Anda di halaman 1dari 20

0

DINAMIKA PSIKOLOGIS ODHA


DALAM MENGHADAPI MASA KRITIS AKIBAT AIDS

PROPOSAL PENELITIAN

Naeila Rifatil Muna, M.Pd.I. M.Psi.


NIDN. 2023068001

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN


KEPADA MASYARAKAT (LP2M)
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2017
1

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dekade terakhir ini diantara berbagai virus yang telah dikenal saat ini, yang
dianggap paling berbahaya adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). HIV merupakan
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh yang
diserang oleh virus ini menyebabkan kekebalan tubuh menjadi lemah, sehingga tubuh
mudah terkena berbagai penyakit. HIV terdapat di dalam cairan tubuh manusia yang telah
terinfeksi seperti dalam darah, air mani, cairan vagina dan ditularkan juga melalui cairan-
cairan tersebut. HIV menyebabkan seseorang dapat terinfeksi AIDS. Orang-orang yang
terinfeksi HIV akan terlihat sehat sebelum virus tersebut berubah menjadi AIDS.
Hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat melawan virus tersebut. Para
ahli berusaha mendapatkan obat untuk mengatasi AIDS dan obat itu disebut sebagai
Antiretroviral (ARV). Namun, ternyata obat ini tidak dapat menyembuhkan AIDS, hanya
dapat memperlambat reproduksi HIV pada tahap awal dan mengurai kekuatan virus dalam
darah. Orang yang terinfeksi HIV akan tetap terinfeksi karena partikel virus bergabung
dengan DNA selnya. HIV/AIDS tercatat sebagai penyebab kematian terbanyak yang
keempat didunia. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penderitanya meninggal bukan
karena HIV nya sendiri, namun karena infeksi atau kondisi lainnya yang disebut sebagai
infeksi opotunistik. Mereka yang terinfeksi tidak dapat bertahan karena virus yang telah
menyerang daya tahan tubuh mereka membuat peyakit tersebut sulit untuk disembuhkan.
(Nursalam & Kurniawati, 2013).
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) provinsi Jawa Barat
sampai dengan 31 Maret 2016 mencatat jumlah penderita HIV di Jawa Barat saat ini
sebanyak 20.926 pasien sedangkan penderita AIDS sebanyak 6.222 pasien. Dari jumlah
tersebut, ternyata hampir 95% atau sebanyak 19.232 penderita di antaranya merupakan
usia produktif yaitu berusia 15-49 tahun. (www.radarcirebon.com, 2016). Sedangkan
data Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, jumlah penderita Aids di kota
Cirebon sudah mencapai 677 orang. ODHA yang memiliki KTP Kota Cirebon lebih
banyak didominasi usia produktif. Yakni mulai usia 15 sampai 29 tahun. Jumlahnya
mencapai 345 orang. Sedangkan ODHA ber-KTP luar kota tetapi beraktivitas di Kota
Cirebon, jumlahnya 332 orang. Kasus yang meninggal 55 orang diantaranya. (Sri Maryati,
2

dalam www.radarcirebon.com, 2016). Diluar data tersebut, masih ada kemungkinan bahwa
jumlah ODHA jauh lebih besar. HIV/AIDS cenderung menjadi fenomena gunung es,
dimana permasalahan ini kebanyakan disembunyikan dengan berbagai alasan sehingga
luput dari pendataan.
Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh ODHA. Bahkan mereka harus
menghadapi beban ganda Mereka tidak hanya menghadapi masalah kesehatan fisik karena
virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuhnya yang membuat mereka rentan
terhadap berbagai penyakit. Mereka rentan lebih mudah tertular oleh penyakit menular
yang sedang berkembang disekitar mereka yang disebut dengan penyakit sampingan
(oprotunistik). Penyakit berbahaya yang sering menyertai adalah pneumonia, diare, infeksi
pada mulut dan meningitis (Anthony, Dermot & Stephen, 2004). Hal ini seringkali
mengganggu kegiatan mereka sehari-hari. ODHA juga harus menghadapi masalah sosial,
psikologis dan spiritual. Akibat dari suatu penyakit yang diderita dan itervensi medis yang
harus rutin diikuti oleh ODHA dapat menimbulkan perasaan negatif seperti kecemasan,
depresi, marah ataupun rasa tidak berdaya dan perasaaan negatif yang lainnya yang
cenderung dapat memperparah penyakit yang dideritanya. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar orang menjadikan suatu penyakit yang serius termasuk HIV/AIDS sebagai
pengalaman traumatik sepanjang hidupnya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengalaman unik setiap individu ketika
memperoleh hasil pertama kali diagnosa positif HIV sebagian besar individu mengalami
stress, dan depresi (Carter, 2006). Mereka menunjukkan respon ketakutan terhadap
terbukanya status dan dampak buruk dari HIV ( Mohammdpor, Nasrabadi & Mohraz,
2009). Sebagain besar ODHA memiliki respon penolakan, menutup diri atau diam
(Pecheny, Manzeli & Jones, 2007). Penelitian mengenai permasalahan psikososial yang
harus dihadapi oleh ODHA diantaranya adalah rendahnya self esteem, body image yang
buruk dan berbagai permasalah kesejahteraan psikologis akibat stressor stigma buruk dari
masyarakat yang menyebabkan masalah penyesuaian perilaku dan sosial, depresi, rasa
marah, bingung dan takut (Mkize, 2009; Munongo, 2012).
Berbeda dengan penyakit kronis lainnya, stigma negatif masyarakat terhadap
ODHA seperti dicap sebagai label kematian, karena akibat yang mematikan dari AIDS
tidak dapat dihindari. Bahkan ODHA sehingga dihubungkan dengan perilaku hubungan
seks bebas atau menyimpang, penggunaan obat terlarang, dan perilaku-perilaku kesalahan
moral yang lainnya sehingga patut mendapatkan hukuman akibat dari perilakunya tersebut
(Lisanne, Lee & Kate, 2001). Akibat buruk dari stigma tersebut, ODHA sering
3

