KELOMPOK 6:
1. Alvin Alberta
2. Nadia Astuti
3. Riska Putri Adinda
4. Sri Permata Dewi
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita hanturkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Pengantar
Ilmu Pemerintahan ini.Makalah dengan judul “Kondisi Psikososial dan Stigma Masyarakat Pada
ODHA” ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah “Keperawatan HIV/AIDS”. Penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah Kewarganegaraan serta pihak-pihak
yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati, Penulis memohon maaf. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi………………………………………………………………………..
B. Prisip Etika dalam kaitannya dengan HIV/AIDS…………………………….
D. Masalah psikososial……………………………………………………………
F. Peran perawat…………………………………………………………………
A. Narasi vidio…………………………………………………………………….
B. Analisa vidio……………………………………………………………………
BAB IV Analisa kelompok berkaita dengan teoritis
BAB V Peutup
A. Kesimpulan ………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
dunia (Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat
diibaratkan sebagai gunung es (Lestary, Sugiharti dan Susyanty, 2016) yang dimana
HIV baik di Indonesia maupun di dunia. Berbagai cara telah dilakukan oleh pihak
pemerintah untuk mencapai tujuan SDG (2015) yaitu “Good health and well-being”
jumlah orang terinfeksi HIV/AIDS di dunia mencapai total 36,7 juta dan orang yang
baru didiagnosa terinfeksi HIV mencapai total 2,1 juta. Ditjen PP dan PL Kemenkes
dengan 30 September 2014 sekitar 22.869 kasus. Secara kumulatif dari tahun 1987
sampai 2014 pada HIV berjumlah 150.296 kasus dan jumlah kematian menjadi
9.796 kasus. Jumlah kumulatif kasus HIV berdasarkan provinsi yang tertinggi yaitu
DKI Jakarta (32.782), urutan 13 ditempati DIY (2.611), serta terendah yaitu
Sulawesi Barat (39). Sementara menurut KPA DIY (2016) mengemukakan bahwa
semaksimal mungkin baik dalam upaya promotif, preventif, maupun kuratif demi
mencapai tujuan SDG. Jika kasus HIV tidak ditanggulangi, maka dapat memberi
sahabat, tetangga serta orang tersayang sekalipun masih memberikan stigma seperti
menjauhi dan menjelek-jelekkan orang dengan HIV. Hal tersebut dianggap sebagai
dinding pemisah bagi orang dengan HIV (Harapan, 2013) sehingga membuat orang
TEORITIS
A. Defenisi
sampai 10 tahun.
Prisip etika yang harus dipegang teguh oleh seluruh komponen baik itu seseorang,
a. Empati, ikut merasakan penderitaan, sesama termasuk ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
b. Solidaritas, secara bersama-sama bahu membahu meringankan penderitaan dan melawan
tanggung jawab untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS dan memberikan perawatan pada
Stigma atau cap buruk adalah tindakan memvonis seseorang buruk moral/perilakunya
sehingga mendapat penyakit tersebut. Orang-orang yang di stigma biasanya dianggap melakukan
untuk alasan tertentu dan sebagai akibat mereka dipermalukan, dihindari, didiskreditkan, ditolak
dan ditahan. Penelitian yang dilakukan oleh Kristina (2005) di Kalimantan Selatan dan Cipto
(2006) di Jember Jawa Timur tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan
sikap mengenai stigma pada orang dengan HIV/AIDS menunjukan bahwa 72% orang yang
berpendidikan cukup (SMU) kurang menerima ODHA dan hanya 5% yang cukup menerima.
