Anda di halaman 1dari 15

PENUGASAN INDIVIDU

REFLECTIVE WRITING : JALAN SUNYI PARA LANSIA

OLEH

NOLDIN SIRUMPA
1490121074

PROGRAM PROFESI NERS XXVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
T.A 2021/2022
I. RESUME VIDEO
UU No. 13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia “Lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun”. Jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. pada
tahun 2016 diperkirakan mencapai 36 juta jiwa sebagai akibat dari tingkat kesehatan
yang semakin baik. Pertambahan jumlah lansia ini membawa implikasi kepada apa yang
harus disiapkan oleh Negara bukan hanya pemerintah. Seiring bertambahnya usia lansia
maka kondisi fisik juga ikut menurun terutama kemampuan menangani masalah
kesehatannya, kemudian dalam lingkungan sosial ada orang yang tidak peduli terhadap
lansia karena dianggap tidak produktif lagi atau tidak berguna. Oleh karena itu dalam
UU 13 1998 pasal 8 disebutkan bahwa pemerintah, masyarakat dan keluarga
bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia.

Dalam video memperlihatkan kehidupan para lansia yang tinggal di salah satu panti
wreda di Jakarta. Lansia disana bermacam-macam, ada yang masih kuat dan ada yang
hanya bisa terbaring di kasur. Beberapa lansia merasa senang tinggal dipanti bahkan
ingin tinggal disana sampai akhir hidupnya. tetapi ada juga yang tidak senang tinggal
dipanti karena keinginan anaknya untuk menitipkan lansia tersebut, akhirnya lansia
terpaksa tetap tinggal karena anak tidak sanggup mengurus dengan alasan kesibukan,
ini menyebabkan lansia harus berpisah dengan keluarganya dan mengatakan ingin
pulang. Lansia dipanti tersebut ada yang memang berkeinginan untuk tinggal disana,
ada yang dengan seijin keluarganya dan juga lansia hasil jaringan (ditemukan dijalanan).
Kehidupan para lansia di panti sangat di jamin oleh pemerintah mulai dari kesejahteraan
lansia sampai masalah kesehatannya.

Dalam kehidupan bersosial di Indonesia masih bekerja karena kondisi ekonomi yang
belum mapan. Terbukti bahwa banyak lansia masih bisa produktif, karena faktanya
lansia tidak bisa diam saja pun seorang lansia tidak ada stigma negatif yang
mengatakan lansia tidak berguna, lansia tidak menghasilkan apa-apa dan tidak ada
kontribusi sehingga hal inilah yang menyebabkan pembiaran. Sebanyak 48% lansia mesti
dia bekerja untuk uang tetapi ingin menunjukkan bahwa dirinya masih berguna
dilingkungannya.
Disamping itu, banyak lansia yang terlantar karena ditinggal anak-anaknya dan akhirnya
lansia tetap harus bertahan hidup sendiri. Dari temuan dilapangan, konflik keluarga jadi
penyebab sebagian lansia menjadi terlantar, keberadaan panti lansia belum sepenuhnya
cukup untuk menampung lansia terlantar. Melihat data 2017, angka lansia terlantar
mencapai 2,1 juta jiwa, 1,8 juta jiwa lansia lainnya di prediksi terlantar. Saat ini jumlah
penduduk lansia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahunnya hingga pertengahan
taun 2019 jumlahnya mencapai lebih dari 25 juta lansia. Kenaikan angka lansia sebanyak
19% juga diproyeksikan terjadi pada tahun 2045. Belajar dari potret lansia di Indonesia
lantas apa ingin lansia agar bahagia di usia senja ?

Oleh karena itu lansia harus diberdayakan. Jika lansia masih kuat dan potensial maka
dapat diberikan pelatihan seperti membuat kerajinan tangan, memasak bagi yang masih
produktif dan lain-lain sesuai dengan minat lansia seperti yang diterapkan dipanti sosial.
Kedepannya, semua unsur dan sektor baik pemerintah, keluarga, dan masyarakat harus
lebih peduli terhadap kesejahteraan lansia, hal ini akan terbukti dalam sebuah aturan
yang dikeluarkan mulai dari UU sampai mungkin peraturan daerah dan peraturan desa.