dipermalukan, dihindari, didiskreditkan dan ditolak. Hal inilah yang memicu tingginya
tingkat stress yang berkepanjangan pada ODHA dan lebih parahnya mereka jatuh pada
kondisi depresi yang kronik (Nursalam & Kurniawati, 2007). Kondisi ini menjadikan
HIV/AIDS sebagai momok yang menakutkan bagi masyarakat luas, sehingga ODHA suatu
aib yang tidak dapat diterima sehingga mereka mendapatkan diskriminasi dari lingkungan.
Akibat yang dirasakan oleh ODHA adalah memperparah penyakit yang dideritanya
karena beban psikologis yang timbul dari stigma masyarakat tersebut, seperti rasa
bersalah, dan pasrah sehingga mengakibatkan penderitaan menjadi putus asa baik secara
sosial dan psikologis. maupun spiritual. Secara sosial yang berkaitan dengan aspek
spiritual, ODHA jarang melakukan kegiatan keagamaan / kerohanian dan beribadah serta
menghindari interaksi dengan orang lain (Ronaldson, 200 dalam Nursalam, 2007). Hal ini
menyebabkan mereka semakin terisolasi dan memperberat stress psikologis yang
seringkali cenderung menimbulkan percobaan bunuh diri (Kylma, 2005). Hal ini perlu
mendapat perhatian serius untuk menanggulangi dampak buruk akibat beban psikologis
yang berkepanjangan.
Oleh karena itu ODHA dihadapkan pada tiga tantangan besar akibat dari HIV/AIDS
yang dideritanya, yaitu menghadapi reaksi terhadap penyakit yang memiliki stigma,
berhadapan dengan kemungkinan waktu kehidupan yang terbatas dengan diagnosis
kematian, dan mengembangkan strategi untuk mempertahankan fisik dan emosi. Kondisi
inilah yang sering kali disebut dengan masa kritis.
Kemampuan ODHA dalam menghadapi masa kritisnya akan membantu
meningkatkan kemampuan ODHA untuk memiliki harapan hidup dan bertahan hidup.
Namun, tidak semua ODHA mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada
dirinya untuk menghadapi masa kritis tersebut. Perubahan-perubahan psikososial pada
sebagian orang dapat merupakan beban mental atau stresor terutama akibat suatu penyakit.
Hawari (2004) menjelaskan bahwa stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa
mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya.
Reaksi psikologis terhadap diagnosis penyakit dan penanganan sangat beragam dan
keadaan serta kemampuan masing-masing penderita tergantung pada banyak faktor. Hal ini
yang menyebabakan gambaran dinamika psikologis setiap ODHA akan berbeda ketika
menghadapi penyakitnya. Teori dinamika psikologis yang biasa digunakan untuk
mengidentifikasi dan memahami reaksi pasca kejadian traumatik yang dialami oleh
seseorang adalah teori the five stage of grief dari Kubler Rose (1998). Teori ini membagi
4

