Anda di halaman 1dari 9

P-ISSN : 2549-3043

E-ISSN : 2655-3201

INKULTURASI GONDANG DAN TORTOR BATAK


PADA LITURGI GEREJA KATOLIK PAROKI SANTA MARIA TARUTUNG

Goklas J. Manalu
Fakultas Ilmu Pendidikan Kristen
Institut Agama Kristen Negeri Tarutung
manalugoklas@yahoo.com

Penelitian ini membahas tentang penggunaan gondang dan tortor Batak dalam Liturgi Gereja Katolik
Paroki Santa Maria Tarutung. Sehingga tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang makna inkulturasi gondang dan tortor dalam liturgi Gereja Katolik.
Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode deskriptif pendekatan kwalitatif dengan
mempelajari literature yang berhubungan dengan inkulturasi. Setelah dilakukan analisis maka
diperoleh hasil penelitian. Dalam Liturgi Gereja Katolik, gondang digunakan untuk mengiringi lagu-
lagu gerejani sebagaimana layaknya alat-alat musik lainnya untuk menguduskan dan mengangkat hati
umat kepada Allah. Gondang dan Tortor Batak digunakan untuk mengungkapkan isi hati umat kepada
Allah dan sesama. Dan juga sebagai bentuk sembah dan bakti kepada Allah serta sebagai ungkapan
rasa hormat kepada sesama manusia.

Kata Kunci: Inkulturasi, Gondang, Tortor, Liturgi, Gereja Katolik

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 183
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

PENDAHULUAN pada musik liturgy.1 Inkulturasi ini kemudian


berkembang pada wujud-wujud lainnya. Salah
Kemajuan zaman dan globalisasi menuntut
satunya yaitu pada wujud arsitektur seperti pada
terjadinya berbagai perubahan dan proses
Gereja Katolik Paroki St. Maria Tarutung yang
modernisasi yang semakin meluas dalam segala
berada di Jl. D.I Panjaitan No. 35 Tarutung
aspek kehidupan manusia. Gereja Katolik dalam
Tapanuli Utara.
hal ini, turut mengalami berbagai hal disebabkan
oleh tantangan dari dalam maupun dari luar Liturgy yang diadakan mulai
Gereja. Nilai-nilai dan ajaran agama Katolik lama, diinkulturasikan dengan musik daerah (gondang
menjadi terlalu kaku dan kurang fleksibel, kurang Batak) dan diiringi dengan tarian tradisional
dapat mengimbangi tuntutan zaman. Oleh (tortor) Batak Toba. Inkulturasi Gondang dan
karenanya Gereja Katolik kemudian Tortor Batak ini oleh Gereja Katolik bukanlah
memperbaharui nilai-nilainya untuk menanggapi untuk tujuan hiburan atau pertunjukan semata,
tuntutan pembaharuan dengan mengadakan tetapi mempunyai makna ritual gereja sebagai
konsili Vatikan II yang diadakan pada tahun 1962 sarana untuk menyembah Allah. Pelaksanaan
sampai dengan 1965 dan diikuti oleh uskup-uskup Liturgi yang diinkulturasikan haruslah bersifat
sedunia. Dari sini muncullah dokumen Gaudium hati—hati dan teliti serta dikontrol oleh pemimpin
Et Spes yang memutuskan sikap Gereja terhadap gereja supaya tidak menyimpang dari tujuan asali
perkembangan dunia dewasa ini. diadakannya liturgi.
Putusan dari dokumen ini menghimbau agar Gondang Batak yang dulunya dianggap
gereja lebih bermasyarakat, antara lain dengan sebagai instrument untuk menyembah berhala
cara melakukan inkulturasi dengan budaya dan digunakan oleh gereja sebagai instrument untuk
tradisi masyarakat setempat dimana gereja berada, memuji dan menyembah Allah. Tidaklah lebih
inkulturasi ini berarti menyesuaikan diri dan baik menggunakan alat musik luar (Barat) dari
beradaptasi dengan kebiasaan dan kepercayaan pada alat musik daerah (Gondang). Apakah
lama yang telah berakar pada suatu masyarakat, keunggulan alat musik luar daripada musik
yang diterapkan dalam cara pewartaan Injil tradisional daerah (gondang)? Ini merupakan
melalui pengembangan kebudayaan setempat. pertanyaan yang harus segera dijawab oleh gereja.
Selain itu, dokumen penting lainnya seperti Istilah Inkulturasi
konstitusi tentang Liturgi Suci dihasilkan dalam
Istilah inkulturasi dalam bidang teologi
konsili tersebut. Liturgi-liturgi yang sebelumnya
muncul pada tahun 1962 oleh Joseph Mason, SJ.2
dinilai terlalu kaku. Keseragaman liturgy di
Istilah ini kemungkinan berasal dari bahasa Latin.
seluruh penjuru dunia dianggap kaku di daerah-
Mgr. John Liku mengatakan: ¨Walaupun kata
daerah lain terutama di daerah misi. Maka konsili
“inculturati” tidak terdapat dalam bahasa Latin
menetapkan tentang pembaharuan dengan
klasik, jelaslah istilah tersebut berasal usul dari
memasukkan kebudayaan setempat ke dalam
bahasa Latin. Dibentuk dari kata depan in
liturgi sejauh kebudayaan tersebut selaras dengan
(menunjukkan di mana sesuatu ada/berlangsung:
hakikat semangat liturgy yang sejati dan asli (SC.
di (dalam), di (atas); atau menunjukkan kemana
37).
sesuatu bergerak: ke, ke arah, ke dalam, ke atas);
Gereja menghargai nilai-nilai tradisi yang dan kata kerja colo, colere, cultum (= menanami,
dijungjung tinggi umatnya sehingga memilih mengolah, mengerjakan, mendiami, memelihara,
untuk menyesuaikan ajaran dan penerapannya, menghormati, menyembah, beribadat). Dari kata
seperti cara dan sikap berdoa, meditasi, dan kerja ini berasal kata benda cultura (=
sebagainya, dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang pengusahaan, penanaman, tanah pertanian,
dijungjung tinggi oleh masyarakat setempat. pendidikan, penggemblengan, pemujaan,
Tujuan dilakukannya inkulturasi ini adalah agar penyembahan); tampaknya dari gabungan semua
iman dan pengalaman kristiani umat dapat arti tersebutlah kata cultura mendapatkan arti
diwujudkan secara lebih konkrit lagi melalui
kebudayaan setempat, sehingga penghayatan
agama dapat menjadi lebih dalam.
Walau cukup lama terwujud, Gereja Katolik 1
Prier, Edmund Karl, Inkulturasi Musik Liturgi,
di tanah Batak akhirnya mengambil langkah
(Yogyakarta: PML), hlm. 28-29.
berinkulturasi dengan budaya Batak pada tahun 2
Y. Tomatala, Teologi Kontekstualisasi: Sebuah
1986. Saat itu wujud inkulturasi mulai tampak Pengantar, (Malang: Gandum Mas, 2007), hlm. 5
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 184
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

