Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah


Stigma masyarakat terhadapOrang Dengan HIV&AIDS sampai
sekarang ini masih sangat besar. Stigma sering kali menyebabkan
terjadinya diskriminasi dan pada gilirannya akan mendorong munculnya
pelanggaran HAM bagi ODHA dan keluarganya, hal semacam itu dapat
memperparah epidemik HIV&AIDS. Mereka menghambat usaha pencegahan
dan perawatan dengan memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang
HIV&AIDS,seperti juga mendorong keterpinggiran ODHA dan mereka yang
rentan terhadap infeksi HIV.
Mengingat HIV&AIDS sering diasosiasikan dengan seks,
penggunaan narkoba dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak
menerima, dan takut terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan
masyarakat. Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh
ODHAdenganpersepsinegatiftentangdirimerekasendiri. Stigmayang
dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang
bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong dalam
beberapa kasus terjadinya depresi.
Orang dengan HIV menerima perlakuan yang tidak adil dan stigma
karena penyakit yang dideritanya. Stigma pada ODHA melekat
kuatkarenamasyarakatmasihmemegangteguhnilai-nilaimoral,agamadan budaya
atau adat istiadat etika ketimuran (Indonesia) dimana masyarakatnya belum
atau tidak membenarkan adanya hubungan di luar nikah dan seks dengan
berganti-ganti pasangan, sehingga virus ini menginfeksi seseorang maka
dianggap sebagai sebuah balasan akibat perilakunya yang merugikan diri
sendiri. Hal ini terjadi karena masyarakat menganggap ODHA sebagai sosok
yang menakutkan. Oleh karena itu mencibir, menjauhi serta menyingkirkan
ODHA adalah sebuah hal biasa karena menjadi sumber penularan bagi anggota
kelompok masyarakat lainnya. Justifikasi seperti inilah yang keliru atau salah

1
karena bisa saja masyarakat tidak mengerti bahwa penularan virus HIV itu
tidak hanya melalui
hubunganseksualakibat“jajansex”tetapiadabanyakkorbanODHA yang tertular
akibat penyebab lain seperti jarum suntik, transfusi darah ataupun pada bayi-
bayi yang tidak berdosa karena ibunya adalah ODHA.
Begitu angka HIV&AIDS meningkat, kemiskinan semakin
bertambah parah dan kombinasi dari keduanya akan menyebabkan krisis
pangan.PermasalahantingginyakasusHIV&AIDS yangterjadidiKota
Yogyakarta menjadikan ODHA (Orang Dengan HIV&AIDS) cenderung
membatasi diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Waluyo, dkk yang dikutip oleh Pian Hermawati. Menyimpulkan
bahwa stigma yang diberikan oleh masyarakat membuat ODHA menjadi
tertutup. Stigma terhadap ODHA yang masih melekat di dalam
masyarakat yang membuat diskriminasi terhadap ODHA semakin kuat.
MasihbanyakmasyarakatyangmengganggapbahwaODHAituadalahmanusia
yang kotor yang melakukkan hal-hal yang tidak bermoral seperti pengguna
narkoba, PSK (Penjaja Seks Komersil), wanita simpanan dan lain-lain.
Perilakusemacamitumembuatmasyarakatcenderungtakutdan mempunyai
pandangan negatifberlebihan jika hidup bersama orang HIV. Dalam diri
masyarakat sendiri mempunyai alasan untuk menghindari komunikasi dengan
orang HIV karena tidak ingin dicap buruk masyarakat lain. Keinginan diberi
cap sebagai masyarakat yang baik selalu menjadi harapan untuk menjaga harga
diri sendiri atau keluarga di masyarakat.
Sedangkan di Indonesia sendiri banyaknya jumlah orang yang
terinfeksivirusHIV&AIDSsendiriterusmeningkat.Setidaknyadalam satu
dasawarsa ini tercatat 24.745 kasus HIV&AIDS dengan 211 orang
diantaranyameninggaldunia,sedangkandiDIYsendiriterdapat3.146kasus
HIV&AIDS (Dinas Kesehatan, September 2015).
Orang yang hidup dengan HIV&AIDS menghadapi beberapa
tantangan dalam menghadapi penyakit mereka, sementara itu adanya
stigma menjadi masalah psikososial yang terkait dengan HIV

