PROPOSAL PENELITIAN
Pada dekade terakhir ini diantara berbagai virus yang telah dikenal saat ini, yang
dianggap paling berbahaya adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). HIV merupakan
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh yang
diserang oleh virus ini menyebabkan kekebalan tubuh menjadi lemah, sehingga tubuh
mudah terkena berbagai penyakit. HIV terdapat di dalam cairan tubuh manusia yang telah
terinfeksi seperti dalam darah, air mani, cairan vagina dan ditularkan juga melalui cairan-
cairan tersebut. HIV menyebabkan seseorang dapat terinfeksi AIDS. Orang-orang yang
terinfeksi HIV akan terlihat sehat sebelum virus tersebut berubah menjadi AIDS.
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat melawan virus tersebut. Para
ahli berusaha mendapatkan obat untuk mengatasi AIDS dan obat itu disebut sebagai
Antiretroviral (ARV). Namun, ternyata obat ini tidak dapat menyembuhkan AIDS, hanya
dapat memperlambat reproduksi HIV pada tahap awal dan mengurai kekuatan virus dalam
darah. Orang yang terinfeksi HIV akan tetap terinfeksi karena partikel virus bergabung
dengan DNA selnya. HIV/AIDS tercatat sebagai penyebab kematian terbanyak yang
keempat didunia. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penderitanya meninggal bukan
karena HIV nya sendiri, namun karena infeksi atau kondisi lainnya yang disebut sebagai
infeksi opotunistik. Mereka yang terinfeksi tidak dapat bertahan karena virus yang telah
menyerang daya tahan tubuh mereka membuat peyakit tersebut sulit untuk disembuhkan.
(Nursalam & Kurniawati, 2013).
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) provinsi Jawa Barat
sampai dengan 31 Maret 2016 mencatat jumlah penderita HIV di Jawa Barat saat ini
sebanyak 20.926 pasien sedangkan penderita AIDS sebanyak 6.222 pasien. Dari jumlah
tersebut, ternyata hampir 95% atau sebanyak 19.232 penderita di antaranya merupakan
usia produktif yaitu berusia 15-49 tahun. (www.radarcirebon.com, 2016). Sedangkan
data Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, jumlah penderita Aids di kota
Cirebon sudah mencapai 677 orang. ODHA yang memiliki KTP Kota Cirebon lebih
banyak didominasi usia produktif. Yakni mulai usia 15 sampai 29 tahun. Jumlahnya
mencapai 345 orang. Sedangkan ODHA ber-KTP luar kota tetapi beraktivitas di Kota
Cirebon, jumlahnya 332 orang. Kasus yang meninggal 55 orang diantaranya. (Sri Maryati,
2
dalam www.radarcirebon.com, 2016). Diluar data tersebut, masih ada kemungkinan bahwa
jumlah ODHA jauh lebih besar. HIV/AIDS cenderung menjadi fenomena gunung es,
dimana permasalahan ini kebanyakan disembunyikan dengan berbagai alasan sehingga
luput dari pendataan.
Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh ODHA. Bahkan mereka harus
menghadapi beban ganda Mereka tidak hanya menghadapi masalah kesehatan fisik karena
virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuhnya yang membuat mereka rentan
terhadap berbagai penyakit. Mereka rentan lebih mudah tertular oleh penyakit menular
yang sedang berkembang disekitar mereka yang disebut dengan penyakit sampingan
(oprotunistik). Penyakit berbahaya yang sering menyertai adalah pneumonia, diare, infeksi
pada mulut dan meningitis (Anthony, Dermot & Stephen, 2004). Hal ini seringkali
mengganggu kegiatan mereka sehari-hari. ODHA juga harus menghadapi masalah sosial,
psikologis dan spiritual. Akibat dari suatu penyakit yang diderita dan itervensi medis yang
harus rutin diikuti oleh ODHA dapat menimbulkan perasaan negatif seperti kecemasan,
depresi, marah ataupun rasa tidak berdaya dan perasaaan negatif yang lainnya yang
cenderung dapat memperparah penyakit yang dideritanya. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar orang menjadikan suatu penyakit yang serius termasuk HIV/AIDS sebagai
pengalaman traumatik sepanjang hidupnya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengalaman unik setiap individu ketika
memperoleh hasil pertama kali diagnosa positif HIV sebagian besar individu mengalami
stress, dan depresi (Carter, 2006). Mereka menunjukkan respon ketakutan terhadap
terbukanya status dan dampak buruk dari HIV ( Mohammdpor, Nasrabadi & Mohraz,
2009). Sebagain besar ODHA memiliki respon penolakan, menutup diri atau diam
(Pecheny, Manzeli & Jones, 2007). Penelitian mengenai permasalahan psikososial yang
harus dihadapi oleh ODHA diantaranya adalah rendahnya self esteem, body image yang
buruk dan berbagai permasalah kesejahteraan psikologis akibat stressor stigma buruk dari
masyarakat yang menyebabkan masalah penyesuaian perilaku dan sosial, depresi, rasa
marah, bingung dan takut (Mkize, 2009; Munongo, 2012).