kebudayaan. Maka “inculturatio” secara harfiah atau upacara keagamaan Batak. Aktifitas musik
berarti “penyisipan ke dalam suatu kebudayaan”3 yang bersifat hiburan umumnya menampilkan
musik dalam bentuk nyanyian atau permainan
Dalam bahasa Inggris “Inculturation”
alat-alat musik tunggal. Sedangkan upacara adat
memiliki arti yang sama dengan “Inculturatio”
atau upacara ritual keagamaan menampilkan
dalam bahasa Latin. Istilah ini sengaja digunakan
keseluruhan alat-alat musik yang disebut dengan
oleh Joseph Mason dalam konteks teologi untuk
gondang sabangunan atau sipitu gondang. Dalam
membedakannya dengan Inculturation dalam
upaca ritual keagamaan ini jelas terlihat fungsi
konteks sosiologi.
dari pemain gondang (pande) tersebut.
Di Indonesia, istilah inkulturasi disebut
Upacara sipitu gondang yang disebut juga
dengan “pempribumian”, yakni “transformasi
dengan gondang sabangunan ada doa pengucapan
mendalam nilai-nilai budaya asli yang
puji syukur dan permohonan restu (tonggo-
diintegrasikan ke dalam hidup kristiani dan
tonggo) kepada Tuhan Pencipta Semesta Alam
penanaman iman kristiani ke dalam aneka budaya
yang disebut Mula Jadi na Bolon dan kepada
yang berlain-lainan”.4 Inkulturasi gereja
golongan fungsional Dalihan Na Tolu yang
berlangsung sebagai proses integrasi pengalaman
disusun dan diucapkan secara puitis paralinguistis
kristiani umat beriman dalam kebudayaan rakyat
yang diwujudkan dalam tarian Batak (Tortor
setempat. Pengalaman itu tidak sekedar
Batak) diiringi oleh bunyi seperangkat gendang
diungkapkan dalam unsur-unsur kebudayaan itu,
Batak sesuai dengan irama dan urutan-urutan
tetapi justru merupakan kekuatan yang menjiwai,
tertentu.5
mengarahkan dan membaharui, tidak hanya dalam
kebudayaan, tetapi juga memperkaya gereja Gondang Sabangunan dipakai dalam
semesta. upacara keagamaan untuk menyampaikan doa
manusia ke dunia atas. Sementara pemain music
Inkulturasi bukan merupakan tujuan hidup
(pemain sarune dan taganing) dianggap sebagai
orang beriman, tetapi lebih kepada suatu jalan
Batara Guru6. Sedangkan musik dipergunakan
menuju kepenuhan di dalam Yesus Kristus, berkat
untuk berkomunikasi dengan dunia atas. Dalam
bimbingan dan kekuatan Roh Kudus, kepada
konsepsi Batak, peran musik mirip dengan peran
pangkuan Allah Bapa. Jadi yang terpenting dalam
pohon kosmos;7 musik juga menghubungkan
hal ini bukanlah “lembaga” atau organisasi iman,
dunia masing-masing. Melalui music gondang ini
tetapi umat kristiani sendiri.
batasan diantara dunia dapat ditembus, doa
Jadi, inkulturasi merupakan proses manusia dapat sampai kepada Debata, dan berkah
pengintegrasian Injil (iman Kristen) ke dalam Debata dapat sampai kepada manusia.
kebudayaan setempat sedemikian rupa sehingga
Kedatangan agama Kristen pertama ke
Injil tersebut menjadi kekuatan yang menjiwai,
tanah Batak yang dibawa oleh Nomennsen, pokok
mengarahkan dan memperbaharui kebudayaan
bersangkutan, dan dengan demikian menciptakan
suatu kesatuan dan persekutuan baru di dalam 5
Lumongga Pardede, Massisisean di Ulaon Adat,
kebudayaan tersebut, dan juga sebagai unsur (Medan: tp, 2010) hlm, 108
memperkaya iman kristiani. Inkulturasi dalam hal 6
Batara Guru merupakan pribadi pertama dari
mengakarkan iman Kristen ke dalam tiap-tiap dewa tri tunggal Batak. Tugas Batara Guru adalah
kebudayaan yang bertitik tolak dari iman Kristen sebagai tempat bertanya manusia tentang segala yang
itu sendiri sehingga terhindar dari sinkretisme. berkaitan dengan uhum (hukum) dan harajaon
(Kerajaan). Batara Guru dipandang berdiam di benua
Gondang Batak atas (Banua Ginjang). Bdk. Ibrahim Gultom, Agama
Pada masyarakat Batak Toba, dikenal dua Malim di Tanah Batak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
jenis bermain musik (margondang) bila dilihat hlm. 119
7
dari kegunaannya, yaitu sebagai hiburan (non- Pohon Kosmos hariara tumbur jati atau hariara
sundung di langit. Pohon ini berada di lingkungan
seremonial) dan untuk upacara adat tradisional
ketiga benua, dedaunan serta pucuknya berada di
Banua Ginjang (benua atas), batang dan cabang-
3
ttp://www.imankatolik.or.id/memahami-dan- cabangnya di Banua Tonga (benua tengah), dan
menjalankan-inkulturasi-secara-benar.html. akarnya menembus Banua Toru (benua bawah).
4
Robert Hardawiryana, Cara Baru Menggereja di Kesatuan ketiga kosmos (banua natolu) dilambangkan
Indonesia 5: Umat Kristiani Mempribumi Menghayati dengan pohon Hariara Sundung di Langit ini. Bdk.
Iman Kristiani di Nusantara, (Yogyakarta: Kanisius, Harry Parkin, Batak Friut Of Hindu Thought, (Madras:
2005), hlm. 28 The Christian Literatur Society, 1978), hlm. 238-239.
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 185
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