2
Stigma terkait HIV dan AIDS merupakan pengetahuan tentang
status mendevaluasi orang yang hidup dengan HIV yang berarti
memperlakukan seseorang tidak penting dalam lingkungan sosialnya. Dari
realitas tersebut, tentunya harus disikapi oleh semua pihak agar dapat dicegah
meluasnya, HIV&AIDS harus dipahami sebagai ancaman serius dan masalah
penting karena akan sangat berkaitan dengan masa depan bangsa- bangsa di
dunia dan umat manusia secara keseluruhan.
Kegagalan generasi sekarang menemukan metode untuk
menghilangkan sindrom tersebut akan merupakan beban bagi generasi
yang akan datang. Aspek lain yang tidak boleh diabaikan dari HIV&AIDS
adalah persoalan diskriminasi. Karena diskriminasi muncul dalam bentuk
perlakuanyangtidakadilberdasarkanprasangkanegatifpadaorang-
orangdenganHIV&AIDS. Misalnya diskriminasi ini yaitu penolakan
fasilitaskesehatan seperti rumah sakit, ataupun puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada orang dengan HIV&AIDS, ataupun
keluarga/masyarakat yang menolak orang-orang yang terkena HIV&AIDS.
Selain menimbulkan masalah dalam akses layanan kesehatan, tindakan
diskriminasi ini juga menimbulkan efek psikologis yang pada akhirnya akan
menimbulkan depresi berlebihan oleh orang penyandang HIV&AIDS.
Diketahui bersama bahwa peran keluarga sangat berperan penting
dalam hal proteksi anggota keluarga dari HIV&AIDS. Keluarga
merupakan inti dari proses kehidupan manusia berasal serta mempunyai
visidanmisiuntukmenciptakankenyamanandizonatersebut. Ayah,Ibu dan Anak
mempunnyai peran serta fungsi di setiap tugas dan pelayanan dalam keluarga.
Sebagai ayah mempunyai peran menjadi garda terdepan mengatur laju
perjalanan keluarga menuju tujuan hidup sebuah keluarga. Ibu berperan penting
mengenai penciptaan kaderisasi keluarga kepada anak-
anaknyadariprosesregenerasi.Tentuperanibumempunyaiperan strategis dalam
hal pengembangan anak. Begitu juga peran tersebut diartikan fleksibel yang
mempunyai konotasi terdampak positif bagi kelangsungan kesejahteraan
keluarga.

3
Membahas mengenai stigma masyarakat terhadap ibu rumah
tangga penderita HIV&AIDS cenderung membangun dan memperkuat
konotasi negatif terhadap perilaku yang termarginalkan dengan HIV&AIDS.
IndividuyanghidupdenganHIVseringdiyakinisebagai akibat dari melakukan
sesuatu yang salah. Stigmatisasi juga dapat terjadi pada tingkat yang lain.
Orang yang hidup dengan HIV dapat menginternalisasi diri
terhadaptanggapannegatifdanreaksi oranglain.
PadaODHAhalinidapatdiwujudkandalamperasaanmalu,menyalahkandiri
sendiri, dan tidak berharga yang dihubungkan dengan perasaan terisolasi dari
masyarakat, depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
Stigma dan diskriminasi terhadap orang HIV khususnya ibu rumah
tangga biasanya berupa sikap sinis, cibiran, cemoohan, perasaan takut dan
pandangan negatif yang berlebihan. Sikap semacam ini akan
mempengaruhi dan mempengaruhi kualitas komunikasi di masyarakat. Stigma
juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan persepsi masyarakat
dalam memandang keberadaan ODHA.
Kurangnya penghargaan diri dan mudah putus asa. Dengan
demikian adanya tindakan diskriminasi justru akan mempersulit penanganan,
dan akhirnya membuka peluang bagi penyebaran yang meluas dan tidak
terkendali. Mengingat bahwa penangggulangan HIV&AIDS sangat penting,
maka dari itu perlu adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak yang
terkait seperti masyarakat, pemerintah dan NGO (Non-Government
Organizations).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Stigma?
2. ApapenyebabStigma?
3. Apa saja TipeStigma?
4. Pengertian Orang Dengan HIV&AIDS (ODHA)?
5. Bagaimana Stigma masyarakat dengan ODHA?
6. Bagaimana Cara Menghilangkan Stigma Masyarakat dengan ODHA?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Stigma.
2. Mengetahui Penyebab Stigma.
3. Mengetahui Tipe Stigma.
4. Mengetahui Pengertian Orang dengan HIV&AIDS.
5. Mengetahui Bagaimana Stigma Masyarakat dengan ODHA.
6. Mengetahui Bagaimana Cara Menghilangkan Stigma Masyarakat dengan
ODHA

