Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN HIV AIDS

ORANG HIDUP DENGAN HIV AIDS (ODHA)

Kelompok : 1

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JL.Harapan, RT.02/RW.7, Lenteng Agung, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan,

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 12610,

Indonesia
Disusun oleh :

1. Firdanty Purwitasari (09170000098)

2. Nurmalinda Noviansyah (09170000080)

3. Diana Indah Sari Estu (09170000056)

4. Santi Julianti (09170000069)

5. Aprillia Komalasari (09170000077)

6. Sandra Dewi Saraswati (09170000070)

7. Namira Riyanto Putri (09170000051)

8. Muhammad Ilham R (09170000053)

9. Juni Arta Damanik (09170000060)

10. Apliana Malo (09170000063)

11. Maria Anisia Asa Laru (09170000076)

12. Falsamawarti Waruwu (09170000082)

13.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang disusun
untuk memenuhi tugas Keperawatan HIV/AIDS di semester 4B sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi Keperawatan


HIV/AIDS yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas
makalah ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang materi
Orang Hidup dengan HIV/AIDS (ODHA). Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah
ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini
kedepan. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 27 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
HIV dan AIDS menjadi salah satu isu permasalahan di dunia, sehingga
menjadi satu agenda dalam Millenium Development Goals (MDG’s) tahun
2015,disamping pengurangan angka kemiskinan dan masalah sosial lainnya
(Friedmann, Kippax, Mafuya, Rossi and Newman, 2006; Poindexter, 2010).

Masalah HIV dan AIDS menjadi masalah kontemporer yang berkaitan


dengan perilaku berisiko manusia, karena masalah ini bukanlah masalah kesehatan
semata, tetapi juga sebagai masalah sosial yang berkaitan dengan relasi seseorang
dengan lingkungannya. Tak hanya permasalahan sosial saja namun permasalahan
dari berbagai aspek seperti ekonomi, budaya, dan politik orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Permasalahan yang
dihadapi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) bukan hanya masalah medis atau
kesehatan, tetapi juga menyangkut permasalahan sosial, politik, dan ekonomi (baba,
2005; Nurul Arifin, 2005).

Banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu setelah terinfeksi


HIV/AIDS. Perubahan fisik akibat gejala-gejala penyakit yang disebabkan
menurunnya sistem kekebalan tubuh pada diri ODHA mempengaruhi kehidupan
pribadi, sosial, belajar, karir dan bahkan kehidupan keluarga. Selain itu juga isu-isu
stigma dan diskriminasi yang dialami ODHA, baik dari keluarga, tetangga, dunia
kerja, sekolah, dan anggota masyarakat lainnya, semakin memperparah kondisi
dirinya dan bahkan lebih sakit daripada dampak penyakit yang dideritanya.

Penyebab HIV AIDS sendiri disebabkan diantaranya yaitu selama


melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang terinfeksi
yang darah, air mani atau cairan vagina memasuki tubuh. Kedua transfusi darah,
dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ketiga yaitu
berbagai macam jarum, virus HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik
terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Keempat dari ibu ke anak, ibu yang

1
2

terinfeksi dapat menginfeksi bayi selama kehamilan atau persalinan, atau melalui
menyusui.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang ditinjau dari konsep diri ODHA?
2. Apa yang ditinjau dari lingkungan sekitar ODHA?
3. Apa yang ditinjau dari pasangan ODHA?

1.3.TUJUAN
1. Untuk mengetahui yang ditinjau dari konsep diri ODHA?
2. Untuk mengetahui yang ditinjau dari lingkungan sekitar ODHA?
3. Untuk mengetahui yang ditinjau dari pasangan ODHA?
BAB II

PEMBAHASAN
2.1.DITINJAU DARI KONSEP DIRI
Konsep diri merupakan identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar
yang terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang
terorganisasi (Baron & Donn, 2003). Konsep diri merupakan pandangan individu
mengenai siapa dirinya yang dapat diperoleh lewat informasi yang diberikan
orang lain (Mulyana, 2006).

Selanjutnya, pengetahuan tentang diri ini digunakan dalam


mengintepretasikan informasi dan pengalaman, serta basis pengambilan tindakan
dalam kehidupan sehari-hari (Sarwono, 2009). Dengan kata lain, konsep-diri
merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku (Ghufron & Rini, 2010;
Pudjijogyanti, 2004). Artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil,
maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu
menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini
sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Menurut pandangan Hurlock (2005) konsep-diri dibagi berdasarkan


perkembangannya menjadi konsep-diri primer dan konsep diri sekunder. Konsep-
diri primer terbentuk berdasarkan pengalaman di rumah, berhubungan dengan
anggota keluarga seperti orangtua dan saudara. Konsep diri sekunder terbentuk
berdasarkan lingkungan luar rumah seperti teman sebaya atau relasi sosial lainnya.

