Anda di halaman 1dari 11

Kehidupan Orangtua Lanjut Usia Sepanjang Hari dalam Keluarga pada Masyarakat di

Kelurahan Laguboti.

Tugas pemenuhan Penelitian Mata Kuliah Sosiologi

Laguboti, 28 September 2022

T.A. : 2022 / VII


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang Masalah

Istilah Lansia (lanjut usia) adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini
biasanya lansia mengalami perubahan pada fungsi organ tubuhnya. Perubahan-perubahan dalam
proses “aging” atau penuaan merupakan masa ketika individu berusaha untuk tetap menjalani
hidup dengan bahagia melalui berbagai perubahan dalam hidup. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu mulai dari anak-
anak, dewasa, hingga tua. Sejalan dengan pertambahan usia, tubuh akan mengalami perubahan
secara fisik, psikologis maupun sosial.
Memasuki usia tua berarti mengalami perubahan fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan tubuh yang semakin lambat dan mudah terserang penyakit karena
daya tahan tubuh berkurang. Secara psikologis lansia menjadi mudah lupa serta berkurangnya
kegiatan dan interaksi, dengan anak-anaknya, saudara dan temannya. Mengalami rasa bosan dan
kesepian serta berkurangnya peranan dalam keluarga dan masyarakat. Kenyataannya menjadi tua
tidak dapat dihindari oleh siapapun. Berbagai merek kosmetik dan teknologi canggih tidak dapat
menghentikan masa tua, meskipun ada cara yang lebih efektif untuk memperlambat penuaan.
Begitu juga dengan kematian tidak ada seorangpun untuk dapat menghindarinya.
Permasalahan yang dihadapi oleh para lansia dapat bersumber dari luar dirinya dan
dirinya sendiri. Permasalahan yang bersumber dari luar dirinya seperti dari keluarga, anak-
anaknya, lingkungan, masyarakat dan gereja, dimana adanya anggapan dari luar dirinya bahwa
lansia adalah seseorang yang dapat membebani dan tidak dapat lagi untuk melakukan pekerjaan
layaknya dilakukan oleh orang muda. Sedangkan permasalahan yang bersumber dari dirinya
sendiri yaitu lansia merasa tidak percaya diri, tidak diperdulikan, kesepian, dan lebih sering
berfikir negatif dalam menjalani masa tuanya.
Keluarga adalah orang yang terdekat dengan kita, keluarga tempat untuk mengeluh,
berbagi senang maupun duka, ataupun tempat untuk bercerita. Akan tetapi pada kenyataannya
masalah dapat bersumber dari keluarga itu sendiri, dimana anggota keluarga sibuk dengan
kegiatannya masing-masing sehingga tidak ada lagi waktu untuk berkumpul bersama-sama
dengan orangtuanya, terkhususnya orangtua yang sudah lansia yang sangat membutuhkan kasih
sayang, dan teman untuk berbagi cerita.
Anak merupakan anggota dari keluarga, yang memiliki kewajiban dalam menghormati
orangtua dan membantu orangtua, namun setiap fase dalam kehidupan akan terus mengalami
perubahan. Seiring berjalannya waktu kita semakin dewasa dan orangtua akan mengalami
kemundurun fisik maupun mental. Akan tetapi pada kenyataannya permasalahan dapat hadir dari
anak-anaknya, dimana orangtua yang sudah menua atau lansia, kesehatannya akan semakin
menurun sehingga sangat membutuhkan orang lain untuk menemaninya dalam menjalani
kehidupan masa tuanya.
Kebiasaan Lansia sering melakukan aktivitas bersama dengan anak-anaknya, baik itu di
rumah, dan di sawah, namun anak-anak mereka juga memiliki tujuan untuk masa depannya,
sehingga mereka harus pergi melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, pergi untuk
bekerja dan membentuk keluarga sendiri. Lansia yang ditinggalkan oleh anaknya merasa
kesepian, lansia tidak memiliki teman untuk berkomunikasi dan melakukan aktivitas seperti
biasanya. Akibatnya lansia lebih sering merenung, tidak semangat untuk melakukan aktivitasnya,
dan kurangnya nafsu makan. Lansia yang lebih sering tinggal dirumah banyak merasakan
kesepian, disebabkan oleh anak-anak mereka yang sibuk mencari kehidupannya sendiri, serta
pasangan hidup mereka yang sudah meninggal, sehingga tidak ada yang dapat memberikan
perhatian lebih kepada mereka.
Setiap manusia membutuhkan teman hidup untuk bertukar pikiran dan saling menopang
satu sama lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Demikian halnya para lansia juga sangat
membutuhkan pasangan hidup. Dimana pasangan hidup dapat saling menopang, memberi
penguatan, serta bersama-sama melakukan aktivitas. Namun manusia memiliki batas hidup yang
ditentukan oleh Tuhan, sehingga para lansia banyak yang telah kehilangan orang yang disayangi,
khususnya pasangan hidup mereka. Ditinggalkan oleh pasangan hidup membuat para lansia
menjadi tidak ada teman untuk bertukar pikiran ketika ada masalah sehingga lansia menjadi
memendam masalah itu sendiri dan membuatnya frustasi.
Keberadaan para lansia seringkali diasingkan oleh masyarakat sekitarnya. Penurunan
kondisi fisik yang terjadi pada lansia membuat lansia tidak dihargai keberadaannya. Karena
masyarakat menganggap lansia lemah dan tidak dapat melakukan sesuatu hal yang berharga di