kebudayaan Batak sangat diubah sekali. Interaksi mencetus perasaan seseorang dalam stuasi
dengan agama baru ini dan nilai-nilai Barat tertentu, sehingga timbul beberapa tortor yang
menggoncangkan kebudayaan tradisi Batak toba sifatnya stuasional. Dalam hal ini jelas jika
sampai ke akarnya. Menurut gereja Kristen seseorang sedang menarikan sebuah tortor, akan
pertama di tanah Batak itu, musik gondang memperagakan jiwa dan gerak tarian tersebut
berhubungan dengan kesurupan, pemujaan roh secara ekspresif, yaitu untuk mengkomunikasikan
nenek moyang, dan agama Batak asli, terlalu perasaan (emosional), kesan dan pesan kepada
bahaya untuk dibolehkan terus dimainkan lagi. penonton. Sebab tarian merupakan cetusan jiwa
dan perasaan manusia.9
Pada awal abad kedua puluh, Nomennsen
meminta pemerintah Kolonial Belanda untuk Gerak tortor Batak Toba memiliki makna
melarang upacara bius dan musik gondang. symbol disetiap ragam geraknya. Tortor Batak
Larangan ini bertahan hampir empat puluh tahun Toba memiliki ragam gerak yang memiliki
sampai pada tahun 1938. Itu merupakan suatu makna symbol yang cukup dalam. Gerak tortor
pukulan utama untuk agama tradisional Batak Batak Toba menyimbolkan menyembah kepada
Toba dan gondang yang sangat terkait dengan Raja dan Debata Mula Jadi Nabolon, yang
agama tersebut. memaknakan bahwa masyarakat Batak Toba
selalu menghormati dan memuja Raja dan Debata
Kemudian pada tahun 1993 gereja HKBP
Mula Jadi Nabolon.
membuat aturan batu mengenai penggunaan
gondang dan tortor boleh dilakukan untuk pesta Jadi keberadaan tortor dalam masyarakat
kegembiraan, pesta peresmian, atau pesta Batak Toba sangat penting, sebab digunakan pada
penghormatan yang diberi nama pesta riang-riang upacara keagamaan yang diiringi oleh gondang.
atau gondang ribur-ribur. Kemudian pada tahun Tortor merupakan tarian seremonial yang
1952, gereja mempertegas aturannya dengan disajikan bersamaan dengan penyajian musik
melarang gondang untuk memanggil roh gondang. Gondang dan Tortor adalah ibarat
(gondang debata) atau gondang untuk tola bala sebuah koin dengan kedua sisinya tidak dapat
(purpur sapata). dipisahkan.
Kedatangan gereja Katolik di tanah Batak Tortor adalah tarian seremonial yang
membuat suatu pembaharuan, dengan disajikan bersamaat dengan gondang. Gondang
memanfaatkan budaya-budaya setempat sebagai dan tortor adalah ibarat sebuah koin dengan kedua
sarana pewartaan Injil. Gereja Katolik sisinya, tidak dapat dipisahkan. Tortor dapat
mengembangkan agamanya dengan sangat agresif diartikan sebagai bentuk pengejawantahan
lewat pendekatan budaya. Dengan cepat Gereja (keadaan sifat, rupa, wujud yang sesungguhnya
Katolik dapat berkembang di daerah-daerah yang tanpa bercampur apa-apa). Tortor juga dapat
memelihara kehidupan adat budaya tersebut difungsikan sebagai media mentransmisikan
dengan sangat kental. Di tempat-tempat seperti (mengirimkan/meneruskan pesan dari
inilah gondang dan tortor bukan saja tidak seseorang/benda kepada orang lain) kekuatan
dolarang oleh Gereja Katolik, malah diantara partisipan upacara. Kegiatan seperti ini
dikembangkan.8 dapat dilihat misalnya, ketika pihak hula-hula
memberikan ¨berkat¨atau mamasu-masu pihak
Tortor Batak
boru dengan cara meletakkan kedua tangannya di
Tari (tortor) Batak lahir dalam keyakinan atas kepala pihak boru.
agama suku Batak itu sendiri. Hal ini dapat dilihat
Dalam kondisi sosiologis konteks tortor
dari pelaksanaan tortor itu sendiri. Pelaksanaan
adalah bagian dari adat-isdiadat masyarakat Batak
tortor selalu dimulai dengan acara pemujaan
Toba. Penyajian tortor memiliki ragam-ragam
kepada Allah. Jadi tortor merupakan hal yang
gerak dasar dari tari yang sederhana, seperti tubuh
sakral dan suci menurut agama suku Batak Toba.
tegak, kaki mangurdoti dan tangan dilipat tepat di
Tortor merupakan tarian Batak yang depan dada yang mengartikan bahwa semua yang
bermakna sebagai media komunikasi. Tortor dikerjakan masyarakat Batak Toba semua dari
dalam gerakan-gerakannya memiliki makna yang
mendalam dimana tortor itu diadakan untuk
9
Darwin Lumbantobing, Gerak Jiwa dan Tortor
8
H.P. Panggabean, dkk,. Kekristenan dan Adat Batak, Pada Pesta Gereja, Dalam: Pemikiran Tentang
Budaya Batak Dalam Perbincangan, (Jakarta: Dian Batak, (Medan: Universitas HKBP Nommensen,
Utama, 2001), hlm. 43 1986), hlm. 118
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 186
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