Konsep diri individu dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang menerima label
negatif dan diskriminasi dari lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif fenomenologis, dua individu ODHA kami observasi dan wawancari secara
mendalam. Data yang didapatkan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1. Konsep diri ODHA sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.


2. ODHA mengalami pelabelan negatif oleh lingkungan sosialnya (mayat
hidup, kutukan,aib).

3
4

3. ODHA mengalami berbagai bentuk diskriminasi (dijauhi keluarga,


pemisahan peralatan makan, dikucilkan oleh warga kampung dan
lingkungan kerja).
4. Sebagai konsekuensi dari pemberian label negatif dan diskriminasi, ODHA
memandang, berpikiran, dan merasa negatif terhadap diri (putus asa,
depresi, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, menarik diri dari
lingkungan, dan berkeinginan bunuh diri).

Permasalahan yang dihadapi ODHA bukan hanya permasalahan kondisi


fisik yang semakin menurun, namun juga timbul permasalahan sosial seperti
penerimaan label negatif dan berbagai bentuk diskriminasi dari lingkungan.
Penyakit HIV dan AIDS dianggap sebagai penyakit kutukan akibat perbuatan
menyimpang karena penyakit HIV dan AIDS begitu melekat pada orang-orang
yang melakukan penyimpangan seperti PSK (Pekerja Seks Komersial), gay,
pelaku seks bebas dan pengguna narkoba suntik. Diskriminasi adalah perlakuan
tidak seimbang terhadap perindividu atau kelompok berdasarkan sesuatu yang
bersifat kategorikal. Perlakuan tidak seimbang yang diberikan pada IDHA
disebabkan IDHA dianggap sebagai pembawa penyakit menular, berbahaya dan
mematikan.

ODHA akan menerima label negatif dan berbagai bentuk diskriminasi dari
lingkungan seperti keluarga, teman, lingkungan sekitar karena sakit HIV dan
AIDS yang diderita dianggap sebagai penyakit yang berbahaya dan mematikan
bagi kalangan masyarakat. Berdasarkan hasil interview peneliti, label negatif dan
diskriminasi yang diterima ODHA mempengaruhi cara pandang ODHA terhadap
dirinya atau konsep-diri.

2.2.DITINJAU DARI LINGKUNGAN SEKITAR


Ada beberapa aspek yang ditinjuau dari lingkugan sekitar orang hidup dengan HIV
AIDS (ODHA) yaitu :
5

1. HIV/AIDS Dari Aspek Sosial

Jurnalis dari media baik media cetak maupun elektronik dalam peliputan
mengenai IDHA dan hal-hal yang terkaitan dengan HIV / AIDS ada kalanya
tidak empati dan jauh dari nilai-nilai humanisme (Djoerban, 1999) antara lain:

1. Diskriminasi, memperlakukan orang secara berbeda-beda dan tanpa alasan


yang tidak relevan, misalnya diskriminasiterhadap ras, gender, agama dan
politik. Dalam kasus pemberitaan HIV / AIDS, media sering melakukan
pembedaan atas seseorang menurut kehendaknya sendiri. Misalnya orang
jahat (ODHA) versus orang baik-baik. Orang bermoral versus orang tidak
bermoral, perempuan pekerja seks versus orang baik.
2. Kekerasan Pada kasus pemberitaan terhadap seorang pekerja seks misalnya,
media melakukan kekerasan karena telah mengekspose seorang pekerja
seks tanpa meminta ijin. Akibatnya ia dikucilkan hidupnya setelah
pemberitaan tersebut.
3. Stigmatisasi Proses pelabelan (stereotip) yang dilakukan pada orang lain ini
sering dilakukan oleh media ketika memberitakan tentang pekerja seks dan
HIV / AIDS. Misalnya pekerja seks adalah orang tidak baik sebagai
penyebar HIV/AIDS, untuk itu mereka harus dijauhi.
4. Sensasional Dalam pemberitaan HIV / AIDS, seringkali judul berita
menampilkan sesuatu yang sangat bombastis, tidak sesuai dengan realitas
sebenarnya.
2. HIV/AIDS Dari Aspek Ekonomi
Dampak HIV dan AIDS di bidang ekonomi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu
dampak secara langsung dan secara tidak langsung. Dampak ini dimulai dari
tingkat individu, keluarga, masyarakat dan akhirnya pada negara dan mungkin
dunia.
1. Dampak Ekonomi secara Langsung Epidemi HIV dan AIDS akan
menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak penderita maupun pihak rumah
sakit. Hal ini dikarenakan obat penyembuh yang belum ditemukan.
Sehingga biaya harus terus dikeluarkan hanya untuk perawatan dan
6