respons psikologis dalam lima tahap, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-
menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Selain itu teori
yang dapat menjelaskan usaha individu untuk mengelola stressor untuk memberikan
ketahanan terhadap dampak stress akan dikaji dengan teori coping dari Lazarus & Folkman
(1984). Diharapkan dengan kmampuan ODHA memperbaiki strategi coping dalam
mengelola depresi akan memperbaiki kualitas hidupnya.
Berkaitan dengan permasalahan HIV/AIDS saat ini sudah mendapatkan perhatian
dari berbagai pihak, misalnya dari pemerintah, praktisi kesehatan, konselor dan LSM.
Umumnya yang menjadi fokus perhatian terhadap permasalahn HIV/AIDS yaitu pada
faktor pencegahan dan penularannya seperti penggunaan jarum suntik yang bergantian,
penggunaan obat-obatan terlarang serta perilaku seks yang tidak aman. Artinya lebih
banyak memusatkan pada faktor-faktor penularan yang umum dan banyak terjadi ada pada
orang dewasa.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa
salah satu lembaga yang mengelola khusus masalah infeksi menular seksual (IMS) dan
HIV/AIDS di Kota Cirebon adalah Klinik Intan. Klinik Intan terletak di wilayah kerja
Puskesmas Gunung Sari Kota Cirebon, yang melayani pelayanan kesehatan untuk pasien
umum di tingkat pelayanan kesehatan pertama dan pasien khusus melayani spesifikasi
pelayanan pemeriksaan dan terapi IMS dan pelayanan pemeriksaan HIV. Semakin
meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS maka dilakukan upaya untuk dapat mengatasi
permasalahan tersebut, salah satunya adalah dengan dicanangkan program Voluntary
Counseling and Testing (VCT) yang merupakan deteksi dini penyakit HIV dan perawatan
HIV.
Layanan kesehatan yang pertama dalam pencegahan penularan HIV adalah layanan
VCT dimana terdapat komponen penting dalam pemberantasan HIV, yaitu: pencegahan,
perawatan dan pengobatan. Sebagai upaya meningkatkan pencegahan dan pengobatan,
peningkatan konseling dan tes HIV. Oleh karena itu penelitian ini ingin mendukung
program VCT di Klinik Intan dalam menangani ODHA melalui gambaran fenomena yang
dialami ODHA. Dengan semakin memahami dinamika psikologi ODHA akan membantu
dalam pengahayatan permasalahan yang dihadapi mereka. Permasalahan diatas, membuat
peneliti tertarik untuk melakukan proses penelitian untuk mengungkap misteri
fenomenologi dibalik kehidupan ODHA dalam hal ini adalah dinamika psikologis pada
ODHA dan kecenderungan penggunaan coping pada ODHA di Klinik Intan Cirebon.
5

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti kemudian merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana dinamika psikologi ODHA di klinik Intan dalam menghadapi masa kritis
akibat AIDS ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung ODHA di klinik Intan dalam menghadapi
masa kritis akibat AIDS ?
3. Bagaimana efektifitas kecenderungan penggunaan strategi coping yang dilakukan
ODHA di klinik Intan dalam menghadapi masa kritis akibat AIDS ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena atau pengalaman ODHA
dalam menghadapi masa kritis akibat AIDS dalam sudut pandang dinamika psikologis
yang berkaitan dengan pengelolaan reaksi psikologis ODHA terhadap penyakit yang di
dideritanyan dan kecenderungan upaya penggunaan coping pada ODHA.
2. Manfaat Penelitian
1) Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan tambahan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan terutama bahan penelitian lebih lanjut
yang berminat melakukan penelitian yang berkaitan dengan penyakit HIV/AIDS.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi materi perkuliahan
konseling maupun psikologi terutama yang berkaitan dengan pengalaman ODHA.
2) Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengalaman ODHA
berdasarkan dinamika psikologi yang mereka alami dalam menghadapi masa kritis.
Sehingga dapat digunakan oleh konselor, psikolog, perawat maupun perawat rohani
(warois) dalam memahami kebutuhan ODHA sebagai unsur penting yang harus
dipertimbangkan dalam memberikan proses konseling maupun pemberian layanan
bantuan pencegahan, pengobatan, perawatan dan bentuk layanan lainnya.
b. Partisipan / ODHA dapat mengungkapkan berbagai pengalaman yang mereka alami,
sehingga penelitian ini memberikan kesempatan satu bentuk interaksi komunikasi
penyampaian pesan dari ODHA kepada keluarga dan masyarakat, serta penyampaian
harapan dan dukungan kepada ODHA yang lain untuk tetap memiliki motivasi dan
harapan untuk sembuh.
6

D. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian-penelitian yang relevan terkait penyakit HIV/AIDS antara lain


penelitian yang dilakukan oleh, Riyanto (2010), Kusumawijaya, P. (2013), dan Wati
Prihastuti (2015). Penelitian oleh Riyanto (2010) mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan mental penderita HIV. Hasil penelitiannya terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu faktor sikap terhadap diri sendiri,
persepsi terhadap realita, integrasi kepribadian, kompetensi, otonomi, pertumbuhan dan
aktualisasi diri, relasi interpersonal, tujuan hidup.
Kusumawijaya Paputungan (2013) melakukan penelitian mengenai dinamika
psikologis pada orang dengan HIV Dan AIDS (ODHA). Pada penelitiannya menggunakan
dua subjek penelitian. ODHA memiliki dinamika psikologis yang berbeda-beda sebagai
reaksi akibat terinfeksi HIV. Reaksi yang dialami oleh kedua subyek dalam penelitian ini
terjadi secara berurutan. Subyek pertama mengalami reaksi denial, depression, anger,
bargaining, anxiety dan acceptance. Subyek kedua mengalami reaksi acceptance, denial,
acceptance, bargaining, depression, frustation, bargaining, dan acceptance.
Kecenderungan subyek penelitian memilih penggunaan coping dalam bentuk emotional
focused coping.
Wati Prihastuti (2015) melalui penelitiannya mengenai persepsi wanita pekerja seks
tentang HIV/AIDS dan VCT (voluntary counseling and testing) dengan pemanfaatan VCT
di klinik intan kota Cirebon. VCT merupakan suatu program deteksi dini penyakit HIV
dan perawatan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Untuk mendukung program VCT,
di Kota Cirebon telah memiliki klinik VCT untuk mengelola khusus masalah Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yaitu
Klinik Intan. Tindakan deteksi dini merupakan tindakan sukarela oleh karena itu
diperlukan persepsi positif dari wanita pekerja seks terhadap penyakit HIV/AIDS dan
VCT. Apabila persepsi yang salah terhadap penyakit HIV/AIDS dan VCT dari Wanita
Pekerja Seks (WPS) akan menyebabkan ketakutan, ketertutupan, dan keterbatasan terhadap
pemanfaatan klinik VCT. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara persepsi WPS tentang HIV/AIDS dan VCT dengan pemanfaatan VCT.
Dengan mempertimbangkan variabel luar (pengetahuan, keterpaparan informasi, dukungan
sosial, umur dan lama menjadi WPS).
Penelitian-penelitian terdahulu tersebut memiliki kesamaan fokus penelitian yaitu
membahas mengenai HIV/AIDS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan
7