II. PERTANYAAN KASUS


a. Apakah karakteristik lansia yang di rawat di panti sosial, panti wreda dan rumah
tempat tinggal?
Jawaban :
Berdasarkan video, Lansia dipanti werdha bermacam-macam, ada yang masih kuat
dan ada yang hanya bisa terbaring di kasur. Beberapa lansia merasa senang tinggal
dipanti bahkan ingin tinggal disana sampai akhir hidupnya. tetapi ada juga yang tidak
senang tinggal dipanti karena keinginan anaknya untuk menitipkan lansia tersebut.
Lansia dipanti tersebut ada yang memang berkeinginan untuk tinggal disana, ada
yang dengan seijin keluarganya dan juga lansia hasil jaringan (ditemukan dijalanan).
Sedangkan karakteristik lansia yang tinggal di rumah tempat tinggal memerlukan
bantuan keluarga sebagai caregiver. Pengalaman keluarga dalam merawat
membutuhkan perhatian dan waktu yang lebih seperti kebutuhan pemenuhan
makan, mandi, berganti pakaian.Keluarga mengungkapkan lansia kadang sikapnya
seperti anak kecil sehingga tidak jarang keluarga bertengkar dengan lansia karena
salah paham (Ninda Ayu, 2017).

b. Apakah yang menjadi tantangan bagi lansia yang dirawat di panti wredha
Jawaban :
Proses Adaptasi.
Tinggal dalam suatu lingkungan yang baru tentunya lansia perlu melakukan
adaptasi. Adaptasi yang baik ditunjukkan oleh sikap lansia sehari –hari yang terlihat
mampu menjalankan aktivitas dengan baik serta senantiasa terlihat senang dan
memiliki hubungan yang baik dengan orang – orang disekelilingnya. Lansia dengan
tingkat adaptasi yang kurang baik dan tidak baik juga tercermin dari perilakunya
sehari-hari, tidak jarang diantara mereka akan mengalami stres baik ringan maupun
berat. Hambatan yang dialami lansia dalam usahanya untuk beradaptasi di panti
werdha diakibatkan oleh berbagai hal misalnya ketidak cocokan dengan sesama
lansia di panti, faktor makanan dikatakan menjadi penghambat karena menu yang
tidak sesuai keinginan sehingga menurunkan nafsu makan berbeda saat tinggal di
rumah yang dapat memilih menu makanan sesuka hati. Faktor terakhir yang
menjadi menghambat adaptasi lansia di panti werdha adalah keluarga yang tidak
pernah datang berkunjung.

c. Apakah risiko masalah kesehatan yang dapat dialami lansia di panti wredha?
Jawaban :
Lansia berisiko mengalami depresi. Pada Lansia banyak sekali perubahan-perubahan
yang terjadi seperti perubahan fisik, perubahan mental, perubahan psikologis,
penyakit dan lingkungan yang berbeda. Akibat adanya perubahan tersebut, Lansia
dapat merasakan adanya kekurangan yang dapat menimbulkan perasaan negatif
pada dirinya, seperti perasaan depresi.

d. Jelaskan kelebihan dan kekurangan yang dialami lansia ketika di rawat di panti
wredha?
Jawaban :
Kelebihan: Kehidupan para lansia di panti werdha di jamin oleh pemerintah mulai
dari kesejahteraan sosial lansia hingga masalah kesehatannya serta lansia juga
menjalani aktifitas yang teratur dan terstruktur.
Kekurangan: Untuk beberapa lansia, tinggal pada tempat panti wreda justru dapat
menyebabkan rasa tak nyaman. Bahkan, bisa jadi, tinggal di panti ini membuat lansia
merasa depresi. Hal ini bisa terjadi karena lansia tidak bebas berada di fasilitas ini.
Sebagai contoh, lansia tidak bisa bebas memilih menu makanan harian atau kegiatan
yang mereka sukai. Selain itu, ada kemungkinan bahwa panti tersebut memiliki
pelayanan yang tidak berkualitas jika dibandingkan ketika berada di rumah sendiri.
Akibatnya, orang yang sudah memasuki usia senja ini bukan lebih sehat, tetapi lebih
sering jatuh sakit. Panti jompo mungkin akan terlihat menakutkan atau tidak
menyenangkan untuk para lansia. Belum lagi perasaan dikhianati atau merasa
ditelantarkan oleh keluarga ketika berada di sana.