Berbeda dengan penyakit kronis lainnya, stigma negatif masyarakat terhadap
ODHA seperti dicap sebagai label kematian, karena akibat yang mematikan dari AIDS
tidak dapat dihindari. Bahkan ODHA sehingga dihubungkan dengan perilaku hubungan
seks bebas atau menyimpang, penggunaan obat terlarang, dan perilaku-perilaku kesalahan
moral yang lainnya sehingga patut mendapatkan hukuman akibat dari perilakunya tersebut
(Lisanne, Lee & Kate, 2001). Akibat buruk dari stigma tersebut, ODHA sering
3
dipermalukan, dihindari, didiskreditkan dan ditolak. Hal inilah yang memicu tingginya
tingkat stress yang berkepanjangan pada ODHA dan lebih parahnya mereka jatuh pada
kondisi depresi yang kronik (Nursalam & Kurniawati, 2007). Kondisi ini menjadikan
HIV/AIDS sebagai momok yang menakutkan bagi masyarakat luas, sehingga ODHA suatu
aib yang tidak dapat diterima sehingga mereka mendapatkan diskriminasi dari lingkungan.
Akibat yang dirasakan oleh ODHA adalah memperparah penyakit yang dideritanya
karena beban psikologis yang timbul dari stigma masyarakat tersebut, seperti rasa
bersalah, dan pasrah sehingga mengakibatkan penderitaan menjadi putus asa baik secara
sosial dan psikologis. maupun spiritual. Secara sosial yang berkaitan dengan aspek
spiritual, ODHA jarang melakukan kegiatan keagamaan / kerohanian dan beribadah serta
menghindari interaksi dengan orang lain (Ronaldson, 200 dalam Nursalam, 2007). Hal ini
menyebabkan mereka semakin terisolasi dan memperberat stress psikologis yang
seringkali cenderung menimbulkan percobaan bunuh diri (Kylma, 2005). Hal ini perlu
mendapat perhatian serius untuk menanggulangi dampak buruk akibat beban psikologis
yang berkepanjangan.
Oleh karena itu ODHA dihadapkan pada tiga tantangan besar akibat dari HIV/AIDS
yang dideritanya, yaitu menghadapi reaksi terhadap penyakit yang memiliki stigma,
berhadapan dengan kemungkinan waktu kehidupan yang terbatas dengan diagnosis
kematian, dan mengembangkan strategi untuk mempertahankan fisik dan emosi. Kondisi
inilah yang sering kali disebut dengan masa kritis.
Kemampuan ODHA dalam menghadapi masa kritisnya akan membantu
meningkatkan kemampuan ODHA untuk memiliki harapan hidup dan bertahan hidup.
Namun, tidak semua ODHA mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada
dirinya untuk menghadapi masa kritis tersebut. Perubahan-perubahan psikososial pada
sebagian orang dapat merupakan beban mental atau stresor terutama akibat suatu penyakit.
Hawari (2004) menjelaskan bahwa stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa
mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.