peneliti adalah objek dan lokasi penelitian serta fokus penelitian ini lebih menggambarkan
fenomenologi ODHA dalam menghadapi masa kritis akibat AIDS yang memunculkan
reaksi psikologis dari penghayatan pengalaman traumatik akibat penyakit yang dideritanya.

E. KERANGKA TEORI
1. Definisi HIVdan AIDS

Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Jawa Barat nomor 12 tahun 2012 tentang
pencegahan dan penanggulangan human immunodefficiency virus (HIV) dan acquired
immuno defficiency sindrome (AIDS) menyatakan bahwa orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) adalah orang yang sudah terinfeksi HIV baik pada tahap sebelum ada gejala
maupun yang sudah ada gejala. Sedangkan orang yang hidup dengan pengidap HIV dan
AIDS yang selanjutnya disingkat dengan OHIDHA adalah orang yang terdekat, teman
kerja, atau keluarga dari orang yang sudah tertular HIV.
Perda Propinsi Jabar no 12 tahun 2012 tentang penanggulangan HIV dan AIDS
menyebutkan bahwa Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS
yang digolongkan sebagai jenis yang disebut retrovirus yang menyerang sel darah putih
dan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh dan ditemukan dalam cairan tubuh pengidap
HIV dan AIDS yang berpotensi menularkan melalui darah, air, mani, air susu ibu dan
cairan vagina. Sedangkan Acquires Immuno Defficiency Syndrome (AIDS) adalah
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV yang merusak sistem kekebalan
tubuh manusia sehingga daya tahan tubuh melemah dan mudah terjangkit penyakit infeksi.
AIDS muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama
lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh kita menjadi lemah, dan satu
atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa
penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya. Individu yang AIDS rentan terjangkit
berbagai penyakit yang mengancam (Sarafino, 1998).
Cara penularan virus HIV melalui :
a. Hubungan seks yang tidak aman (homoseksual dan heteroseksual), penerimaan
organ, jaringan atau sperma. Kemungkinan penularan melalui hubungan kelamin
menjadi lebih besar bila terjadi penyakit kelamin, khususnya yang menyebabkan
luka atau ulterasi pada alat kelamin.
8

b. Transfusi darah. Penerimaan darah ataupun produk darah, dimana resiko


serokonversi (kemungkinan status HIV penderita dari negatif menjadi positif) 90%
setelah pemberian darah yang positif HIV.
c. Perinatal. Ibu yang HIV positif kepada bayinya (selama atau sesudah kehamilan),
dimana resiko berkisar 15% hingga 50%.
d. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian.
Golongan yang berisiko tinggi terinfeksi HIV adalah :
a. Orang yang berganti-ganti pasangan seksual (homoseksual atau heteroseksual).
b. Penyalahgunaan obat secara intervena.
c. Penerima darah atau produk darah (bila darah tidak diperiksa terlebih dahulu).
Yang paling sering tertular adalah penderita hemophilia.
d. Bayi dari ibu yang telah terinfeksi HIV, menular pada fetus melalui plasenta, air
susu, luka bayi yang terinfeksi darah ibu selama kelahiran.