e. Jelaskan kelebihan dan kekurangan yang dialami lansia ketika dirawat oleh keluarga?
Jawaban :
Kelebihan: Keluarga, dengan kata lain merupakan wahana paling baik untuk
memberikan pelayanan kepada lansia, karena memiliki potensi dalam merawat
orang tua. Dalam pelayanan ini, lansia tetap tinggal di lingkungan keluarga, hidup
menyatu bersama anak, cucu, dan atau sanak keluarga lainnya. Orang tua yang
sudah memasuki usia lanjut akan dirawat, dan untuk keperluan sehari-hari masih
dilayani oleh anak-anaknya. Upaya yang dilakukan adalah memberi pelayanan
kebutuhan baik fisik, psikis, maupun sosial. Fungsi keluarga dalam pelayanan lansia
sangat besar artinya da-lam mewujudkan lansia yang sejahtera. (Etty P, 2015).
Kekurangan: Ada beberapa keluarga yang melakukan pengabaian terhadap lansia.
Angka kejadian pengabaian berdasarkan data dunia yang dilaporkan oleh National
Council on Aging (NCOA) menyatakan 1 dari 10 orang lansia yang berusia lebih dari
60 tahun di Amerika mengalami pengabaian atau penelantaran. Setiap tahunnya
terdapat 5 juta lansia yang mengalami pengabaian, dimana 90% pelaku pengabaian
adalah keluarga (NCOA, 2015).
f. Jelaskan apa yang harus di persiapkan individu untuk menjadi sehat dan produktif di
masa menua?
Jawaban:
Menjaga kesehatan sejak muda, mempunyai asuransi kesehatan, menyiapkan
tabungan.

g. Sebutkan 4 masalah keperawatan yang berisiko dialami lansia ketika dirawat di panti
sosial dan panti wreda? (dibuat dalam bentuk tabel ringkasan diagnosa
keperawatan)
Jawaban :
4 masalah keperawatan yaitu (defisit perawatan diri (mandi), defisit perawatan diri
(eliminasi), risiko jatuh dan hambatan mobilitas fisik). Ringkasan diagnosa terlampir.

h. Jelaskan 5 aspek etik yang harus diperhatikan perawat pada saat merawat lansia di
panti sosial dan panti wredha berdasarkan video tersebut?
Jawaban :
1. Empati : istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar pengertian
yang dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus memandang seorang
lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.
2. Non maleficence dan beneficence: Pelayanan pada lansia selalu didasarkan
pada keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari tindakan
yang menambah penderitaan (harm). Sebagai contoh, upaya pemberian posisi
baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau
perlu dengan derivat morfina) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan
merupakan contoh berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk
dikerjakan.
3. Otonomi: yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri.
4. Keadilan: yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan yang
sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara
wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak
relevan.
5. Kesungguhan hati: Suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang
diberikan pada seorang lansia.

i. Jelaskan Peran Perawat dalam merawat lansia di panti wreda?


Jawaban :
Memaksimalkan kesehatan pasien lansia, menjaga lansia tetap aktif, mengontrol
makanan dan obat pasien lansia, membantu kebersihan pasien lansia, Mengontrol
kesehatan pasien lansia, memotivasi dan memberi perhatian pada pasien lansia,
berkomunikasi dengan lansia (Dengan melakukan komunikasi intensif, lansia tidak
merasa sendirian atau kesepian)

j. Jelaskan Peran Perawat dalam merawat lansia di lingkup keluarga?


Jawaban :
Peran perawat dalam merawat lansia di lingkup keluarga adalah meningkatkan
derajat status kesehatan lansia serta kemampuan lanjut usia dengan cara
perawatan, pencegahan, membantu mempertahankan semangat hidup lansia dan
merawat lanjut usia yang sakit maupun yang mengalami gangguan.