dalam hati yang bersih, kedua tangan posisinya mangurdot, seiring dengan bunyi ritme dari gong
seperti menyembah. (ogung) dan gendang (taganing). Sementara urdot
selalu dimulai dengan kaki kanan dalam hitungan
Dalam kehidupan masyarakat tradisional
untuk memulainya. Kaki kanan melambangkan
Batak Toba, tortor mempunyai peranan yang
keberhasilan dari segala sesuatu yang dikerjakan
sangat penting dalam aktivitas kehidupannya yang
manurut tradisi Batak Toba, yang disebut dengan
berkaitan dengan kehidupan spiritual dan juga
istilah parlangka siamun.
untuk hubungan sosial kemasyarakatan. Tortor
dilakukan dalam berbagai ritual dan juga upacara Dalam upacara adat batak terdapat tatanan
keagamaan serta dalam konteks adat. Baik dalam norma-norma sosial dan religious yang mengatur
upacara ritual maupun dalam konteks ada, tortor kehidupan sosial, hubungan manusia dengan
ditarikan sesuai dengan kedudukan masyarakat di leluhurnya, hubungan vertical kepada Pencipta,
dalam kehidupan masyarakat Batak yang disebut serta pelaksanaan upacara ritual keagamaan.
dengan sistem kekerabatan. Sistem ini disebut
Ada beberapa Gondang dan Tortor yang
dengan Dalihan Na Tolu yang terdiri dari Hula-
umum dilakukan, diantaranya: 1. Gondang dan
hula (pihak pemberi isteri), Boru (Pihak keluarga
Tortor mula-mula; 2. Gondang dan Tortor
isteri), Dongan tubu (kerabat semarga).
Somba-somba; 3. Gondang dan Tortor Sampur
Adat Batak Toba yang dimaksud adalah Marmeme; 4. Gondang dan Tortor Sampur
serangkaian tatanan norma-norma sosial, Marorot; 5. Gondang dan Tortor Saudara; 6.
hubungan manusia dengan leluhurnya, hubungan Gondang dan Tortor Sitio-tio; 7. Gondang dan
vertical kepada Sang Pencipta, serta pelaksanaan Tortor Hasahatan.
upacara-upacara ritual keagamaan.
Dalam tradisi Batak Toba, tortor
Tortor adalah seni tari dengan menggambarkan pengalaman hidup orang Batak
menggerakkan seluruh badan dengan dituntun dalam kehidupan keseharian, gembira atau
irama gondang, dengan pusat gerakan pada tangan senang, bermenung, berdoa, menyembah,
dan jari, kaki dan telapak kaki, punggung dan menangis, bahkan keinginan dan cita-cita maupun
bahu. Setiap gerakan pada tortori Batak yang harapan tergambar dalam tortor. Tortor tarian
berekspresi disebut urdot. Mangurdot berarti seremonial yang secara fisik merupakan tarian
menggerakkan bada dan anggota tubuh secara namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya
ekspresif. Urdot adalah perpaduan bunyi dan menunjukkan tortor adalah sebuah media
gerak tubuh yang sedang dibawakan.10 komunikasi, karena melalui media gerakan yang
disajikan terjadi interaksi antara partisipan
Tortor dalam upacara ritual maupun adat
upacara.
biasanya diiringi gondang sabangunan
(seperangkat musik tradisional Batak Toba).
Manortor yang dilakukan oleh mudamudi adalah
Pembaharuan Liturgi Pada Gereja Katolik
bentuk penyampaian hasrat hati kepada lawan
jenisnya, dan pada dulunya tarian ini dilakukan Konsili Vatikan II mengenai ¨kaidah-kaidah
pada malam bulan purnama.11 Tortor dilakukan untuk menyesuaikan Liturgi dengan tabiat
sebagai sarana penyampaian isi batin baik kepada perangai dan tradisi bangsa-bangsa¨ menyatakan
roh-roh leluhur maupun kepada orang-orang yang sebagai berikut: ¨Dalam hal-hal yang tidak
dihormati maupun yang disayangi (sesama menyangkut iman atau kesejahteraan segenap
manusia) yang ditunjukkan dalam bentuk tarian / jemaat, Gereja dalam Liturgi pun tidak ingin
tortor. mengharuskan suatu keseragaman yang kaku,
sebaliknya gereja memelihara dan memajukan
Tortor senantiasa diiringi gondang
kekayaan yang menghiasi jiwa pelbagai suku
sabangunan. Setelah paminta gondang (orang
bangsa. Apa saja dalam adat kebiasaan para
yang meminta repertoar gondang dimainkan yang
bangsa, yang tidak secara mutlak terikat pada
sekaligus juga berperan sebagai pemimpin
takhyul atau ajaran sesat, oleh Gereja
kelompok penari) menyerukan untuk maminta
dipertimbangkan dengan murah hati, dan bila
gondang dimainkan dimulailah gerakan
mungkin dipeliharanya dalam keadaan baik dan
utuh. Bahkan ada kalanya Gereja menampungnya
10
Lumbang Tobing, Gerak dan Jiwa
Tortor.....hlm. 120
11
Ibrahim Gultom. Agama Malim di Tanah
Batak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 46
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 187
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