2. Konsep Stresor Psikososial


Stigma ganda yang harus dihadapi oleh ODHA yaitu mereka dipandang oleh
masyarakat sebagai penderita penyakit yang mengerikan dan dianggap memiliki cara hidup
yang berbeda dengan orang pada umumnya memunculkan stressor psikososial tersendiri
bagi ODHA. Pengalaman indivodu terhadap perubahan status kesehatan karena penyakit
HIV/AIDS menuntut mereka untuk melakukan perubahan penyesuaian diri yang tidak
mudah.
Reaksi psikologis yang ditunjukkan ODHA berkaitan dengan masalah psikososial
terutama stress, kecemasan dan depresi. Penyakit yang dideritanya merupakan pengalaman
traumatik yang memicu peningkatan depresi yang kronis seperti ketidakberdayaan, putus
asa, hilangnya harapan hidup yang berpotensi mengarah pada perilaku bunuh diri (Kylma,
2005). Lebih parahnya lagi ODHA harus menghadapi dan mengalami proses berduka
terhadap kehilangan fungsi kesehatan dan terutama kehilangan harapan untuk sembuh dan
hidup.
Kubler-Ross’s (Sarafino, 2006), individu yang mengalami terminal illness akan
melalui proses penyesuaian diri biasanya mengikuti pola-pola yang dapat diprediksi dalam
5 tahapan yang dapat dialami secara berbeda oleh setiap penderita. Artinya setiap penderita
mempunyai tahapan tersendiri, dapat urut atau melompat, dapat juga maju kemudian
mundur kembali. Reaksi-reaksi psikologis tersebut adalah :
9

a. Denial, Reaksi pertama untuk prognosa yang mengarah ke kematian melibatkan


perasaan menolak mempercayainya sebagai suatu kebenaran. Ia menjadi gelisah,
menyangkal, gugup dan kemudian menyalahkan hasil diagnosis. Penyangkalan
sebenarnya merupakan suatu mekanisme pelindung terhadap trauma psikologis
yang dideritanya.
b. Anger, Secara tidak sadar proses psikologis akan terus berkembang menjadi rasa
bersalah bahwa dirinya telah terinfeksi, marah terhadap dirinya sendiri atau orang
yang menularinya, tidak berdaya dan kehilangan kontrol serta akal sehatnya.
c. Bargaining, Pada tahapan ini, orang tersebut berusaha mengubah kondisinya
dengan melakukan tawar-menawar atau berusaha untuk bernegosiasi dengan
Tuhan.
d. Depression, Perasaan depresi muncul ketika upaya negosiasi tidak menolong dan
orang tersebut merasa tidak ada harapan serta tidak berdaya. Mereka berada dalam
keadaan tidak menentu dalam menghadapi reaksi orang lain terhadap dirinya.
e. Acceptance, Akhir dari proses psikologis ini adalah menerima nasib. Keadaan ini
merupakan suatu keadaan dimana seseorang menyadari bahwa ia memiliki suatu
penyakit, bukan akibat dari penyakitnya itu. Orang dengan kesempatan hidup yang
tidak banyak lagi akan mencapai penerimaan ini setelah tidak lagi mengalami
depresi, tetapi lebih merasa tenang dan siap menghadapi kematian.

3. Strategi Coping
Lazarus dan Folkman (1984), mengemukakan bahwa coping adalah usaha-usaha
kognitif dan perilaku (behavioral) yang berkesinambungan untuk mengelola tekanan dari
dalam (internal) dan atau dari luar (eksternal) individu yang dirasakan merugikan atau
melebihi kemampuan individu itu. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), coping yang
efektif untuk dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan
menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
Menurut Cohen dan Lazarus (Sarafino, 2006), tujuan coping, yaitu :
a. Mengurangi hal-hal yang diperkirakan akan menimbulkan situasi stres terutama yang
berasal dari lingkungan. Usaha ini meliputi cara mencari alternatif pemecahan masalah.
b. Tercapainya penyesuaian yang baik terhadap kejadian-kejadian negatif yang dialami
seseorang dalam kehidupannya.
c. Bertahannya anggapan positif terhadap diri sendiri.
d. Memiliki kemampuan untuk dapat mempertahankan keseimbangan emosional.
10

e. Dapat menjalin hubungan yang memuaskan dengan orang lain


Lazarus & Folkman (1984), menggolongkan dua strategi coping yang biasanya
digunakan oleh individu, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping.
a. Problem focused coping. Merupakan usaha individu yang secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stres.
b. Emotion focused coping Merupakan usaha individu untuk mengatur emosinya
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu
kondisi atau situasi yang penuh tekanan, sedangkan kondisi objektif yang
menimbulkan masalah tidak ditangani.

F. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain riset kualitatif yaitu mempelajari setiap masalah
dengan menempatkannya pada situasi alamiah (Maleong, 2010). Penelitian kualitatif
merupakan pendekatant induktif untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan
dengan menemukan subyektifitas manusia (Brockoop & Tolsma, 2000). Pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis deskriptif yaitu berfokus pada
penemuan ea mengenai suatu fenomena tentang apa yang dialami ODHA saat menghadapi
masa kritis AIDS. Pengalaman tersebut mengenai perubahan-perubahan yang dialami,
persepsi, mekanisme coping, motivasi dan tindakan secara holistik dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Beanland, Wood & Haber, 2005 ; Sugiyono, 2008).
2. Setting Penelitian
Klinik Intan merupakan salah satu klinik di bawah Puskesmas Gunung Djati yang
melayani pasien yang memiliki riwayat HIV/AIDS. Pasien yang berkunjung ke klinik Intan
adalah pasien HIV yang mengalami infeksi oportunistik dan sedang dalam pengobatan
serta membutuhkan konseling.
Wawancara dilakukan di Klinik Intan Kota Cirebon hal ini menyesuaikan dengan
kegiatan pelayanan konseling dilakukan dalam satu ruangan, sehingga pelayanan dapat
berjalan secara sistematis dan lancar. Privasi pasien cukup terjaga dengan sistem pelayanan
yang tertutup. Hal ini sangat memungkinkan untuk melakukan proses wawancara secara
terbuka.
11