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stigma
Stigmaadalah atributyang sangatluasyang
dapatmembuatindividukehilangan kepercayaandandapat menjadisuatuhalyang
menakutkan (GoffmandalamMajor
&O’Brien,2005).MenurutKamusPsikologistigmaadalahsatutandaatau ciripada
tubuh(Chaplin,2009).Berdasarkan KamusBesarBahasaIndonesia,stigma
didefinisikansebagai cirinegatifyangmenempelpadapribadiseseorang karena
pengaruhlingkungannya. Stigmadapatjugadidefinisikansebagaisuatufenomena
yang dapatmemengaruhidiriindividusecarakeseluruhan(Crockerdkk.,Jonesdkk.,
Link&PhelandalamMajor&O’Brien, 2005).MenurutGoffman(dalamScheid
&Brown,2010)menyatakanbahwa“stigmaconcept identifiesanattributeora mark
residinginthepersonassomethingthepersonpossesses”artinyabahwakonsep
stigmamengidentifikasi atributatautandayang beradapadaseseorang
sebagaisesuatu yang
dimiliki.Stigmajugaberartisebuahfenomenayangterjadiketikaseseorang
diberikanlabeling,stereotip,separation, dan mengalamidiskriminasi(LinkPhelan
dalamScheid&Brown,2010).MenurutSurgeonGeneralSatcher’s(dalamTeresa,
2010)menyatakanstigma adalahkejadian atau fenomenayang
menghalangiseseorang untukmendapatkanperhatian, mengurangiseseorang
untukmemperoleh peluang dan interaksisosial. Link danPhelan (dalamTeresa,
2010) juga menjelaskan bahwastigma adalah pikiran dan kepercayaanyangsalah.

B. Penyebab Stigma
MenurutErvingGoffman,Stigmaadalahsegalabentukatribut fisik dan
sosial yang mengurangi identitas sosial
seseorang.Mendiskualifikasiorangitudaripenerimaanseseorang.Sedangkan
menurut kamus Bahasa Indonesia stigma adalah ciri negatif yang menempel
pada pribadi seseorang karena pegaruh lingkungannya.

6
Ada berbagai penyebab terjadinya stigma, antara lain :
1. Takut
Ketakutan merupakan penyebab umum, dalam kasus kusta muncul
takut akan konsekuensi yang di dapat jika tertular, bahkan penderita
cenderung takut terhadap konsekuensi sosial dari pengungkapan kondisi
sebenarnya. Takut dapat menyebabkan stigma diantara anggota masyarakat
atau di kalangan pekerja kesehatan.
2. Tidak Menarik
Beberapa kondisi dapat menyebabkan orang dianggap tidak menarik,
terutama dalam budaya dimana keindahan lahilriah sangat dihargai. Dalam
hal ini gangguan di wajah, alis hilang, hidung runtuh seperti dapat terjadi
dalam kasus-kasus lanjutan dari kusta atau virus HIV&AIDS akan ditolak
masyarakat karena terlihat berbeda.
3. Kegelisahan
Kecacatan karena virus HIV&AIDS membuat penderita tidak nyaman,
mereka mungkin tidak tahu bagaimana berperilaku di hadapan orang
dengan kondisi yang dialaminya sehingga cenderung menghindar.
4. Asosiasi
Stigma oleh asosiasi juga dikenal sebagai stigma simbolik, hal ini
terjadi ketika kondisi kesehatan dikaitkan dengan kondisi yang tidak
menyenangkan seperti pekerja seks komersial, pengguna narkoba, orientasi
seksual tertentu, kemiskinan atau kehilangan pekerjaan. Nilai dan keyakinan
dapat memainkan peran yang kuat dalam menciptakan atau mempertahankan
stigma, misalnya keyakinan tentang penyebab kondisi seperti keyakinan
bahwa virus HIV&AIDS adalah kutukan Tuhan atau disebabkan oleh dosa
dalam kehidupan sebelumnya.
5. Kebijakan atau undang-undang
Hal ini biasa terlihat ketika penderita dirawat di tempat yang terpisah
dan waktu yang khusus dari rumah sakit, seperti klinik / dukungan sebaya
untuk penyakit seksual menular.