dalam Liturgy sendiri, asal saja selarah dengan musik lainnya dapat juga dipakai dalam ibadah
hakikat semangat Liturgi yang sejati dan asli.12 suci, sejauh memang cocok atau dapat
disesuaikan dengan penggunaan dalam Liturgi,
Sejak dikeluarkannya keputusan Konsili
sesuai pula dengan keanggunan gedung gereja,
Vatikan II tersebut, Gereja secara resmi membuat
dan sungguh membantu mamantapkan
suatu pembaharuan Liturgi terutama di daerah-
penghayatan umat beriman.14
daerah misi, Liturgi disesuaikan dengan
kebutuhan warga jemaat setempat tanpa tujuan Sesuai dengan keputusan tersebut maka
asali dari Liturgi yang semula. Pembaharuan Gereja dapat mengadopsi berbagai alat music
Liturgi menandakan berbagai disposisi tradisional untuk dipakai dalam Liturgi atau
penyelenggaraan ilahi serta karya Roh Kudus ibadah suci sesuai dengan kegunaannya.
dalam Gereja masa kini. Usaha mengakarkan
Gondang dan Tortor Batak merupakan dua
Liturgi dalam aneka ragam kebudayaan
seni yang biasanya dilaksanakan secara serentak.
merupakan tugas yang penting untuk
Maka penempatannya di dalam suatu acara Liturgi
membaruinya.
disesuaikan. Misalnya tortor dan gondang
Sesuai dengan keputusan Konsili Vatikan dilakukan pada saat prosesi sewaktu imam
II, maka gereja memasukkan budaya-budaya memasuki gereja, sementara penari (panortor)
setempat dan ditempatkan di dalam Liturgi yang menyambut imam dengan tarian yang khusuk
diatur sedemikian rupa hingga tidak menyalahi yang diiringi dengan musik Batak (gondang).
preses berjalannya acara Liturgi. Nilai-nilai
Sejarah Singkat Gereja Katolik Paroki Santa
budaya yang positif diadopsi oleh Gereja sebagai
Maria Tarutung
milik pusakanya untuk mempertahankan serta
memelihara budaya sebagai kekayaan Gereja dan Sebelum Agama Katolik memasuki tanah
umat beriman. Batak, Gerreja yang beraliran Luteran sudah lebih
dahulu berkarya disana yang dibawakan oleh para
Gereja Katolik Santa Maria Tarutung
misionaris dari Eropa. Salah satu tokoh yang
misalnya, memasukkan budaya masyarakat
paling berperan dalam pembentukan kekristenan
setempat ke dalam Liturgi seperti Gondang dan
di tanah Batak adalah I.L. Nomennsen yang
Tortor Batak. Ini merupakan langkah yang
kemudian dikenal sebagai apostel di tanah Batak.
diambil oleh Gereja Katolik untuk mewujudkan
Disana Nomennsen pada awalnya tidak diterima
inkulturasi supaya umat beriman dapat menikmati
oleh masyarakat setempat, tetapi ada saja orang
serta menghayati iman kepada Yesus Kristus di
yang sangat lugu dan sangat ingin secepatnya
dalam budayanya sendiri.
ingin mengetahui lebih banyak tentang Alkitab
Hal tersebut sesuai dengan amanat Konsili yang diajarkan olehnya. 15
Vatikan II tentang ¨Musik Liturgi¨, sebagai
Pekabaran Injil dengan pendekatan budaya
berikut: ¨di wilayah-wilayah tertentu, terutama di
yang dilakukan oleh Nommensen membuahkan
daerah Misi, terdapat bangsa-bangsa yang
hasil yang begitu baik. Tetapi budaya-budaya
mempunyai tradisi music sendiri, yang
yang dianggap sebagai sumber penyembahan
memainkan peranan penting dalam hidup
berhala dilarang keras olehnya. Maka pada tahun
beragama dan bermasyarakat. Hendaknya music
1861 dikatakan sebagai awal berdirinya Gereja
itu mendapat penghargaan selayaknya dan tempat
HKBP. Gereja ini berkembang dimana-mana di
yang sewajarnya, baik dalam membentuk sikap
seluruh tanah Batak. Hingga sekarang gereja ini
religius mereka maupun dalam menyelesaikan
merupakan gereja terbesar di Asia Tenggara.
ibadat dengan sifat perangai mereka, sesuai
Gereja ini sekarang berpusat di Tarutung tepatnya
dengan apa yang telah ditetapkan/batas-batas
di Pea Raja.
yang telah ditentukan oleh Uskup yang mengasuh
Gereja tersebut.13 Lebih lanjut mengenai alat Pada tahun 1938 diadakan pesta mangokkal
musik, Konsili memutuskan: ¨akan tetapi menurut holi di Desa Lumban Soit yang letaknya di Desa
kebijaksanaan dan dengan persetujuan pimpinan Sipoholon dan Kota Tarutung. Pesta itu
gerejawi setempat yang berwewenang, sesuai diselenggarakan oleh semua cucu dan dihadiri
dengan kaidah art. 22 (2), 37 dan 40, alat-alat oleh segenap warga kampong. Seekor kerbau

