Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penelantaran dan
Kekerasan pada Lansia ” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah membantu. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia akan mencapai usia dewasa, dan mempunyai kemampuan reproduksi
serta melahirkan anak. Ketika kondisi hidup seseorang mulai mengalami perubahan,
maka seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi tersebut, kemudian memasuki fase
selanjutnya, yaitu lansia. Bagi manusia yang normal tentunya telah siap menerima
keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkunganya (Darmojo, 2010).
Lansia merupakan fase terjadinya penurunan fisik seseorang, atau dapat pula
diartikan sebagai suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya, yang di tandai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Pada lansia
terjadi sebuah proses yang disebut penuaan, proses tersebut bukan status penyakit tetapi
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam maupun dari luar tubuh (Azizah, 2011).
Pada umumnya manusia bertahan dari tantangan kehidupan dimulai dari proses
kelahiran hingga melewati setiap masa perkembangan untuk hidup lebih lama mencapai
umur yang panjang.Hal ini dapat dikatakan sebuah keberhasilan, akan tetapi di sisi lain
dapat berpengaruh pada peningkatan populasi lansia di dunia. Diperkirakan jumlah
penduduk lansia yang berumur 60 tahun atau lebih, dalam populasi dunia akan
meningkat dari 800 juta penduduk menjadi 2 milyar penduduk, atau mengalami
lonjakan dari 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).
Di negara maju pertambahan populasi lansia telah diantisipasi. Tidak dipungkiri
bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi peningkatan populasi
lansia dengan berbagai permasalahannya. Pada saat ini negara berkembang juga
memiliki permasalahan dengan peningkatan populasi lansia. Bertambahnya jumlah
penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan
antara lain, kesehatan fisik, mental, sosial, psikologis, sosial ekonomi dan keuangan,
serta masalah keperawatan seperti kesepian, merasa tidak berguna, tidak produktif dan
kelainan degeneratif (Nugroho, 2008).
Kekerasan terhadap usia lanjut pada umumnya adalah mengacu pada salah satu
tindakan dari beberapa bentuk penganiayaan dari seseorang yang memiliki hubungan
khusus dengan usia lanjut seperti pasangan, saudara, anak, teman atau pengasuh di
rumah, menurut (Mcdonald 2000 ). Apalagi untuk pasangan muda atau orang dewasa
dengan tanggung jawab keuangan dan tanggung jawab pada keluarga yang berat, maka
akan menyebabkan tingkat stress yang tinggi dalam menjalankan tugas perawatan
terhadap usia lanjut dan menjadi penyebab untuk melakukan pelecehan awal atau
penelantaran.
Perhatian keluarga untuk melayani lansia semakin berkurang, seiring dengan
meningkatnya aktivitas keluarga dan adanya pergeseran pola kerja dari suami-istri yang
bekerja akibat meningkatnya kebutuhan hidup. Dengan kondisi yang demikian akan
berdampak pada meningkatnya jumlah lansia yang dikategorikan sebagai lansia telantar
(Sumarno, S et al., 2011).
Peningkatan jumlah lansia telantar merupakan tantangan yang harus dihadapi
oleh pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Sosial Republik
Indonesia telah melakukan berbagai bentuk pelayanan sosial terhadap lansia termasuk
di dalamnya lanjut usia telantar yaitu melalui pelayanan sosial dalam panti dan
pelayanan sosial luar panti. Pelayanan sosial dalam panti terdiri dari asistensi sosial
melalui lembaga kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial lanjut usia melalui Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW).
Pelayanan sosial luar panti terdiri dari asistensi sosial lanjut usia telantar,
pendampingan dan perawatan lanjut usia di lingkungan keluarga lanjut usia, pelayanan
harian lanjut usia, dan pelayananlanjut usia dalam situasi darurat (Kemensos RI & BPS
RI, 2013).