7
6. Kurangnya kerahasiaan
Pengungkapan yang tidak diinginkan dari kondisi seseorang dapat
disebabkancarapenangananhasiltesyangsengajadilakukanoleh
tenagamediskesehatan,inimungkinbenar-benartidakdiinginkan seperti
pengiriman dari pengingat surat atau kunjungan pekerja kesehatan di
kendaraan ditandai dengan pro logo gram.

C. TipeStigma
Menurut Goffman (dalam Scheid &Brown, 2010) mendefinisikan 3 tipe
stigma sebagaiberikut:
1. Stigmayangberhubungan dengan cacat tubuhyangdimilikioleh seseorang
2. Stigmayangberhubungandengankarakterindividuyangumumdiketahuiseperti
bekasnarapidana, pasien rumah sakitjiwadan lain sebagainya
3. Stigmayangberhubungandenganras,bangsadanagama.Stigmasemacamini
ditransmisikan darigenerasikegenerasimelaluikeluarga.

D. Orang Dengan HIV&AIDS (ODHA)


Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu
virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik.
Sebagai retrovirus HIV memiliki sifat khas karena memiliki ensim reverse
transcriptase yaitu ensim yang mampu mengubah informasi genetic yang berada
dalam RNA dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam
informasi genetic sel limfosit yang diserang.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu sindrom
(kumpulan gejala) menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Orang yang mengidap AIDS sangat mudah tertular oleh berbagai macam
penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun. Semua orang
yang terinfeksi HIV adalah orang yang beresiko untuk sakit atau mati akibat
infeksi oportunistik dan komplikasi neoplastik sebagai suatu konsekuensi yang
tidak terelakkan dari AIDS.

8
Orang Dengan HIV&AIDS (ODHA) adalah orang yang telah
terinfeksiHIVatauyangtelahmulaimenampakkansatuataulebih gejala AIDS.
Orang yang terinfeksi HIV tidak akan menyadari bahwa dirinya telah
terinfeksi virus ini karena tidak akan menunjukkan gejala apapun sampai
bersangkutan melakukan testing HIV. Menurut WHO rata-rata dibutuhkan waktu
sekitar 2 sampai 3 minggu mulai masuknyaHIVsampaimunculgejala
awalAIDS(window period),sekitar 10 persen orang yang terinfeksi HIV akan
berkembang menjadi AIDS dalam jangka waktu 2
sampai3tahun,sementaraterdapatsekitar10persenpengidapHIV yang tidak
berkembang menjadi AIDS bahkan setelah 10 tahun.
Mayoritas pengidap HIV ini tidak menyadari bahwa dirinya telah
terinfeksi, maka pengidap HIV ini akan terus melakukan aktifitas seperti
biasa tanpa menyadari bahwa dirinya setiap saatdapat menularkan HIV kepada
orang lain, seperti melakukan hubungan seksual baik dengan pasangannya
maupun berganti-ganti pasangan, menggunakan napza suntik dengan jarum
secara berganti-ganti dan sebagainya. ODHA baru akan mengetahui bahwa
dirinya telah terinfeksi HIV apabila telah melakukan testing HIV. Hal inilah
yang membuat penyebaran HIV terjadi dengan begitu cepat dan meluas.