12 14
Dokumen Konsili Vatikan II (Terj.) Dokumen Konsili Vatikan II,..... hlm 50
15
¨Sacrosanctum,¨ Tentang Pembaharuan Liturgi, Artikel Patar M. Pasaribu, I.L. Nommensen Apostel di
no. 37, (Jakarta: Obor, 2012), hlm. 17 Tanah Batak. (Medan: Universitas HKBP Nommensen,
13
Dokumen Konsili Vatikan II,..... hlm. 45 2005), hlm. 136
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 188
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

besar dipotong dan beberapa ekor babi untuk disebut dengan Gereja Katolik Paroki Santa Maria
dihidangkan. Pesta ini dianggap terlalu mewah Tarutung. Paroki ini terdiri dari beberapa stasi
dan dianggap bernuansa parmalim, hingga yang dilayani oleh dua orang Pastor dan satu
akhirnya dilarang oleh Zending. Maka semua Diakon yaitu Romo Laurensius Sutarno, Pastor
peserta yang ikut pesta dikucilkan dari gereja Marihot Simanjuntak dan Diakon bermarga
sampai mereka mau mengaku salah di hadapan Sihombing.
semua jemaat.
INKULTURASI GONDANG DAN TORTOR
Pada waktu lain ada masalah lain di BATAK PADA GEREJA KATOLIK
Lumbansoit. David simanungkalit dikeluarkan
Pasca Konsili Vatikan II, seni budaya Batak
dari seminarium Sipoholon. Entah apa
Toba seperti Gondang dan Tortor dapat
permasalahannya tidak jelas informasinya. Namun
dimasukkan ke dalam gereja sebagai upaya
masuk akal apabila ia kecewa sekali karena cita-
unkulturasi budaya. Gereja Katolik Paroki Santa
citanya untuk menjadi seorang guru dikandaskan.
Maria Tarutung dengan prinsip inkulturasinya
Atas nama segenap kelompok yang bermasalah
memegang semboyan: ¨Berdamai dengan
dengan pimpinan HKBP bersama dengan kepala
budaya¨. Berdamai yang dimaksud disini bukan
kampong bermarga Hutauruk pergi ke
sembarang memasukkan budaya Batak tersebut ke
Lintongnihuta dan berhasil membujuk Pastor
dalam gereja, akan tetapi bersifat selektif. Budaya
untuk membuka Volksschool di Lumbansoit.
yang memiliki nilai-nilai yang positiv diadopsi
Kemudia terjadi lagi suatu peristiwa yang oleh Gereja sebagai milik pusakanya dan untuk
sama di Hutabarat. Raja Let Hutabarat meninggal memperkaya iman kristiani. Budaya yang tidak
dunia dan akan diadakan pesta besar-besaran secara langsung terikat dengan takhyul menjadi
karena ia meninggal dengan kebahagiaan menurut milik orang beriman dan telah diberi makna baru
konsep Batak. Atas permohonan keluarga sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.
muncullah seorang Pastor Katolik yang bersedia
Gondang Batak digunakan oleh Gereja
memakamkan Raja Let Hutabarat secara Kristen
untuk mengiringi lagu-lagu gerejani sebagaimana
dan Batak.
layaknya alat-alat musik lainnya yang memiliki
Selesati pesta berkumpullah anak-anak posisi yang integral dalam Liturgi. Alat musik
almarhum untuk mendiskusikan stuasi. Mereka tersebut digunakan untuk memeriahkan upacara-
sangat puas dengan upacara pemakaman tetapi upacara Gereja dan mengangkat hati umat kepada
sekaligus mereka berang dengan sikap huria Allah. Selain itu, alat musik tersebut digunakan
setempat. Kemudian mereka sepakat untuk untuk memantapkan penghayatan umat beriman
meninggalkan Huria Kristen Batak Protestan dan dalam mengikuti ritual ibadah di dalam Gereja.
meminta kepada pastor supaya mereka dibimbing
Gondang dan Tortor selalu dilakukan
dan menjadi aggota Katolik Rom.
secara bersamaan yang digunakan sebagai sarana
Permintaan itu ditanggapi oleh Pastor dan untuk mengungkapkan rasa syukur Umat kepada
dibukalah Gereja Katolik di Hutabarat yang Allah dan sebagai ungkapan rasa kasih dan
dilayani oleh Pastor Renders yang sudah biasa hormat kepada sesama manusia. Gondang dan
melayani di Lumbansoit.16 Di sana didirikan tortor sebagai ungkapan isi hati manusia kepada
sebuah gereja mini dan diberi nama Santa Maria. Allah dilakukan dengan rasa khusuk sebagaimana
Pada tanggal 22 Februari 1941, Pastor Renders Pencipta dengan ciptaan.
membabtis 78 orang warga Hutabarat dari
Secara singkat penggunaan gondang dan
berbagai usia. Di dalam gereja hanya ada sebuah
tortor pada adat Batak Toba dan dalam Liturgi
barang berharga yaitu gong yang ditempa sewaktu
Gereja Katolik dapat dilihat pada tabel berikut.
meninggalnya Raja Let Hutabarat. Kemudian
Gereja tersebut dipindahkan bersama dengan gong
Suku Batak Gereja
ke atas sebidang tanah di Jl. D.I Panjaitan No. 35.
Toba Katolik
Dan sekarang gereja ini berdiri megah dengan
pola bentuk rumah adat Batak Toba yang dihiasi Gondang dan tortor Dalam Liturgi
dengan ragam hias Batak (Gorga). Gereja ini yang biasa ditemui Gereja Katolik
sekarang menjadi paroki yang sangat besar yang dalam upacara adat biasanya terdapat:
Batak Toba: 1. Gondang dan
1. Gondang dan tortor pembuka/
16
Rudolfus Kurris, Pelangi Kasih: Gereja Katolik tortor mula-mula panomunomuon
Memasuki Tapanuli, (BIna Media, 2001), hlm. 95
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 189
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

