Oleh :
CI Lahan CI Institusi
Oleh :
CI Lahan CI Institusi
1.1.4 Etiologi
Etiologi dari hipertensi bisa dilihat dari banyak faktor, dengan
penyebab yang tidak dapat diidentifikasi, tetapi beberapa yang
umumnya terlibat berkaitan dengan homeostatik. Tekanan darah akan
tetap tinggi dan terus naik dari waktu ke waktu karna peningkatan
progresif dalam resistansi arteri perifer. Kenaikan terus menerus dalam
resistensi arteri nadalah karna retensi ginjal yang tidak sesuai terhadap
garam dan air atau ketidaknormalan pada dinding pembuluh darah.
Kondisi tingkat keparahan berhubungan langsung dengan adanya
jumlah dan besarnya faktor resiko, lamanya keberadaan faktor resiko,
dan adanya status penyakit yang menyertai. Tingkat keparahan
komplikasi hipertensi meningkat saat tekanan darah baik sistol maupun
diastol meningkat (Moncloa, 2018)
A. Hipertensi Primer
Hipertensi primer (esensial) disebut juga hipertensi
ideopatik akrna tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpati sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na+Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas,
merokok, alkohol dan polistemia
B. Hipertensi Sekunder
Pada klien yang terkena hipertensi dari sebab yang dapat di
diidentfikasi dengan keadaan penyakit atau salah yang spesifik di
diagnosa dengan hipertensi sekunder dan dalam banyak kasus
penyebab utamanya dapat di perbaiki. Oleh karna itu penting untuk
mengisolasi akar permasalah sehingga regimen pengobatan yang
tepat dapat diresepkan. Tingkat keparahan tergantung dari
penyebab pokonya, faktor-faktor personal, lingkungan serta durasi
status penyakit yang menyertai.
1.1.5 Patofisiologi
Pada dasarnya, terjadinya hipertensi disebabkan oleh
peningkatan aktivitas vasomotor sentral dan peningkatan kadar
neropineprin dan plasma, yang menyebabkan tidak berfungsinya
sistem kendali tekanan darah termasuk disfungsi reflek baroreseptor
ataupun kemoreseptor. Epineprin adalah zat yang disekresikan pada
dari saraf simpatis atau ujung saraf vasokontriktor dan langsung
bekerja pada otot polos pembuluh darah yang menyebabkan
vasokontriksi (Guyton, 2019).
Impuls bereseptor menghambat pusat vasokonstriktor di
medulla oblongata dan menstimulasi pusat saraf vagus. Efeknya adalah
memperluas pembulu darah dari seluruh sistem peredaran darah perifer
dan mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi. Oleh karena itu,
stimulasi reseptor dan barorefleksi pada arteri dapat menyebabkan
tekanan darah menjadi turun (Guyton, 2019). Pada saat yang sama,
ketika komposisi kimiawi darah berubah, misalnya, ketika darah
berubah, mekanisme refleks kemoreseptor terjadi, kandungan oksigen
rendah, kandungan karbon dioksida dan hidrogen tinggi, atau nilai pH
turun. Kondisi ini merangsang reseptor kimiawi yang ada di sinus
caroticus dan mengirim rangsangan yang berjalan di sepanjang saraf
dan saraf vagus ke pusat vasomotor di area kompresi atau
vasokonstriktor, yang juga mengandung bagian dari akselerator
jantung, yang di sebut pelepasan stimulus, berjalan dalam saraf
simpatis menuju ke jantung, zona vasokonstriktor mengirimkan
rangsang ke pembuluh darah sehingga menyebabkan kecilnya diameter
pembuluh darah, disfungsi kedua reflek dapat mengakibatkan aktivasi
pusat vasomotor di batang otak . (Nurrahmani, 2019)
1.2. Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan minimal sekali, tetapi dapat dilakukan
beberapa kali secara teratur, misal setiap jam pada pasien kritis. Tekhnik
pengkajian meliputi :
A. Anamnesa atau wawancara :
1. Keluhan utama :
Tanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien
sehingga perlu pertolongan. Keluhan yang harus diperhatikan antara
lain sesak napas, nyeri dada menjalar ke arah lengan, cepat lelah,
batuk lendir atau berdarah, pingsan, berdebar-debar, dan lainnya
sesuai dengan patologi penyakitnya.
2. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
Tanyakan tentang perjalanan penyakit sejak keluhan hingga klien
meminta pertolongan. Misal: Tanyakan sejak kapan keluhan
dirasakan, berapa kali keluhan terjadi, bagaimana sifat keluhan,
kapan dan apa penyebab keluhan, keadaan apa yang memperburuk
dan memperingan keluhan, bagaimana usaha untuk mengatasi
keluhan sebelum meminta pertolongan dan berhasilkan tindakan
tersebut.
3. Riwayat penyakit terdahulu (RPD)
Tanyakan tentang penyakit yang pernah dialami sebelumnya :
Tanyakan apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit
apa, pernahkah mengalami sakit yang berat, riwayat tambahan
disesuaikan dengan patologi penyakitnya, riwayat keluarga, riwayat
pekerjaan, riwayat geografi, riwayat alergi, kebiasaan social,
kebiasaan merokok (Nurhidayat, 2019).
4. Aktivitas / istirahat
a. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
b. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
5. Sirkulasi
a. Gejala :
1) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler
2) Episode palpitasi
b. Tanda :
1) Peningkatan tekanan darah
2) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
3) Murmur stenosis vulvular
4) Distensi vena jugularis
5) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
6) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
6. Integritas ego
a. Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
b. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan
pola bicara.
7. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.
8. Makanan / cairan
a. Gejala :
1) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol
2) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
3) Riwayat penggunaan diuretic
b. Tanda :
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya edema
3) Glikosuria
4) Neurosensori
B. Pemeriksaan fisik (Chepalokaudal)
Keadaan Umum :
KU baik/sedang/lemah
Kesadaran : Compos Mentis, Apatis, Stupor, Koma
Vital sign :
TD : MmHg
RR : x/mnt
N :x/mnt
S : oC
BB/TB :
Kepala : Bentuk mesosepal ataukah ada kelainan, adakah jejas
Rambut :
Telinga :
Hidung :
Mata :
Mulut dan gigi :
Leher : Kaji adanya pembesaran lnn, kaji adanya JVP (missal
pembesaran lnn (-) peningkatan JVP (-).
Thoraks : Inspeksi : Lihat adanya jejas, lihat gerak dada dan
pengembangan dada, adakah kelainan, lihat adanya retraksi dada,
sesuaikan dengan alasan masuk. Palpasi : Kaji pengembangan dada,
rasakan adakah perbedaan antara dada kanan dan kiri. Perkusi :
Lakukan perkusi pada semua area paru. Auskultasi: Lakukan
auskultasi pada semua area paru dan jantung (Nurhidayat, 2019).
C. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Peralatan Pemeriksaan Non Invasive Jantung Peralatan
Pemeriksaan Invasive Jantung: Pemeriksaan Non Invasive, Foto Thorax,
EKG, Treadmill exercise Chest test/Treadmill test, Echocardiography,
Nuclear cardiology, MRI/CT imaging (Nurhidayat, 2019).
Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan
1.6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingka antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta
hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017)
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
A. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data
hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori dan
pelaksanaan.
B. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien
dan keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan
pada akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait
dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawat.
DAFTAR PUSTAKA
Ekasari, Riasmini & Hartini, 2019. Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia: Konsep
& Berbagai Strategi Intervensi. Wineka Media; Malang.
Rekawati dkk, 2019. Model Keperawatan Keluarga Santun Lansia dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Asuhan Keluarga pada Lansia: A Literature Review.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes; Volume 10, Nomor 3.
Suarjana. (2018). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Jakarta:
InternaPublishing.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Defenisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Defenisi dan Kriteria Hasil Keperwatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Yanti & Vera, 2020. Penyuluhan Cara Penggunaan Obat Hipertensi secara
Benar Kepada Lansia di Desa Labuhan Labo. Jurnal Education and
Development; Vol.
Pathway
Iskemik
miokard Peningkatan
vaskuler serebral
MK. Penurunan
curah jantung MK. Nyeri akut
MK. Resiko
ketidak efektifan
Kelemahan
perfusi jaringan
umum
otak
MK. Intoleransi
aktivitas