2. memperpanjang usia penderita. Di lain pihak, penelitian harus terus


menerus dilakukan dan biaya lainnya sangat dibutuhkan seperti biaya untuk
upaya-upaya pencegahan.
3. Dampak Ekonomi secara tidak Langsung Sumber daya alam yang besar
menjadi kurang mampu dikelola oleh sumber daya manusia baik sebagai
tenaga kerja maupun sebagai konsumen potensial akibat terganggunya
kesehatan mereka. Hal ini tentu akan mengakibatkan menurunnya produksi
dari berbagai investasi. HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan
ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan
produksi (human capital). Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan
obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-negara
tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat bekerja,
tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan
bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di
daerah.
3. HIV/AIDS Dari Aspek Politik
Dampak HIV dan AIDS pada bidang politik merupakan akibat yang
ditimbulkan oleh dampak HIV dan AIDS pada bidang lainnya seperti
kesehatan, sosial, ekonomi, budaya dan agama.
Akibat sosial yang disebabkan oleh wabah HIV dan AIDS berdampak
secara langsung pada bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan
dalam semua segi, mutu pelayanan yang menurun, terjadinya diskriminasi di
masyarakat dan menurunnya moral akan berdampak di bidang keamanan dan
ketertiban masyarakat dan hal ini akan berakibat luas pada segi pembangunan
yang akhirnya akan berdampak politik.
4. HIV/AIDS Dari Aspek Budaya.
Perubahan sosial dialami oleh setiap masyarakat yang pada dasarnya tidak
dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua segi kehidupan
masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan interaksi sesama warga
menjadi semakin rasional; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan
ekonomi menjadi makin komersial; perubahan tata cara kerja sehari-hari yang
7

makin ditandai dengan pembagian kerja pada spesialisasi kegiatan yang makin
tajam; Perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat yang
makin demokratis; perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang
makin modern dan efisien, dan lain-lainnya.
Perubahan sosial dalam suatu masyarakat diawali oleh tahapan perubahan
nilai, norma, dan tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat yang bersangkutan,
yang juga dapat disebut dengan perubahan nilai sosial.
Perilaku seksual yang salah satunya dapat menjadi faktor utama tingginya
penyebaran HIV/AIDS dari bidang budaya. Ditemukan beberapa budaya
tradisional yang ternyata meluruskan jalan bagi perilaku seksual yang salah ini.
Meskipun kini tidak lagi nampak, budaya tersebut pernah berpengaruh kuat
dalam kehidupan masyarakat. Seperti budaya di salah satu daerah di provinsi
Jawa Barat, kebanyakan orangtua menganggap bila memiliki anak perempuan,
dia adalah aset keluarga. Menurut mereka, jika anak perempuan menjadi
Pekerja Seks Komersial (PSK) di luar negeri akan meningkatkan penghasilan
keluarga. Dan bagi keluarga yang anak wanitanya menjadi PSK, sebagian
warga wilayah Pantura tersebut bisa menjadi orang kaya di kampungnya.

3.3.DITINJAU DARI PASANGAN


Salah satu pasangan yang ODHA atau sudah terinfeksi virus HIV AIDS bisa
menularkan pasangannya bila tidak mengetahui bagaimana cara penularan virus
HIV AIDS itu sendiri.

1. HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, yaitu :


 Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang
yang telah terinfeksi HIV.
Untuk tidak menularkan pasangan Kondom harus tetap digunakan setiap
kali melakukan hubungan seksual, anal, dan oral.
Pasangan yang Sama-sama Kena HIV/AIDS Ahli menilai justru bila mereka
tidak menggunakan kondom, bisa lebih parah dan proses pengobatan
menjadi lebih sulit.
 Transfusi darah atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.
 Melalui Alat Suntik.
8

 Dari orang tua ke anak yang dilahirkan .


Wanita yang hidup dengan HIV/AIDS tetap bisa hamil dan memiliki
keturunan. Untuk mengurangi risiko penularan HIV, maka harus menjalani
pengobatan untuk mengendalikan infeksi.
2. HIV tidak ditularkan melalui :
 Jabatan tangan
 Sentuhan
 Ciuman
 Pelukan
 Menggunakan peralatan makan/minum yang sama
 Gigitan nyamuk
 Memakai jamban yang sama atau tinggal serumah.
3. Contoh kasus pasangan yang terinfeksi viru HIV AIDS :
Seperti yang dialani Hartini, salah satu ODHA yang terinfeksi virus
HIV sejak 2008. Meski tak mau menyalahkan, Hartini mengakui bahwa
virus ini dibawa ke rumah oleh mantan suaminya yang kerap 'jajan' di
luar.
"Biasanya kan kalau bicara ODHA, pikiran orang akan tertuju ke hal
negatif. Padahal bisa jadi dia korban penularan dari orang lain yang
menderita HIV AIDS," ujarnya pada jumpa pers yang dihelat Pusat
Penelitian HIV AIDS Atma Jaya, di Jakarta, Rabu (26/1/2016).
Karena adanya masalah yang menerpa hubungannya dengan suami,
perempuan yang akrab disapa Tini ini memutuskan bercerai dari lelaki
yang memberinya virus mematikan itu. Kendati demikian, ia tetap
berusaha mencari pasangan hidup yang mau menerima kondisinya
sebagai ODHA.
"Banyak yang beranggapan bahwa ODHA itu sebaiknya menikah
dengan ODHA juga agar tak menularkan ke yang normal. Tapi saya
percaya bahwa saya bisa menikah dengan non ODHA dan tidak
menularkan virus ini padanya," imbuh Tini.
9