2. Gondang dan a) Gondang dan Pada saat arak-arakan Injil dilakukan


tortor somba- tortor mula-mula gondang dan tortor somba-somba. Mutu serta
somba 2. Gondang dan kehadiran gondang dan tortor somba-somba ini
3. Gondang dan tortor arak-arakan sangat patut disyukuri dalam menghaturkan
tortor sampur Injil/hara-hara katekese dan Liturgi. Sejatinya, setelah Mulajadi
marmeme Barita Nauli Nabolon secara Mahakuasa menciptakan alam
4. Gondang dan a) Gondang dan semesta dan manusia, sebagaimana diungkapkan
tortor sampur tortor somba- dalan gondang mula-mula (gondang awal mula,
marorot somba genesis cosmos) maka pada gondang dan tortor
5. Gondang dan somba-somba, manusia dan segala makhluk diajak
tortor saudara 3. Gondang dan menyembah Sang Khalik secara takwa dan bakti,
6. Gondang dan Tortor sebagaimana layaknya ciptaan di depan Pencipta.
tortor sitio-tio Persembahan Kebenaran disini tentulah sangat indah bagi
7. Gondang dan a) Gondang dan kekristenan untuk menghantar kebenaran ajaran
tortor hasahatan tortor malim / iman dan perayaan Liturgi.
sakti Pada saat arak-arakan Injil ini para panortor
b) Gondang dan menari dengan rasa khusuk layaknya menyembah
tortor parsaoran dengan posisi kepala sedikit menunduk untuk
4. Gondang dan mengarak Injil Kristus. Dan seluruh umat
tortor penutup diharapkan untuk mengarahkan perhatiannya
a) Gondang dan kepada Injil yang sedang di arak.
tortor sitio-tio
b) Gondang dan 3. Gondang dan tortor persembahan
tortor hasahatan.
Pada saat mengantarkan persembahan
Untuk lebih jelasnya penggunaan gondang dilakukan gondang dan tortor Sakti/Malim
dan tortor dalam Liturgi Gereja Katolik dapat dilanjutkan dengan gondang dan tortor
dilihat di bawah ini. parsaoran. Gondang malim juga disebut gondang
habonaran. Gondang ini memiliki makna bahwa
1. Gondang dan Tortor
Allah kiranya mempunyai segala dosa dan
Pembukaan/Panomunomuon
kesalahan-kesalahan umat dan kiranya Allah
Pada saat panomunomuon Uskup atau membenarkan mereka supaya mereka layak
Imam, dilakukan gondang dan tortor mulamula. menyampaikan persembahan mereka dan juga
Gondang dan tortor mulamula adalah ungkapan kiranya Allah mendengarkan permohonan
kasih bahwa Sang Khalik menjadikan alam mereka.
semesta dan manusia pada Awal Mula Agung. Isi Kemudian setelah selesai upacara Komuni
teologi penciptaan ini memasukkan paham dilakukan Gondang dan tortor parsaoran. Upaca
creation ex nihilo (penciptaan dari ketiadaan). Komuni atau Ekaristi merupakan upacara inti
Dalam hal ini teologi Batak tampil cukup gagah dalam Gereja Katolik dimana melalui upacara ini
dan anggun. Ini membukatikan keunggulan agama mereka telah dipersatukan kembali dengan Allah.
Batak di kalangan antropologi suku-suku di Maka persekutuan umat dengan Allah harus
dunia. dinyatakan juga dengan persekutuan (bersekutu =
Pada saat upacara panomunomuon ini, para marsaor) antar sesama umat.
penari (panortor) menyambut kedatangan Uskup 4. Gondang dan tortor penutup
atau Imam layaknya mereka menyambuk
kedatangan Kristus. Kehadiran imam di dalam Pada bagian akhir dari pelaksanaan Liturgi,