dalam kehidupan sosialnya, dimana ketika lansia ingin memberikan suatu pendapat, nasehat
maupun masukan-masukan, masyarakat tidak menerima terhadap pendapat, nasehat maupun
masukan-masukan yang diberikan oleh lansia tersebut. Dari banyaknya masalah yang dilami
lansia yang bersumber dari keluarga, anak-anaknya, dan masyarakat, serta lingkungan juga dapat
memberi dampak yang tidak baik kepada lansia.
Lingkungan adalah tempat hidup semua makhluk yang ada di bumi, khususnya manusia.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa individu yang lain dan lingkungan
sekitarnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi. Begitu juga dengan lansia, yang sangat membutuhkan orang lain
untuk mendengarkan keluh kesahnya. Akan tetapi lingkungan juga dapat memberi dampak buruk
kepada lansia, dimana lansia tidak diterima dan dihargai karena mereka dianggap sudah tua.
Kaum lansia juga memiliki pergumulan tersendiri, ada dari antara mereka merasa
diabaikan oleh orang-orang yang ada disekitarnya termasuk keluarga dan anak-anaknya,
meskipun tidak terjadi disemua kalangan lansia, karena ada juga lansia yang tinggal bersama
anak-anaknya, namun keadaan tersebut juga dapat menjadi beban dan menjadi pergumulan
tersendiri bagi kaum lansia. Mereka sering merasa bahwa dirinya tidak diterima dan tidak
berguna karena mereka sudah tua, merasa sakit, kesepian, cemas, dan merasa ketakutan.
Lansia yang merasa ketakutan karena takut anak, menantu, dan cucu tidak sayang lagi
kepadanya tetapi perasaan takut atau tidak disayang ini lansia hanya menyimpan di dalam
hatinya, lansia tidak berani untuk mengungkapkannya. Lansia pernah menghubungi anak-
anaknya untuk berkumpul dirumah bersama-sama dengannya, tetapi tidak ada satupun anak-
anaknya yang datang untuk mengunjungi lansia tersebut, dari hal itu lansia berpikir bahwasannya
anak-anak atau keluarganya tidak sayang lagi kepadanya.
Lansia juga takut tersisihkan oleh masyarakat ataupun orang-orang yang berada
disekitarnya, karena merasa sudah tidak dibutuhkan lagi, lansia tidak dapat berbuat apa-apa, dan
merasa sudah tidak berguna lagi. Perasaan ini sering membuat mereka semakin menarik diri dari
lingkungan sekitar, tidak mau ikut kegiatan apa pun, tidak berminat lagi dengan pertemuan lansia
di gereja. Oleh karena itu para lansia sangat membutuhkan perhatian dari keluarga, masyarakat,
dan gereja agar mereka lebih mendapatkan perhatian, dan dapat menikmati kehidupan masa tua
yang sewajarnya.
Permasalahan di atas dapat memberi dampak buruk terhadap lansia yang mengakibatkan
lansia merasa semakin terpuruk, hilangnya semangat hidup, merasa tidak berharga dan
kurangnya dihargai, baik ditengah lingkungan maupun masyarakat, dan merasa sudah tidak
berguna lagi, hingga sering dilanda depresi, dikarenakan keluarga, dan anak-anak dari lansia
kurang mmemberi perhatian kepada lansia. Dari hal tersebut maka lansia hanya memikirkan
hidupnya untuk menunggu kematiannya.
Dari banyaknya masalah yang dialami oleh lansia, maka peran gereja sangat diperlukan
seorang pendamping melalui proses pendampingan konseling pastoral. Pendampingan konseling
patoral sangat berguna dalam memberikan penguatan serta penghiburan khususnya kepada kaum
lansia, agar lansia tetap semangat dalam menjalani kehidupan masa tuanya. Karena
pendampingan dapat menyangkut persoalan fisik, mental, sosial dan spiritual. Pendampingan
yang berarti menolong orang lain, menumbuhkan dan mengaktualisasikan dirinya secara penuh,
hal ini merupakan proses perkembangan hubungan antara seseorang dengan orang lain.1
Santoso dan Ismail dalam bukunya “Memahami Krisis Lanjut Usia” dikatakan bahwa
semua manusia pasti akan mengalami tahap lansia. Menua secara fisik adalah suatu proses
menurunnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Walaupun demikian lansia merupakan berkat
karunia dari Allah. Keterbatasan dan kelemahan-kelamahan pada usia lanjut bukanlah sesuatu
yang harus dikhawatirkan karena Tuhan akan tetap menjaga dan memelihara orang-orang lansia.
Tuhan memegang dan menuntun anak-anaknya dengan kasih setiaNya.
Kaum lansia memang menjadi tua, tetapi bukan berarti mereka tidak berguna. Sebab
masa tua merupakan harta yang berharga dan patut untuk disyukuri. Gereja sendiri menyadari
tanggung jawabnya untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh bagi para lansia. Secara
umum lansia merupakan masa dimana berbagai persoalan fisik dan psikis yang semakin
membutuhkan perhatian serius. Secara umum, usia 60 tahun ke atas sudah dianggap lansia.2
Lansia bukanlah hal yang dapat dianggap sepele, karena masalah dalam menjalani masa lansia
sangatlah beragam, seperti menurunnya daya tahan tubuh, merasa kesepian, kurangnya kasih
sayang dan perhatian. Maka penulis mengamati bahwa ada pergumulan yang di hadapi baik dari
pihak keluarga, lansia itu sendiri, dan dari lingkungannya, yang dapat membuat lansia tidak
memiliki semangat dalam menjalani masa tuanya. Adapun yang menjadi rumusan masalah yang
akan diteliti