Reaksi psikologis terhadap diagnosis penyakit dan penanganan sangat beragam dan
keadaan serta kemampuan masing-masing penderita tergantung pada banyak faktor. Hal ini
yang menyebabakan gambaran dinamika psikologis setiap ODHA akan berbeda ketika
menghadapi penyakitnya. Teori dinamika psikologis yang biasa digunakan untuk
mengidentifikasi dan memahami reaksi pasca kejadian traumatik yang dialami oleh
seseorang adalah teori the five stage of grief dari Kubler Rose (1998). Teori ini membagi
4
respons psikologis dalam lima tahap, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-
menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Selain itu teori
yang dapat menjelaskan usaha individu untuk mengelola stressor untuk memberikan
ketahanan terhadap dampak stress akan dikaji dengan teori coping dari Lazarus & Folkman
(1984). Diharapkan dengan kmampuan ODHA memperbaiki strategi coping dalam
mengelola depresi akan memperbaiki kualitas hidupnya.
Berkaitan dengan permasalahan HIV/AIDS saat ini sudah mendapatkan perhatian
dari berbagai pihak, misalnya dari pemerintah, praktisi kesehatan, konselor dan LSM.
Umumnya yang menjadi fokus perhatian terhadap permasalahn HIV/AIDS yaitu pada
faktor pencegahan dan penularannya seperti penggunaan jarum suntik yang bergantian,
penggunaan obat-obatan terlarang serta perilaku seks yang tidak aman. Artinya lebih
banyak memusatkan pada faktor-faktor penularan yang umum dan banyak terjadi ada pada
orang dewasa.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa
salah satu lembaga yang mengelola khusus masalah infeksi menular seksual (IMS) dan
HIV/AIDS di Kota Cirebon adalah Klinik Intan. Klinik Intan terletak di wilayah kerja
Puskesmas Gunung Sari Kota Cirebon, yang melayani pelayanan kesehatan untuk pasien
umum di tingkat pelayanan kesehatan pertama dan pasien khusus melayani spesifikasi
pelayanan pemeriksaan dan terapi IMS dan pelayanan pemeriksaan HIV. Semakin
meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS maka dilakukan upaya untuk dapat mengatasi
permasalahan tersebut, salah satunya adalah dengan dicanangkan program Voluntary
Counseling and Testing (VCT) yang merupakan deteksi dini penyakit HIV dan perawatan
HIV.
Layanan kesehatan yang pertama dalam pencegahan penularan HIV adalah layanan
VCT dimana terdapat komponen penting dalam pemberantasan HIV, yaitu: pencegahan,
perawatan dan pengobatan. Sebagai upaya meningkatkan pencegahan dan pengobatan,
peningkatan konseling dan tes HIV. Oleh karena itu penelitian ini ingin mendukung
program VCT di Klinik Intan dalam menangani ODHA melalui gambaran fenomena yang
dialami ODHA. Dengan semakin memahami dinamika psikologi ODHA akan membantu
dalam pengahayatan permasalahan yang dihadapi mereka. Permasalahan diatas, membuat
peneliti tertarik untuk melakukan proses penelitian untuk mengungkap misteri
fenomenologi dibalik kehidupan ODHA dalam hal ini adalah dinamika psikologis pada
ODHA dan kecenderungan penggunaan coping pada ODHA di Klinik Intan Cirebon.
5
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti kemudian merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana dinamika psikologi ODHA di klinik Intan dalam menghadapi masa kritis
akibat AIDS ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung ODHA di klinik Intan dalam menghadapi
masa kritis akibat AIDS ?
3. Bagaimana efektifitas kecenderungan penggunaan strategi coping yang dilakukan
ODHA di klinik Intan dalam menghadapi masa kritis akibat AIDS ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena atau pengalaman ODHA
dalam menghadapi masa kritis akibat AIDS dalam sudut pandang dinamika psikologis
yang berkaitan dengan pengelolaan reaksi psikologis ODHA terhadap penyakit yang di
dideritanyan dan kecenderungan upaya penggunaan coping pada ODHA.
2. Manfaat Penelitian
1) Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan tambahan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan terutama bahan penelitian lebih lanjut
yang berminat melakukan penelitian yang berkaitan dengan penyakit HIV/AIDS.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi materi perkuliahan
konseling maupun psikologi terutama yang berkaitan dengan pengalaman ODHA.
2) Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengalaman ODHA
berdasarkan dinamika psikologi yang mereka alami dalam menghadapi masa kritis.