Gereja merupakan gambaran kehadiran Kristus di dilakukan gondang dan tortor sitiotio dilanjutkan
dalam tubuh gereja-Nya. Oleh karena itu para dengan gondang dan tortor hasahatan.
panortor menari dengan rasa khusuk layaknya Gondang sitiotio memiliki makna kiranya
menyembah sebagai ungkapan rasa hormat setiap umat yang tergabung dalam Liturgi
mereka terhadap imam. memiliki hati yang bersih lagi suci supaya mereka
2. Gondang dan tortor arak-arakan Injil dapat memancarkan kasih Kristus. Dan juga agar
/ Hara-hara Barita Nauli segala pekerjaan mereka nantinya diberkati oleh
Tuhan.
Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 190
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Gondang dan tortor hasahatan merupakan DAFTAR PUSTAKA


gondang yang terakhir sama seperti upacara adat
Dokumen Konsili Vatikan II (Terj.), Jakarta:
Batak. Gondang dan tortor ini juga memiliki
Obor, 2012
makna yaitu kiranya berkat-berkat yang Allah
sampaikan kepada mereka masing-masing dan
Gultom, Ibrahim. Agama Malim di Tanah Batak.
melalui itu mereka yang menerima berkat menjadi
Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
utusan Allah untuk memberitakan Injil-Nya.
Hardawiryana, Robert. Cara Baru Menggereja di
Indonesia 5: Umat Kristiani Mempribumi
KESIMPULAN
Menghayati Iman Kristiani di Nusantara.
Budaya Batak Toba (Gondang dan Tortor) Yogyakarta: Kanisius. 2005.
yang dulunya dianggap sebagai sesuatu yang
sakral dan mengandung makna religius dalam Lumbantobing, Darwin. Gerak Jiwa dan Tortor
konsepsi Batak, yang digunakan untuk memanggil Batak, Pada Pesta Gereja, Dalam:
roh-roh leluhur dan menyampaikan permohonan Pemikiran Tentang Batak. Medan:
manusia kepada dewa-dewa, dalam Universitas HKBP Nommensen. 1986.
perkembangan selanjutnya pasca Konsili Vatikan Kurris Rudolfus. Pelangi Kasih: Gereja Katolik
II telah memiliki makna baru dalam Liturgi Memasuki Tapanuli. Yogyakarta: Bina
Gereja Katolik Roma. Media Perintis, 2001.
Dalam Liturgi Gereja Katolik, gondang Panggabean, H.P, dkk. Kekristenan dan Adat
sebagai alat musik tradisional Batak Toba Budaya Batak dalam Perbincangan,
digunakan untuk mengiringi lagu-lagu gerejani Jakarta: Dian Utama, 2001.
sebagaimana layaknya alat-alat musik lainnya Pardede, Lumongga. Massisisean di Ulaon Adat.
untuk menguduskan dan mengangkat hati umat. Medan: tp. 2010.

Sementara gondang dan tortor Batak Parkin, Harry. Batak Friut Of Hindu Thought.
dalam Liturgi Gereja Katolik digunakan untuk Madras: The Christian Literatur Society.
mengungkapkan isi hati umat manusia kepada 1978.
Allah dan sesama. Dan juga sebagai bentuk
sembah dan bakti manusia kepada Allah dan Prier, Edmund Karl. Inkulturasi Musik Liturgi.
sebagai ungkapan rasa hormat kepada sesama Yogyakarta: PML. 1999
manusia.
Tomatala, Y. Teologi Kontekstualisasi: Sebuah
Pengantar. Malang: Gandum Mas. 2007.

ttp://www.imankatolik.or.id/memahami-dan-
menjalankan-inkulturasi-secara-benar.html.
Diakses 13 Agustus 2020.

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 6 N0.1 Januari 2020 191

Anda mungkin juga menyukai