E. Stigma masyarakat dengan ODHA


Berdasarkan penelitian Adriani (2017) stigma masyarakat merupakan
perasaan bahwa seseorang atau kelompok merasa mereka lebih unggul dari yang
lain dan menyebabkan seseorang atau kelompok lain dikucilkan secara
sosial yang pada akhirnya mengarah kepadaterjadinyaketimpangansosial.Stigma
masyarakatterhadapODHAdipengaruhibeberapa anggapan seperti, penyakit yang
tidak dapat dicegah atau dikendalikan,penyakit akibat dari “orang yang tidak
bermoral”, dan penyakit yang mudah menular kepada orang lain. Stigma ini
mencerminkan bias kelas sosial yang mendalam. Penyakit ini sering dikaitkan
dengan kemiskinan dan menjadi pembenaran untuk ketidakadilan sosial.ODHA
seringdiberilabelsebagai'yang lain'. Ia adalah ras yang lain, manusia yang

9
lain,ataukelompokyanglain. Takpelaklokus menyalahkan juga terkait dengan
masalah ideologi,politikdansosialtertentu.
Stigmadari masyarakattercermindari persepsi perlakuan negatif berupa
penghindaran, penghinaan, penolakan dalam pergaulan sosial,
dankehilanganpekerjaan.Perlakuannegatif muncul dari ketakutan tertular, dimana
seseorang merasa tidak nyaman pada saat kontak langsung
denganODHAmaupundenganbenda-bendayang digunakanolehODHA.
Agar dapat memahami sisi ODHA lebih baik, berikut beberapa fakta
terkait diskriminasi dan juga stigma yang melekat pada mereka :
1. Kurangnya dukungan bagi ODHA dan keluarga mereka
Seharusnya, ODHA mengalami proses yang mendorong pada
penerimaan terhadap kondisi mereka. Namun, masyarakat masih kerap
memberikan opini negatif serta memperlakukan ODHA dan keluarganya
sebagai warga kelas dua. Hal ini menyebabkan melemahnya kualitas hidup
ODHA. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Maku, Wahyu
Dharmawanto tentang Dukungan Keluarga dan Sosial terhadap
Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Banggai. Didapatkan hasil bahwa
dalam pemberian dukungan keluarga masih adanya tindakan diskriminasi dari
keluarga serta informan ODHA belum percaya diri untuk megungkapkan
kepada keluarganya. Peneliti juga mengungkapkan bahwa keberfungsian
keluarga sangat berpengaruh dalam penanganan ODHA, karena sebagian
ODHA belum percaya diri untuk mengungkapkan kepada keluarga mengenai
sudah terinfeksi positif HIV, maka dari itu ODHA tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga.
2. Tempat layanan kesehatan yang diskriminatif
Lembaga yang diharapkan memberikan perawatan dan dukungan, pada
kenyataannya merupakan tempat pertama di mana orang mengalami stigma
dan diskriminasi. Misalnya, memberikan mutu perawatan medis yang kurang
baik, menolak memberikan pengobatan. Masih saja ada rasa takut tertular
yang melatarbelakangi sikap-sikap tersebut.