Sehingga dapat digunakan oleh konselor, psikolog, perawat maupun perawat rohani
(warois) dalam memahami kebutuhan ODHA sebagai unsur penting yang harus
dipertimbangkan dalam memberikan proses konseling maupun pemberian layanan
bantuan pencegahan, pengobatan, perawatan dan bentuk layanan lainnya.
b. Partisipan / ODHA dapat mengungkapkan berbagai pengalaman yang mereka alami,
sehingga penelitian ini memberikan kesempatan satu bentuk interaksi komunikasi
penyampaian pesan dari ODHA kepada keluarga dan masyarakat, serta penyampaian
harapan dan dukungan kepada ODHA yang lain untuk tetap memiliki motivasi dan
harapan untuk sembuh.
6
peneliti adalah objek dan lokasi penelitian serta fokus penelitian ini lebih menggambarkan
fenomenologi ODHA dalam menghadapi masa kritis akibat AIDS yang memunculkan
reaksi psikologis dari penghayatan pengalaman traumatik akibat penyakit yang dideritanya.
E. KERANGKA TEORI
1. Definisi HIVdan AIDS
Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Jawa Barat nomor 12 tahun 2012 tentang
pencegahan dan penanggulangan human immunodefficiency virus (HIV) dan acquired
immuno defficiency sindrome (AIDS) menyatakan bahwa orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) adalah orang yang sudah terinfeksi HIV baik pada tahap sebelum ada gejala
maupun yang sudah ada gejala. Sedangkan orang yang hidup dengan pengidap HIV dan
AIDS yang selanjutnya disingkat dengan OHIDHA adalah orang yang terdekat, teman
kerja, atau keluarga dari orang yang sudah tertular HIV.
Perda Propinsi Jabar no 12 tahun 2012 tentang penanggulangan HIV dan AIDS
menyebutkan bahwa Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS
yang digolongkan sebagai jenis yang disebut retrovirus yang menyerang sel darah putih
dan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh dan ditemukan dalam cairan tubuh pengidap
HIV dan AIDS yang berpotensi menularkan melalui darah, air, mani, air susu ibu dan
cairan vagina. Sedangkan Acquires Immuno Defficiency Syndrome (AIDS) adalah
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV yang merusak sistem kekebalan
tubuh manusia sehingga daya tahan tubuh melemah dan mudah terjangkit penyakit infeksi.
AIDS muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama
lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh kita menjadi lemah, dan satu
atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa
penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya. Individu yang AIDS rentan terjangkit
berbagai penyakit yang mengancam (Sarafino, 1998).
Cara penularan virus HIV melalui :
a. Hubungan seks yang tidak aman (homoseksual dan heteroseksual), penerimaan
organ, jaringan atau sperma. Kemungkinan penularan melalui hubungan kelamin
menjadi lebih besar bila terjadi penyakit kelamin, khususnya yang menyebabkan
luka atau ulterasi pada alat kelamin.
8
3. Strategi Coping
Lazarus dan Folkman (1984), mengemukakan bahwa coping adalah usaha-usaha
kognitif dan perilaku (behavioral) yang berkesinambungan untuk mengelola tekanan dari
dalam (internal) dan atau dari luar (eksternal) individu yang dirasakan merugikan atau
melebihi kemampuan individu itu. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), coping yang
efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan
menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
Menurut Cohen dan Lazarus (Sarafino, 2006), tujuan coping, yaitu :
a. Mengurangi hal-hal yang diperkirakan akan menimbulkan situasi stres terutama yang
berasal dari lingkungan. Usaha ini meliputi cara mencari alternatif pemecahan masalah.
b. Tercapainya penyesuaian yang baik terhadap kejadian-kejadian negatif yang dialami
seseorang dalam kehidupannya.
c. Bertahannya anggapan positif terhadap diri sendiri.
d. Memiliki kemampuan untuk dapat mempertahankan keseimbangan emosional.
10
F. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain riset kualitatif yaitu mempelajari setiap masalah
dengan menempatkannya pada situasi alamiah (Maleong, 2010). Penelitian kualitatif
merupakan pendekatant induktif untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan
dengan menemukan subyektifitas manusia (Brockoop & Tolsma, 2000). Pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis deskriptif yaitu berfokus pada
penemuan ea mengenai suatu fenomena tentang apa yang dialami ODHA saat menghadapi
masa kritis AIDS. Pengalaman tersebut mengenai perubahan-perubahan yang dialami,
persepsi, mekanisme coping, motivasi dan tindakan secara holistik dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Beanland, Wood & Haber, 2005 ; Sugiyono, 2008).