Dengan adanya data tersebut, sehingga kami menilai perlunya pembahasan
mengenai apasaja faktor yang dapat mempengaruhi kekerasan, pengabaian dan
penelantaran pada lansia, bagaimanA cara penanganan dan apa sajakah peran perawat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis ingin mengetahui
“Bagaimana konsep keperawatan pada lansia yang mengalami penelantaran dan
kekerasan”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep keperawatan pada lansia yangmengalami penelantaran
2. Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penelantaran pada lansia
b. Mahasisawa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi dari
penelantaranpada lansia
c. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik dari penelantaran, pada lansia
d. Mahasiswa mampu menjelaskan akibat dari penelantaran pada lansia
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dapat membantu dan mempermudah mahasiswa dalam
memahami dan membentuk kerangka berpikir secara sistematis tentang konsep
keperawatan pada lansia dengan penelantaran dan kekerasan
2. Manfaat Praktis
a. Penganiayaan Fisik
Setiap bentuk cedera fisik baik secara langsung maupun tidak langsung
(Eliseivier, 2016). Bisa berkisar dari menampar atau mendorong, pemukulan
dan mengikat dengan tali atau rantai. Bila seseorang pengasuh atau orang lain
menggunakan kekuatan yang menyebabkan rasa sakit atau luka yang tidak
berarti, bahkan jika alasannya adalah untuk membantu lansia, perilaku tersebut
dapat dianggap sebagai kekerasan. Kekerasan fisik bisa meliputi memukul,
mendorong, menedang, mencubit, membakar, atau menggigit. Ini juga
mencakup penggunaan obat dan pembatasan fisik dan hukuman fisik yang
tidak tepat dalam bentuk apa pun.
b. Kekerasan Psikologis, Verbal atau Emosional
Biasanya penganiayaan yang tidak beralasan, dapat berkisar dari
panggilan nama atau memberi "perlakuan diam" untuk mengintimidasi dan
mengancam individu. Bila anggota keluarga, pengasuh, atau orang lain
berperilaku sedemikian rupa sehingga menimbulakan rasa takut, kesedihan
mental, atau rasa sakit atau kesusahan, perilaku tersebut dapat dianggab
kekerasan. Kekerasan verbal dan emosional bisa termasuk berteriak,
bersumpah, dan membuat komentar mengina atau mengabaikan komentar.
Kekerasan psikologis melibatkan segala jenis perilaku koersif atau mengancam
yang membentuk perbedaan kekuatan antara lansia dengan anggota keluarga
atau pengasuh. Ini juga bisa mencangkup merawat lansia seperti anak kecil
dan mengisolasi orang tersebut dari keluarga, teman, danaktivitas rutin melalui
kekerasan, ancaman, atau perilaku manipulatif.
c. Kekerasan Seksual
Paksaan untuk melakukan kontak atau perilaku seksual tanpa persetujuan
(Elsevier, 2016). Bisa berkisar dari pameran seksual sampai pemerkosaan.
Kekerasan seksual dapat mencangkup sentuhan yang tidak pantas, memotret
orang tersebut dalam pose sugestif, memaksa orang tersebut untuk melihat
pornografi, memaksa kontak seksual dengan pihak ketiga, atau perilaku seksual
yang tidak di inginkan. Ini juga mencangkup pemerkosaan, sodomi, atau
ketelanjangan paksa. Kekerasan seksual mungkin merupakan jenis kekerasan
lansia yang paling mengerikan namun paling tidak dilaporkan.
d. Eksploitasi Finansial
Dapat berkisar dari penyalahgunaan dana lansia hingga penggelapan uang.
Eksploitasi finansial meliputi penipuan, mengambil uang dengan alasan palsu,
pemalsuan, trasfer properti paksa, membeli barang-barang mahal dengan uang
lansia tanpa sepengetahuan atau izin lansia tersebut. Ini mencangkup
penggunaan pengaturan perwalian hukum, surat kuasa, atau konservatori yang
tidak semestinya. Ini juga mencangkup berbagai penipuan internet, telepon, dan
tatap muka yang dilakukan oleh orang-orang penjual atau bahkan layanan
kesehatan.
e. Kekerasan Pengabaian
Yaitu ketika kebutuhan dasar lansia tidak terpenuhi. Berkisar daristrategi
pengasuh yang menahan perhatian yang tepat dari individu untuk secara segaja
gagal memenuhi kebutuhan fisik, sosia, atau emosional lansia. Pengabaian
dapat mencakup kegagalan untuk menyediakan makanan, air, pakaian, obat-
obat, dan bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari atau membantu
kebersihan pribadi. Pengasuh dan keluarga mungkin secara tidak sengaja
mengabaikan lansia karena kurangnya pengetahuan, sumber daya, atau
kedewasaan mereka.