3. Sumber data
a. Data Primer
Sumber data primer yang peneliti gunakan adalah hasil data dari wawancara dan
observasi secara langsung dengan ODHA di Klinik Intan, data ini didapatkan secara
langsung di lapangan .
b. Data Skunder
Adapun data sekunder adalah literatur yang membahas terkait dengan ODHA. Serta
beberapa data dari konselor Klinik Intan, maupun kelurga ODHA yang
berhubungan dengan penelitian ini.

4. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah ODHA yang berkunjung di Klinik Intan Kota
Cirebon. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah 5 orang. Teknik sampling dilakukan
dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan partisipan yang didasari pada
pertimbangan yang dibuat oleh peneliti (Sugiyono, 2008; Maleong, 2010). Pertimbangan
pemilihan partisipan ditetapkan dengan kriteria berikut :
- ODHA pada fase perkembangan AIDS menuju kondisi kritis.
- Mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
- Partisipan yang masih mengingat pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan
kondisi kritisnya.

5. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari :
a) Peneliti sendiri, sebagai instrument. Peneliti terjun langsung melakukan wawancara
dan pengamatan terhadap partisipan untuk mengetahui dan memahami kenyataan di
lapangan (Maleong, 2010).
b) Pedoman wawancara dan alat tulis
Pedoman wawancara merupakan alat bantu berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
c) Voice recorder
Alat perekam yang digunakan atas izin dari partisipan untuk merekam hasil
wawancara berupa percakapan verbal antara peneliti dan partisipan.

6. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data


Prosedur penelitian dan penumpulan data dilakukan dengan dua tahapan prosedur,
yaitu :
12

a) Prosedur Administratif
Izin Penelitian ke Puskesmas Gunung Sari

Melakukan Sidang komite Etik untuk persetujuan etik penelitian

Menyampaikan izin persetujuan etik penelitian kepada penanggung jawab Klinik Intan

b) Prosedur Teknis
Pemilihan partisipan sesuai kriteria berdasarkan data pasien di Klinik Intan

Good rapport, building trust dan informed consent persetujuan partisipan penelitian

Melakukan kontrak waktu dan tempat pelaksanaan wawancara

Wawancara pertama pengalaman partisipan dan kontrak wawancara berikutnya


- In depth interview : wawancara semi terstruktur
- Membina hubungan baik : small talk, penggunaan bahasa sederhana
- Komunikasi berlandaskan ketrampilan sosial : sikap ramah, sopan, terbuka

Membuat transkrip hasil wawancara pertama

Wawancara kedua untuk validasi data, klarifikasi jawaban dan menfokuskan


pernyataan partisipan agar mendapatkan makna gambaran dinamika psikologisnya.

Terminasi dengan memberikan dukungan kepada partisipan

Berdasarkan prosedur diatas maka metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :
(1). Wawancara
Wawancara adalah segala kegiatan yang bersifat menghimpunkan data melalui tanya
jawab secara bertatap muka (face to face) dengan individu yang diperlukan.
(2). Observasi Partisipatoris
Secara umum metode observasi/pengamatan ini terbagi menjadi dua. Pertama
pengamatan murni, peneliti hanya mengamati tanpa terlibat langsung dalam
aktivitasnya. Kedua pengamatan terlibat, dimana metode ini peneliti terlibat langsung
dalam aktivitas Dalam penelitian ini, peneliti mengamati perilaku atau kegiatan
keseharian dari seseorang atau kelompok dalam hal ini adalah ODHA di Klinik Intan.
(3). Dokumentasi
Dalam metode ini, pencarian data tertuju kepada hal-hal atau variabel yang berbentuk
buku, catatan, surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya. Hal ini imaksudkan
untuk memperoleh data tentang pengetahuan umum terkait HIV/AIDS.
13

(4) Focus Group Discussion (FGD)