1
Milton Mayerof, Mendampingi Untuk Menyembuhkan (Jakarta: BPK-GM dan Yogyakarta: kanisius,
1993), 15.
2
Hanna Santoso Andar Ismail, Memahami Krisis Lanjut Usia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 2.
1.2. Rumusan Masalah

Kepada Lansia:

1. Bagaimana kehidupan lansia ditengah tengah keluarga?

2. Apa peran lansia dalam keluarga?

3. Siapakah Lansia di tengah ditengah keluarga?

Kepada keluarga?

1. Bagaimana keluarga memahami makna lansia ditengah tengah keluarga?

2. Sejauhmanakah peran keluarga terhadap lansia?

3. Bagaimana dampak keluarga ditengah tengah kehidupan lansia?

Kepada Kelurahan

1. Bagaimana pemahaman kelurahan terkait lansia?

2. Sejauhmanakah peran kelurharan dalam memperhatikan kehidupan lansia?

3. Bagaimana dampak kelurahan bagi kehidupan lansia?

1.3. Batasan Masalah

1.4. Hipotesis

1.5. Manfaat Penelitian

1.6. Tujuan Penelitian

1.7. Metode Penelitian

1.8. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:


BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hal-hal yang berisikan tentang latar belakang
dan konteks permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
hipotesa, metodologi penelitian, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan konseling
pastoral terhadap lansia.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini peneliti akan menjelaskan metode dan bentuk penelitian yang akan dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu: wawancara langsung kepada
lansia, keluarga dan gereja.
BAB IV: ANALISIS DATA
Dalam bab ini hasil penelitian akan dibahas dengan
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan dari seluruh pembahasan hasil dari peneliti yang
kemudian diakhiri dengan saran-saran dari peneliti.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Lanjut Usia


Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, mengatakan lansia adalah lanjut usia, dan sudah
berumur atau tua.3 Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Secara alamiah semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir dari fase
kehidupannya.
Tahap dewasa merupakan tahap mencapai titik perkembangan. Setelah itu tubuh mulai
menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada dalam tubuh, yang dapat
mengakibatkan tubuh akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan, ituah yang
disebut proses penuaan.4 Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah
dan merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang diberi karunia umur panjang, dimana
semua orang akan berharap menjalani hidup dengan tenang dan damai.
Lansia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu masa dimana
seseorang telah beranjak jauh dari periode yang terdahulu, yang begitu menyenangkan kepada
tahap periode yang begitu menakutkan karena mendekatkan kepada kematian.5
Penuaan merupakan proses fisiologis yang dialami tubuh manusia yang ditandai dengan
berkurangnya kemampuan sel untuk mempertahankan fungsi normalnya. Hal ini mengakibatkan
tubuh tidak mampu lagi mempertahankan dirinya terhadap infeksi. Semakin bertambah tua
seseorang, maka akan semakin jelas perubahan fisik yang terjadi, misalnya badan mudah lelah
karena berkurangnya energi, kulit semakin keriput, tanggalnya sejumlah gigi, dan tulang yang
semakin rapuh. Kualitas fisik sebelumnya akan menurun secara drastis ketika seseorang
memasuki masa lanjut usia. Kondisi ini tentu mempengaruhi keadaan psikologis maupun sosial
mereka.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses menua adalah genetik, nutrisi atau
makanan, status kesehatan fisik dan mental, pengalaman hidup, lingkungan, stres, tipe

3
W J S. Poerwadamita, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 496.
4
Irwan Batubara, Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya (Jakarta: Salemba Medika, 2008), 45.
5
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2011), 311.
6
Awailuddin dkk, Tinjauan Pandemi Covid-19 Dalam Psikologi Perkembangan (Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press, n.d.), 319.
kepribadian, dan filosofi hidup seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses
penuaan seseorang tidak sama pada setiap orang sehingga mengakibatkan status kesehatan dan
pola penyakit pada lansia berbeda satu dengan yang lain. Hal ini dapat dibedakan berdasarkan
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sosial ekonomi lansia tersebut.
2.2. Fase-Fase Lanjut Usia
Tahap-tahap lanjut usia merupakan suatu fase kehidupan manusia yang harus dihadapi.
Proses penuaan berlangsung alamiah dan normal. Dalam kaitan ini gejala-gejala yang menyertai
usia lanjut dan empat tahap lanjut usia, yaitu: lanjut usia muda, lanjut usia madya, lanjut usia tua
suntuk, dan lanjut usia tua lontok.
1. Lanjut usia muda (60-69 tahun). Mereka ini disebut baru saja meraih usia 60 tahun dan
sebagian dari mereka telah pensiun. Tetapi mereka masih cukup segar secara rohani dan
jasmani. Mereka masih mampu menggunakan waktu dengan baik, tetap mandiri dan
kreatif. Bagi sebagian lanjut usia muda memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal
yang sudah lama tertunda. Mereka tidak lagi terhalang oleh jadwal padat di tempat kerja.
2. Lanjut usia madya (70-79 tahun). Mereka telah berhenti dari pekerjaan rutin. Mereka mulai
mengalami penurunan stamina dan mulai menunjukkan gejala penguzuran. Mereka mulai
mengalami penurun daya ingat, sering lupa nama orang, tempat serta peristiwa. Mereka
sadar bahwa indra netra dan indra rungu mereka mulai berkurang. Kalangan lanjut usia
madya (70-79 tahun) melakukan, senam, berjalan, bekerja dengan irama yang lebih
lamban. Kerapuhan pada usia lanjut menghadapkan mereka pada tugas berat untuk
menerima dan menangani keadaan itu dengan baik. Terutama mereka harus belajar
menemukan ukuran dan irama hidup sekarang dalam keterbatasan yang cukup terasa.
3. Lanjut usia tua suntuk (80-89 tahun). Mereka cenderung menerima stereotipe usia lanjut,
menghendak hospitalisasi yang lebih luas dan penurunan tenaga memaksa mereka
memerlukan bantuan, pendampingan serta perawatan. Keadaan ini niscaya menimbulkan
beban cukup berat, karena ketergantungan pada kebaikan orang lain tidak mudah diterima.
Mereka sering mengomel, marah dan mengungkapkan rasa tidak puas. Mereka diserahkan
kepada pola dan cara orang-orang yang merawat. Rasa kesepian di kalangan lanjut usia tua
suntuk (80-89 tahun) bertambah besar dan bahkan terkadang merasa seperti ditinggalkan
keluarga maupun orang lain
4. Lanjut usia tua lontok atau tua renta (90 tahun ke atas). Mereka tidak lagi aktif secara fisik
dalam kehidupan sehari-hari dan telah menderita macam-macam penyakit. Mereka telah
menunjukkan gejala pikun, banyak lupa, mudah bingung, sering kehilangan orientasi dan
tidak lagi mengikuti perkembangan lingkungan sekitar. Orang lanjut usia tua lontok
seringkali berulang-ulang menyampaikan sesuatu kepada siapa dia bertemu dan tidak dapat
lagi mengontrol setiap pembicaraannya. Kalangan lanjut usia tua lontok (90 tahun ke atas)
sangat membutuhkan perhatian dan kasih dari keluarga. Orang yang mengurus lanjut usia
tua lontok teruji kesabaran dan pengertiannya dalam memahami mereka.7