Faktor yang berhubungan dengan kurang diterimanya ODHA antara lain karena HIV/AIDS
dihubungkan dengan perilaku penyimpangan seperti seks sesama jenis, penggunaan obat
terlarang, seks bebas, serta HIV diakibatkan oleh kesalahan moral sehingga patut mendapatkan
Diskriminasi atau perlakuan tidak adil didefinisikan oleh UNAIDS sebagai tindakan
yang disebabkan perbedaan, menghakimi orang berdasarkan status HIV/AIDS mereka baik yang
pasti maupun yang diperkirakan sebagai pengidap. Diskriminasi ini juga dapat terjadi dibidang
kesehatan antara lain dalam kerahasiaan, kebebasan, pribadi, kelakuan kejam, penghinaan atau
perlakuan kasar, pekerjaan pendidikan keluarga dan hak kepemilikan maupun hak untuk
berkumpul. ODHA menghadapi diskriminasi dimana saja dan diberbagai negara. Membiarkan
C. Masalah psikososial
Ketika seorang diberitahu bahwa dia terinfeksi HIV maka responsnya beragam. Pada
umumnya dia akan mengalami lima tahap yang digambarkan oleh Kubler Ross yaitu masa
penolakan, marah, tawar menawar, depresi dan penerimaan. Sedangkan Nurhidayat melaporkan
bahwa dari 100 orang yang diketahui HIV positif di Jakarta 42% berdiam diri, 35 marah,
bercerita pada orang lain, menagis, mengamuk dan banyak beribadah.. Respons permulaan ini
baisanya akan dilanjutkan dengan respons lain sampai pada akhirnya dapat menerima.
Penerimaan seseorang tentang keadaan dirinya yang terinfeksi HIV belum tentu juga akan
diterima dan didukung oleh lingkungannya. Bahkan seorang aktivis AIDS terkemuka di
Indonesia Suzanna Murni mengungkapkan bahwa beban psikososial yang dialami seorang Odha
adakalanya lebih berat daripada beban penderita fisik. Berbagai bentuk beban yang dialami
tersebut diantanya adalah dikucilkan keluarga, diberhentikan dari pekerjaan, tidak mendapat
layanan medis yang dibutuhkan, tidak mendapat ganti rugi asuransi sampai menjadi bahan
pemberitaan di media massa. Beban yang diderita Odha baik karena gejala penyakit yang bersifat
organik maupun beban psikososial dapat menimbulkan rasa cemas. Depresi berat bahkan sampai
Upaya untuk mengurangi stigma di masyarakat dapat dilakukan dengan advokasi dan
pendamping, contoh nyata tokoh masyarakat yang menerima Odha dengan wajar seperti
bersalaman, duduk bersama dan sebagianya dapat merupakan panutan bagi masyarakat. Untuk
mengurangi beban psikis orang yang terinfeksi HIV maka dilakukan konseling sebelum tes. Tes
HIV dilakukan secara sukarela setelah mendapat konseling. Pada konseling HIV dibahas
mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpertasi tes, perjalanan penyakit HIV serta
dukungan yang dapat diperoleh Odha. Penyampaian hasil tes baik hasil negatif maupun positif
juga disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan menjalani testing
telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif. Konseling
pasca tes baik ada hasil positif maupun negatif tetap penting. Pada hasil positif konseling dapat
digunakan sebagai sesi untuk menerima ungkapan perasaan orang yang baru menerima hasil,
rencana yang akan dilakukannya serta dukungan yang dapat dperolehnya. Sebaliknya
penyampaian hasil negatif tetap dilakukan dalam sesi konseling agar perilaku berisisko dapat
Psikofarmaka :
Terapi psikofarmaka untuk gangguan cemas, depresi serta insomnia dapat diberikan
namun penggunaan obat ini perlu memperhatikan interkasi dengan obat-obat lain yang banyak
E. Peran perawat
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita AIDS
sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan pasien
sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan
menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien. Perawat juga dapat
melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling
yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pascates HIV, konseling KB
dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting untuk mengurangi beban psikis. Pada
konseling dibahas mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit
HIV serta dukungan yang dapat diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun
negatif disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan menjalani testing
telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan perawat.
Bagi penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan seksual bebas harus
disadarkan agar segera bertaubat dan tidak menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga
A. Narasi video
Sebuah vidio singkat yang menunjukan penyebab terkena penyakit hiv memalui
donor darah, jarum suntik, lgbt , berhubungan badan bertukar wanitaDimana dampak dari hal
tersebut. Dirasakan penderita mulai dari di jauhi teman teman. Di berhentikan dari pekerjaan.
Gerak gerik penderita selalu di curigai Seakan akan penderita menularkan penyakit nya kemana
pun iya sentuh Penyeselan terasa ketika penderita aodha baru menyadari bahwa iya sudah terkena
hiv Tak ada berdoa nDukungan yang bisa di salah kan lagi Semua telah terlanjur. Hanya bisa
berusaha dan keluarga adalah hal yg besar untuk mendukung psikologi dari penderitaKehilangan
nyawa adalah salah satu dampak terbesar dark hiv. Teman , pacar atau orang terdekat Harus siap
kehilangan . Entah siapa yang harus disalah kan Prilaku kita atau lingkungan sekitar kitaBetapa
besar dampak hiv ke psikologi diri Tak ada kepercayaan diri.. Kekecewaan istri terhadap prilaku
diri,Hanya bisa terdiam Selayaknya patung yg menyesali diri sendiriPesan : lindungi dan jauhi
diri dr hal hal yg mrngakibatkan hiv. Karna menyesal di akhir tak dapat memutar waktu untuk
kembali.a
B. Analisa video
2 Stigma masyarakat
Masyarakat kebanyakan berfikir negatif terhadap penderita hiv.. . Masyarakat terlalu cemas
kepada penderita hiv. Disini karena kurang nya informasi ilmu tentang penyakit hiv di tengah
masyarakat . Mengakibatkan was was nya masyarakat terhadap penderita hiv
BAB IV
Orang orang yang mengalami HIV /AIDS atau ODHA Mempunyai kondisi yang
semakin melemah bahkan depresi penderita odha mempunyai semogat untuk bekerja,semangat
untuk bersosialisasi,semangat untuk bekarya dan pikiran yang positif. Odha membutuhkan suport
dari keluarga dan temannya dengan adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat sering kali
odha tidak mau membuka status mereka karena takut dan khawatir .faktor yang mempengaruhi
perubahan fisik odha optimisme hidup yang kuat dari dalam diri penderita.dengan keyakinan
posituf mampu membawa odha untuk memiliki tujuan hidup yang bermakna setelah terinfeksi
hiv aids
Seperti dalam video terdapat suatu penyesalan yang terasa ketika penderita odha baru
menyadari bahwa ia sudah terkena hiv aids tak ada yang bisa disalah kan dan semua telah
terlanjur semua hanya bisa berusaha dan berdoa dukungan keluarga atau orang terdekat (per
Salah satu hambatan paling besar dalam penanggulangan hiv aids indonesia adalah masih
tingginya stigma dan diskrimiasi terhadap orang dengan hiv aids atau odha stigma berasal dari
pikiran dari seorang individu atau masyarakat yang mempercayai bahwa penyakit aids
merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak dapat diterima oleh masyarakat stigma
terhadap tergambar dalam sikap sinis,perasaan ketakutan yang berlebihan dan pengalaman
negatif terhadap odha(stigma NHIV AIDS HIGHLANDS PAPUA.) video terlihat masyarakat
kebanyakan berfikir negatif terhadap hiv aids masyarakat berfikir bahwa penderita hiv adalah
momok yang menakutkan yang bisa menularkan virus disetiap perjalanannya ketika
melakukan sesuatu menularkan virus dngan mudah ketika melakukan sesuatu yang berakibat
penderita harus menerima kenyataan penderita dipecat dari pekerjaan selalu dicuriga gerak
gerik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIVAIDS merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui jarum suntik tranfusi darah
pergaulan bebas hubungangan seksual penderita seri kali tidak mau membuka status mereka
orang lain karena mereka takut dan khawatir orang orang akan menjauhi bahkan mengucilkan
mereka dari lingkungan sekitar mereka bersedia untuk membuka status apabila mereka tela
mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman terdekat sehingga mereka tidak khawatir
B. Saran
Saran dari kelompok kami hendaknya kita bisa memahami apa itu hiv aids dan cara
penularannya sehingga kita bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan hal
hal bisa menularkan hiv aids dan menyadarkan masyarakat bahwa odha tidak harus didiskriminasi
dengan pikiran negatif tetapi memberikan suport terhadap odha menerima keberadaan nya
dilingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.maranatha.edu/1403/7/0110136_Conclusion.pdf
https://www.researchgate.net/publication/302455238_Stigma_Masyarakat_terhadap_Orang_denga
n_HIVAIDS/fulltext/57357aa708ae298602df1243/Stigma-Masyarakat-terhadap-Orang-dengan-HIV-
AIDS.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2279/1/naskah%20publikasi_Aunana%20Finnajakh
%20%281%29.pdf
https://www.google.com/search?
q=psikologi+odha&rlz=1CDGOYI_enID863ID863&oq=psikologi+odha&aqs=chrome..69i57j0.8917j0j4
&hl=id&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8