FDG sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan makna menurut
pemahaman sebuah kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada
permasalahan tertentu. (Bungin, 2008)
(5) Teknik Analisis Data dan Keandalan Data
Proses analisis dan keadalan data dalam penelitian dijelaskan dalam tabel berikut
ini :
Pre analisis Interpretasi / analisis tema Keabsahan data
 Kegiatan lapangan :  Narasi data disusun sesuai Maleong (2010) :
pencatatan wawancara, urutan partisipan.  Kredibilitas (credibility) :
respon non verbal dan  Identifikasi tema umum yang menilai kebenaran/keperca-
penampilan umum muncul dari transkrip data. yaan temuan penelitian.
partisipan  Mengelompokkan dan Dengan member check,
 Persiapan data : menelaah menjelaskan data yang relevan verifikasi keakuratan
data yang terkumpul untuk mendukung tema. transkrip pada partisipan
dalam bentuk traskrip  Menuliskan tema yang muncul  Dependability/reliabilitas :
 Pengenalan data : sesuai pernyataan partisipan. kestabilan data dengan cara
membaca kembalai  Validasi data dengan konsisten dalam wawancara,
transkrip dan catatan menyampaiakan tema yang telaah data dengan literatur,
lapangan, memahami muncul dan meminta klarifikasi konselor, keluarga.
makna yang terkandung dari partisipan.  Confirmability /objektifitas :
dalam data netralisasi data dengan
menunjukkan seluruh
transkrip, pengkategorian
tema yang disepakati
partisipan.
 Transferability : generalisasi
pada situasi lain dengan
menyajikan laporan secara
rinci, jelas, sistematis dan
dapat dipercaya

G. ALOKASI BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN


1. Rincian Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Vol Frek Satuan Harga Jumlah

A Persiapan Kegiatan
Pembuatan & penyebaran Need assessment 1 1 kegiatan 100.000 100.000
Transportasi studi awal 1 2 Kegiatan 100.000 200.000
Pembelian Buku referensi 4 1 200.000 800.000
Penyempurnaan proposal 1 1 eksemplar 150.000 150.000
Penggandaan proposal 1 4 eksemplar 10.500 42.000
Penyusunan instrument kuesioner 1 1 kegiatan 100.000 100.000
fenomenologi
Transportasi Perizinan ke instansi / 1 2 hari 100.000 200.000
puskesmas
14

Administrasi sidang komite etik 1 1 kegiatan 500.000 500.000


Penjaringan Partisipan 1 3 hari 100.000 300.000
FGD sosialisasi persiapan pelaksanaaan
a Honor nara sumber FGD 1 2 JPL 300.000 600.000
b Transport nara sumber 1 1 kegiatan 100.000 100.000
c Honor moderator FGD 1 2 JPL 100.000 200.000
d Transport moderator 1 1 kegiatan 100.000 100.000
e Transportasi peserta FGD 25 1 kegiatan 50.000 1.250.000
f Konsumsi FGD 25 1 kegiatan 20.000 500.000
Expert Judgment instrument 1 1 penelitian 500.000 500.000
Transportasi ke expert judgment 1 1 kegiatan 100.000 100.000
Penggandaa Instrument wawancara 1 2 eksemplar 10.000 20.000
Sub Jumlah A 5.762.000

B Pelaksanaan
Transport pengambilan data 1 3 hari 100.000 300.000
Transport partisipan penelitian 5 3 hari 100.000 1.500.000
Konsumsi partisipan penelitian 5 3 hari 20.000 300.000
Bingkisan untuk peserta pelatihan 1 5 orang 100.000 500.000
Konsultasi analisis data 1 1 penelitian 500.000 500.000
Penyusunan Laporan 1 1 penelitian 300.000 300.000
Sub Jumlah B 3.400.000

C Pasca Pelaksanaan
Penggandaan Laporan Hasil 1 6 eksemplar 50.000 300.000
Penjilidan laporan hasil 1 6 eksemplar 15.000 90.000
Pembuatan artikel 1 1 kegiatan 300.000 300.000
Pembuatan buku 1 1 kegiatan 500.000 500.000
Sub Jumlah C 1.190.000

D Bahan dan Sarana Penunjang


1 Diary wawancara partisipan 2 1 eksemplar 50.000 100.000
2 Pulpen peserta FGD 25 1 unit 4.000 100.000
3 Goodie Bag FGD 25 1 unit 10.000 250.000
4 Note book FGD 25 1 eksemplar 5.000 125.000
5 Map plastik 5 1 unit 10.000 50.000
6 Kertas A4 80gram 3 1 rim 45.000 135.000
7 Tinta print warna 1 1 paket 350.000 350.000
8 Materai 10 1 lembar 6.000 60.000
9 CD 3 1 unit 5.000 15.000
10 Dokumen keeper 3 1 unit 100.000 300.000
11 Baterai voice recorder 1 2 unit 200.000 200.000
12 Baterai 2 1 unit 15.000 300.000
13 Voucer pulsa 3 1 paket 50.000 150.000
Sub Jumlah D 2.128.000
TOTAL BIAYA YANG DIBUTUHKAN 12.500.000
15

2. Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan, dengan rincian sebagai
berikut :
N Nama Kegiatan Waktu Kegiatan
o (Bulan dan Tahun 2017)
Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sept Keterangan
1. Permohonan Pejabat terkait dan tempat
Perizinan lokasi penelitian
2. Komite etik Sidang komite etik untuk
penelitian persetujuan penelitian
3. Focus Group
Praktisi dan akademik
Discussion (FGD)
4. Penjaringan Mendapatkan partisipan
Partisipan yang sesuai kriteria
5. Pengambilan data Melakukan wawancara
dengan ODHA
6. Analisis data Melakukan analisis dan
keabsahan data
7. Konsultasi hasil data Memperoleh masukan
untuk hasil pelaporan
8. Laporan hasil Laporan diberikan ke
penelitian LP2M
9. Melakukan seminar
hasil penelitian dan Seminar LP2M/
pembuatan artikel Jurnal nasional
ilmiah
16

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, H. Dermot, M. & Stephen, G. 2004. TB/HIV A Clinical Manual. The 2nd edition.
China : WHO Library Cataloguing.