Hingga akhirnya ia bertemu lelaki non-ODHA yang kini menjadi


pendamping hidupnya. Namun bukan hal mudah untuk meyakinkan
pasangan agar mau menerima kondisinya yang mengidap HIV AIDS.
"Membuka status pada pasangan bukan hal yang mudah. Sebelum-
sebelumnya, setelah saya buka status ada-ada aja alasan si dia
meninggalkan saya," ujar Tini.
Kala menjajaki hubungan dengan suaminya saat pacaran dulu, ia tidak
langsung mengungkap statusnya. Tini lebih memilih untuk melibatkan
pasangannya pada perannya sebagai kader HIV AIDS di Puskesmas
Sawah Besar.
"Saya nggak langsung ungkapin bahwa saya ODHA. Bisa-bisa semua
lelaki kabur duluan. Saya mengajak pasangan saya untuk mengenal
ODHA sembari menceritakan fakta positif mengenai perkembangan
ODHA yang bisa memiliki anak, bisa menyusui tanpa menularkannya ke
anak," sambung perempuan berusia 35 tahun ini.
Setelah merasa yakin bahwa pasangan tak memiliki masalah untuk
bergaul dengan ODHA, Tini pun dengan berani mengungkapkan
statusnya kepada calon suaminya itu.
"Setelah setahun berpacaran, saya berani mengungkapkannya pada
pasangan. Alhamdulillah dia mau menerima dan langsung melamar saya
dua minggu setelah pengakuan itu," kenangnya bahagia.
Tini mengimbau agar para perempuan dengan HIV AIDS tidak
berkecil hati untuk menemukan pasangan yang tepat. Menurutnya,
kesabaran dan keterlibatan pasangan dalam memahami HIV AIDS dapat
mempengaruhi penerimaannya terhadap status HIV pasangannya.
BAB III

PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Konsep-diri dibagi berdasarkan perkembangannya menjadi konsep-diri
primer dan konsep diri sekunder. Konsep-diri primer terbentuk berdasarkan
pengalaman di rumah, berhubungan dengan anggota keluarga seperti orangtua dan
saudara. Konsep diri sekunder terbentuk berdasarkan lingkungan luar rumah
seperti teman sebaya atau relasi sosial lainnya.

Ada beberapa aspek yang ditinjuau dari lingkugan sekitar orang hidup
dengan HIV AIDS (ODHA) yaitu : HIV/AIDS Dari Aspek Sosial, Budaya,
Ekonomi dan Politik.

Penyebab HIV AIDS sendiri disebabkan diantaranya yaitu selama


melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang terinfeksi
yang darah, air mani atau cairan vagina memasuki tubuh. Kedua transfusi darah,
dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ketiga yaitu
berbagai macam jarum, virus HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik
terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Keempat dari ibu ke anak, ibu yang
terinfeksi dapat menginfeksi bayi selama kehamilan atau persalinan, atau melalui
menyusui.

3.2.SARAN
Agar pembaca lebih mengetahui lagi mengenai Orang Hidup dengan HIV
AIDS dan menambah wawasan mengenai Keperawatan HIV AIDS.

10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gwl-ina.or.id/wp-content/uploads/2016/03/BAB-5-HIV-DAN-
AIDS.pdf

https://www.suara.com/lifestyle/2016/01/30/141152/begini-cara-ungkapkan-
status-hiv-pada-pasangan

https://www.researchgate.net/publication/316817736_Konsep_diri_orang_dengan
_HIV_dan_AIDS_ODHA_yang_menerima_label_negatif_dan_diskriminasi_dari_
lingkungan_sosial_Self-
concept_of_people_with_HIV_and_AIDS_ODHA_who_experience_negative_lab
elling_and_discr

https://www.academia.edu/28800962/HIV_AIDS_DARI_ASPEK_SOSIAL_EKO
NOMI_POLITIK_DAN_BUDAYA

Anda mungkin juga menyukai