III. ANALISA DATA


No. Data Masalah
1. Data Subjektif : Defisit perawatan diri (mandi)
- Lansia mengatakan tidak mampu
mengakses kamar mandi
Data Subjektif :
- Tampak lansia lusuh dan kotor
- Tampak lansia tidak terawat
- Lansia tampak lemah
2. Data Subjektif : Defisit perawatan diri (eliminasi)
- Lansia mengatakan tidak mampu
mencapai toilet
- Lansia mengatakan tidak mampu
duduk dan bangun saat buang air
Data Objektif :
- Tampak lansia susah untuk
menjangkau toilet
- Tampak lansia dibantu dalam
mengakses toilet
- Bau pesing
3. Data Subjektif : Risiko jatuh
- Lansia (Kakek) mengatakan tetap
ingin bekerja
- Lansia (Kakek) mengatakan seperti
akan sakit jika tidak bekerja
- Lansia (Kakek) mengatakan sering
cepat lelah
Data Objektif :
- Tampak lansia (kakek) bekerja jalan
kaki dengan sepeda
- Tampak lansia (kakek) berjalan pelan
4. Data Subjektif : Hambatan mobilitas fisik
- Lansia mengeluh sulit menggerakkan
badannya
- Lansia mengatakan enggan
melakukan pergerakan
Data Objektif :
- Tampak lansia menggunakan kursi
roda
- Tampak lansia hanya bisa berbaring
di kasur
Ringkasan Diagnosa Keperawatan Tunggal

Dx Keperawatan Defisit perawatan diri (Mandi)


Definisi Hambatan kemampuan untuk melakukan
atau memenuhi aktifitas mandi atau
hygiene sendiri
Batasan Karakteristik Ketidakmampuan mengakses kamar mandi,
menjangkau sumber air, mengeringkan
tubuh, mengambil perlengkapan mandi
Pengkajian Mengkaji kemampuan dalam melakukan
perawatan diri (mandi)
Faktor yang berhubungan Ansietas, penurunan motivasi, kendala
lingkungan, nyeri, kelemahan
Alternatif Dx (Saran Penggunaan) Intoleransi aktifitas, hambatan mobilitas
fisik, defisit perawatan diri total
Nursing Outcome (NOC) Tujuan jangka panjang :
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan defisit perawatan diri (mandi)
teratasi

Tujuan jangka pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 jam diharapkan perawatan diri
(mandi) meningkat

Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan mobilitas yang
diperlukan untuk ke kamar mandi dan
menyediakan perlengkapan mandi
2. Membersihkan dan mengeringkan
tubuh
3. Melakukan perawatan mulut
4. Menggunakan deodoran
Intervensi (NIC) 1. Kaji dan akomodasi perubahan fisik
atau kognitif yang dapat menyebabkan
defisit perawatan diri
2. Dorong berjalan dan latihan fisik untuk
membentuk kekuatan
3. Pertahankan lingkungan mandi hangat
dan pajankan hanya area tubuh yang
sedang dimandikan
4. Mandikan dan keringkan perlahan
untuk melindungi kulit rapuh
5. Tingkatkan kemandirian seoptimal
mungkin sesuai kemampuan klien

Dx Keperawatan Defisit perawatan diri (eliminasi)


Definisi Hambatan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan kegiatan eliminasi
Batasan Karakteristik Ketidakmampuan melakukan higiene
eliminasi secara komplet, menyiram toilet,
memanipulasi pakaian untuk eliminasi,
mencapai toilet, naik ke toilet dan duduk di
toilet
Pengkajian Mengkaji kemampuan dalam melakukan
perawatan diri (eliminasi)
Faktor yang berhubungan Ansietas, penurunan motivasi, kendala
lingkungan, keletihan, hambatan
kemampuan berpindah, hambatan
mobilitas, nyeri, kelemahan
Alternatif Dx (Saran Penggunaan) Intoleransi aktifitas, inkontinensia alvi,
keletihan, hambatan mobilitas fisik
Nursing Outcome (NOC) Tujuan jangka panjang :
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan defisit perawatan diri (mandi)
teratasi
Tujuan jangka pendek (SMART):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 jam diharapkan perawatan diri
(eliminasi) meningkat
Kriteria Hasil :
1. Mengenali atau mengetahui kebutuhan
bantuan untuk eliminasi
2. Mengenali dan berespon terhadap
urgensi untuk berkemihdan atau
defekasi
3. Mampu duduk dan turun dari kloset
4. Membersihkan diri setelah eliminasi
Intervensi (NIC) 1. Akomodasi Defisit kognitif (mis:
pertahankan arahan verbal yang singkat
dan sederhana)
2. Beri cukup waktu untuk eliminasi guna
menghindari keletihan dan frustrasi
3. Rekomendasikan dan bantu melakukan
latihan pembangun kekuatan
4. Bantu kien ambulansi selama beberapa
menit saat mencapai toilet
5. Beri pijakan kaki pada kursi buang air
atau kloset jika perlu untuk
mengelevasi lutut di atas pinggul
Dx Keperawatan Risiko jatuh
Definisi Peningkatan kerentanan terhadap jatuh
yang dapat menyebabkan bahaya fisik
Batasan Karakteristik Orang dewasa : usia diatas 65 tahun,
riwayat jatuh, hidup seorang diri, tungkai
bawah tiruan, menggunakan alat bantu,
menggunakan kursi roda
Pengkajian Menggunakan kuesioner morse fall scale
atau get up and go test
Faktor yang berhubungan Berdasarkan faktor risiko
Alternatif Dx (Saran Penggunaan) Risiko cedera, Risiko trauma
Nursing Outcome (NOC) Tujuan jangka panjang :
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan risiko jatuh teratasi.