2. Setting Penelitian
Klinik Intan merupakan salah satu klinik di bawah Puskesmas Gunung Djati yang
melayani pasien yang memiliki riwayat HIV/AIDS. Pasien yang berkunjung ke klinik Intan
adalah pasien HIV yang mengalami infeksi oportunistik dan sedang dalam pengobatan
serta membutuhkan konseling.
Wawancara dilakukan di Klinik Intan Kota Cirebon hal ini menyesuaikan dengan
kegiatan pelayanan konseling dilakukan dalam satu ruangan, sehingga pelayanan dapat
berjalan secara sistematis dan lancar. Privasi pasien cukup terjaga dengan sistem pelayanan
yang tertutup. Hal ini sangat memungkinkan untuk melakukan proses wawancara secara
terbuka.
11
3. Sumber data
a. Data Primer
Sumber data primer yang peneliti gunakan adalah hasil data dari wawancara dan
observasi secara langsung dengan ODHA di Klinik Intan, data ini didapatkan secara
langsung di lapangan .
b. Data Skunder
Adapun data sekunder adalah literatur yang membahas terkait dengan ODHA. Serta
beberapa data dari konselor Klinik Intan, maupun kelurga ODHA yang
berhubungan dengan penelitian ini.
4. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah ODHA yang berkunjung di Klinik Intan Kota
Cirebon. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah 5 orang. Teknik sampling dilakukan
dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan partisipan yang didasari pada
pertimbangan yang dibuat oleh peneliti (Sugiyono, 2008; Maleong, 2010). Pertimbangan
pemilihan partisipan ditetapkan dengan kriteria berikut :
- ODHA pada fase perkembangan AIDS menuju kondisi kritis.
- Mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
- Partisipan yang masih mengingat pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan
kondisi kritisnya.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari :
a) Peneliti sendiri, sebagai instrument. Peneliti terjun langsung melakukan wawancara
dan pengamatan terhadap partisipan untuk mengetahui dan memahami kenyataan di
lapangan (Maleong, 2010).
b) Pedoman wawancara dan alat tulis
Pedoman wawancara merupakan alat bantu berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
c) Voice recorder
Alat perekam yang digunakan atas izin dari partisipan untuk merekam hasil
wawancara berupa percakapan verbal antara peneliti dan partisipan.
a) Prosedur Administratif
Izin Penelitian ke Puskesmas Gunung Sari
Menyampaikan izin persetujuan etik penelitian kepada penanggung jawab Klinik Intan
b) Prosedur Teknis
Pemilihan partisipan sesuai kriteria berdasarkan data pasien di Klinik Intan
Good rapport, building trust dan informed consent persetujuan partisipan penelitian
Berdasarkan prosedur diatas maka metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :
(1). Wawancara
Wawancara adalah segala kegiatan yang bersifat menghimpunkan data melalui tanya
jawab secara bertatap muka (face to face) dengan individu yang diperlukan.
(2). Observasi Partisipatoris
Secara umum metode observasi/pengamatan ini terbagi menjadi dua. Pertama
pengamatan murni, peneliti hanya mengamati tanpa terlibat langsung dalam
aktivitasnya. Kedua pengamatan terlibat, dimana metode ini peneliti terlibat langsung
dalam aktivitas Dalam penelitian ini, peneliti mengamati perilaku atau kegiatan
keseharian dari seseorang atau kelompok dalam hal ini adalah ODHA di Klinik Intan.
(3). Dokumentasi
Dalam metode ini, pencarian data tertuju kepada hal-hal atau variabel yang berbentuk
buku, catatan, surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya. Hal ini imaksudkan
untuk memperoleh data tentang pengetahuan umum terkait HIV/AIDS.