2.3. Masalah kesehatan Lanjut Usia


Fakta tersebut dialami para lansia. Mereka kurang berdaya secara fisik, mental, sosial
dan finansial. Keadaan ini signifikan berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Ada empat
faktor yang dihadapi para lanjut usia terkait dengan masalah kesehatan:8
a. Penurunan Kondisi Fisik
Penurunan kondisi fisik sering berjalan selaras dengan peningkatan atau penambahan
usia. Para lansia umumnya mengalami penurunan kondisi fisik yang bersifat patologis berganda
(multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi
makin rontok, tulang makin rapuh, dan lain sebagainya. Mereka juga mengalami penurunan
fungsi dan potensi seksual. Hal ini seringkali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik
seperti: gangguan jantung, ganggan metabolisme misalnya diabetes militus, vaginitis, dan lain-
lain. Kondisi fisik yang menurun, berpengaruh pada kondisi psikis. Penurunan fungsi panca
indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak
berguna.9
b. Perubahan Kondisi Psikologis
Para lansia secara umum, mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Fungsi
kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman. pengertian, perhatian dan lain-lain.
Fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan dan koordinasi.

7
David F Sibuea, PERCAKAPAN DENGAN LANJUT USIA Suatu Bentuk Konseling Pastoral Yang
Relevan Di Jemaat, (Medan: LAPiK, n.d.), 13–15.
8
Ibid., 16.
9
Ibid., 17.
Penurunan fungsi kognitif menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin
lambat. Penurunan fungsi psikomotorik mengakibatkan lanjut usia menjadi kurang cekatan.
Kondisi menjadi menurunnya daya ingat dan mudah tersinggung juga dialami oleh lansia. Selain
perubahan tersebut, lansia juga mengalami kesepian, perasaan kehilangan, dan ketidakberdayaan.
Situasi kesepian dapat muncul setelah berpisah dari anak-anaknya. Setelah anak-anak
terpisah, peran mereka sebagai orang tua yang mengasuh, membesarkan dan merawat mengalami
pengikisan bahkan mungkin sama sekali terhenti. Kesepian juga terjadi karena faktor kepergian
pasangan hidup menghadap Sang Pencipta. Kesepian dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
lansia. Para lansia dihinggapi rasa kesepian akibat berkurangnya interaksi sosial, mereka
cenderung lebih bersikap negatif terhadap diri sendiri. Hal ini jelas berakibat terhadap kondisi
kesehatannya. Berarti kondisi fisik berpengaruh pada kondisi psikologis dan kondisi psikis juga
berpengaruh terhadap kondisi fisik.10
c. Perubahan Peran Sosial dalam Masyarakat
Para lansia mengalami perubahan peran sosial dalam masyarakat, meliputi peran
pekerjaan, ekonomis, keluarga, dan peran komunitas. Semua ini berdimensi produktivitas,
penghargaan, dan kekuatan sosial, ekonomis dan moral. Dalam situasi tersebut, keluarga,
masyarakat atau lembaga sosial, gereja dan pemerintah perlu memberikan pelayanan dan
perlakuan sesuai dengan kebutuhan lanisa. Mempersiapkan lansia untuk mengatasi persoalannya.
Semua pihak, terutama keluarga, harus mengetahui kondisi kesehatan, ekonomi dan kondisi
sosial lansia dalam rangka mengarahkan untuk menuju kondisi kemandirian. Hal ini
dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas sumber daya lansia. Sehubungan dengan itu keluarga
dan masyarakat wajib menghargai dan menghormati lansia. Perhatian serta dukungan keluarga
sangat bermanfaat dalam menciptakan suasana kondusif agar lansia tidak terlalu merasa
kehilangan peran sosial dalam masyarakat.

2.4. Hubungan Sosiologi dengan Lansia


2.5. Pengaruh lingkungan terhadap Lansia
2.6.

10
Ibid., 18.

Anda mungkin juga menyukai