Sebagai wujud nyata pelayanan kesehatan dan sosial pada kelompok lanjut
usia, pemerintah telah menetapkan pelayanan pada lanjut usia melalui beberapa
jenjang. Pelayanan kesehatan dan sosial di tingkat masyarakat adalah posyandu
lanjut usia.
1) Fisik
mampu menjaga kesehatan fisik, melalui kebiasaan makan yang baik, olah raga
teratur, perawatan kesehatan serta menggunakan pelayanan kesehatan yang
sesuai.
2) Emosional
mampu mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima perasaan orang
lain, serta memandang hidup secara positif; kemampuan untuk membentuk
hubungan dengan orang lain didasarkan pada komitmen bersama, kepercayaan,
dan rasa hormat adalah bagian penting dari kesehatan emosional.
3) Intelektual
7. Penerapan EBP
a. Terapi Lingkungan (Art Therapy) Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia
Penduduk usia 60 tahun ke atas pada umumnya menderita penurunan
fungsi tubuh dan gangguan neuropsikiatri, yang paling umum terjadi ialah
demensia dan depresi. Terdapat perbedaan lansia depresi pada lansia yang
tinggal di panti, tinggal bersama keluarga, dan tinggal di lembaga
pemasyarakatan hanya 9% dari penderita depresi di Indonesia yang minum
obat atau menjalani pengobatan medis, maka diperlukan intervensi untuk
menurunkan tingkat depresi yang dialami dengan memberikan kegiatan yang
positif, menarik dan bersifat menyenangkan salah satunya dengan art therapy.
Art therapy merupakan sebuah proses penyembuhan yang dilakukan
dengan membuat sebuah karya seni yang kreatif. Art therapy juga suatu bentuk
terapi yang bersifat ekspresif dengan menggunakan materi seni, seperti lukisan,
kapur, spidol, dan lainnya, art therapy menggunakan media seni dan proses
kreatif untuk membantu mengekspresikan diri, meningkatkan keterampilan
coping individu, mengelola stress, dan memperkuat rasa percaya diri. Art
therapy juga dapat diartikan sebagai kegiatan membuat sebuah karya seni
untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan emosional pada individu, baik pada
individu yang memiliki kemampuan dalam seni ataupun yang tidak memiliki
kemampuan dalam seni.
Dari penelitian sebelumnya art therapy memiliki pengaruh terhadap
tingkat depresi pada lansia baik yang dilakukan di Indonesia maupun yang
dilakukan di luar negeri seperti Brisko Claudia, (2018) dari 25 responden hasil
kuesioner GDS pre-test terdapat 22 orang mengalami depresi sedang, dan 3
orang depresi berat untuk setelah di berikan art therapy lalu diberikan post-
test 2 orang tidak mengami depresi, 20 orang depresi ringan dan 3 orang depresi
sedang. Krisna, (2017) hasil kuesioner GDS pre-test 15 lansia mengalami
depresi, Berdasarkan hasil post-test diketahui sebanyak 13 lansia mengalami
penurunan skor di bawah 5 yang menunjukkan bahwa 13 lansia tersebut tidak
mengalami depresi. Snowy, (2015) hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif
kelompok intervensi disampaikan secara efektif membantu mengurangi gejala
depresi pada populasi lansia, penilaian berbasis seni ini sejalan dengan analisis
statistik yang ada signifikan penurunan gejala depresi setelah partisipasi
kelompok intervensi terapi seni ekspresif .
Berikut langkah – langkah gerakan senam otak (brain gym) adalah sebagai
berikut:
1) Dua Tangan di Depan Dada. Tangan kiri telapak membuka (jari-jari keatas),
tangan kanan membentuk pistol (ibu jari keatas dan jari tunjuk menunjuk
kearah telapak tangan kiri) lakukan gerakan jari tunjuk di sentuhkan ke
telapak tangan kiri,lalu dilanjutkan dengan pergantian tangan kiri sebagai
pistol dan tangan kanan sebagai target tembak, sentuhkan ujung telunjuk kiri
tersebutke telapak kanan, begitu seterusnya usahakan semakin cepat.