13
A Persiapan Kegiatan
Pembuatan & penyebaran Need assessment 1 1 kegiatan 100.000 100.000
Transportasi studi awal 1 2 Kegiatan 100.000 200.000
Pembelian Buku referensi 4 1 200.000 800.000
Penyempurnaan proposal 1 1 eksemplar 150.000 150.000
Penggandaan proposal 1 4 eksemplar 10.500 42.000
Penyusunan instrument kuesioner 1 1 kegiatan 100.000 100.000
fenomenologi
Transportasi Perizinan ke instansi / 1 2 hari 100.000 200.000
puskesmas
14
B Pelaksanaan
Transport pengambilan data 1 3 hari 100.000 300.000
Transport partisipan penelitian 5 3 hari 100.000 1.500.000
Konsumsi partisipan penelitian 5 3 hari 20.000 300.000
Bingkisan untuk peserta pelatihan 1 5 orang 100.000 500.000
Konsultasi analisis data 1 1 penelitian 500.000 500.000
Penyusunan Laporan 1 1 penelitian 300.000 300.000
Sub Jumlah B 3.400.000
C Pasca Pelaksanaan
Penggandaan Laporan Hasil 1 6 eksemplar 50.000 300.000
Penjilidan laporan hasil 1 6 eksemplar 15.000 90.000
Pembuatan artikel 1 1 kegiatan 300.000 300.000
Pembuatan buku 1 1 kegiatan 500.000 500.000
Sub Jumlah C 1.190.000
2. Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan, dengan rincian sebagai
berikut :
N Nama Kegiatan Waktu Kegiatan
o (Bulan dan Tahun 2017)
Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sept Keterangan
1. Permohonan Pejabat terkait dan tempat
Perizinan lokasi penelitian
2. Komite etik Sidang komite etik untuk
penelitian persetujuan penelitian
3. Focus Group
Praktisi dan akademik
Discussion (FGD)
4. Penjaringan Mendapatkan partisipan
Partisipan yang sesuai kriteria
5. Pengambilan data Melakukan wawancara
dengan ODHA
6. Analisis data Melakukan analisis dan
keabsahan data
7. Konsultasi hasil data Memperoleh masukan
untuk hasil pelaporan
8. Laporan hasil Laporan diberikan ke
penelitian LP2M
9. Melakukan seminar
hasil penelitian dan Seminar LP2M/
pembuatan artikel Jurnal nasional
ilmiah
16
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, H. Dermot, M. & Stephen, G. 2004. TB/HIV A Clinical Manual. The 2nd edition.
China : WHO Library Cataloguing.
Creswell, John W. 2009. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hawari, D. 2004. Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa”. Edisi III
(Revisi). Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.
E. Kubler-Ross, 1998. On Death and Dying (Kematian sebagai bagian dari kehidupan) .
Jakarta : PT gramedia Pustaka Utama.
Folkman, S., & Moskowitz, T. 2000. Positive Affect and the Other Side of Coping.
American Psychologist Journal. 55 : 647-654.
Kusumawijaya, P. 2013. Dinamika Psikologis Pada Orang Dengan HIV dan AIDS
(ODHA). Jurnal Emphaty Fakultas Psikologi ISSN : 2303-114X Vol 2 No 1 Juli
2013.Yogjakarta : Universitas Ahmad Dahlan.
Lazarus, R.S., & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York: Spranger.
Mkize, Lindelwa, 2009. The Psychososial Effect of Disclosing A Possitive HIV Diagnosis.
A Preliminary Investigation. University of Limpopo. Thesis.
Munongo, Edmore. 2012. Factors that Influence Prarents to Disclose or Not to Disclose
HIV Status to Their Children who are living with HIV/AIDS in the greater Harare
area in Zimbabwe. University of Stellenbosch. Thesis.
Nursalam & Kurniawati, N.D. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infeksi HIV/AIDS.
Jakarta : Salemba Medika.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 12 tahun 2012 tentang pencegahan dan
penanggulanagan human immunodefficiency virus (HIV) dan acquired immuno
defficiency sindrome (AIDS). 2012. Bandung. Jawa Barat.
Prihastuti, W. 2015. Persepsi Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS Dan VCT
(Voluntary Counseling And Testing) Dengan Pemanfaatan VCT Di Klinik Intan
Kota Cirebon. Yogjakarta : Universitas Gajah Mada.
17
Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. Fifth Edition. New
York: John Wiley & Sons Inc.
UNAIDS. 2010. Global Report : UNAIDS Report On The Global AIDS Epidemic 2010.
WHO Library Cataloging.
Website :
I. Identitas