10
Contoh dari stigma dan diskriminasi yang dihadapi mereka adalah:
isolasi, pemberian label nama atau metode lain yang mengidentifikasikan
seseorang sebagai HIV positif, pelanggaran kerahasiaan, perlakuan yang
negatif dari staf, penggunaan kata-kata dan bahasa tubuh yang negatif oleh
pekerja kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas-fasilitas rumah
sakit. Pada penelitian Maharani,Riri (2014) tentang Stigama dan Diskriminasi
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada Pelayanan Kesehatan di Kota
Pekanbaru Tahun 2014, menjelaskan bahwa terdapat diskriminasi pada
pelayanan kesehatan. Di Rumah sakit, jenazah penderita HIV/AIDS yang
meninggal, baik yang muslim maupun yang bukan muslim, harus di bungkus
menggunakan plastik dan dimasukan ke dalam peti. Semua barang yang
pernah digunakan oleh ODAH harus dibakar / dikubur.
3. Akses untuk perawatan
ODHA seringkali tidak menerima akses yang sama seperti masyarakat
umum dan banyak yang juga tidak mempunyai akses untuk pengobatan ARV,
mengingat tingginya harga obat-obatan tersebut. Bahkan ketika pengobatan
ARV tersedia, beberapa kelompok mungkin tidak bisa mengaksesnya,
misalnya karena persyaratan tentang kemampuan mereka untuk mengonsumsi
sebuah zat obat, yang mungkin terjadi pada kelompok pengguna narkoba
suntikan. Contoh : Pada penelitian Maharani,Riri (2014) tentang Stigama dan
Diskriminasi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada Pelayanan Kesehatan di
Kota Pekanbaru Tahun 2014, terdapat perbedaan perlakuan dalam perawatan
pada ODHA, misalnya dalam pemberian makan pada pasien ODHA biasnya
petugas tidakmau mengahampiri dan hanya memberikan sampai depan pintu
saja.
4. Diskriminasi HAM
Penghilangan kesempatan ODHA untuk bekerja, dalam pelayanan
kesehatan bahkan perlakuan yang berbeda pada ODHA oleh petugas
kesehatan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Baroya, Ni’mal (2017)
yang menyatakan bahwa mayoritas responden (81,4%) menyatakan tidak
bersedia membeli makanan jika mengetahui penjualnya positif HIV. Lima

11
puluh lebih mneyatakan tidak setuju jika guru perempuan yang HIV positif
tetap mengajar, demikian juga stigma terhadap anak yang positif HIV belum
bisa diterima sekolah bersama anak yang HIV negative.
5. Peradilan moral yang tidak sesuai
Sikap yang menyalahkan ODHA karena penyakitnya dan menganggap
sebagai orang yang tidak bermoral serta keengganan untuk melibatkan
ODHA dalam suatu kelompok atau organisasi. Termasuk juga penghilangan
kesempatan ODHA untuk bekerja dan membuka status HIV dan AIDS
seseorang pada orang lain tanpa seizin penderita.

F. Cara menghilangkan Stigma Masyarakat dengan ODHA


Meski sudah banyak kampanye dan sosialisasi mengenai penyakit HIV
dan AIDS, masyarakat masih belum sepenuhnya memahami dan bersikap terbuka
pada para penderita. Kondisi ini terlihat dari adanya stigma negatif yang berujung
pada diskriminasi. Dengan kata lain, masyarakat sebenarnya juga tidak
mendapatkan pemahaman dan informasi yang tepat terkait penyakit satu ini.
Alhasil, Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) masih sering menerima
perlakuan yang tidak semestinya, sehingga membuat banyak dari mereka
menolak untuk membuka status terhadap pasangan atau sengaja mengubah
perilaku untuk menghindari reaksi negatif. Reaksi ini tentunya dapat menghambat
usaha untuk mengintervensi penyebaran HIV dan AIDS. Untuk menghilangkan
stigma negatif diperlukan beberapa upaya diantaranya yaituStart small. Mulailah
dari hal-hal kecil untuk membantu menurunkan diskriminasi dan stigma pada
ODHA, antara lain:
1. Memberikan promosi kesehatan berkaitan dengan HIV maupun ODHA pada
masyarakat awam, agar cara fikir masyarakat sedikit demi sedikit dapat
berubah
2. Jadilah contoh yang baik. Terapkan apa yang sudah kita ketahui, pikirkanlah
kata-kata yang kita gunakan dan bagaimana memperlakukan ODHA, lalu
cobalah untuk mengubah pikiran dan tindakanmu.