Creswell, John W. 2009. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hawari, D. 2004. Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa”. Edisi III
(Revisi). Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.

E. Kubler-Ross, 1998. On Death and Dying (Kematian sebagai bagian dari kehidupan) .
Jakarta : PT gramedia Pustaka Utama.

Folkman, S., & Moskowitz, T. 2000. Positive Affect and the Other Side of Coping.
American Psychologist Journal. 55 : 647-654.

Kusumawijaya, P. 2013. Dinamika Psikologis Pada Orang Dengan HIV dan AIDS
(ODHA). Jurnal Emphaty Fakultas Psikologi ISSN : 2303-114X Vol 2 No 1 Juli
2013.Yogjakarta : Universitas Ahmad Dahlan.

Lazarus, R.S., & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York: Spranger.

Lubis, N.L. 2009. Depresi : Tinjauan Psikologis. Jakarta : Kencana.

Maleong, L. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : Remaja


Rosda Karya.

Moustakas, C. 1994. Phenomenological Research Methods. London : Sage Publications


Inc.

Mkize, Lindelwa, 2009. The Psychososial Effect of Disclosing A Possitive HIV Diagnosis.
A Preliminary Investigation. University of Limpopo. Thesis.

Munongo, Edmore. 2012. Factors that Influence Prarents to Disclose or Not to Disclose
HIV Status to Their Children who are living with HIV/AIDS in the greater Harare
area in Zimbabwe. University of Stellenbosch. Thesis.

Nursalam & Kurniawati, N.D. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Infeksi HIV/AIDS.
Jakarta : Salemba Medika.

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 12 tahun 2012 tentang pencegahan dan
penanggulanagan human immunodefficiency virus (HIV) dan acquired immuno
defficiency sindrome (AIDS). 2012. Bandung. Jawa Barat.

Prihastuti, W. 2015. Persepsi Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS Dan VCT
(Voluntary Counseling And Testing) Dengan Pemanfaatan VCT Di Klinik Intan
Kota Cirebon. Yogjakarta : Universitas Gajah Mada.
17

Riyanto. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Penderita HIV.


Jakarta : Universitas Gunadarma.

Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. Fifth Edition. New
York: John Wiley & Sons Inc.

UNAIDS. 2010. Global Report : UNAIDS Report On The Global AIDS Epidemic 2010.
WHO Library Cataloging.

Website :

http ://www.radarcirebon.com (diakses 2 Februari 2017).


18

Biodata dan Kompetensi Peneliti

I. Identitas

Nama : Naeila Rifatil Muna, S.Psi. M.Pd.I.


NIP : 19800623 2009 12 2 004
Golongan / Pangkat : III/c (Lektor)
Jabatan Akademik : Penata Tk. I
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Cirebon, 23 Juni 1980
Alamat : Jl. Kalitanjung No.84 Rt. 02 Rw. 05 Harjamukti Cirebon 45143
No telp / E-mail : 081 324 980 987 / umyrifat@gmal.com

II. Riwayat Pendidikan

Tahun lulus Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan


2003 S1 IAIN Sunan Gunung Djati Psikologi
Bandung
2006 Akta 4 STAIN Cirebon Pendidikan Agama Islam
2008 S2 IAIN Syekh Nurjati Cirebon Psikologi Pendidikan
2016 S2 UNPAD Bandung Profesi Psikologi Klinis
Anak dan Remaja

III. Penelitian yang telah dilakukan :


Tahun Judul Penelitian Sumber Dana
2009 Perbandingan Locus of Control dan Sistem Motif Agresi Mandiri
Pada Siswa yang Bermasalah dan Siswa yang Tidak
Bermasalah
2012 Teknik Self Regulation Learning dalam Mereduksi DIPA IAIN Syekh
Tingkat Kejenuhan Belajar Pada Siswa SMA Insan Nurjati Cirebon
Cendekia Islamic Boarding School Cirebon
2013 Korelasi Penyesuaian Sosial Dengan Kepatuhan Terhadap DIPA IAIN Syekh
Aturan Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin Pada Nurjati Cirebon
Santri di SMP Pesantren Tahfidz Qur’an Terpadu Al-
Hikmah Bobos Cirebon
19

2016 DESAIN MODEL SEX EDUCATION UNTUK Direktorat


MENINGKATKAN PENGETAHUAN IBU Pendidikan Tinggi
TERHADAP PERKEMBANGAN SEKSUAL ANAK Islam Kementrian
USIA 10 – 13 TAHUN (Studi Perancangan dan Agama RI
Pelaksanaan Pelatihan Sex Education Pada Ibu di
Kecamatan Kesambi Kota Cirebon )

Anda mungkin juga menyukai