodologi
bentukan yang digunakan sama seperti liturgi Penelitian. Jakarta: Erlangga.
dan digabungkan dengan bentukan Jawa yang
Sriti Mayang Sari. 2007. Wujud Budaya Jawa
semakna.
Sebagai Unsur Inkulturasi Interior
REFERENSI Gereja Katolik. Jurnal Dimensi Interior Vol.5.
No.1. Juni 2007. Surabaya: Universitas
Ali, Lukman., et al. 1996. (Tim Penyusun Kristen Petra.
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengem-
bangan Bahasa Departemen Pendidikan Taylor, Robert B. Introduction to Cultural
dan Kebudayaan). Kamus Besar Bahasa Anthropology. Boston: Allyn and Bacon,
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Inc, 1973.
Anonim. 1995. De Liturgia Romana Et Incul- Yunus, H. Ahmad. Arsitektur Tradisional
turations. Jakarta: Departemen Dokumen- daerah Jawa Barat. Jakarta: Departemen
tasi dan Penerangan KWI. Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.