Tujuan jangka pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 jam diharapkan tingkat jatuh
menurun

Kriteria Hasil :
1. Jatuh saat berdiri menurun
2. Jatuh saat duduk menurun
3. Jatuh saat berjalan menurun
4. Jatuh saat membungkuk menurun
Intervensi (NIC) 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
(mis: kondisi fisik)
2. Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan
3. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko
4. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
5. Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan

Dx Keperawatan Hambatan mobilitas fisik


Definisi Suatu keadaan dimana individu mengalami
atau berisiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah
Batasan Karakteristik Gangguan sikap berjalan, penurunan
keterampilan motorik kasar, penurunan
rentang gerak, waktu reaksi memanjang,
kesulitan membolak-balik posisi,
ketidaknyamanan, melakukan aktifitas lain
sebagai pengganti pergerakan, tremor
akibat bergerak, instabilitas postur,
gerakan lambat, gerakan tidak
terkoordinasi
Pengkajian Penilaian kekuatan otot ekstremitas
Faktor yang berhubungan Intoleransi aktifitas, ansietas, indeks massa
tubuh diatas persentil ke 75 sesuai usia,
kepercayaan budaya tentang aktifitas yang
tepat, penurunan kekuatan otot,
penurunan kendali otot, penurunan massa
otot, penurunan ketahanan tubuh, depresi,
disuse, kurang dukungan lingkungan,
kurang pengetahuan tentang nilai aktifitas
fisik, kaku sendi, malnutrisi, nyeri fisik tidak
bugar, keengganan memulai pergerakan,
gaya hidup kurang gerak.
Alternatif Dx (Saran Penggunaan) Risiko sindrom disuse, risiko cedera,
hambatan mobilitas fisik di tempat tidur,
hambatan mobiltas fisik berkursi roda,
deficit perawatan diri.
Nursing Outcome (NOC) Tujuan jangka panjang :
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan hambatan mobiltas fisik
teratasi.

Tujuan jangka pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 jam diharapkan mobiltas fisik
meningkat

Kriteria Hasil :
1. Pergerakan ekstremitas meningkat
2. Kekuatan otot meningkat
3. Rentang gerak (ROM) meningkat
4. Kelemahan fisik menurun
Intervensi (NIC) 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluha
fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
3. Fasilitasi aktifitas ambulasi dengan alat
bantu
4. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik
5. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
DAFTAR PUSTAKA
1. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.EGC
2. Wilkinson, J.M (2016). Diagnosis Keperawatan. Ed. 10

3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Ed.1

4. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Ed.1

5. https://www.youtube.com/watch?v=-hy2IOx5Q4c Kompas TV: Nyanyi Sunyi Para


Lansia - JEJAK KASUS
6. https://www.youtube.com/watch?v=QyKesQImZ8s&t=1s Lansia Terlantar dan Bekerja
Serabutan Masih Ada di Indonesia | JalanSunyi Para Lansia (2)

7. https://www.youtube.com/watch?v=_sYhmVdc_vU&t=3s Jumlah Lansia Indonesia


Terus Bertambah | Jalan Sunyi Para Lansia (3)

8. Ninda Ayu Prabasari, Linda Juwita, Ira Ayu Maryuti (2017). PENGALAMAN KELUARGA
DALAM MERAWAT LANSIA DI RUMAH. Jurnal Ners Lentera, Vol. 5, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai