Anda di halaman 1dari 15

Dampak HIV yang terjadi di dalam individu, keluarga, dan

lingkungan serta Stigma dan Diskriminasi pada ODHA serta Voluntary


Counseling Test pada pasien HIV/AIDS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan


HIV/ AIDS

Dosen pengampu : Ns. Triana Arisdiani, S.Kep., M. Kep., Sp. Kep M.B, dan
tim

Kelompok 2

1. Falis Hakim (SK622002)


2. Yudha Setiawan (SK622004)
3. Rohmatul Ummaiyah (SK622006)
4. Erwan Hardiono (SK622008)

Program Studi Keperawatamn (S1)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Dampak
HIV yang terjadi di dalam individu, keluarga, dan lingkungan serta Stigma dan
Diskriminasi pada ODHA dan Voluntary Counseling Test pada pasien HIV/AIDS

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

KENDAL , 20 MARET 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan rota virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Seseorang yang terinfeksi
HIV dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) .
munculnya sindrom ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat
kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan
sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV ( Irwan , 2017).
HIV/AIDS sering berakibat fatal dan menimbulkan dampak yang
luas dan serius bagi penderita, masyarakat, dan keselamatan bangsa. Untuk
itu diperlukan penanganan dan penagnggulangan yang baik yang di
tujukan untuk menurunkan angka kesakitan , angka kematian , membatasi
penularab serta penyerbaran penyakaitr agar wabah tidak meluas ke daerah
lain serta mengeurangi dampak negatif yang di timbulkan nya (Permenkes
RI , 2013)
Jumlah kasus HIV /AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun
ketahun , kasus HIV / AIDS selama sebelah tahun terakhir jumlah kasus
hiv di indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019 yaitu sebanyak
50.282 kasus. Berdasarkan data WHO tahun 2019 terdapat 78% terinfeksi
HIV baru di regional Asia Pasifik . untuk kasus AIDS tertinggi selama
sebelas tahun terakhir pada tahun 2013 yaitu 12.214 kasus.
Saat ini HIV AIDS masih menjadi penyakit yang paling
menakutkan bagi masyarakat dunia, bagaimana tidak, yang sudah
terinfeksi HIV ini akan menyebabkan sisitem kekebalan tubuh seseorang
akan menjadi lemah dan yang paling menakutkan adalah ketika HIV ini
meningkat menjadi AIDS. Penderita yang sudah di fase ini akan terus
mengalami masalah kesehatan mulai dari tahap yang ringan hingga yang
sangat serius.sebagai maslah kesehatan terbesar di dunia HIV -AIDS
terdapat di hampir semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Angka
kematian HIV AIDS pada tahun 2021 sebanyaak 650.000 orang (WHO,
2022). Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya angka
kematian , salah satu di antaranya adalah penanganan penderita yang
kurang tepat , termasuk terlambat dalam melakuakan diagnostic infeksi
oportunistik .
Transmisi HIV -AIDS tidak mengenal batasan wilayah .
munculnya penderita HIV baru juga terus terjadi di smua wilayah . data
yang di laporkan oleh Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit , Kemenkes RI tanggal 25 Mei 2021 menyatakan jumlah kasus
HIV AIDS di Indonesia sebanyak 556.618 yang terdiri atas 427.201 HIV
dan 131.417 AIDS (Kemenkes 2022)

2. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang HIV AIDS
b. Mahasiswa mampu mengetahui dampak HIV /AIDS di dalam individu,
keluarga dan lingkungan
c. Mahsiswa mampu mengetahui Stigma dan Deskriminasi pada ODHA
d. Mahasiswa mampu menegtahui voluntary Counseling Test pada pasien
HIV/AIDS
BAB 2
LANDASAN TEORI

1. DEFINISI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan rota virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Seseorang yang terinfeksi HIV
dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) .
munculnya sindrom ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan
tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun
setelah seseorang terinfeksi HIV ( Irwan , 2017).
HIV/AIDS sering berakibat fatal dan menimbulkan dampak yang luas dan
serius bagi penderita, masyarakat, dan keselamatan bangsa. Untuk itu
diperlukan penanganan dan penagnggulangan yang baik yang di tujukan
untuk menurunkan angka kesakitan , angka kematian , membatasi penularab
serta penyerbaran penyakaitr agar wabah tidak meluas ke daerah lain serta
mengeurangi dampak negatif yang di timbulkan nya (Permenkes RI , 2013)
2. DAMPAK HIV
Ada beberapa dampak di terjadi pada Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA)
antara lain adalah sebagai berikut
A. Dampak yang terjadi di dalam individu
1. Dampak psikologis
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat memberikan dampak yang serius
bagi penderitanya . pada umumnya penderita akan mengalami
gangguan psikologis sperti stres, penolakan, ketidakpercayaan,
kemarahan . tekanan tekana psikologis yang di alami oleh orang
dengan HIV/AIDS merupakan faktor utama penyebab kondisi
menjadi sangat lemah sehingga mempengaruhi memengaruhi prses
kesembuhan. Menurut Nancy Rahakhbauw (2016) dampak yang
dialami oleh penderita HIV adalah:
a. Kecemasan yaitu perasaan tidak apsti tentang penyakit yang di
derita perkembangan penyakit dan pengobatannya, merasa cems
denagn gejala gejala baru yang dialami, prognosis ancaman
kematian, hiperventilasi, serangan panik,.
b. Depresi yaitu merasa sedih , tidak berdaya , rendah diri, merasa
bersalah, tidak berharga, putus asa, keinginan untuk bunuh diri ,
menarik diri, memebrikan ekspresi pasrah, sulit tidur fdan hialng
nafsu makan.
c. Merasa terisolasi dan berkurangnya dukungan sosial yaitu merasa
di tolak oleh keluarga dan orang lain. Kurang perhatian dan sedikit
orang yang menjenguk pada saat di rawat semakin memperkuat
perasaan ini
d. Merasa takut bila ada orang yang mengetahui atau akan
mengetahui penyakit yang di deritanya.
e. Merasa khawatir dengan biaya perawatan , khawatir kehilangan
pekerjaan, pengatauran hidup selanjutnya dan transpotasi
f. Merasa malu dengan adanya stigma sebagai penderita HIV / AIDS
penyangkalan terhadap kebiasan seksual
g. Penyangkalan hidup riwayat penggunaan obat – obatan terlarang
2. Dampak sosial
Orang dnegan GHIV/ AIDS akan mengalami dampak sosial akibat
penyakit yang di deritanya. Munculnya gejala penyakit seperti
demam, batuk, sesak nafas, diare, lemas, gangguan pada kulit dan lain
sebagainya, merupakan maslaah yang sngat berat bagi ODHA . hal ini
mebuat ODHA semakin terpuruk, merasa tidak berguna dan
cenderung menutup diri dengan orang lain bahkan ada yang memiliki
keingainan untuk bunuh diri.
Menurut Limalvin dkk (2020), orang dengan HIV AIDS pada
umumnya mengalami isolasi sosial atau menarik diri dan tidak mau
terbuka kepada orang lain. Kebanyakan dari mereka lebih memilih
untuk bergaul sebatas komunitas ODHA , yang dianggap lebih
mengerti akan kondisi penyakitnya. Dampak sosial seperti menarik
diri dsan menutup diri juga sebagai akibat dari adanya stigmatisasi
ataau cap buruk dan deskriminasi dari masyarakat terhadap ODHA.
Dampak sosial lainnya adalah banyaka ODHA yang mengalami
keretakan rumah tangga sampai kepada perceraian . jumlah anak
yatim dan piatu bertambah akibat di tinggal oleh orang tuanya yang
menderita HIV / AIDS yang menimbulkan masalh tersendiri . Adanya
stigma dan deskrimiasi terhaap ODHA jelas berdampak pada tatanan
sosial masyarakat.
3. Dampak ekonomi
a. Dampak ekonomi secara langsung
Epidemi HIV/ AIDS mnyebabkan biaya yang tinggi, pada pihak
ODHA maupun rumah sakit, hal ini disebabkan belum di
temukan obat yang tepat untuk penyembuhan HIV/AIDS sehingga
ODHA maupun anggota keluarganya harus menanggung biaya
perawatan yang tinggi agar dapat memperpanjang usia ODHA.
Biasya yang diperlukan untuk pengobatan dan perawatan semakin
mbesar namun penghasilan tetap atau malah berkurang.
b. Dampak ekonomi secara tidak langsung
Dampak HIV/ AIDS dapat memeperlambat pertumbuhan ekonomi
karena merusak jumlah pendduk yang emmpunyai kemampuan
prodkasi ang baik. ODHA tidak hanya tidak bisa bekerja tetatpi
juga membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai untuk
pengoabatan dan perawatannya. Jumalah ODHA yang semakin
meningkat akan menyebabkan tingginya angka kematian akiat
ODHA . hal ini menyebabkan akan menurunnya jumlah angkatan
kerja dan orang orang yang emmiliki keterampilan . akibatnya
mekanisme produkasi dan investasi sumber daya manusia pada
masyarakat menurun. Selain itu HIV / AIDS juga dapat
menurukan pembayaran pajak , menguras dana yang seharusnya
dialosikan untuk pendidikan dan fasilitas kesehatan lain akan
tetapi pada akhirnya digunakan untuk mengatasi HIV/AIDS .
keadaan inin akan membebani keunagan negara dan
memeprlambat pertumbuhan ekonomi.

B. Dampak Pada Keluarga


Selain memberikan dampak pada penderita, HIV /AIDS juga
menimbulkan dampakbesar pada keluarag. Menurut Geldrad dalam
swatika dan Masykur (2017) , keluarga merupakan sebuah sistem sosial
dimana memiliki tugas untuk memenuhi kebituhan setiap anggotanya.
Pada saat salah satu anggota keluarga mengalami kondisi yang sulit
seperti terdignosis HIV / AIDS maka adkan berdampak bagi anggota
keluarga yang lain.
Anak- anak penderita HIV/AIDS secra emosional tertekan ketika
menyaksikan penderitaan orang tuanya atau mengalami kematian orang
tuanya. Mereka kehilnagn sumber kash sayang, perlindungan dan rasa
kepedulian yang paling berharga. Anak anak penderita HIV/ AIDS yang
telah meninggal kemudian akan diasuh oleh keluarga lainnya atau
dimasukan ke dalam panti asuhan milik negara . padahal tidak aa yang di
butuhkan oleh anak- anak itu selain perhatian dan aksih sayang , saat
mereka tumbuh dan berkembang. Kakek nenek atau kerabat laiinya harus
bertanggung jawab sepebuhnya terhadap biaya anak anak penderita HIV /
AIDS yang telah yatin piatu tersebut sehingga kemungkinan akan
menyebabkan jatuh dalam kemiskinan. Merekan juga berhadapan dengan
amsalah psikososial anak anak tersebut akibat kehilangan oarng tua
mereka. Bagaimanapun anak anak hampir lebih memilih tinggal bersama
kerabat dekatnya.

C. Dampak Pada Masyarakat


Dampak HIV/ AIDS dapat juga memisahkan atau menyatukan masyrakat
reaksi masyarakat terhadap penderita HIV/ AIDS dapat beua deskriminasi
dan stigmastisasi . upaya untuk mengeeluarkan mereka yang terinfeksi
HIV/ AIDS dari desa, rumah sakit, sekolah, dan rumah ibadan telah
terjadi di seluruh bagian dunia. Termasuk diantara kelompok etnis
tertentu dalam semua jenjang kelas masyarakat dan ekonomi. Sayangnya
masih banayk tokoh agama tetap menolak kepedulain dan melakuakan
upacara keagamman tertentu bagi pengidap HIV/ AIDS yang meninggal
dunia. Di banyak kelompok masyarakat.
3. STIGMA DAN DESKRIMINASI PADA ODHA
Masalah sosial yang dialami ODHA disebabkan adanya stigma di
masyarakat. Stigma yang menganggap bahwa orang yang terinfeksi
HIV/AIDS adalah orang yang menyimpang akibat prilaku negatif yang
tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat seperti perilaku
seksualitas, berganti pasangan, dan menggunakan narkoba. Akibat
keterbatasan pengetahuan, masyarakat juga menganggap bahwa
HIV/AIDS sebagai sesuatu yang berbahaya dan mematikan. Stigma
tersebut membuat terasingnya mereka dengan munculnya perlakuan
diskriminasi terhadap para ODHA. Secara umum perlakuan diskriminasi
yang diterima ODHA tidak diterimanya mereka dengan cara diusir,
dijauhi, membedakan peralatan makanan, ditolak pada pelayanan
kesehatan, dan diskriminasi secara verbal berupa sindiran dan hinaan.
Bentuk diskriminasi terhadap ODHA juga dipaparkan oleh (Gaudine,
Gien, Thuan, & Dung, 2010) meliputi penghindaran kontak mata, berdiri
jauh ketika sedang diajak berbicara, tidak duduk di tempat yang sama
dengan ODHA, tidak mau bersentuhan, penggunaan toilet secara terpisah,
serta tidak membeli produk yang dijual oleh ODHA. Adanya stigma dan
diskriminasi menyebabkan ODHA merasa kesulitan untuk membuka
status kesehatannya kepada orang lain. Stigma mengenai penyakit
HIV/AIDS yang mengarah pada ODHA menjadi hambatan komunikasi
dalam melakukan proses-proses sosial. Mereka akan membatasi interaksi
dengan lingkungan sosialnya karena khawatir akan reaksi penerimaan
dirinya. Stigma disebabkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai HIV/AIDS. Ketidaktahuan masyarakat
tentang bagaimana HIV ditularkan termasuk anggapan bahwa HIV/AIDS
disebabkan pada orang yang melakukan perbuatan menyimpang.
Sehingga pada umumnya masyarakat cenderung menghindari dan
menjauhi kontak sosial dengan ODHA. Stigma terhadap ODHA adalah
persoalan yang menyakitkan hati dan membuat mereka kecewa karena di
label negatif oleh lingkungan sosialnya. Stigma yang menganggap bahwa
mereka memiliki penyakit tersebut akibat perbuatan yang tidak bermoral
dan menyimpang dari norma-norma di masyarakat seperti perilaku
seksualitas, berganti pasangan, dan menggunakan narkoba. Begitu juga
dengan diskriminasi yang dialami ODHA, sebab mereka diperlakukan
berbeda dan tidak sewajarnya seperti diusir, dijauhi, membedakan
peralatan makanan, ditolak pada pelayanan kesehatan, dan diskriminasi
secara verbal berupa sindiran dan hinaan. Stigma terhadap ODHA adalah
persoalan yang menyakitkan hati dan membuat mereka kecewa karena di
label negatif oleh lingkungan sosialnya. Stigma yang menganggap bahwa
mereka memiliki penyakit tersebut akibat perbuatan yang tidak bermoral
dan menyimpang dari norma-norma di masyarakat seperti perilaku
seksualitas, berganti pasangan, dan menggunakan narkoba. Begitu juga
dengan diskriminasi yang dialami ODHA, sebab mereka diperlakukan
berbeda dan tidak sewajarnya seperti diusir, dijauhi, membedakan
peralatan makanan, ditolak pada pelayanan kesehatan, dan diskriminasi
secara verbal berupa sindiran dan hinaan. dan ekspresi wajah yang kurang
menyenangkan. SBH yang mendapat penolakan dari keluarga memilih
untuk merubah penampilan agar tidak terlihat seperti orang yang
terinfeksi HIV/AIDS. Begitu juga CLMPS yang terus melakukan
pendekatan kepada keluarga. TH bersikap ramah kepada petugas layanan
kesehatan demi mendapatkan obat untuk anaknya. Sedangkan AH lebih
memilih untuk menutup diri dan mengindari komunikasi dengan orang
lain. Komunikasi keempat informan di masyarakat pada umumnya sama
yaitu masih menyembunyikan status diri sebagai ODHA dengan bersikap
secara wajar, menjaga jarak, dan berbohong tentang penyakitnya.
Hambatan komunikasi yang dialami ODHA yaitu hambatan kognitif,
dimana lingkungan sosial memiliki persepsi yang berbeda tentang
HIV/AIDS karena kurangnya pengetahuan mengenai hal tersebut dan
masih dikaitkan dengan moralitas. Hambatan psikologis, dimana
hambatan ini disebabkan oleh persoalan dalam diri ODHA.
4. VOLUNTARY COUNSELING TEST PADA PASIEN HIV/AIDS
VCT atau voluntary counselling and testing adalah layanan konseling dan
tes HIV yang dilakukan secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan
untuk membantu pencegahan, perawatan, dan pengobatan bagi orang
dengan HIV/AIDS (ODHA). , konseling VCT sangat penting dilakukan
sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Indonesia.
Layanan ini tidak hanya dilakukan di rumah sakit, tetapi juga bisa
dilakukan di puskesmas atau di klinik penyedia layanan VCT.
Ada beberapa tahapan dan Proses dalam VCT, pada prinsipnya VCT
bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela. Artinya, konseling dan tes
ini hanya dilakukan atas inisiatif dan persetujuan pihak yang datang ke
penyedia layanan VCT untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan yang dilakukan
selama VCT pun terjaga kerahasiaannya. Antar lain adalah
a. Tahap konseling sebelum test
Konseling sebelum tes (prates) dilakukan agar klien mendapatkan
informasi sedetail mungkin terkait HIV/AIDS dan tesnya. Ada
beberapa hal yang akan disampaikan konselor kepada klien di tahap
ini, yaitu Alasan atau tujuan melakukan konseling VCT, Riwayat
kesehatan dan gaya hidup klien, Penilaian risiko untuk membantu klien
memahami faktor risiko HIV/AIDS, Penilaian kejiwaan klien jika
diperlukan, Penjelasan informasi dasar terkait HIV/AIDS Setelah
konseling ini dilakukan, konselor akan meminta persetujuan klien
untuk memulai tahap berikutnya, yaitu tes HIV.
b. Test HIV
Jika klien sepakat untuk melakukan tes HIV, barulah konselor
menjelaskan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, termasuk
meminta persetujuan klien. Setelah mendapat persetujuan tertulis,
barulah tes HIV  dapat dilakukan. Bila hasil tes sudah muncul, klien
akan diberi kabar dan diminta untuk datang kembali ke fasilitas
penyedia layanan VCT agar konselor dapat memberitahu hasil tes.
c. Konseling setelah tes
Setelah menerima hasil tes, klien akan menjalani konseling setelah tes
(pascates). Jika hasil tes negatif, konselor tetap akan memberi
pemahaman mengenai pentingnya menekan risiko terkena HIV/AIDS.
Misalnya, mengedukasi klien untuk berhubungan seksual dengan
aman, salah satuny dengan menggunakan kondom .Namun, jika hasil
tes positif, konselor akan memberikan dukungan emosional agar
penderita tidak patah semangat. Konselor juga akan memberikan
informasi tentang langkah berikutnya yang dapat diambil klien, seperti
cara meningkatan kualitas hidup, mencegah penularan HIV ke orang
lain, serta menjalani pengobatan .Peran konselor di tahap ini sangat
penting untuk mendukung dan membangun mental para penderita HIV
agar mereka tetap semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Tak
hanya itu, konselor harus memastikan penderita HIV tetap
mendapatkan pengobatan secara teratur.

5. BEBERAPA MANFAAT MELAKUKAN VCT


Berikut adalah beberapa manfaat melakukan VCT antara lain adalah
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman secara detail terkait
HIV/AIDS, Meningkatkan langkah pencegahan dan pengendalian HIV
/AIDS, Mendeteksi sedini mungkin risiko terkena HIV/AIDS,
Mendapatkan dukungan penuh untuk meningkatkan kualitas hidup, bagi
ODHA, Mendapat pengobatan antiretroviral (ARV) untuk menekan
perkembangan virus HIV, bagi ODHA
6. BAGAN ALUR LAYANAN VCT

PASIEN RUJUKAN DARI


PASIEN DATANG SENDIRI
DOKTER

PENDAFTARAN

KLINIK VCT

KONSELING PRE TES

KESEDIAAN TEST

Tidak setuju tidak di Setuju, inform concent ,


lakukan tindakan formulir permintaan tes
pemeriksaan darah

Laboratorium

Hasil

Konseling pasca test


positif negatif

Rujuk untuk pengobatan Saran periksa ulang


BAB 3

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan rota virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Seseorang yang terinfeksi HIV
dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) .
munculnya sindrom ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan
tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun
setelah seseorang terinfeksi HIV ( Irwan , 2017). Ada beberapa dampak yang
di alami oleh ODHA antara lain dalam diri sendiri, keluarga, lingkungan.
Serta stigma dan deskriminasi juga di alami oleh ODHA karena kurangnya
pengertahuan masyarakat tentang penderita HIV/ AIDS.
2. SARAN
Adapun saran dari kami adalah Stigma dan deskriminasi yang di alami
oleh ODHA seharusnya tidak terjadi, dan Masyarakat perlu diberikan
pengetahuan tentang HIV/ AIDS .
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021). : Laporan


Perkembangan HIV AIDS & Penyakit lnfeksi Menular Seksual (PIMS)
Triwulan I Tahun 2021
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018). Pusat Data dan
Informasi. Situasi Umum HIV/AIDS dan Tes HIV.
R. Hary Bimo Setiarto , Marni Br Karo & Tambait Titus. 2021
Penanganan Virus HIV/AIDS. CV Budi Utama: Sleman
pengantar Surveilans Kesehatan Masyarakat. (2023). (n.p): Yayasan
Kita Menulis

Anda mungkin juga menyukai