12
3. Berbagilah pada orang lain mengenai hal-hal yang sudah kita ketahui dan
ajaklah mereka untuk membicarakan tentang stigma dan bagaimana
mengubahnya. Berikan pengertian bahwa stigma itu melukai orang lain.
4. Mengatakan stigma sebagai sesuatu yang “salah” dan “buruk” tidaklah cukup.
Bantulah orang yang bertindak melakukan perubahan. Setuju pada tindakan
yang harus dilakukan, mengembangkan rencana dan lakukan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya saat ini banyak sekali stigma negative yang keluar untuk
ODHA. Berbagai bentuk stigma negative telah menyebar, sehingga bnyak sekali
bentuk diskriminasi-diskriminasi yang dikeluhkan oleh ODHA. Stigma ini
muncul dari berbagai, diantaranya ialah stigma ODHA dalam pelayanan
kesehatan, dukungan keluarga, moral, aksi perawatan , hingga diskriminasi
HAM. Dengan banyaknya stigma negatif terhadap ODHA maka diperlukan suatu
solusi,pemecahan masalah, ( dan lain-lain ). Bentuk/ upaya yang bisa dilakukan
diantaranya ialah :
1. Memberikan promosi kesehatan berkaitan dengan HIV maupun ODHA pada
masyarakat awam, agar cara fikir masyarakat sedikit demi sedikit dapat
berubah.
2. Jadilah contoh yang baik. Terapkan apa yang sudah kita ketahui, pikirkanlah
kata-kata yang kita gunakan dan bagaimana memperlakukan ODHA, lalu
cobalah untuk mengubah pikiran dan tindakanmu.
3. Berbagilah pada orang lain mengenai hal-hal yang sudah kita ketahui dan
ajaklah mereka untuk membicarakan tentang stigma dan bagaimana
mengubahnya. Berikan pengertian bahwa stigma itu melukai orang lain.
4. Mengatakan stigma sebagai sesuatu yang “salah” dan “buruk” tidaklah
cukup. Bantulah orang yang bertindak melakukan perubahan. Setuju pada
tindakan yang harus dilakukan, mengembangkan rencana dan lakukan.

Oleh karena itu diperlukan upaya dalam mengatasi maslah tersebut secara
bertahap.sehingga stigma negative terhadap ODHA dapat berkurang.

14
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi yang membaca, kemudia diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi tentang masalah yang terkait.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, irfan & Handayani, sri. (2017). Stigma Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) Sebagai Hambatan Pencarian Pengobatan Studi Kasus Pada
Pecandu Narkoba Suntik di Jakarta. (Online).
(http://ejournal.litbang.depkes.go.id).Diakses pada tanggal 05 agustus 2019.

Chaplin, J.P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali.

Departemen kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.

Goffman, Erving1963 Stigma: Notes On The Management of Spoiled Identity. New


York: Simon&Schuster Inc

Helman, S;2009.Hilangkan Stigma Negatif Penderita AIDS. (Online).


BangkaPos:www.Kabarindonesia.com). Diakses pada tanggal 03 Agustus
2019.

Major, B., & O'Brien, L. T. (2005). The social psychology of stigma. Annual review
of psychology (56), 393. doi:10.1146/annurev.psych.56.091103.070137

Redaksi Halodoc.(2018). Hentikan Stigma pada ODHA atau Pengidap HIV/AIDS,


Ini Alasannya. (Online). (https://www.halodoc.com). Diakses pada tanggal
03 Agustus 2019.

Riri Maharani. 2014. Stigma dan Deskriminasi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
Pada Pelayanan Kesehatan Di Kota Pekanbaru Tahun 2014. (Journal).
Terdapat pada (http://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/79/65,
diakses pada 05 agustus 2019)

Scheid, T. L., & Brown, T. N. 2010. A handbook for the study of mentak health
social context, theories, and system second edition. New York: Cambridge
University Press.

Waluyo, A. Nurachmah, E. Rosakawati;2007.(Journal). Persepsi pasien HIV/AIDS


dan keluarganya tentang HIV/AIDS dan stigma masyarakat
terhadapnnya,peneliti utama: staf FIK-UI & staf RSK Dharmais.

16
Wati, Suliati. (2018). Kenali dan Hentikan Berbagai Stigma yang Melekat Pada
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). (Online).
(https://hellosehat.com).Diakses pada tanggal 03 Agustus 2019.

World Health Organization. 2016. Standard treatments and essential drug for HIV-
related conditions.(https://www.who.int/hiv/abouthiv/fact_sheet_hiv.htm)
diakses pada tanggal 7 agustus 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai